Anda di halaman 1dari 9

ESSAY PENERAPAN, TANTANGAN & PENGEMBANGAN RISET MENGENAI

DATA SAINS UNTUK KEBIJAKAN SDGs no.3


“KESEHATAN YANG BAIK DAN KESEJAHTERAAN”
(kasus pandemi COVID-19)

Disusun Oleh:
GIRINDRA CHANDRA ALAM (2206112691)
JONATAN HALOMOAN (2206112836)
PARAS DITA (2206008773)

I. Pendahuluan

Sustainable Development Goals (SDGs) atau biasa kita sebut dengan Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan adalah poin - poin yang menjadi dasar dan panduan
dalam pembangunan global yang diluncurkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) pada tahun 2015. Tujuannya sendiri adalah untuk mencapai kesejahteraan
sosial, ekonomi, dan lingkungan di seluruh dunia pada tahun 2030. Pada Essay ini
kami akan berfokus pada salah satu SDGs yang penting yaitu SDGs nomor 3, yang
isinya adalah "Kesehatan yang baik dan kesejahteraan". Dimana SDGs nomor 3
merupakan salah satu SDGs yang memiliki ketersedian data yang paling tinggi
dibandingkan dengan SDGs yang lainnya. Tujuan dari SDGs ini adalah memastikan
kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua dan untuk semua
usia. Target dari SDGs nomor 3 meliputi pengurangan angka kematian bayi dan ibu
hamil, penanggulangan penyakit menular, peningkatan kesehatan mental, dan
meningkatkan akses ke layanan kesehatan dasar.

Beberapa saat lalu kita telah melihat salah satu bencana yang di rasakan oleh seluruh
dunia yaitu pandemi COVID-19 dimana saat ini angkanya sudah mulai menurun di
seluruh dunia. Dari data yang dikeluar Oleh UN dalam “SDGs Report 2022”
menunjukan bahwa covid-19 telah menginfeksi 500 juta orang, menjadi penyebab
atas 15 juta kematian dan mengangu 92% layanan kesehatan di berbagai negara,
Melihat hal tersebut dan besarnya dampak yang diderita oleh semua lapisan
masyarakat maka penerapan riset dalam mengantisipasi dan mengembangan
kebijakan SDGs nomor 3 menjadi semakin penting. Data sains sangatlah diperlukan
untuk mengidentifikasi tantangan dari aspek kesehatan dan juga bagaimana
mengembangkan strategi untuk mengatasi masalah tersebut atau masalah lain yang
mungkin saja akan muncul kedepannya. Dalam essay ini, kami akan membahas
tentang penerapan riset, tantangan riset, dan pengembangan riset kedepan terkait
data sains dalam mengambil kebijakan - kebijakan terkait SDGs nomor 3 terlebih
dalam kasus pandemi COVID-19.
II. Penerapan

Penerapan riset sangat penting untuk memahami tantangan kesehatan yang ada dan
juga menjadi pendorong dalam mengembangkan solusi untuk mengatasi masalah
tersebut. Para ahli statistik di dunia saat ini sedang mengumpulkan data dan belajar
dari pandemi COVID-19 dengan harapan mereka dapat mengambil “pengetahuan”
yang baru yang nantinya akan memberikan pemahaman yang lebih baik dalam
menangani dan memitigasi resiko - resiko yang akan muncul kedepannya. Dalam
prakteknya riset mengenai kesehatan akan berkaitan dengan pengumpulan, analisis,
dan interpretasi data untuk memahami penyakit, pengobatan, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan. Penerapan riset dalam pengembangan kebijakan SDGs
nomor 3 meliputi beberapa hal yang bisa dijabarkan sebagai berikut:

