Anda di halaman 1dari 4

Pada hakikatnya, sebuah perumusan kebijakan tidak selalu menghasilkan

produk peraturan perundang-undangan. Pada beberapa keadaan, pembuat


kebijakan justru tidak mengambil tindakan apapun terhadap sebuah permasalahan
dan membiarkannya selesai sendiri. Pemerintah dituntut untuk sesegera mungkin
melakukan aksi nyata dalam menangani ancaman Covid 19 melalui pembentukan
produk hukum turunan. Terdapat 5 Peraturan Pemerintah dan 11 Peraturan
Menteri Kesehatan yang seharusnya dibuat dalam rangka memberi kepastian
hukum pelaksanaan UU no 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan
(Telaumbanua, 2020). Kebijakan apapun yang diambil oleh Pemerintah akan
sangat berdampak pada proses percepatan penanganan Covid 19 di Indonesia.
Namun, kebijakan yang baik saja tidak cukup untuk menangani wabah
Covid 19 di negeri ini. Dibutuhkan pula komitmen dari masyarakat untuk
mematuhi segara aturan dan kebijakan yang telah dikeluarkan Pemerintah.
Kepatuhan masyarakat hanya akan muncul jika masyarakat memiliki belief system
yang sama dengan pemerintah. Dititik inilah tulisan ini hadir untuk menganalisis
nalar kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dan nalar yang digunakan
masyarakat dalam merespon kebijakan publik.
ada empat langkah dalam proses perencanaan kebijakan publik, yaitu:
a. Perumusan Masalah (defining problem)
Pemahaman terhadap masalah dapat membantu menemukan asumsi-asumsi
yang tersembunyi, mendiaognosis penyebab-penyebabnya, memetakan tujuan-
tujuan yang memungkinkan, memadukan pandangan yang bertentangan dan
rancangan peluang kebijakan baru. Perumusan masalah merupakan sumber
dari kebijakan publik, dengan pemahaman dan identifikasi masalah yang baik
maka perencanaan kebijakan dapat di susun, perumusan masalah dilakukan
oleh mereka yang terkena masalah atau orang lain yang mempunyai tanggung
jawab dan pembuat kebijakan harus mempunyai kapasitas untuk itu. Proses
kebijakan publik di mulai dengan kegiatan merumuskan masalah secara benar,
karena keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan perumusan kebijakan
ini akan sangat berpengaruh pada proses pembuatan kegiatan ini akan sangat
berpengaruh pada proses pembuatan kebijaksanaan seterusnya.
b. Agenda Kebijakan
Tahap kedua yang harus dilakukan dalam proses pengambilan dan
pengembangan kebijakan publik yaitu agenda kebijakan. Dari sekian banyak
permasalahan-permasalahan yang ada hanya sedikit yang mendapat perhatian
dari pembuat kebijakan publik. Salah satu permasalahan yang mendapatkan
perhatian dari pumbuat kebijakan publik adalah problem mengenai covid-19.
Sebelum masalah mengenai covid-19 ini masuk dalam agenda kebijakan,
mereka akan terlebih dahulu berkompetisi dengan masalah yang lain, yang
pada akhirnya masuk ke dalam agenda dari kebijakan publik. Status agenda
kebijakan adalah salah satu hal yang penting dari proses pembuatan suatu
kebijakan publik. Menurut Cob dandan Elder dalam Islamy mengartikan
kebijakan sebagai: "Agenda sistemik terdiri atas semua isu-isu yang dipandang
secara umum oleh anggota-anggota masyarakat politik sebagai patut
memperoleh perhatian dari publik dan mencakup masalah-masalah yang
berada dalam kewenangan sah setiap tingkat pemerintah masing-masing".
Abdul Wahab menyatakan bahwa suatu masalah untuk masuk ke dalam
agenda kebijakan harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu:
1). Isu tersebut telah mencapai suatu titik tertentu sehingga ia tidak lagi Bisa
diabaikan begitu saja.
2). Isu tersebut telah mencapai tingkat partikularitas tertentu yang dapat
menimbulkan dampak (impact) yang bersifat dramatik.
3). Isu tersebut menyangkut emosi tertentu dilihat dari sudut kepentingan
orang banyak.
4). Isu tersebut menjangkau dampak yang amat luas.
