Anda di halaman 1dari 19

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DALAM MENANGANI VIRUS COVID-

19 DI INDONESIA

Dosen : Kasdi Tri Aryada, S.A.P., M.A.P.

Disusun Oleh:

Septianny Vira Pranati

E1011191077

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan keberkahan
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Implementasi
Kebijakan Dalam Menangani Virus COVID-19 di Indonesia” ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan saya membuat makalah ini yaitu untuk mengetahui bagaimana
kinerja pemerintah dan masyarakat dalam menangani COVID-19. Apakah
berjalan dengan baik atau sebaliknya.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kasdi Tri Aryada, S.A.P., M.A.P.
selaku dosen Teori dan Praktik Governance yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang penanganan
COVID-19. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi ilmu pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari bahwa makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna
dan banyak kesalahan yang saya perbuat. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini dan makalah
selanjutnya.

Pontianak, 8 Maret 2021

Septianny Vira Pranati

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
2.1 Pengertian Kebijakan.....................................................................................3
2.2 Pengertian Good Governance.........................................................................4
2.3 Prinsip-Prinsip Good Governance..................................................................5
A. Penerapan Kebijakan Publik Untuk Menangani COVID-19....................6
B. Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance dalam Kebijakan COVID-
19 9
C. Tanggapan Masyarakat Dalam Penerapan Kebijakan COVID-19..........10
D. Kendala Dalam Penerapan Kebijakan COVID-19..................................11
BAB III..................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan...............................................................................................13
3.2 Saran.........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia sedang dihadapkan dengan pandemi COVID-19 yang


menghambat aktivitas. Negara-negara yang terancam virus COVID-19
melakukan berbagai upaya untuk menangani wabah dari virus mematikan
tersebut, termasuk negara Indonesia. Di Indonesia sendiri, penyebaran virus
COVID-19 sangat cepat terutama di kota-kota besar.
Pemerintah harus segera turun tangan untuk menurunkan angka
penyebaran dari virus COVID-19 ini. Karena, selain mematikan, virus
COVID-19 ini juga banyak menimbulkan efek negatif diantaranya dalam
bidang pendidikan, industri, perdagangan, pariwisata, sosial, ekonomi, dan
lainnya.
Dengan makalah ini diharapkan dapat mengetahui bagaimana
penerapan kebijakan publik yang telah pemerintah buat untuk menangani
COVID-19, mengetahui bagaimana kinerja pemerintah dalam menangani
COVID-19, mengetahui bagaimana tanggapan masyarakat dalam menerapkan
kebijakan yang telah dibuat, dan untuk mengetahui apa saja yang menjadi
kendala dalam menangani COVID-19.
Dengan membuat kebijakan publik yang menerapkan prinsip-
prinsip Good Governance, diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk
memutus rantai perkembangan virus COVID-19 di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa kebijakan publik yang pemerintah terapkan untuk menangani


COVID-19?
b. Bagaimana penerapan prinsip-prinsip good governance dalam kebijakan
tersebut?

1
c. Bagaimana tanggapan masyarakat dalam penerapan kebijakan tersebut?
d. Apa saja kendala yang terjadi dalam penerapan kebijakan tersebut?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui kebijakan publik apa yang telah pemerintah terapkan


untuk menangani COVID-19.
b. Untuk mengetahui penerapan kebijakan COVID-19a berdasarkan prinsip-
prinsip good governance.
c. Untuk mengetahui tanggapan masyarakat selama penerapan kebijakan
tersebut.
d. Untuk mengetahui hal apa saja yang menjadi hambatan proses kebijakan
tersebut.

2
3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kebijakan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan diartikan


sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar
rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara
bertindak (tentang pemerintahan, organisasi, dsb); pernyataan cita-cita,
tujuan, prinsip dan garis pedoman untuk manajemen dalam usaha
mencapai sasaran.
Carl J Federick sebagaimana dikutip Leo Agustino (2008:7)
mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang
diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan
tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan
terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka
mencapai tujuan tertentu.
James E Anderson sebagaimana dikutip Islamy (2009:17)
mengungkapkan bahwa kebijakan adalah “a purposive course of action
followed by an actor or set of actors in dealing with a problem or matter
of concern” atau dapat diartikan sebagai serangkaian tindakan yang
mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang
pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu.
Konsep kebijakan yang ditawarkan oleh Anderson ini menurut Budi
Winarno (2007:18) dianggap lebih tepat karena memusatkan perhatian
pada apa yang sebenarnya dilakukan dan bukan pada apa yang diusulkan
atau dimaksudkan.