Identifikasi Tantangan Kesehatan

Salah satu manfaat utama dari riset dalam bidang kesehatan adalah membantu
mengidentifikasi tantangan kesehatan yang ada. Tantangan kesehatan dapat
berbeda-beda di berbagai negara, bahkan di dalam satu negara pun dapat berbeda-
beda. Penerapan riset dapat membantu dalam identifikasi masalah kesehatan yang
ada di suatu daerah, memperkirakan jumlah penderita penyakit tertentu, serta
menemukan faktor-faktor yang yang menjadi penyebab suatu penyakit. Dalam kasus
COVID-19 berbagai negara telah melakukan identifikasi masing - masing terkait
bagaimana mengoptimalkan kesehatan penduduknya. Negara seperti China yang
merupakan sumber awal dari penyakit ini mengidentifikasi bahwa tantangan utama
dari penyakit ini adalah mengenai tingkat penularannya sehingga negara tersebut
mengambil kebijakan dengan melakukan lockdown. Negara lain seperti Indonesia di
awal - awal kemunculannya mengidentifikasi bahwa penyakit ini tidak terlalu
berbahaya sehingga tidak perlu melakukan lockdown cukup dengan melakukan
perubahan budaya kerja dari WFO ke WFH dan juga dari tidak mengunakan masker
menjadi mengunakan masker untuk meminimalisir penularan.

Mengembangkan Strategi Kebijakan

Untuk mengatasi masalah kesehatan yang telah diidentifikasi, hasil riset dapat
membantu dalam menentukan prioritas dalam pengalokasian anggaran kesehatan,
serta mengembangkan kebijakan yang terbaik untuk mengatasi masalah kesehatan
yang ada. Dalam menghadapi Pandemi COVID-19 strategi indonesia berubah dari
yang tadinya hanya meminimalisir penularan berubah menjadi bagaimana
membangun daya tahan tubuh yang kuat untuk melawan penyakit tersebut sehingga
pemerintah indonesia berfokus pada kebijakan - kebijakan yang membangun herd-
imunity seperti pemberian vaksin dan juga bagaimana melakukan perawatan pada
orang - orang yang terjangkit. dari sini juga dapat dilihat bagaimana pengalokasian
anggaran pemerintah indonesia tidak berfokus pada menstop penularan dengan
mengratiskan biaya swab antigen atau PCR tetapi anggaran difokuskan kepada
pengobatan orang yang sudah terjangkit dengan pemberian vaksin gratis.

Evaluasi Efektivitas Kebijakan

Riset dalam bidang kesehatan dapat membantu dalam mengevaluasi efektivitas


kebijakan yang telah diterapkan. Riset juga memiliki peranan penting dalam
membantu menemukan cara terbaik untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan
yang sudah ada. Beberapa hasil riset dalam penanganan kasus pandemi COVID-19
di indonesia menunjukan bahwa terdapat hal - hal yang harus diperbaiki salah satunya
adalah tingkat keikutsertaan masyarakat Indonesia dalam program vaksin yang masih
rendah. Dari beberapa hasil riset ditemukan ditemukan fakta - fakta yang menarik
bahwa rendahnya tingkat keikutsertaan tersebut disebabkan oleh kurang nya
sosialisasi dan pemahaman masyarakat terkait vaksinasi. Merespon hal ini
pemerintah memberikan solusi yang cukup unik salah satunya dengan melakukan
kegiatan vaksinasi oleh aparat penegak hukum atau kepolisian. Dari kegiatan tersebut
Hasil yang didapat adalah dari kurang lebih 200 juta penduduk indonesia yang sudah
menerima vaksin dosis pertama, 22 juta diantaranya divaksinasi oleh pihak kepolisian.

Peningkatan Pemahaman tentang Penyakit dan Pengobatan

Riset pada bidang kesehatan dapat membantu meningkatkan pemahaman terkait


penyakit yang sudah ada. Riset klinis dan penelitian tentang jenis - jenis obat terbaru
dapat membantu dalam pengembangan obat dan metode pengobatan yang lebih
efektif dan efisien untuk berbagai penyakit. Selain itu, riset juga dapat membantu
meningkatkan pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan,
seperti lingkungan, gaya hidup, dan kebiasaan makan. Pada kasus pandemi COVID-
19 para peneliti telah menunjukan bahwa dampak langsung yang diderita dari COVID-
19 relative tidak terlalu besar, hal yang membuat penyakit ini semakin berbahaya
adalah faktor dimana orang yang terkena memiliki penyakit bawaan. Hal ini
menunjukan bahwa pentingnya peranan menjaga tubuh agar tetap sehat. Hal ini juga
menjadi sentilan bagi pemerintah indonesia terutama kementrian kesehatan bahwa
dalam menjaga kesehatan masyarakat atau dalam hal ini SDGs no.3 sangat penting
untuk membangun program - program yang sifatnya tidak hanya korektif tetapi juga
preventif.