5). Isu tersebut mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan (legitimasi)
dalam Masyarakat.
6). Isu tersebut menyangkut suatu persoalan yang fasionable, dimana posisinya
sulit untuk dijelaskan tapi mudah dirasakan kehadirannya. Karena Isu atau
permasalahan mengenai covid-19 itu, sudah memenuhi syarat-syarat yang
tertera di atas. Maka masalah tersebut bisa masuk ke dalam agenda kebijakan.
c. Pemilihan Alternatif Kebijakan untuk memecahkan masalah terkait wabah
covid-19.
Setelah masalah-masalah publik didefinisikan dengan baik dan para perumus
kebijakan sepakat untuk memasukan masalah tersebut ke dalam agenda
kebijakan, maka langkah selanjutnya adalah membuat pemecahan masalah.
Menurut Winarno dalam tahap ini para perumus kebijakan akan berhadapan
dengan alternatif-alternatif pilihan kebijakan untuk memecahkan masalah
tersebut. Menurut Islamy, perumusan usulan kebijakan (policy proposals)
adalah kegiatan menyusun dan mengembangkan serangkaian tindakan yang
perlu untuk memecahkan masalah. Proses dalam kegiatan ini meliputi:
1) Mengidentifikasi altenatif khususnya mengenai pandemic covid-19
2) Mendefinisikan dan merumuskan alternative yang sudah diidentifikasikan
3) Menilai masing-masing alternatif yang sudah tersedia
4) Memilih alternatif yang paling tepat dilaksanakan terutama pada kondisi
wabah covid-19 ini agar kemudian tidak memberatkan. Pada tahap ini para
perumus kebijakan akan dihadapkan pada pertarungan kepentingan umum dan
pribadi. Namun tetap harus mengutamakan kepentingan umum guna
menghadapi wabah covid-19 ini.
d. Tahap pendefinisian kebijakan
Setelah salah satu alternatif kebijakan untuk memecahkan masalah kebijakan
telah diputuskan, tahap akhir pembuatan kebijakan, jika mengikat secara
hukum, adalah pendefinisian kebijakan. Proses pembuatan kebijakan tidak
lepas dari proses penyusunan atau pengesahan kebijakan. Proses persetujuan
kebijakan adalah keselarasan dan penerimaan kolektif dari kebijakan yang
diakui dan tindakan yang disetujui. Menurut Anderson dalam Islamy, proses
adopsi kebijakan dimulai dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) persuasi, yaitu upaya meyakinkan orang lain akan kebenaran atau nilai dari
posisinya dan mau menerimanya sebagai miliknya;
2) Negosiasi, yaitu proses di mana dua orang atau lebih memiliki kekuatan
atau otoritas untuk menyelesaikan setidaknya tujuan yang tidak mereka setujui
untuk merumuskan serangkaian tindakan yang dapat diterima bersama tetapi
tidak ideal untuk Anda. Negosiasi meliputi kontrak (negosiasi); memberi dan
menerima (mengambil dan memberi); dan kompromi
Berikut adalah beberapa contoh kebijakan yang dilakukan pemerintah pada
masa pandei Covid-19, yaitu:
a. Mengadakan alat pelindung diri (APD) gratis bagi rumah sakit rujukan
covid 19
b. Membeli alat tes covid 19
c. Menghimbau masyarakat untuk tidak keluar daerah
d. Menghimbau masyarakat untuk melakukan social distancing, physical
distancing, rajin mencuci tangan menggunakan sabun, serta kampanye slogan
“dirumah saja”
e. Membuat kebijakan meliburkan sekolah dan universitas, serta kebijakan
bekerja dari rumah f. Melakukan rapid tes covid 19, menyemprot desinfektan
di tempat umum
g. Memeriksa kesehatan masyarakat yang melakukan perjalanan luar daerah
bahkan melakukan isolasi
h. Mengambil berbagai kebijakan ekonomi untuk tetap mempertahankan daya
beli masyarakat i. Menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB)

Daftar Pustaka :
Harirah, Z., & Rizaldi, A. (2020). Merespon Nalar Kebijakan Negara Dalam Menangani
Pandemi Covid 19 Di Indonesia. Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan Publik
Indonesia, 7(1), 36-53.
Mahanum. (2021). Pengambilan keputusan dan perencanaan kbijakan. Sabilarrasyad: Jurnal
Pendidikan Dan Ilmu Pendidikan, 154–163.

Anda mungkin juga menyukai