4
2.2 Pengertian Good Governance

Good Governance merupakan suatu kesepakatan menyangkut


pengaturan negara yang diciptakan bersama oleh pemerintah, masyarakat
dan sektor swasta dimana kesepakatan tersebut mencakup pembentukan
seluruh mekanisme, proses, dan lembaga-lembaga dimana warga dan
kelompok-kelompok masyarakat mengutarakan kepentingan mereka
menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban, dan menjembatani
perbedaan-perbedaan diantara mereka.
Menurut Mardiasmo (2009), ia mendefinisikan Good
Governance dengan “suatu konsep pendekatan yang berorientasi kepada
pembangunan sektor publik kepada pemerintahan yang baik.”
Menurut United Nation Development Program (UNDP) dalam
Renyowijoyo Muindro (2010) mendefinisikan Good Governance dengan
“the exercise of political, economic and administrative authority to
manage a nation’s affair at all levels.” Kutipan tersebut diartikan bahwa
Good Governance lebih menekankan pada aspek politik, ekonomi dan
administratif dalam pengelolaan negara.
Sementara itu definisi dari Cadburry Committee of United
Kingdom dalam Sukrisno Agoes dan I Cenik Ardana (2011) tentang
Good Governance adalah sebagai berikut “A set of rules that define the
relationship between stakeholders, managers, creditors, the government,
employes, and other internal and external shareholders in respect to their
right and responsibilities, or the system by whichcompanies are directed
and controlled.” Kutipan tersebut diartikan bahwa Good Governance ialah
seperangkat aturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,
pengurus atau pengelola, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para
pemegang kepentingan internal dan eskternal lainnya yang berkaitan
dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem
yang mengarahkan dan mengendalikan.

5
2.3 Prinsip-Prinsip Good Governance

Good Governance menurut Tim Pengembangan Tata Kelola


Pemerintahan yang baik (BPKP) dalam Sari (2012:723),
mengemukakan prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam Good
Governance sebagai berikut :
1. Partisipasi
Setiap orang baik laki-laki ataupun perempuan harus memiliki hak
suara yang sama dalam proses pengambilan keputusan, baik secara
langsung maupun melalui lembaga perwakilan sesuai dengan
kepentingan dan aspirasinya.
2. Transparansi
Harus dibangun dalam kerangka kebebasan aliran informasi berbagai
proses, kelembagaan dan informasi harus dapat di akses secara bebas
oleh mereka yang membutuhkan, dan informasi harus dapat disediakan
secara memadai dan mudah dimengerti sehingga dapat digunakan
sebagai alat monitoring dan evaluasi.
3. Akuntabilitas
Para pengambil keputusan dalam organisasi sektor pelayanan dan
warga negara memiliki pertanggungjawaban kepada publik
sebagaimana halnya kepada stakeholder pertanggungjawaban tersebut
berbeda-beda tergantung pada jenis keputusan organisasi itu bersifat
internal atau eksternal.
4. Kemandirian
Dalam melaksanakan peran dan tanggung jawabnya pemerintah harus
bebas dari segala bentuk kemungkinan yang berpotensi menimbulkan
benturan kepentingan. Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa
pengambilan keputusan dilakukan secara independen, bebas dari segala
bentuk tekanan pihak lain.
5. Pertanggungjawaban
Organisasi harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungan

6
sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka
panjang, serta setiap individu bertanggungjawab atas segala
tindakannya sesuai dengan tugas yang telah ditetapkan.

