Anda di halaman 1dari 8

Ujian Tengah Semester (UTS)

Teori Kebijakan Publik

Fatwa Budiyanti
121012201006

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TRISAKTI
2023
Soal 1.
a) Aspek Ontologi dalam filafat Kebijakan Publik menitik beratkan pada
Pendekatan ontologi atau metafisik yang menekankan pada hakikat
keberadaan, dalam hal ini keberadaan kebijakan publik itu sendiri.
Keberadaan kebijakan publik tidak terlepas dari interaksi antara
pemerintah dan masyarakat. Oleh sebab itu, hakikat kebijakan publik
berkenaan dengan hakikat pemerintahan. Yang juga berkaitan erat
dengan makna dari adanya setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah.
Aspek Epistemologi dalam filsafat kebijakan public menitik beratkan
pada pengetahuan sistematik mengenahi kebijakan public beserta seluruh
teory kebijakan public yang melekat didalam setiap kebijakan yang
diambil oleh Pemerintah. Epistimologi filsafat kebijakan publik dapat juga
diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar tentang teori-teori
kebijakan publik yang terkait. Epistimologi filsafat kebijakan publik
membicarakan tentang asal muasal, sumber, metode, struktur dan
validitas atau kebenaran pengetahuan tentang seluruh kebijakan publik.
Aspek Aksiologi dalam filsafat kebijakan public menitik beratkan pada
nilai dari setiap teori kebijakan public yang digunakan. Aspek Aksiologi
dipahami sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan kebijakan public yang diperoleh.
b) Dalam kasus di Indonesia kita dapat mengambil Contoh kebijakan publik
di bidang kesehatan untuk penanganan covid-19, Contoh kebijakan publik
yang diambil Pemerintah untuk mengatasi pandemi untuk bidang
kesehatan yang dapat kita uraikan sebagai berikut;
1. Rp65,8 triliun untuk belanja penanganan kesehatan dari poin ini
secara aspek ontology sangat berkaitan karena Pemerintah
memastikan keberadaan Pemerintah sebagai institusi yang
bertanggungjawab terhadap masyarakatnya, aspek ontology kebijakan
public sangat berkaitan didalamnya karena keberpihakan dan
keberadaan menjadi sangat nyata dengan kebijakan yang dilakukan.
2. Anggaran untuk insentif akan ditanggung bersama oleh Pemerintah
Pusat dan Daerah, termasuk menggunakan DAK Nonfisik Kesehatan
dari Biaya Operasional Kesehatan dan APBD. Dari poin ini secara
aspek epistemology kebijakan public sangat berkaitan karena
Pemerintah Pusat dengan pengetahuan dan kewenangannya dapat
memastikan Pemerintah daerah juga dapat bekerjasama untuk
penanganan Pandemi Covid-19.
3. Pemerintah juga menyediakan alokasi anggaran untuk biaya
perawatan pasien Covid-19 yang disentralisasi melalui Kementerian
Kesehatan. Seluruh biaya perawatan tersebut ditanggung pemerintah
sesuai standar biaya penanganan. Standar biaya perawatan sudah
meliputi paket lengkap, mulai dari biaya dokter hingga biaya
pemulangan jenazah jika pasien meninggal dunia. Pendanaan pasien
Covid-19 diambil dari APBN 2020 dan APBD. Dari poin ini aspek
aksiologi teori kebijakan public dapat dirasakan langsung oleh
masyarakat karena semua biaya perawatan ditanggung langsung oleh
Pemerintah. Teori nilai dalam aspek aksiologi dapat dilakukan dengan
maksimal.

