Kebiajakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya sumber daya yang
ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah
2. Thomas R. Dye (1981)
Kebijakan publik dikatakan sebagai apa yang tidak dilakukan maupun apa yang dilakukan oleh
pemerintah. Pokok kajian dari hal ini adalah negara. Pengertian ini selanjutnya dikembangkan
dan diperbaharui oleh para ilmuwan yang berkecimpung dalam ilmu kebijakan publik.
1.
Easton (1969)
Kebijakan publik diartikan sebagai pengalikasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat
yang keberadaanya mengikat. Dalam hal ini hanya pemerintah yang dapat melakukan suatu
tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu tindakan yang
dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada
masyarakat.
1.
Anderson (1975)
Kebijakan publik adalah sebagai kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh badan-badan dan
pejabat-pejabat pemerintah, dimana implikasi dari kebijakan tersebut adalah:
1.
2.
3.
Kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah jadi bukan
merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan
4.
Kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan tindakan
pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu, atau bersifat negatif dalam arti
merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu.
5.
Kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan pada peraturan
perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa.
6.
Woll (1966)
Kebijakan publik adalah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sebagai pembuat kebijakan
untuk mencapai tujuan tujuan tertentu.
1.
Suatu kebijakan.
1.
Menurut Ter Haar Bzn, masyarakat hukum adalah kelompok-kelompok masyarakat yang tetap
dan teratur dengan mempunyai kekuasaan sendiri dan kekayaan sendiri baik berwujud atau tidak
berwujud.
1.
2.
Masyarakat Madani artinya masyarakat yang terdiri dari berbagai kelompok masyarakat yang
berbeda dan dapat hidup bersama secara damai.
1.
yang serius; telah mencapai tingkat partikularitas tertentu berdampak dramatis; 3. menyangkut
emosi tertentu dari sudut kepent. orang banyak (umat manusia) dan mendapat dukungan media
massa; 4. menjangkau dampak yang amat luas ; 5. mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan
dalam masyarakat ; 6. menyangkut suatu persoalan yang fasionable (sulit dijelaskan, tetapi
mudah dirasakan kehadirannya)
Karakteristik : Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda
publik. Banyak masalah tidak disentuh sama sekali, sementara lainnya ditunda untuk waktu
lama.
Ilustrasi : Legislator negara dan kosponsornya menyiapkan rancangan undangundang mengirimkan ke Komisi Kesehatan dan Kesejahteraan untuk dipelajari dan disetujui.
Rancangan berhenti di komite dan tidak terpilih.
Penyusunan agenda kebijakan seyogianya dilakukan berdasarkan tingkat urgensi dan esensi
kebijakan, juga keterlibatan stakeholder. Sebuah kebijakan tidak boleh mengaburkan tingkat
urgensi, esensi, dan keterlibatan stakeholder.
2.Formulasi kebijakan
Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat
kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah yang
terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang
ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk dalam agenda kebijakan, dalam
tahap perumusan kebijakan masing-masing slternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai
kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.[3]
Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar pemerintahan.[4] Jika
tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan rakyat, warga negara akan
mengikuti arahan pemerintah.[5]Namun warga negara harus percaya bahwa tindakan pemerintah
yang sah.Mendukung. Dukungan untuk rezim cenderung berdifusi - cadangan dari sikap baik dan
niat baik terhadap tindakan pemerintah yang membantu anggota mentolerir pemerintahan
disonansi.Legitimasi dapat dikelola melalui manipulasi simbol-simbol tertentu. Di mana melalui
proses ini orang belajar untuk mendukung pemerintah.[6]
4. Penilaian/ Evaluasi Kebijakan
Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi
atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak.[7] Dalam hal ini ,
evaluasi dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya
dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan
demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalh-masalah kebijakan,
program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi,
maupun tahap dampak kebijakan.
1.
Respon Positif
1.
2.
3.
4.
1.
Respon Antisipatif
Orang yang bersikap antisipatif berarti tanggap akan kemungkinan yang terjadi dengan
diterapkannya peraturan tersebut. Ia tak menerima, tapi tidak menolak kebijakan publik tersebut.
Ia akan memikirkan cara agar tidak terkena sanksi ketentuan peraturan tersebut
1.
Respon Negatif
Berbeda dengan perespon positif, perespon negatif menolak kebijakan publik tersebut. Ia merasa
bahwa kebijakan publik tersebut akan merugikan dirinya. Kebebasan atau keuntungan yang
semula ia dapatkan akan berkurang dengan adanya peraturan tersebut. Demonstrasi merupakan
salah satu ekspresi akan ketidaksetujuan akan kebijakan publik tersebut.