A. Penerapan Kebijakan Publik Untuk Menangani COVID-19

Pada 2 Maret 2020 untuk pertama kalinya pemerintah


mengumumkan dua kasus pasien positif COVID-19 di Indonesia.
Akibat luas dan cepatnya penyebaran COVID-19 di Indonesia maka
pemerintah harus mengambil kebijakan untuk menanggulanginya.
Penetapan kebijakan merupakan suatu faktor penting bagi negara
untuk mencapai tujuannya. Kebijakan-kebijakan yang pemerintah
lakukan untuk menangani COVID-19 di Indonesia di antaranya :

1. Kebijakan Mematuhi Protokol Kesehatan


Pemerintah mewajibkan kepada masyarakat untuk
mematuhi protokol kesehatan. Penegakkan disiplin protokol
kesehatan merupakan upaya pemerintah untuk memberikan sebuah
edukasi kepada masyarakat betapa sangat pentingnya berpola
hidup sehat serta mematuhi suatu aturan yang tujuannya untuk
kebaikan bersama, terutama sebagai upaya pemutus mata rantai
penyebaran virus COVID-19 yang saat ini masih sedang
berlangsung.

2. Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)


PSBB dimulai di kota-kota besar yang memiliki jumlah
penduduk yang tinggi dan padat, serta yang memiliki resiko
penyebaran COVID-19 nya cukup besar. Kebijakan PSBB sendiri
merujuk pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang
Kekarantinaan Kesehatan. Untuk mendukung pemberlakuannya,
pemerintah mengeluarkan dua regulasi turunan, yaitu Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial

7
Berskala Besar serta Keputusan Presiden tentang Kedaruratan
Kesehatan. Pelaksanaan PSBB meliputi beberapa hal, yakni
peliburan tempat sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan
keagamaan, pembatasan kegiatan di fasilitas umum.

3. Kebijakan Social Distancing


Social Distancing atau dapat diartikan sebagai pembatasan jarak
sosial, berarti menciptakan jarak antara diri sendiri dengan orang
lain untuk mencegah penularan penyakit. Di Indonesia, istilah
pembatasan sosial telah diatur dalam Pasal 59 dan 60 Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Karantina Kesehatan.
Berdasarkan UU tersebut, kebijakan PSBB dan kebijakan social
distancing adalah dua hal berbeda. Dalam penerapan social
distancing, seseorang tidak diperkenankan untuk bersentuhan
secara fisik dan menjaga jarak setidaknya 2 meter saat berinteraksi
dengan orang lain.

4. Kebijakan Stay at Home


Dengan adanya kebijakan ini diharapkan dapat membantu
kebijakan PSBB dan social distancing berjalan dengan baik.
Masyarakat dihimbau untuk melakukan kegiatannya dirumah saja,
selain itu masyarakat juga dihimbau untuk melakukan olahraga
ringan, berjemur serta memakan makanan sehat dan bergizi untuk
meningkatkan kesehatan tubuh dan imun tubuh agar tidak
gampang sakit dan tidak mudah tertular virus.

5. Kebijakan Work From Home


Work from home adalah suatu istilah bekerja dari jarak jauh, lebih
tepatnya bekerja dari rumah, jadi para pekerja tidak perlu datang
ke kantor dan bertatap muka. Kegiatan bekerja ini dilakukan
secara online dirumah masing-masing.

8
6. Study From Home
Sama halnya dengan work from home, study from home ditujukan
untuk para siswa dan mahasiswa agar belajar dari rumah. Kegiatan
belajar mengajar pun dilakukan secara online sehingga siswa
maupun mahasiswa tidak perlu sekolah atau kuliah tatap muka.

7. Kebijakan Karantina
Karantina adalah sistem yang mencegah perpindahan orang
selama periode waktu tertentu untuk mencegah penularan
penyakit. Sistem karantina identic dengan pengasingan terhadap
seseorang yang akan memasuki suatu wilayah. Maka dari itu,
sebelum memberlakukan karantina, pemerintah harus
mengkomunikasikan dan mensosialisasikan hal tersebut dengan
baik untuk mengurangi tingkat kepanikan dan meningkatkan
kepatuhan masyarakat yang akan di karantina.
Orang-orang yang di karantina adalah mereka yang melakukan
perjalanan jauh seperti dari suatu negara ke negara lain, selain itu
kepada orang-orang yang melakukan kontak fisik secara langsung
dengan pasien positif COVID-19.

