Dosen Pengampu :
Dr. M. RANIASA PUTRA, S.IP., M.Si
Disusun oleh :
FAJAR RIZKI ROSALILIANA, S.STP
NIM : 07012682327031
Program Studi : Magister Administrasi Publik
Kelas : Bappenas Dalam Negeri
(PUBLIC POLICY)
Mengapa kebijakan publik/pemerintah
dipelajari?
kat pada umumnya. Dalam kaitan ini mungkin saja kebijakan ini dilihat
sebagai variable tergantung (dependent variable) maupun sebagai variable
bebas (independent variable)
CONTOH :
STUDI KEBIJAKAN
A. Pengertian Kebijakan
• Kebijaksanaan > dalam kaitan pemerintahan, lebih menunjukkan
pada tindakan-tindakan pemerintah yang bersifat umum secara ideal,
apa yang seharusnya dicapai; disini rumusannya sangat dipengaruhi
dan dilandasi dengan konstitusi dan ideologi yang dianut, lebih
bersifat filosofis-idealis.
• Kebijakan > lebih merupakan operasionalisasi dari kebijaksanaan yang
sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor nyata atau lingkungan Dimana
kebijakan itu dilaksanakan.
• James E. Anderson (1987) merumuskan kebijakan sebagai langkah
tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh seorang aktor atau
sejumlah aktor berkenaan dengan adanya masalah atau persoalan
tertentu yang dihadapi.
• Carl Friedrich menyatakan bahwa kebijakan adalah suatu tindakan
yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok
atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan
adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang
untuk mencari tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.
• Thomas R. Dye (1987) dalam “Understanding Public Policy”
menyatakan bahwa public policy adalah apapun yang dipilih oleh
pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan (whatever
government choose to do or not to do).
• Kleijn, ahli pemerintahan, merumuskan kebijakan dalam bukunya
“Beleid en Wetenschap” (Kebijakan dan Ilmu Pengetahuan) sebagai
tindakan secara sadar dan sistematis dengan mempergunakan sarana
yang cocok dan tujuan politik yang jelas sebagai sasaran, yang
dijalankan langkah demi langkah.
• Prof. Dr. A. Hoogerwerf, dalam “Over Heids Beleid” (diterjemahkan
“Ilmu Pemerintahan”), policy itu merupakan suatu usaha mencapai
tujuan tertentu dan dalam urutan waktu serta sarana tertentu. Policy
adalah semacam jawaban terhadap suatu masalah, oleh karena itu ia
adalah upaya untuk memecahkan, mengurangi, mencegah suatu
masalah tertentu dengan cara tertentu, yaitu dengan tindakan yang
terarah.
• Ciri-ciri kebijakan public/pemerintah
Hasil dari proses tersebut di atas adalah keputusan yang rasional, yakni suatu
Keputusan yang dapat mencapai suatu tujuan yang paling efektif.
2. Teori Inkremental
Mencerminkan suatu teori pengambilan keputusan yang menghindari banyak masalah
yang harus dipertimbangkan, dan merupakan teori yang lebih banyak menggambarkan
cara yang ditempuh oleh pejabat-pejabat pemerintah dalam mengambil keptusan sehari-
hari. Pokok-pokok teori ini adalah sbb:
Pemilihan tujuan/sasaran dan analisis tindakan empiris yang diperlukan untuk
mencapainya, dipandang sebagai sesuatu hal yang saling terkait.
Pembuat Keputusan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa alternatif yang
langsung berhubungan dengan pokok masalah, dan alternatif-alterative ini hanya
dipandang berbeda secara inkremental atau marginal jika dibandingkan dengan
kebijakan yang ada sekarang.
Bagi setiap alternatif hanya sejumlah kecil akibat-akibat yang mendasar saja yang
akan dievaluasi.
Masalah yang dihadapi oleh pembuat Keputusan akan didefinisikan secara teratur,
sehingga dapat diantisipasi dampak dari masalah-masalah yang timbul untuk dapat
ditanggulangi.
Bahwa tidak ada Keputusan atau cara pemecahan yang tepat bagi tiap masalah.