Soal 2.
Menurut James Anderson bahwa secara umum istilah “kebijakan” atau
“policy” dipergunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor (misalnya
seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu lembaga pemerintah) atau
sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.
Menurut Robert Eyestone bahwa secara luas kebijakan publik dapat
didefinisikan sebagai “hubungan suatu unit pemerintah dengan
lingkungannya”.
Menurut Thomas R. Dye bahwa Kebijakan publik adalah apapun yang
dipilih oleh pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu
(public policy is whatever government choose to do or not to do).
Menurut Carl Friedrich bahwa Kebijakan sebagai suatu arah tindakan
yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu
lingkungan tertentu, yang memberikan hambatan-hambatan dan
kesempatan-kesempatan terhadap kebijakan yang diusulkan untuk
menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan, atau
merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu.
a) Definisi kebijakan publik dari para pakar kita dapat mengambil Benang
merah yaitu pembuatan kebijakan publik pada dasarnya adalah proses
input-output dari setiap fenomena yang terjadi di masyarakat luas
untuk Pemerintah sebagai pengambil kebijakan menentukan kebijakan
apa yang paling rasional, relevan dan tepat sasaran untuk di ambil
dalam rangka kebaikan seluruh masyarakat, dengan berbagai
pertimbangan pendekatan kebijakan publik yang banyak teori dapat
menjelaskannya. Yang pada hakikatnya mencapai tujuan dan sasaran
tertentu yang telah disepakati bersama.
b) Definsi dari James Anderson dapat kita maknai bahwa Pengertian
kebijakan seperti itu dapat digunakan dan relatif memadai untuk
keperluan pembicaraan-pembicaraan bisa, namun jadi kurang
memadai untuk pembicaraan-pembicaraan yang lebih bersifat ilmiah
dan sistematis menyangkut analisis kebijakan publik. Oleh karena itu
diperlukan batasan atau konsep kebijakan publik yang lebih tepat.
Definisi dari Robert Eyestone dapat dimaknai mengandung
pengertian yang sangat luas dan kurang pasti karena apa yang
dimaksud kebijakan publik dapat mencakup banyak hal.
Definisi dari Thomas R. Dye dapat dimaknai Walaupun batasan yang
diberikan ini agak tepat, namun batasan ini tidak cukup perbedaan
yang jelas antara apa yang diputuskan oleh pemerintah untuk
dilakukan dan apa yang sebenarnya dilakukan pemerintah. Disamping
itu, konsep ini bisa mencakup tindakan-tindakan seperti pengangkatan
pegawai baru atau pemberian lisensi. Suatu tindakan yang sebenarnya
berada diluar domain kebijakan publik
Definisi dari Carl Friedrich dapat dimaknai Pendapat ini sebenarnya
bersifat ambigu (mendua), namun definisi ini berguna karena
kebijakan dipahami sebagai arah atau pola kegiatan, dan bukan
sekedar suatu keputusan untuk melakukan sesuatu

Soal 3.
 Kaplan berpendapat bahwa kebijakan publik hendaknya berisi tujuan,
nilai-nilai, dan pratika-pratika sosial yang ada dalam masyarakat. Ini
berarti kebijakan publik tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan
pratika-pratika sosial yang ada dalam masyarakat. Ketika kebijakan
publik berisi nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai hidup
dalam masyarakat, maka kebijakan publik tersebut akan mendapat
resistensi ketika diimplementasikan. Sebaliknya suatu kebijakan publik
harus mampu mengakomodasikan nilai-nilai dan pratika-pratika yang
hidup dan berkembang dalam masyarakat.
 Thomas R. Dye mengatakan bahwa Kebijakan publik adalah apapun
yang dipilih oleh pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu ( public policy is whatever government choose to do or not to
do). Walaupun batasan yang diberikan ini agak tepat, namun batasan
ini tidak cukup perbedaan yang jelas antara apa yang diputuskan oleh
pemerintah untuk dilakukan dan apa yang sebenarnya dilakukan
pemerintah. Disamping itu, konsep ini bisa mencakup tindakan-
tindakan seperti pengangkatan pegawai baru atau pemberian lisensi.
Suatu tindakan yang sebenarnya berada diluar domain kebijakan
publik.
 Menurut William Dunn isu kebijakan merupakan produk atau fungsi
dari adanya perdebatan baik tentang rumusan, rincian, penjelasan
maupun penilaian atas suatu masalah kebijakan.
 Persamaan definisi dari mereka adalah bahwa mereka bertiga yakni
Kaplan, Thomas R. Day dan William Dunn meyakini bahwa kalau
mendefinisikan kebijakan yang hanya menekankan pada apa yang
diusulkan menjadi kurang memadai. Oleh karenanya bagi mereka
bertiga bahwa definisi mengenai kebijakan publik akan lebih tepat bila
definisi tersebut mencakup pula arah tindakan atau apa yang dilakukan
dan tidak semata-mata menyangkut usulan tindakan.
 Perbedaan pada mereka bertiga pada prinsipnya tidak mencolok,
hanya saja dipendekatan proses untuk menentukan kebijakan publik
yang paling relevan untuk diterapkan.

