Anda di halaman 1dari 9

Analisis Kebijakan tentang Penanganan Covid – 19 dengan

Menerapkan Merilee S. Grindle


D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Kelompok 3
Nama Anggota Kelompok :
1. Muh. Rizky Syahriza Putra Andry (30.1258)
2. Khalifah Binri (30.0386)
3. Lale Miftahul Jannah (30.1079)
4. Muchamad Alfan Tri Darmawan (30.1348)
5. Muh. Zaid Yusuf (30.1204)
Kelas :B–2
Mata Kuliah : Kebijakan Publik
Program Studi : Studi Kebijakan Publik

Fakultas Politik Pemerintahan


Institut Pemerintahan Dalam Negeri
Tahun Ajaran 2020 – 2021
ANALISIS KEBIJAKAN PENANGANAN COVID – 19 (DENGAN
TEORI MERILEE S. GRINDLE)

Keberhasilan implementasi menurut Merilee S. Grindle dipengaruhi oleh dua variabel


besar, yakni isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan implementasi (context of
implementation). Variabel tersebut mencakup : sejauhmana kepentingan kelompok sasaran
atau target group termuat dalam isi kebijakan, jenis manfaat yang diterima oleh target
group, sejauhmana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan, apakah letak sebuah
program sudah tepat, apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan
rinci, dan apakah sebuah program didukung oleh sumberdaya yang memadai.
Dalam penanganan pandemi Covid -19 perlu diperhatikan ke efektifan komunikasi
terhadap publik baik dari pemerintahan sendiri. Komunikasi pemerintahan yang efektif dalam
penanganan pandemi Covid-19 dapat dilakukan dengan menempatkan Covid-19 sebagai
complex intergovernmental problems (CIP). Sebagaimana dikemukakan Schertzer (2020),
dengan Covid-19 sebagai CIP, maka setiap elemen pemerintahan terkait wajib memahami
bahwa dalam menghadapi CIP dibutuhkan pola-pola komunikasi yang luar biasa dan bukan
tradisional. Upaya ini sebenarnya sudah dilakukan oleh pemerintah. Setidaknya tercermin
dari arahan Presiden Joko Widodo yang menegaskan menghadapi Covid-19 jangan kerja
yang biasa-biasa saja. Alternatif solusi kedua, menerapkan komunikasi resiko sebagai
pertimbangan utama, sehingga komunikasi pemerintahan harus disesuaikan dengan
kelompok-kelompok yang berbeda. Selain itu komunikasi pemerintahan juga harus
memperhitungkan aspek perilaku bagaimana orang bereaksi dan bertindak atas saran dan
informasi yang diterima. Dengan demikian, pemerintah seharusnya jangan terjebak pada
penyelenggaraan konferensi pers rutin oleh seorang juru bicara saja. Akan tetapi juga
mempertimbangkan opini masyarakat terhadap isuisu Covid-19 seperti kewajiban memakai
masker, rapid test, dan isu lainnya dengan memanfaatkan artificial intelligence. Dengan
demikian dapat diketahui secara cepat penyebab sejumlah fenomena dan jaringan informasi
yang ada, sehingga dapat segera disusun materi dan sumber informasi yang tepat.
Dalam kasus kali ini kita membahas tentang Kebijakan Penanganan Covid – 19 dengan
pendekatan teori Merilee S. Grindle. Dari pembahasan sebelumnya kita rangkum dalam
beberapa poin. Pertama variabel isi dari kebijakan :
1. Kepentingan Kelompok Sasaran
Dalam kebijakan penanganan Covid – 19 kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan
menyangkut sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target groups termuat dalam
isi kebijakan. Kepentingan tersebut berkaitan dengan berbagai kepentingan yang memiliki
pengaruh terhadap implementasi kebijakan tersebut. Contohnya pertama dengan gerakan
masker untuk semua yang mengampanyekan kewajiban memakai masker saat berada di
ruang publik atau di luar rumah. Selanjutnya yang kedua penelusuran kontak (tracing) dari
kasus positif yang dirawat dengan menggunakan rapid test atau tes cepat. Ketiga, edukasi dan
penyiapan isolasi secara mandiri pada sebagian hasil tracing yang menunjukkan hasil tes
positif dari rapid test atau negatif dengan gejala untuk melakukan isolasi mandiri. Kemudian
yang keempat adalah isolasi rumah sakit yang dilakukan kala isolasi mandiri tidak mungkin
dilakukan, seperti ada tanda klinis yang butuh layanan definitif di rumah sakit. Indikator
tersebut memiliki argumen bahwa dalam pelaksanaan kebijakan pasti melibatkan banyak
kepentingan, dan sejauh mana pengaruh yang dibawa kepentingan tersebut terhadap
implementasinya. Sehingga kepentingan kelompok sasaran tersebut terpenuhi sesuai dengan
arah kebijakan tersebut.