8. Kebijakan Wajib Test COVID-19


Untuk mengetahui apakah seseorang terpapar virus COVID-19,
perlu dilakukannya tes COVID-19. Tes ini juga penting dilakukan
kepada orang-orang yang akan melakukan perjalanan jauh guna
mencegah penyebaran COVID-19 di wilayah yang akan di
kunjungi. Kebijakan ini seperti melakukan rapid test antigen dan
swab PCR. Selain itu orang-orang yang akan mengunjungi suatu
tempat seperti pusat perbelanjaan wajib dilakukan pengecekan
suhu badan.

9
9. Kebijakan Vaksin
Pemerintah akan memberlakukan vaksin secara gartis kepada
masyarakat. Kebijakan vaksin ini dibuat untuk menurunkan
kesakitan dan kematian akibat COVID-19, mencapai kekebalan
untuk mencegah dan melindungi kesehatan masyarakat, menjaga
produktifitas dan meminimalkan dampak sosial dan ekonomi.
Kebijakan tentang pelaksanaan vaksin ini juga telah diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pelaksanaan Vaksinasi
Dalam Rangka Penganggulangan Pandemi COVID-19, Peraturan
Kepmenkes Nomor 12758/2020 tentang Penetapan jenis vaksin
untuk pelaksanaan COVID-19, Kepmenkes No.
HK.01.07/MENKES/12757/2020 tentang Penetapan Sasaran
Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19.

B. Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance dalam Kebijakan


COVID-19

Good governance merupakan hak yang bersifat


fundamental bagi warga negara terhadap pemerintahnya. Good
governance yang disalurkan melalui pelayanan untuk masyarakat
memiliki struktur dasar konstitusi negara. Pemerintah sebagai
manajemen sumber daya memerlukan transparansi yang memiliki sifat
keterbukaan, akuntabilitas dan kebenaran. Pemerintah wajib
memberikan informasi kepada masyarakat. Dalam hal ini adalah
bagaimana warga negara meminta pertanggungjawaban (akuntabilitas)
pemerintah dalam memberikan pelayanan untuk masyarakat.
Implementasi kebijakan publik dalam penanganan COVID-
19 harus berpegang teguh pada prinsip good governance, sehingga
setiap kebijakan dapat dilakukan secara transparan dan akuntabilitas.
Dengan melakukan prinsip-prinsip good governance masyarakat juga

10
bisa ikut mengawasi setiap kebijakan yang diimplementasikan oleh
pemerintah dalam penanganan COVID-19.

C. Tanggapan Masyarakat Dalam Penerapan Kebijakan COVID-19

Harus diakui bahwa penyebaran COVID-19 di Indonesia


menjadi tantangan bagi Pemerintah untuk menunjukkan eksistensinya
dalam memastikan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat secara
bersamaan. Berbagai kebijakan pemerintah diukur efektivitasnya,
masyarakat dinilai ketaatannya. Kerjasama keduanya menjadi penentu
keberhasilan penanganan COVID-19 di Indonesia.
Dari sisi masyarakat, perilaku individu akan sangat
berpengaruh terhadap pengendalian penyebaran COVID-19. Kunci
dari pengendalian itu adalah dengan menerapkan semua kebijakan
penanganan COVID-19 dengan baik. Namun perilaku tidak normal
justru ditunjukkan oleh masyarakat Indonesia. Di tengah pandemi
COVID-19 di Indonesia yang semakin banyak menunjukkan kasus
positif, masyarakat seakan tidak takut dan memilih untuk berlibur,
jalan-jalan ke pusat perbelanjaan, dan kegiatan lain yang dilakukan
secara berkerumun. Hal ini tentunya bertolak belakang dengan
himbauan pemerintah untuk melakukan social distancing dan tetap
dirumah.
Meningkatnya kasus COVID-19 di Indonesia mulai
memberikan dampak yang signifikan terhadap persoalan kesejahteraan
sosial di masyarakat. Perlu diketahui bahwa didalam masyarakat
terdiri atas tingkatan kelas yang berbeda. Kenyataannya tidak semua
masyarakat di kelasnya mampu mematuhi segala himbauan yang telah
dipersiapkan pemerintah akibat berada di kelas bawah. Pandemi
COVID-19 memberikan potensi bahaya terhadap segala aspek
kehidupan masyarakat mulai dari aspek sosial, ekonomi, kesehatan,
serta psikologis.