Soal 4.
a) Model Rasional menjelaskan bahwa dalam proses perumusan
kebijakan publik pada dasarnya bertumpu pada dua hal, yaitu
rasionalitas ekonomis dan rasionalitas birokrasi. Artinya pembuatan
kebijakan publik harus didahului oleh pembacaan yang mendalam atas
pehitungan-perhitungan dampak ekonomis apabila kebijakan tersebut
diimplementasikan. Sedangkan rasionalitas birokrasi, adalah bertumpu
pada efisien dan efektifitas kinerja birokrasi. Oleh karena itu proses
perumusan kebijakan publik haruslah mengacu pada kaidah- kaidah
ideal birokrasi seperti spesialisasi, hirarki, dan impersonal.
Model incrementalism memandang kebijakan publik sebagai suatu
kelanjutan kegiatan-kegiatan pemerintah dimasa lalu dengan hanya
mengubahnya (modifikasi) sedikit- sedikit. Model incremental adalah
merupakan kritik dan perbaikan terhadap model rasional komprehensif.
Karakteristik keputusan yang incremental sebagai pembuatan
kebijakan yang bersifat mengobati (remedial) dan lebih diarahkan pada
pemecahan masalah-masalah sosial yang konkrit yang ada sekarang,
bukan untuk meningkatkan pencapaian tujuan-tujuan sosial di masa
yang akan datang.
Model agenda-setting-process merupakan proses paling awal
dalam formulasi kebijakan, Yang dilakukan pada saat agenda setting
ini adalah membahas masalah yang masuk dari masyarakat
(perumusan masalah), meneruskannya untuk sampai pada satu
keputusan apakah masalah tersebut penting atau tidak selanjutnya
diproses. Agenda setting berhubungan dg tindak lanjut bagaimana
membawa masalah tersebut ke Pemerintah.
b) Dari ketiga model pendekatan pembuatan kebijakan public tersebut,
kita dapat mengambil study kasus yang berkaitan erat dengan ketiga
model pendekatan tersebut dan belum lama ini dilakukan oleh
pembuat kebijakan dalam hal ini Pemerintah Indonesia. Yaitu
penerapan Kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang
diambil oleh Presiden Joko Widodo menjadi pilihan dengan
menggunakan pendekatan rasional di tengah pandemi covid-19 yang
melanda Indonesia dan juga menggunakan Pendekatan
incrementalisme yang melakukan perubahan kebijakan sedikit demi
sedikit selain itu juga menggunakan Pendekatan Agenda Setting
Process karena masalah penenganan Pandemi Covid-19 harus
sesegera mungkin dilakukan karena sudah sangat meresahkan
masyarakat pada umumnya. Seperti berkali-kali disampaikan Presiden
Joko Widodo, ini kebijakan paling rasional dari banyak pilihan dan
usulan soal percepatan penanganan Covid-19. Dalam hal ini, setidak-
tidaknya ada dua pertimbangan utama pemerintah dalam menerapkan
PSBB, yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala
Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19. Pertama, tentu
saja, untuk menyelamatkan warga negara dari wabah Covid-19.
Kemudian yang kedua, pemerintah mempertimbangkan karakteristik
bangsa dengan pulau-pulau yang tersebar di penjuru Nusantara. Hal
itu juga menyangkut soal jumlah penduduk atau kondisi demografi dan
pertimbangan pemenuhan ekonomi masyarakat. PSBB didahului oleh
keluarnya kebijakan pemerintah yang ada dalam Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Covid-19. Langkah PSBB diambil
untuk melanjutkan kebijakan yang diputuskan pemerintah maupun
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. PP Nomor 21 Tahun
2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka
Percepatan Penanganan Covid-19 yang ditandatangani Presiden Joko
Widodo pada 31 Maret 2020 dan berlaku mulai tanggal diundangkan
yakni di hari yang sama. Dengan adanya PP tersebut, setiap
pemerintah daerah di Indonesia dapat menjalankan PSBB di daerah
masing-masing jika mendapatkan persetujuan dari Menteri Kesehatan.
Apabila disetujui, pelaksanaannya mesti mengacu pada Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.
Penerapan PSBB di wilayah tertentu di Tanah Air juga dapat dilakukan
berdasarkan usulan dari Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19.

Anda mungkin juga menyukai