III. Tantangan

Telah menjadi sebuah keniscayaan dimana dalam melaksanakan riset terkait hal
apapun di Indonesia pasti terdapat tantangan tersendiri, tidak terkecuali dengan riset
terkait data science. Beberapa tantangan riset dalam pengembangan kebijakan SDGs
nomor 3 di Indonesia adalah sebagai berikut:

Keterbatasan Akses dan Ketersediaan Data


Salah satu tantangan utama dalam melakukan riset kesehatan adalah keterbatasan
akses dan ketersediaan data. Indonesia sendiri saat ini masih belum dapat mengelola
datanya dengan baik. Padahal Pemerintah sendiri merupakan penguasa data para
warganya. Bayangkan saja dengan satu nomor NIK, pemerintah dapat mengetahui
nomor telepon yang digunakan seseorang, rekening yang dimiliki, kendaraan yang
dimiliki, tanah yang menggunakan atas nama seseorang, bahkan data kesehatan.
Namun, dengan kekayaan data seperti ini, apakah Pemerintah Indonesia telah
mampu untuk mengelolanya dan menyusun kebijakan atas data olahan tersebut? Hal
ini yang perlu menjadi perhatian bagi para pengambil kebijakan di Indonesia ini.

Pemerataan akses bagi masyarakat juga masih menjadi PR bagi Pemerintah. Betapa
tidak? Kebanyakan data di Indonesia, terutama di daerah masih dilakukan dan
dikelola secara manual. Bahkan untuk pengajuan Kartu Tanda Pengenal (KTP) yang
digadang-gadang merupakan Single Identity Number pun dilakukan secara manual di
beberapa daerah. Puskesmas yang merupakan unit pelayanan kesehatan yang
pertama kali diakses oleh mayoritas penduduk Indonesia pun masih menggunakan
prosedur pencatatan manual. Prosedur pencatatan manual inilah yang menjadikan
data-data tidak tercatat dengan baik, bahkan bisa jadi tercecer. Pencatatan secara
manual ini pun pada akhirnya sulit dilakukan integrasi antara satu sama lain karena
adanya perbedaan format. Pada akhirnya, data-data ini hanya teronggok menjadi
tumpukan kertas tanpa dilakukan migrasi ke bentuk digital dan tentu saja tanpa
pengolahan data.

Alasan mengapa data di Indonesia masih dikelola secara manual dapat disebabkan
oleh beberapa hal sebagai berikut:

- Adanya keterbatasan teknologi dan infrastruktur;


- Belum adanya dana dan sumber daya yang dapat mengelola data dengan
efektif;
- Terlalu terbiasa dengan kebiasaan lama sehingga enggan melakukan
perubahan; dan
- Kekhawatiran terkait keamanan data apabila data dikelola secara digital.

Hingga saat ini Indonesia masih belum memiliki Pusat Data Nasional atau lembaga
yang secara khusus yang mengelola seluruh data yang dimiliki oleh K/L/D beserta
BUMN. Saat ini K/L/D dan BUMN masih mengelola data mereka secara tersendiri.
Selain itu, masih menjadi PR bagi pemerintah untuk melakukan Data kesehatan juga
merupakan data yang sulit diperoleh, terutama di daerah yang memiliki infrastruktur
kesehatan yang terbatas. Selain itu, data yang diperoleh mungkin tidak lengkap atau
tidak akurat sehingga hal tersebut dapat mengganggu analisis riset.

Tantangan Etika dalam Riset Kesehatan


Dalam melakukan riset, periset harus memperhatikan masalah etika dalam melakukan
penelitian. Beberapa isu etika yang perlu diperhatikan dan pada saat ini menjadi
concern masyarakat adalah sebagai berikut:

- Perlindungan privasi dan keamanan data;


- Persetujuan partisipan; dan
- Penggunaan data yang tidak sesuai.