Memiliki antusiasme dan rasa percaya diri yang tinggi jika diminta untuk
bekerja dalam batas-batas pendidikan dan keahliannya.
Kebijakan public hanya akan sekedar berupa Impian atau rencana yang bagus yang
tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan (Chief Udoji, dalam
Wahab, 2002)
• Van Meter dan Van Horn (1975) mengemukakan bahwa implementasi kebijakan
atau kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-
tercapai.
• Zainal Abidin (2004) menyebutkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap implementasi
kebijakan adalah:
1. Faktor utama internal, yang terdiri dari kebijakan yang akan dilaksanakan dan faktor-faktor
pendukung;
2. Faktor utama eksternal adalah kondisi lingkungan (environment) dan pihak-pihak terkait
(stakeholders).
• Zainal Abidin menegaskan bahwa kondisi kebijakan adalah faktor yang paling menentukan
dalam proses implementasi kebijakan, karena yang dilaksanakan justru kebijakan itu sendiri.
• Berhasil atau tidaknya implementasi kebijakan ditentukan oleh 2 hal, yaitu kualitas kebijakan
dan ketepatan strategi implementasi.
• Kebijakan yang tidak berkualitas tidak akan bermanfaat untuk dilaksanakan, sedangkan strategi
pelaksanaan yang tidak tepat seringkali tidak mampu memperoleh dukungan dari publik.
• Hesel (2004) menyebutkan beberapa elemen yang menentukan kulitas
kebijakan sehingga layak untuk dilaksanakan, antara lain sebagai berikut:
1. Tujuan yang ingin dicapai atau alasan-alas an yang dipakai untuk
mengadakan kebijakan itu (bersifat rasional dan
diinginkan/desirable);
2. Asumsi yang dipakai dalam proses perumusan kebijakan itu realitas
dan valid;
3. Informasi yang digunakan cukup lengkap dan akurat.
• Ketepatan suatu strategi pelaksanaan kebijakan ditentukan oleh
kemampuan menjabarkan aspek-aspek positif dari kebijakan dan cukup
advokatif dalam hal perbedaan pandangan dan antisipatif dalam hal
tantangan dinamika di lapangan.
H. Model-model Implementasi Kebijakan Publik
• Model merupakan penyajian baik secara abstrak maupun operasional, namun
dilakukan, semakin diperlukan teori atau model yang relatif operasional, yakni
Menurut kedua ahli tersebut, bahwa peran penting dari analisis implementasi
kebijakan negara adalah mengidentifikasikan variable-variable yang
mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan formal pada keseluruhan proses
implementasi, hal ini dapat dikategorikan:
kebijakan.
• Dalam melakukan evaluasi kebijakan publik, secara umum terdapat 3 aspek yang diharapkan dari
1. Aspek perumusan kebijakan, dimana evaluator berusaha untuk menemukan jawaban bagaimana
3. Aspek evaluasi, dimana evaluator berusaha untuk mengetahui apa dampak yang ditimbulkan oleh
suatu Tindakan kebijakan baik dampak yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan.
• Tipologi evaluasi kebijakan publik terdiri dari 3 bagian, yakni:
1. Tipe evaluasi proses, yakni evaluasi dilakukan dengan memusatkan perhatian pada
2. Tipe evaluasi dampak, yakni evaluasi ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan
3. Tipe evaluasi strategi, yakni evaluasi ini bertujuan untuk mencari jawaban atas
pada masalah yang sama sesuai dengan topik mengenai kebijakan publik.
• Terdapat beberapa dimensi yang harus diperhitungkan dalam
kelompok sasaran;
akan datang.
• William N. Dunn mengemukakan 4 dimensi dari evaluasi akhir (value), yakni:
1. Value – forces, yakni evaluasi lebih memusatkan diri pada nilai atau kepatutan
dalam pencapaian hasil dari suatu kebijakan.
2. Fact – value interdependence, artinya di satu pihak evaluasi menekankan hal
yang sama antara fakta dan nilai, di lain pihak Tingkat keberhasilan suatu
kebijakan dinilai tidak hanya dari bermanfaat tidaknya bagi seseorang atau
suatu komunitas, tetapi juga kemampuannya dalam memecahkan masalah
tertentu.
