19 DI INDONESIA
Disusun Oleh:
E1011191077
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan keberkahan
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Implementasi
Kebijakan Dalam Menangani Virus COVID-19 di Indonesia” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan saya membuat makalah ini yaitu untuk mengetahui bagaimana
kinerja pemerintah dan masyarakat dalam menangani COVID-19. Apakah
berjalan dengan baik atau sebaliknya.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kasdi Tri Aryada, S.A.P., M.A.P.
selaku dosen Teori dan Praktik Governance yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang penanganan
COVID-19. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi ilmu pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna
dan banyak kesalahan yang saya perbuat. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini dan makalah
selanjutnya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
2.1 Pengertian Kebijakan.....................................................................................3
2.2 Pengertian Good Governance.........................................................................4
2.3 Prinsip-Prinsip Good Governance..................................................................5
A. Penerapan Kebijakan Publik Untuk Menangani COVID-19....................6
B. Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance dalam Kebijakan COVID-
19 9
C. Tanggapan Masyarakat Dalam Penerapan Kebijakan COVID-19..........10
D. Kendala Dalam Penerapan Kebijakan COVID-19..................................11
BAB III..................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan...............................................................................................13
3.2 Saran.........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
c. Bagaimana tanggapan masyarakat dalam penerapan kebijakan tersebut?
d. Apa saja kendala yang terjadi dalam penerapan kebijakan tersebut?
1.3 Tujuan
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.2 Pengertian Good Governance
5
2.3 Prinsip-Prinsip Good Governance
6
sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka
panjang, serta setiap individu bertanggungjawab atas segala
tindakannya sesuai dengan tugas yang telah ditetapkan.
7
Berskala Besar serta Keputusan Presiden tentang Kedaruratan
Kesehatan. Pelaksanaan PSBB meliputi beberapa hal, yakni
peliburan tempat sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan
keagamaan, pembatasan kegiatan di fasilitas umum.
8
6. Study From Home
Sama halnya dengan work from home, study from home ditujukan
untuk para siswa dan mahasiswa agar belajar dari rumah. Kegiatan
belajar mengajar pun dilakukan secara online sehingga siswa
maupun mahasiswa tidak perlu sekolah atau kuliah tatap muka.
7. Kebijakan Karantina
Karantina adalah sistem yang mencegah perpindahan orang
selama periode waktu tertentu untuk mencegah penularan
penyakit. Sistem karantina identic dengan pengasingan terhadap
seseorang yang akan memasuki suatu wilayah. Maka dari itu,
sebelum memberlakukan karantina, pemerintah harus
mengkomunikasikan dan mensosialisasikan hal tersebut dengan
baik untuk mengurangi tingkat kepanikan dan meningkatkan
kepatuhan masyarakat yang akan di karantina.
Orang-orang yang di karantina adalah mereka yang melakukan
perjalanan jauh seperti dari suatu negara ke negara lain, selain itu
kepada orang-orang yang melakukan kontak fisik secara langsung
dengan pasien positif COVID-19.
9
9. Kebijakan Vaksin
Pemerintah akan memberlakukan vaksin secara gartis kepada
masyarakat. Kebijakan vaksin ini dibuat untuk menurunkan
kesakitan dan kematian akibat COVID-19, mencapai kekebalan
untuk mencegah dan melindungi kesehatan masyarakat, menjaga
produktifitas dan meminimalkan dampak sosial dan ekonomi.
Kebijakan tentang pelaksanaan vaksin ini juga telah diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pelaksanaan Vaksinasi
Dalam Rangka Penganggulangan Pandemi COVID-19, Peraturan
Kepmenkes Nomor 12758/2020 tentang Penetapan jenis vaksin
untuk pelaksanaan COVID-19, Kepmenkes No.
HK.01.07/MENKES/12757/2020 tentang Penetapan Sasaran
Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19.
10
bisa ikut mengawasi setiap kebijakan yang diimplementasikan oleh
pemerintah dalam penanganan COVID-19.