Contoh pengumpulan data yang sempat tersangkut kasus etika adalah masalah
dalam penggunaan aplikasi PeduliLindungi. Aplikasi PeduliLindungi merupakan
aplikasi yang bertujuan untuk melakukan tracing kontak Covid-19 yang bertujuan
untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 dengan cara melakukan scan barcode di
beberapa area publik seperti mall, taman kota, stadion, dll yang bertujuan untuk
membatasi jumlah orang yang ada dalam area tersebut agar tidak saling berkontak
erat satu sama lain. Aplikasi ini juga dapat mengenali seseorang yang merupakan
suspek/penderita Covid-19 agar tidak masuk ke dalam area publik tersebut sehingga
penyebaran Covid-19 dapat dicegah. Kemudian yang menjadi permasalahan adalah
beberapa pengguna merasa tidak aman dalam menggunakan aplikasi tersebut karena
mandatory aplikasi dalam mengakses beberapa informasi pribadi user yang
dikhawatirkan dapat disalahgunakan atau bahkan bocor, meskipun Pemerintah
sendiri sudah melakukan klaim bahwa aplikasi tersebut aman dan data akan dihapus
setelah periode waktu tertentu.

Untuk data kesehatan sendiri merupakan data pribadi yang sangat sensitif sehingga
perlu kehati-hatian yang ekstra untuk mengelola data ini agar dapat diperuntukkan
sesuai dengan tujuannya.

Tantangan etika seperti ini yang kemudian dapat memperlambat proses riset dan
membuat biaya riset meningkat.

Kompleksitas Riset

Riset terkait dengan bidang kesehatan seringkali sangat kompleks dan membutuhkan
waktu yang lama untuk dilakukan. Dalam hal ini, apabila seseorang ingin melakukan
riset kesehatan, periset perlu mengajukan penelitian klinis memerlukan waktu yang
cukup lama untuk menyelesaikan uji klinis dan mendapatkan persetujuan untuk
melakukan penelitian tersebut. Selain itu, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
bahwa sumber data kesehatan berasal dari berbagai instansi yang berbeda yang tidak
memiliki satu format baku dan beberapa diantaranya masih berupa format manual,
sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi periset untuk menyatukan data tersebut.
Perbedaan format tersebut juga besar kemungkinan akan membuat sebuah data tidak
memiliki data yang cukup untuk diolah.
Periset juga harus memiliki keahlian dalam menentukan metode apa yang akan
digunakan untuk menganalisis data serta menentukan parameter-parameter mana
yang kemudian menjadi variabel kontrol.

Biaya Riset yang Mahal

Riset kesehatan membutuhkan biaya yang sangat besar, terutama jika melibatkan
penelitian klinis dan pengembangan obat baru. Penggabungan data-data yang
memiliki format berbeda dan migrasi form manual ke digital juga tentunya akan
memakan dana yang sangat besar. Belum lagi dengan sumber daya pengolah data
yang juga harus memiliki keterampilan yang berkualitas tinggi untuk dapat
mengembangkan model dan memilih algoritma yang tepat.

Masalah terkait privasi juga menjadi beban biaya yang besar untuk riset di bidang
kesehatan. Data kesehatan yang sensitif ini tidak boleh sampai bocor ke pihak-pihak
yang tidak berwenang dan tidak boleh mudah dicuri, sehingga periset perlu
mengalokasikan dana yang besar untuk perlindungan data.

IV. Pengembangan

Masih terdapat berbagai tantangan dalam melakukan riset memanfaatkan data


science dalam bidang kesehatan untuk pengembangan kebijakan dalam Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) nomor 3, baik itu dari
segi keterbatasan akses data, tantangan etika dalam riset, kompleksitas, dan biaya.