3. Present and post orientation, artinya penilaian tidak hanya pada nilai
sekarang, tetapi juga pada nilai masa lampau, tetapi tidak sama dengan
rekomendasi yang berorientasi pada nilai yang akan dating.
4. Value – duality, adalah bahwa evaluasi mempunyai dua posisi sebagai tujuan
(menghasilkan penilaian atas apa yang telah dicapai) dan sekaligus sebagai
alat (membuat rekomendasi).
BAGIAN 5
ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK
A. Konsep Analisis Kebijakan Publik
• William N. Dunn (1981) mengemukakan bahwa analisis kebijakan publik adalah suatu disiplin ilmu sosial
terapan yang menggunakan berbagai metode penyelidikan dan pertimbangan untuk menghasilkan dan
mengubah bentuk informasi kebijakan yang relevan untuk digunakan dalam memutuskan masalah-masalah
kebijakan dalam penataan politik.
• E.S. Quade (1982) berpendapat bahwa dalam arti luas analisis kebijakan adalah suatu bentuk riset terapan
yang dilakukan untuk memperoleh pengertian tentang masalah-masalah sosioteknis yang lebih dalam dan
untuk menghasilkan pemecahan-pemecahan yang lebih baik.
• Yehezkel Dror (1971) mendefinisikan analisis kebijakan sebagai “an approach and methodology for design and
identification of preferable alternatives in respect to complex policy issues”.
• Solihin Abdul Wahab (1998) mendefinisikan analisis kebijakan sebagai sebuah telaah kritis terhadap isu
kebijakan tertentu, dilakukan oleh analis dan para pihak yang dipengaruhi kebijakan menggunakan ragam
pendekatan dan metode untuk menghasilkan nasihat atau rekomendasi kebijakan guna membantu pembuat
kebijakan dan para pihak yang akan dipengaruhi kebijakan dalam mencari solusi yang tepat atas masalah-
masalah kebijakan yang relevan.
• Menurut Starling (1979) Analisis kebijakan mencakup:
1. Conflict among policies
2. Internal consistencies
3. Impact on society and its environment
4. Political consequences
5. Problem of administrative implementation
6. Institusional and organizational aspects
7. Problems of coordination
8. The determination of relative priorities
9. Time tables for action in programming
10. Evaluation and overview requirements
B. Karakteristik Analisis Kebijakan
• Ciri-ciri dari analisis kebijakan (public) menurut Brian W. Hogwood dan Lewis A.
Gunn (1984) adalah sebagari berikut:
1. Applied rather than pure
2. Interdisciplinary as well as multi-disciplinary
3. Politically sensitive planning
4. Client-oriented
• Karakteristik analisis kebijakan menurut Carl V. Patton dan David S. Sawicki (1986)
meliputi 7 karakteristik yakni:
1. Suatu inventarisasi atau fase Penelitian, dibatasi lingkupnya dan diarahkan
hanya pada issue tertentu.
2. Suatu hambatan dalam menemukan alternatif yang digunakan untuk
mengevaluasi dan menjelaskan kepada klien.
3. Penyiapan memoranda (sejumlah catatan penting), makalah-makalah
mengenai berbagai kasus atau konep-konsep peraturan.
4. Klien bisa saja seorang pimpinan, pejabat public, kelompok kepemimpinan
umum (seperti LSM), warga masyarakat, dunia perbankan, pada umumnya
yang mempunyai masalah atau memandang sesuatu sebagai masalah.
5. Orientasi kepada issue atau masalah yang dijelaskan alternatif-
alternatifnya sebagai wujud reaksi terhadap issue masalah tersebut.
6. Ada wawasan waktu yang biasanya dikaitkan dengan masa jabatan dan
ketidakpastian.
7. Ada pendekatan politis untuk mencapai atau menyelesaikan sesuatu.
• William N. Dunn mengemukakan
bahwa kata kunci dalam analisis
kebijakan adalah kerangka yang
terintegrasi, dan kerangka tsb
berorientasi pada masalah.