2. Tipe Manfaat
Dalam konten kebijakan, manfaat kebijakan berupaya untuk menunjukkan dan
menjelaskan bahwa di dalam sebuah kebijakan harus terdapat beberapa jenis manfaat yang
memuat dan menghasilkan dampak positif oleh pengimplementasian kebijakan yang akan
dilaksanakan. Dalam penanganan Covid – 19 pemerintah sendiri telah mengeluarkan
beberapa kebijakan yang telah disebut di poin pertama yang mana dalam kebijakan tersebut
memiliki manfaat untuk menunjukkan dan menjelaskan bahwa dalam kasus pandemi Covid –
19 ini masyarakat selaku pelaksana kebijakan harus menaati peraturan dari kebijakan tersebut
agar nantinya akan berdampak positif dalam kehidupan keseharian masyarakat tersebut.

3. Derajat Perubahan yang Diinginkan


Sejauhmana perubahan yang diinginkan dari kebijakan yang telah dikeluarkan maupun
yang sementara disusun atau dirancang. Derajat perubahan yang ingin dicapai menunjukkan
seberapa besar perubahan yang hendak atau ingin dicapai melalui adanya sebuah
implementasi kebijakan harus memiliki skala yang jelas. Dalam kasus Covid – 19 ini
kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah kemudian diawasi pelaksanaannya
kemudian dievaluasi agar supaya derajat perubahan yang diinginkan sesuai dengan rancangan
kebijakan tersebut. Dalam pengawasannya pemerintah sendiri berapa kali meningkatkan
pencegahan penyebaran Covid – 19 ini. Contohnya, yang dulu awalnya masa berlaku surat
tes Covid – 19 yang dapat berlaku 14 hari diubah menjadi 2 – 3 hari saja. Langkah tersebut
sudah sangat baik, mengingat kita tidak tau apa yang dilakukan oleh orang tersebut selama 14
hari berlalu sejak di tes Covid – 19 tersebut. Sehingga pencegahan penyebaran Covid – 19 ini
dapat dikendalikan dan sesuai dengan derajat perubahan yang diinginkan.

4. Letak Pengambilan Keputusan


Pengambilan sebuah keputusan di dalam sebuah kebijakan memegang peranan penting
dalam pelaksanaan sebuah kebijakan, oleh karena itu pada bagian ini harus dijelaskan dimana
letak pengambilan keputusan dari kebijakan yang akan diimplementasikan. Apakah letak
sebuah program sudah tepat atau belum ? itu tergantung dari bagaimana pemerintah selaku
pembuat keputusan dalam menentukan letak pengambilan keputusan. Dalam pelaksanaannya
sejauh ini ada beberapa yang sudah sesuai dengan letak keputusan yang diambil. Namun, ada
juga yang belum sesuai. Contohnya, dalam dana bantuan sosial sembako untuk penanganan
Covid – 19 yang kita ketahui bersama di korupsi oleh Menteri Sosial beserta beberapa
jajarannya dan sekarang juga sementara diselidiki untuk kemudian ditindaklanjuti. Peran
serta masyarakat dalam memutuskan suatu kebijakan juga sangat penting yaitu dalam hal
mengawasi pelaksanaan dari rancangan kebijakan tersebut sehingga nantinya keputusan yang
diambil dalam kebijakan tersebut sesuai dengan yang diinginkan. Pemerintah juga dalam hal
ini harus lebih transparan kepada masyarakat agar tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah meningkat dan mendorong kebijakan tersebut berjalan sesuai dengan yang
diinginkan.