Namun dapat ditemukenali pula kesempatan untuk memanfaatkan data science yang
dapat diterapkan untuk menjawab kebutuhan di bidang kesehatan. Salah satu
bentuknya adalah pemanfaatan data science berupa penggunaan teknologi dan
keterampilan khusus seperti big data dan machine learning yang dapat membantu
dalam pengolahan data kesehatan yang besar dan kompleks sehingga lebih efisien
dan akurat. Selain itu, peningkatan keterampilan khusus dalam bidang statistik dan
metode penelitian juga dapat membantu dalam meningkatkan kualitas riset
kesehatan. Contoh konkrit pemanfaatan machine learning dan big data adalah dalam
membantu mencegah terjadinya persebaran penyakit dengan melakukan
forecasting/prediksi pola persebaran penyakit tersebut berdasarkan data historis dan
memanfaatkan machine learning. Berdasarkan salah satu paper berjudul Analisis Pola
Penyebaran Penyakit dengan Menggunakan Algoritma C4.5 pada Jurnal Teknik
Informatika Unika St. Thomas (JTIUST), Volume 03 Nomor 01, diberikan salah satu
contoh algoritma yaitu C4.5, salah satu metode machine learning berupa algoritma
klasifikasi untuk membuat pohon keputusan yang dapat memprediksi dan membantu
dalam menginterpretasikan solusi dari sebuah masalah. Algoritma ini membantu
dalam mengklasifikasi data pasien untuk memprediksi pola persebaran penyakit.
Data science juga dapat meningkatkan kolaborasi data antar negara, contohnya
pengembangan selama masa pandemi, adanya dashboard penyebaran virus COVID-
19 dari WHO, yang berdasarkan data terupdate dari seluruh negara di dunia,
dashboard tersebut menunjukkan kenaikan jumlah pasien COVID-19 setiap harinya,
jumlah pasien meninggal dunia, pasien sembuh, dan juga memiliki grafik visualisasi
trend setiap negara. visualisasi ini didasarkan pada data science, dengan
memanfaatkan kolaborasi antar negara supaya dapat membantu dalam mengatasi
keterbatasan akses dan ketersediaan data kesehatan. Dengan pertukaran data dan
sumber daya, data science dapat membantu meningkatkan keterampilan dan
kapasitas peneliti dalam melakukan riset kesehatan dan dalam mengakses data
terupdate dari big data, melengkapi analisis dari hasil survey yang dilakukan secara
resmi. Lebih jauh, data ini juga dapat membantu dalam mengatasi tantangan
kedepannya karena berdasarkan historis tersebut, pemerintah dapat mengambil
keputusan strategi yang terbaik berdasarkan pola persebaran penyakit, kapasitas
rumah sakit dan fasilitas kesehatan, serta ketersediaan tenaga medis. Belajar dari
masa pandemi Covid-19, banyak Rumah Sakit yang collapse karena beban kerja yang
terlalu tinggi. Data science seharusnya dapat memprediksi persebaran pasien
sehingga pasien dapat segera dirujuk ke rumah sakit lain dengan kapasitas yang
masih tersedia.

Data science dapat membantu pemerintah dalam menyusun kebijakan terkait


penanggulangan penyakit, contohnya pusat data kesehatan dari semua rumah sakit
di sebuah daerah diolah, untuk menentukan penyakit mana yang mendominasi di
rumah sakit di daerah tersebut. Dari peta persebaran penyakit tersebut, pemerintah
dapat mengimplementasikan machine learning yang membantu dalam pengambilan
keputusan dan menyusun strategi. Misalkan, jika di daerah tertentu terdapat banyak
pasien Demam Berdarah pada rentang bulan tertentu, pemerintah dapat menggiatkan
program penyemprotan/fogging, menyiapkan tenaga kesehatan dan memastikan
ketersediaan serta kesejahteraan tenaga kesehatan melalui data science. Data
science dapat membantu dalam perencanaan kapasitas dan stock dari alat
kesehatan, mengingat terjadinya kelangkaan oksigen pada masa COVID varian delta
dan omicron, dengan data science, seharusnya dapat segera di cek ketersediaan
oksigen dan menghindari kelangkaan dengan persiapan stock yang didasarkan pada
data science.

Data Science dapat membantu mempercepat pengembangan metode pengobatan


dan vaksin baru. Salah satunya dengan visualisasi data hasil riset, dengan
memanfaatkan big data analytics. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa riset
kesehatan dapat dilakukan dengan baik dan efektif. Dalam salah satu riset berjudul
Visualisasi Data Program Vaksinasi Covid-19 di Kota Depok dengan Big Data
Analytics, pada Jurnal Media Informatika Budidarma Volume 5, Nomor 4, Oktober
2021 disebutkan beberapa prinsip dasar vaksinasi dan imunisasi yang ditetapkan oleh
WHO, salah satunya adalah keputusan yang harus didasarkan pada lmu pengetahuan
sehingga akuntabel dan dapat dipertanggungjawabkan untuk bekerjasama dengan
komponen program kesehatan lainnya. Pada riset tersebut dilakukan visualisasi data
dari berjalannya program vaksinasi COVID-19 di kota Depok berdasarkan data dari 5
rumah sakit. Dari hasil visualisasi ini dapat disimpulkan bahwa peningkatan penerima
vaksin di kota depok mengalami peningkatan signifikan mulai dari rentang Januari
hingga Agustus 2021, dengan jenis vaksin utamanya adalah CoronaVac. Disini
cabang ilmu dari data science yaitu big data analytics berperan penting menyajikan
visualisasi yang dapat membantu dalam pembuatan keputusan, dan dapat mengukur
pengaruh dan korelasi dari jenis vaksin di setiap fasilitas kesehatan.