11
Kerentanan sosial menjadi realitas nyata yang tumbuh di
tengah masyarakat. Hal ini akan memberikan guncangan pada
ketahanan masyarakat dalam merespon COVID-19. Kerentanan sosial
yang melemahkan daya tahan masyarakat membuat masyarakat
kehilangan kemampuan dalam memanfaatkan sumber daya yang
tersedia, seperti teknologi, makanan, perkerjaan dan lain sebagainya.
Akibatnya, masyarakat kelas menengah ke bawah mengalami
kecemasan sosial akibat produktivitas yang menurun serta
terganggunya mata pencaharian mereka. Hal inilah yang
menyebabkan himbauan pemerintah untuk melakukan PSBB tidak
dipatuhi oleh masyarakat kelas menengah ke bawah.
Himbauan pemerintah untuk melakukan PSBB yang tidak
dipatuhi oleh masyarakat juga tidak dapat dilepaskan dari pengaruh
kebijakan pemerintah yang tidak tegas. Kebijakan yang sekedar
bersifat himbauan sulit dilaksanakan oleh masyarakat mengingat
karakteristik kultural masyarakat Indonesia. Pemerintah memiliki
kewenangan otoritatif sehingga dimungkinkan untuk memaksa publik
mematuhi sebuah kebijakan.
Keberhasilan kebijakan tentu tidak dapat ditentukan oleh
satu pihak saja, melainkan juga ditentukan oleh respon masyarakat
terhadap kebijakan. Peran mereka dalam sejumlah situasi kebijakan
sangat penting, tetapi mereka tidak memiliki kewenangan legal untuk
membuat kebijakan yang mengikat. Sehingga mereka disebut sebagai
peserta non pemerintahan.
12
memberikan arahan kepada warga untuk melakukan social distancing
menjaga jarak dengan orang lain. Ini karena penyebaran virus korona,
salah satunya adalah, melalui percikan ludah. Jika orang tidak
menjaga jarak, dan diketahui bahwa orang yang sedang diajak
berbicara terinfeksi virus, maka hal ini sangat berpotensi untuk
menularkan kepada orang lain dan menyebarkan lagi pada pihak
ketiga, keempat, dan seterusnya. Arahan pemerintah hanya tinggal
arahan ketika sebagian besar masyarakat masih juga berimpitan di
terminal, stasiun, shelter, pasar, dan lainnya. Warga seolah tidak
khawatir dengan virus tersebut karena lebih mementingkan aktivitas
harian mereka. Imbauan pemerintah akan penggunaan masker pun tak
jarang dilanggar oleh masyarakat luas. Ajakan mencuci tangan setelah
keluar rumah juga tidak banyak dituruti oleh warga.
Ketidaktahuan warga akan bahaya yang sangat mematikan
dari COVID-19. Ketidaktahuan ini disebabkan lemahnya sosialisasi
yang dilakukan oleh pemerintah, termasuk pemerintah daerah dan
jajarannya. Pemerintah Indonesia tidak optimal mensosialisasikan
perlunya hidup bersih dan sehat di antaranya dengan menggunakan
masker dan kerap mencuci tangan karena beberapa medium dapat
menjadi penghantar penyebaran virus. Akibat ketidaktahuan inilah
yang membuat warga masyarakat acuh tak acuh atas imbauan
pemerintah karena mereka tidak paham secara mendalam mengenai
bahaya mematikan COVID-19.
Adanya kepentingan untuk memenuhi kebutuhan hidup,
mengakibatkan sebagian warga tidak menghiraukan perintah social
distancing. Bahkan ketidakhirauan ini terlihat juga pada saat
pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa
daerah. Dapat diasumsikan bahwa mereka yang melakukan migrasi
adalah para pekerja informal dan mereka yang hidup dari pekerjaan
harian. Implikasinya, PSBB hanya menekan migrasi kelas menengah-
atas dan atas, sedangkan mereka yang berstatus sosial ekonomi di
bawah itu tetap “berjuang” untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari. Selain itu tiadanya sanksi yang tegas, membuat migrasi manusia
tetap tinggi dan kebijakan social distancing menjadi kurang
berdampak.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
15
bisnis/454484/implementasi-kebijakan-covid-19-pegang-teguh-prinsip-
good-governance. 17 Maret.
16