5. Pelaksana Program
Maksudnya apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan pelaksana kebijakan dengan
rinci. Dalam hal ini masyarakat selaku pelaksana kebijakan harus mampu dan bisa
menyesuaikan keseharian berdasar kebijakan yang dikeluarkan agar kebijakan dapat berjalan
sesuai dengan yang diinginkan. Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan, antara
lain, menerbitkan berbagai aturan dan protokol / panduan kesehatan, kampanye cuci tangan,
penggunaan masker, jaga jarak secara masif, menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) di berbagai wilayah, melarang mudik lebaran, menyiapkan laboratorium untuk tes
Covid – 19, menjalankan tes Covid – 19 di berbagai tempat, hingga penetapan tatanan normal
baru atau biasa kita kenal dengan New Normal. Masyarakat selaku pelaksana kebijakan harus
bisa mendukung dan mendorong kebijakan yang telah dikeluarkan tersebut untuk sebagai
bentuk kerjasama terhadap pemerintah dalam pengendalian penanganan Covid – 19 ini.
Dikatakan dalam sebuah jurnal dalam melaksanakan suatu kebijakan atau program harus
didukung dengan adanya pelaksana kebijakan yang memiliki kompetensi dan capable demi
keberhasilan suatu kebijakan.

6. Sumber Daya
Pelaksanaan suatu kebijakan juga harus didukung dengan sumberdaya yang memadai
dengan tujuan agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik. Dalam penanganan Covid –
19 ini manusia sebagai sumber daya harus mampu menempatkan diri dan bersikap sesuai
dengan aturan atau kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Lingkungan yang sehat dan
bersih juga menjadi salah satu faktor pendukung untuk terlaksananya kebijakan – kebijakan
yang dikeluarkan oleh pemerintah. Yang mana manusia juga yang harus mampu menjaga
keseimbangan lingkungan sekitarnya atau ekosistem agar tercipta keberlangsungan hidup
yang sesuai dengan tatanan dunia baru atau New Normal yang diamanatkan dalam beberapa
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Selanjutnya, yang kedua adalah variabel lingkungan kebijakan meliputi :

1. Kekuasaan, Kepentingan, dan Strategi Aktor yang Terlibat


Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang
terlibat dalam implementasi kebijakan. Dalam sebuah kebijakan perlu untuk diperhitungkan
mengenai kekuatan atau kekuasaan, kepentingan, serta strategi yang digunakan oleh para
aktor yang terlibat guna melancarkan pelaksanaan suatu implementasi kebijakan. Dalam hal
ini pengawasan dari masyarakat penting untuk terlibat dalam memetakan hal tersebut diatas.
Agar supaya nantinya dalam pelaksanaannya tidak ada unsur kepentingan pribadi atau
golongan didalamnya. Seperti yang sudah disebut diatas kasus korupsi dana bansos untuk
penanganan Covid – 19 oleh Menteri Sosial beserta beberapa bawahannya yang mana hal
tersebut dilakukan untuk memperkaya diri sendiri dan beberapa golongannya yang kemudian
hasil korupsi tersebut digunakan untuk gaya hidup yang mewah.
2. Karakteristik Lembaga dan Penguasa
Bagaimanakah keberadaan institusi dan rezim yang sedang berkuasa. Lingkungan
dimana suatu kebijakan tersebut dilaksanakan juga memiliki pengaruh terhadap
keberhasilannya, maka pada bagian ini dijelaskan bagaimana karakteristik dari suatu lembaga
yang akan turut mempengaruhi suatu kebijakan. Pemerintah selaku lembaga atau pun jgua
penguasa harus mampu memberikan contoh yang baik kepada masyarakat dalam hal untuk
mensosialisasikan program – program dari kebijakan yang dikeluarkan. Agar supaya
masyarakat juga dapat taat dan patuh terhadap kebijakan tersebut sesuai dengan yang
dicontohkan oleh pemerintah.