V. Kesimpulan

Untuk menuju tujuan pembangunan berkelanjutan dalam bidang kesehatan yaitu


memastikan kesehatan dan kesejahteraan untuk semua umur, pemanfaatan data
science dalam riset kesehatan menjadi sangat penting, terutama dalam dalam
pengembangan kebijakan SDGs, dalam mengatasi pandemi COVID-19 dan
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat pasca pandemi. Pandemi
COVID-19 sempat menghambat tercapainya target dari tujuan pembangunan
berkelanjutan, seperti akibat dari kapasitas fasilitas kesehatan yang overload untuk
pasien COVID selama masa pandemi, namun di sisi lain terlihat pengembangan dan
pemanfaatan data science untuk membantu memitigasi risiko penularan seperti
monitoring penerapan social distancing.

Penerapan Data science membantu pemerintah dalam pemilihan strategi melawan


COVID-19 yang berfokus pada pencapaian herd-immunity dengan akselerasi
vaksinasi kepada seluruh lapisan masyarakat. Data menunjukkan bahwa pada
awalnya kurangnya keikutsertaan masyarakat dalam program vaksin, disebabkan
oleh rendahnya sosialisasi vaksin di Indonesia sehingga dilakukan strategi
mewajibkan vaksin bahkan dibantu oleh aparat kepolisian.

Tantangan dalam penerapan data science untuk riset kesehatan baik itu yang berupa
keterbatasan akses dan ketersediaan data diakibatkan oleh banyaknya data yang
masih dikelola secara manual dan terpisah-pisah oleh masing-masing lembaga,
tantangan etika dalam riset seperti perlindungan privasi dan keamanan data, sehingga
perlu kehati-hatian yang ekstra untuk mengelola data ini agar dapat diperuntukkan
sesuai dengan tujuannya.

Meskipun terdapat beberapa tantangan dalam melakukan riset kesehatan, terdapat


juga beberapa pengembangan riset yang dapat dilakukan untuk mengatasi tantangan
tersebut. Salah satunya adalah pemanfaatan data science berupa penggunaan
teknologi dan keterampilan khusus seperti machine learning yang dapat membantu
dalam pengolahan data kesehatan yang besar dan kompleks sehingga lebih efisien
dan akurat. Data science juga dapat membantu dalam mengatasi tantangan
kedepannya karena berdasarkan data historis, pemerintah dapat mengambil
keputusan strategi yang terbaik berdasarkan pola persebaran penyakit, kapasitas
rumah sakit dan fasilitas kesehatan, serta ketersediaan tenaga medis, membantu
pemerintah dalam menyusun kebijakan terkait penanggulangan penyakit,
mempercepat pengembangan metode pengobatan dan vaksin baru. Salah satunya
dengan visualisasi data hasil riset, dengan memanfaatkan big data analytics. Semua
hal adalah beberapa cara penerapan data science menjawab tantangan untuk
mendukung tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan dalam bidang kesehatan,
sehingga menjadi sangat penting untuk dipelajari.

VI. Reference

● The Sustainable Development Goals Report 2022 , United Nation


● Nalawati, R.E., Liliana, D.Y;Visualisasi Data Program Vaksinasi Covid-19 di
Kota Depok dengan Big Data Analytics; Jurnal Media Informatika Budidarma,
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2021, Page 1570-1579
● Turnip, S.M., Silitonga, P.; Analisis Pola Penyebaran Penyakit dengan
Menggunakan Algoritma C4.5; Jurnal Teknik Informatika Unika St. Thomas
(JTIUST), Volume 03 Nomor 01, Juni 2018, ISSN : 2548-1916
● https://sdgs.bappenas.go.id/
● https://vaksin.kemkes.go.id/#/vaccines

Anda mungkin juga menyukai