11
Kerentanan sosial menjadi realitas nyata yang tumbuh di
tengah masyarakat. Hal ini akan memberikan guncangan pada
ketahanan masyarakat dalam merespon COVID-19. Kerentanan sosial
yang melemahkan daya tahan masyarakat membuat masyarakat
kehilangan kemampuan dalam memanfaatkan sumber daya yang
tersedia, seperti teknologi, makanan, perkerjaan dan lain sebagainya.
Akibatnya, masyarakat kelas menengah ke bawah mengalami
kecemasan sosial akibat produktivitas yang menurun serta
terganggunya mata pencaharian mereka. Hal inilah yang
menyebabkan himbauan pemerintah untuk melakukan PSBB tidak
dipatuhi oleh masyarakat kelas menengah ke bawah.
Himbauan pemerintah untuk melakukan PSBB yang tidak
dipatuhi oleh masyarakat juga tidak dapat dilepaskan dari pengaruh
kebijakan pemerintah yang tidak tegas. Kebijakan yang sekedar
bersifat himbauan sulit dilaksanakan oleh masyarakat mengingat
karakteristik kultural masyarakat Indonesia. Pemerintah memiliki
kewenangan otoritatif sehingga dimungkinkan untuk memaksa publik
mematuhi sebuah kebijakan.
Keberhasilan kebijakan tentu tidak dapat ditentukan oleh
satu pihak saja, melainkan juga ditentukan oleh respon masyarakat
terhadap kebijakan. Peran mereka dalam sejumlah situasi kebijakan
sangat penting, tetapi mereka tidak memiliki kewenangan legal untuk
membuat kebijakan yang mengikat. Sehingga mereka disebut sebagai
peserta non pemerintahan.

D. Kendala Dalam Penerapan Kebijakan COVID-19

Satu masalah lain yang menyebabkan Indonesia kurang


berhasil mengendalikan penyebaran virus COVID-19 adalah
ketidakacuhan warga terhadap imbauan atau instruksi pemerintah.
Masalah ini tampak dari masih ramainya orang-orang berkumpul di
kedai-kedai kopi, cafe, mall, bioskop, ataupun tempat-tempat yang
telah dilarang oleh pemerintah. Padahal sejak awal pemerintah telah

12
memberikan arahan kepada warga untuk melakukan social distancing
menjaga jarak dengan orang lain. Ini karena penyebaran virus korona,
salah satunya adalah, melalui percikan ludah. Jika orang tidak
menjaga jarak, dan diketahui bahwa orang yang sedang diajak
berbicara terinfeksi virus, maka hal ini sangat berpotensi untuk
menularkan kepada orang lain dan menyebarkan lagi pada pihak
ketiga, keempat, dan seterusnya. Arahan pemerintah hanya tinggal
arahan ketika sebagian besar masyarakat masih juga berimpitan di
terminal, stasiun, shelter, pasar, dan lainnya. Warga seolah tidak
khawatir dengan virus tersebut karena lebih mementingkan aktivitas
harian mereka. Imbauan pemerintah akan penggunaan masker pun tak
jarang dilanggar oleh masyarakat luas. Ajakan mencuci tangan setelah
keluar rumah juga tidak banyak dituruti oleh warga.
Ketidaktahuan warga akan bahaya yang sangat mematikan
dari COVID-19. Ketidaktahuan ini disebabkan lemahnya sosialisasi
yang dilakukan oleh pemerintah, termasuk pemerintah daerah dan
jajarannya. Pemerintah Indonesia tidak optimal mensosialisasikan
perlunya hidup bersih dan sehat di antaranya dengan menggunakan
masker dan kerap mencuci tangan karena beberapa medium dapat
menjadi penghantar penyebaran virus. Akibat ketidaktahuan inilah
yang membuat warga masyarakat acuh tak acuh atas imbauan
pemerintah karena mereka tidak paham secara mendalam mengenai
bahaya mematikan COVID-19.
Adanya kepentingan untuk memenuhi kebutuhan hidup,
mengakibatkan sebagian warga tidak menghiraukan perintah social
distancing. Bahkan ketidakhirauan ini terlihat juga pada saat
pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa
daerah. Dapat diasumsikan bahwa mereka yang melakukan migrasi
adalah para pekerja informal dan mereka yang hidup dari pekerjaan
harian. Implikasinya, PSBB hanya menekan migrasi kelas menengah-
atas dan atas, sedangkan mereka yang berstatus sosial ekonomi di
bawah itu tetap “berjuang” untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari. Selain itu tiadanya sanksi yang tegas, membuat migrasi manusia
tetap tinggi dan kebijakan social distancing menjadi kurang
berdampak.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam melaksanakan penerapan kebijakan penanganan COVID-19 di