3. Tingkat Kepatuhan dan Daya Tanggap (Responsifitas) Kelompok Sasaran


Kepatuhan dan respon dari masyarakat selaku pelaksana kebijakan menjadi sebuah aspek
penting dalam proses pelaksanaan suatu kebijakan, maka yang hendak dijelaskan dari poin ini
adalah sejauhmanakah kepatuhan dan respon dari pelaksana dalam menanggapi suatu
kebijakan. Kebijakan penanganan Covid – 19 yang telah diputuskan dan kemudian
dikeluarkan oleh pemerintah dalam hal ini untuk mendorong dan mendukung kegiatan
masyarakat sesuai dengan protokol kesehatan dalam tatanan dunia baru (New Normal).
Kepatuhan masyarakat dan Responsifitas dari masyarakat terhadap kebijakan tersebut yang
nantinya menjadi bahan pertimbangan oleh pemerintah untuk kemudian dievaluasi bagian
mana yang perlu diperbaiki agar supaya keberlangsungan hidup masyarakat dapat berjalan
dengan lancar seperti biasanya namun dalam kondisi yang berbeda yaitu sesuai dengan
protokol kesehatan.

Berikut beberapa kebijakan dalam penanganan kasus Covid – 19 di Indonesia :


1) Pembentukan Tim Gerak Cepat (TGC) di wilayah otoritas pintu masuk negara di
bandara/pelabuhan/pos lintas batas darat negara (PLBDN).
2) Pada 18 Januari 2020, Indonesia melakukan pemeriksaan kesehatan di 135 titik
bandar udara, darat, dan pelabuhan menggunakan alat pemindai suhu.
3) Kementerian Kesehatan (Kemkes) menunjuk sedikitnya 100 Rumah Sakit rujukan
yang sebelumnya dipakai pada kasus flu burung.
4) Kemkes mengembangkan pedoman kesiapsiagaan mengacu pada pedoman sementara
World Health Organization (WHO).
5) Kemkes membuka kontak layanan yang dapat diakses umum. Layanan ini digunakan
untuk mengomunikasikan hal-hal terkait Covid-19.
6) Penerbitan Keputusan Presiden (Keppres) No. 7 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas
Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) pada 13 Maret 2020;
dan Keppres No. 9 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Keppres No. 7 Tahun 2020
pada 20 Maret 2020.

Kebijakan di Bidang Kesehatan :

1) Perlindungan tenaga kesehatan, terutama pembelian APD


2) Pembelian alat-alat kesehatan yang dibutuhkan, seperti: test kit, reagen, ventilator,
hand sanitizer dan lain-lain sesuai standar yang ditetapkan Kementerian Kesehatan.
3) Upgrade 132 rumah sakit rujukan bagi penanganan pasien Covid-19, termasuk
Wisma Atlet.
4) Insentif dokter (spesialis Rp.15 juta/bulan), dokter umum (Rp.10 juta), perawat
Rp.7.5 juta dan tenaga kesehatan lainnya Rp.5 juta.
5) Santunan kematian tenaga medis Rp. 300 juta
6) Dukungan tenaga medis, serta penanganan kesehatan lainnya.