Indonesia, perlu adanya kerjasama yang harmonis diantara pemerintah dan
masyarakat. Tanpa adanya hubungan kerjasama yang harmonis,
penanganan COVID-19 di Indonesia akan sulit dilakukan seperti yang
terjadi saat ini, dimana masyarakat banyak abai dalam masalah
pencegahan COVID-19 akibat dari benturan kepentingan setiap individu.

3.2 Saran

Pemerintah harus lebih tegas lagi untuk mensosialisasikan


kebijakannya, dan masyarakat juga harus ikut berpartisipasi untuk
melaksanakan kebijakan yang telah pemerintah buat.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. I Wayan Wiryawan, 2020. Kebijakan Pemerintah Dalam Penanganan


Pandemi Vorus Corona Disease 2019 (COVID-19) Di Indonesia. Dikutip
dari https://e-
journal.unmas.ac.id/index.php/webinaradat/article/view/1180/1012. 8
Maret.
2. Retnowati WD Tuti, 2020. Analisis Implementasi Kebijakan Work From
Home pada Kesejahteraan Pengemudi Transportasi Online Di Indonesia.
Dikutip dari file:///C:/Users/User/Downloads/890-2200-2-PB.pdf. 8 Maret.
3. Andhika Trisno, 2017. Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance
Dalam Pelayanan Publik Di Kecamatan Wanea Kota Manado. Dikutip dari
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jurnaleksekutif/article/view/16611/1
6111. 8 Maret.
4. Leo Agustino, 2020. Analisis Kebijakan Penanganan Wabah Covid-19:
Pengalaman Indonesia. Dikutip dari file:///C:/Users/User/Downloads/685-
Article%20Text-4198-2-10-20200825.pdf. 11 Maret.
5. Zulfa Harirah MS dan Annas Rizaldi, 2020. Merespon Nalar Kebijakan
Negara Dalam Menangani Pandemi Covid-19 Di Indonesia. Dikutip dari
file:///C:/Users/User/Downloads/17370-51952-1-SM.pdf. 11 Maret.
6. Asik Surya, dr. MPPM, 2021. Kebijakan Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19.
Dikutip dari https://rsudrsoetomo.jatimprov.go.id/wp-
content/uploads/2021/01/KEBIJAKAN-VAKSINASI-COVID-19-
UNAIR.pdf. 15 Maret.
7. Afni Regita Cahyani Muis, 2020. Transparansi Kebijakan Publik Sebagai
Strategi Nasional Dalam Menanggulangi Pandemi Covid-19. Dikutip dari
https://core.ac.uk/download/pdf/325992704.pdf. 15 Maret.
8. Tri Antoro, 2020. Implementasi Kebijakan Covid-19 Pegang Teguh
Prinsip Good Governance. Dikutip dari
http://infopublik.id/kategori/nasional-ekonomi-

15
bisnis/454484/implementasi-kebijakan-covid-19-pegang-teguh-prinsip-
good-governance. 17 Maret.

16

Anda mungkin juga menyukai