Kebijakan di Bidang Sosial :

1) Program Keluarga Harapan 10 Juta Keluarga Penerima Manfaat, dibayarkan mulai


April (sehingga bantuan setahun naik 25 %)
2) Dukungan logistik sembako dan kebutuhan pokok 25 Triliun.
3) Kartu sembako dinaikkan dari 15,2 juta menjadi 20 juta penerima, dengan manfaat
naik dari Rp.150.000 menjadi Rp. 200.000,- selama 9 bulan (naik 33 persen)
4) Kartu Prakerja dinaikkan dari 10 T menjadi 20 triliun untuk bisa mengcover sekitar
5,6 juta pekerja informal, pelaku usaha mikro dan kecil. Penerima manfaat mendapat
insentif  pasca pelatihan Rp 600 ribu, dengan biaya pelatihan 1 juta.
5) Pembebasan biaya listrik 3 bulan untuk 24 juta pelanggan listrik 450VA, dan diskon
50% untuk 7 juta pelanggan 900VA bersubsidi. 
6) Tambahan insentif perumahan bagi pembangunan perumahan masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR) hingga 175 ribu.

Kebijakan Perdagangan Ekspor – Impor :

1) Penyederhanaan larangan terbatas (lartas) ekspor


2) Penyederhanaan larangan terbatas (lartas impor)
3) Percepatan layanan proses ekspor-impor melalui national logistic ecosystem.

Kebijakan di Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

1) Memberikan stimulus untuk debitur melalui penilaian kualitas kredit sampai 10


Milyar berdasarkan ketepatan membayar 
2) Restrukturisasi untuk seluruh kredit tanpa melihat plafon kredit.
3) Restrukturisasi kredit UMKM dengan kualitas yang dapat langsung menjadi lancar.

Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)

1) Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala


Besar dalam rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
ditetapkan pada 31 Maret 2020. Pemerintah Daerah (Pemda) dapat melakukan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk satu provinsi atau kabupaten/kota
tertentu. PSBB dilakukan dengan pengusulan oleh gubernur/bupati/walikota kepada
Menteri Kesehatan. 
2) Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 Tahun 2020 tentang Pedoman PSBB dalam
rangka Percepatan Penanganan Covid-19 ditetapkan pada 3 April 2020. Kebijakan
PSBB antara lain: 1) Peliburan sekolah dan tempat kerja; 2) Pembatasan kegiatan
keagamaan; 3) Pembatasan kegiatan di tempat/fasilitas umum; 4) Pembatasan
kegiatan sosial budaya; 5) Pembatasan moda transportasi; dan 6) Pembatasan
kegiatan lainnya terkait aspek pertahanan dan keamanan.
3) Pada 7 April 2020, Menkes menyetujui PSBB untuk diterapkan di DKI Jakarta.
PSBB dilakukan selama 14 hari. Ojek online dilarang membawa penumpang. Jadwal
KRL dievaluasi ulang dan dikurangi. Di wilayah Jabodetabek, akan dibagikan
sembako senilai Rp 200 ribu per keluarga. Nantinya penerima bantuan akan
mendapakan Rp 600 ribu per keluarga yang diberikan selama kurun waktu 3 bulan.

Kebijakan di Bidang Hukum :

1) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) telah membebaskan 22.158 orang


narapidana dan anak. Sebanyak 15.477 orang di antaranya keluar penjara melalui
program asimilasi. Sementara 6.681 orang lainnya menghirup udara bebas melalui
program hak integrasi, baik berupa pembebasan bersyarat, cuti bersyarat, maupun
cuti menjelang bebas.

Kebijakan / Fasilitas Lainnya :

1) Pemerintah membangun fasilitas observasi, penampungan, dan karantina untuk


mengendalikan infeksi Covid-19 di Pulau Galang. Kapasitas ini terdiri dari 1.000
tempat tidur. Fasilitas ini siap pada 6 April 2020.
2) Pada 23 Maret 2020, Wisma Atlet Kemayoran diresmikan menjadi rumah sakit
darurat Covid-19. Fasilitas ini dilengkapi dengan laboratorium, farmasi, dan
peralatan medis portable. Fasilitas ini mampu menampung sampai dengan 3.000
tempat tidur.

SEKIAN DAN TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai