Anda di halaman 1dari 105

KEBIJAKAN PUBLIK

Disampaikan oleh:
Deby Chintia Hestiriniah, M.Si.
KONSEP DAN PENGERTIAN KEBIJAKAN
PUBLIK
Kata kebijakan dianggap terjemahan dari kata policy, karena
keduanya mempunyai kesesuaian makna.

Dalam KBI kebijakan diartikan sebagai:


1. Kepandaian, kemahiran, kebijaksanaan;
2. Rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar
dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,
kepemimpinan dan cara bertindak (ttg pemerintahan,
organisasi, dsb) pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip,
atau maksud sebagai garis pedoman utk manajemen
dlm usaha mencapai sasaran, garis haluan.

2
KEBIJAKSANAAN MENURUT KBI BERARTI:
1. KEPANDAIAN MENGGUNAKAN AKALBUDINYA
(PENGALAMAN DAN PENGETAHUANNYA); 2.
KECAKAPAN BERTINDAK APABILA MENGHADAPI
KESULITAN.

Kebijakan = Policy
Policy as a purposive course of action followed by an actor
or set of actors in dealing with set a problem or matter of
concern. Sebuah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh para
aktor yg berhubungan dg berbagai masalah atau urusan yg
menjadi perhatian (James Anderson, 2000).

3
Policy is a proposed course of action of a person, group, or
government within a given environment providing obstacles
and opportunities which the policy was proposed to utilize
and overcome in an effort to reach a goal, or realize an
objective, or a purpuse.

Kebijakan merupakan cara bertindak yang ditunjukkan oleh


seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu
lingkungan tertentu yang mencakup adanya peluang untuk
dimanfaatkan maupun hambatan yang harus diatasi, dalam
usaha mencapai suatu sasaran, merealisasikan suatu tujuan,
atau suatu kegunaan.

4
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi
pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,
kepemimpinan, dan cara bertindak. Istilah ini dapat diterapkan
pada pemerintahan, organisasi dan kelompok sektor swasta,
serta individu.

Kebijakan berbeda dengan peraturan dan hukum. Jika hukum


dapat memaksakan atau melarang suatu perilaku (misalnya suatu
hukum yang mengharuskan pembayaran pajak penghasilan),
kebijakan hanya menjadi pedoman tindakan yang paling
mungkin memperoleh hasil yang diinginkan.

5
Kebijakan atau kajian kebijakan dapat pula merujuk pada
proses pembuatan keputusan-keputusan penting organisasi,
termasuk identifikasi berbagai alternatif seperti prioritas
program atau pengeluaran, dan pemilihannya berdasarkan
dampaknya.

Kebijakan juga dapat diartikan sebagai mekanisme politis,


manajemen, finansial, atau administratif untuk mencapai suatu
tujuan eksplisit.

6
Publik adalah mengenai orang atau masyarakat, dimiliki
masyarakat, serta berhubungan dengan, atau memengaruhi suatu
bangsa, negara, atau komunitas. Publik biasanya dilawankan
dengan swasta atau pribadi, seperti pada perusahaan publik, atau
suatu jalan.

Publik juga kadang didefinisikan sebagai masyarakat suatu


bangsa.

Dalam bahasa Indonesia, penggunaan kata “publik” sering


diganti dengan “umum”, misalnya perusahaan umum dan
perusahaan publik.

7
Dalam lingkup organisasi / perusahaan publik dibedakan
menjadi:

 Publik internal dan publik eksternal


 Publik primer, sekunder, dan marjinal
 Proponent (publik yang memihak), opponent (publik yang
menentang), dan uncommitted yang berarti publik yang tidak
peduli. Sebagai perbandingan, saat suatu perusahaan memiliki
40 dari 50 karyawan yang uncommitted maka perusahaan dapat
dikatakan tidak sehat.
 Mayoritas diam (silent majority) dan minoritas vokal (vocal
minority)

8
KEBIJAKAN PUBLIK (PUBLIC POLICY)

Kebijakan publik diartikan sebagai: Government action to adress


some problem (Steven A. Peterson dalam Budiman Rusli, 2013)

Public policy is whatever government chose to do or not to do


(Thomas R. Dye, 1976).

Public policy is what government say and do, or do not to do. It is


the goals or purposes of government programs (Goerge C. Edwards
dan Ira Sharkansky, 1978).

9
Public policy is a set of interrelated decisions taken by
political actor or group of actors concerning the selection of
goals and the means of achieving them within a specified
situation where these decision should, inprinciple, be within
the power of these actors to achieve (W.I. Jenkins, 1978).

Kebijakan publik adalah serangkaian keputusan yang saling


berkaitan yang diambil oleh seorang aktor politik atau
sekelompok aktor politik berkenaan dengan tujuan yang
telah dipilih beserta cara-cara untuk mencapainya dalam
suatu situasi dimana keputusan-keputusan itu pada
prinsipnya masih berada dalam batas-batas kewenangan
kekuasaan dari aktor tersebut.

10
Public policies are those policies developed by
governmental bodies and officials (James E. Anderson,
1979).

Kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang


dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat pemerintah.

Kebijakan Publik adalah kebijakan yang dibuat oleh


pemerintah khususnya, dan lembaga-lembaga publik
umumnya, untuk memenuhi kepentingan publik (Saefullah,
2005).

11
CIRI-CIRI KEBIJAKAN PUBLIK MENURUT BADAN
KEPEGAWAIAN NEGARA (2001):

1. Kebijakan publik lebih merupakan tindakan yang


mengarah pada tujuan yang telah ditentukan, bukan
sekedar perilaku atau tindakan yang serba kebetulan.

2. Kebijakan publik pada hakekatnya terdiri atas tindakan-


tindakan yang saling berkait dan berpola yang mengarah
pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh pejabat-pejabat
pemerintah dan bukan merupakan keputusan yang berdiri
sendiri.

12
3. Kebijakan Publik bersangkut paut dengan apa yang
dilakukan pemerintah dalam bidang-bidang tertentu;

4. Kebijakan Publik mungkin berbentuk positif mungkin


berbentuk negatif. Kebijakan publik positif akan
mencakup beberapa bentuk tindakan pemerintah untuk
mempengaruhi masalah tertentu. Sementara dalam
bentuknya yang negatif meliputi keputusan-keputusan
pejabat pemerintah untuk tidak bertindak atau tidak
melakukan tindakan apapun, padahal campur tangan
pemerintah justru diperlukan.

13
KATAGORI KEBIJAKAN PUBLIK (WAHAB,
1997)
1. Tuntutan kebijakan (policy demands), yaitu tuntutan atau
desakan yang ditujukan kepada pejabat-pejabat
pemerintah baik oleh pihak swasta, masyarakat, maupun
pemerintah dalam sistem politik untuk melakukan atau
tidak melakukan tindakan tertentu.

2. Keputusan kebijakan (policy decision), yaitu keputusan-


keputusan yang dibuat oleh para pejabat pemerintah yang
dimaksudkan untuk memberikan keabsahan, kewenangan
atau memberikan arah terhadap pelaksanaan kebijakan
publik.

14
3. Pernyataan kebijakan (policy statement), ialah pernyataan
resmi atau artikulasi (penjelasan) mengenai kebijakan
publik tertentu.

4. Keluaran kebijakan (policy outputs), adalah merupakan


wujud kebijakan publik yang dapat dilihat dan dirasakan
karena menyangkut hal-hal yang senyatanya dilakukan
guna merealisasikan apa yang telah digariskan dalam
keputusan-keputusan dan pernyataan-pernyataan
kebijakan.

5. Hasil akhir kebijakan (policy outcomes), adalah akibat


atau dampak yang benar-benar dirasakan oleh masyarakat,
baik diharapkan maupun tidak sebagai konsekwensi dari
adanya atau tidak adanya kebijakan pemerintah.

15
PENDEKATAN KEBIJAKAN PUBLIK MENURUT DUNN,
2003):

1. Pendekatan Empiris, Penekanan terutama pada penjelasan


berbagai sebab dan akibat dari suatu kebijakan publik
tertentu. Pendekatan ini bersifat faktual.

2. Pendekatan valuatif, penekanan terutama pada penentuan


bobot atau nilai beberapa kebijakan.

3. Pendekatan normatif, penekanan terutama pada rekomendasi


serangkaian tindakan yang akan datang yang dapat
menyelesaikan masalah-masalah publik.

16
Tujuan pembuatan kebijakan publik pada dasarnya adalah
untuk:

1. Mewujudkan ketertiban dalam masyarakat.

2. Melindungi hak-hak masyarakat.

3. Mewujudkan ketentraman dan kedaimaian dalam


masyarakat.

4. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

17
Pembuatan Kebijakan Publik menurut Tjokroamidjojo dan
Mustopadidjaja (1996) terdiri dari tiga tahap, yaitu:

1. Tahap perumusan dan penetapan kebijakan;


2. Tahap pelaksanaan kebijakan;
3. Tahap penilaian hasil kebijakan.

Untuk lebih memahaminya dengan baik dan benar, lihat


beberapa teori berikut ini:

18
AKTOR-AKTOR DALAM KEBIJAKAN
PUBLIK

State

Private Civil Society


AKTOR-AKTOR (2)…
EKSEKUTIF (PRESIDEN)
LEGISLATIF
YUDIKATIF
KELOMPOK KEPENTINGAN
PARTAI POLITIK
WARGA NAGARA (INDIVIDU)
TEORI MODEL KEBIJAKAN PUBLIK

1. MODEL ELIT-MASSA (ELITS THEORY)


2. MODEL KELEMBAGAAN (INSTITUSIONAL
THEORY)
3. MODEL KELOMPOK (GROUP THEORY)
4. MODEL SISTEM POLITIK (POLITICS SYSTEM
THEORY)

27
1. Elite Theory (Thomas Dye dan Harmon Ziegler,
1970)

• Adalah teori yg menganggap kebijakan publik


disuatu negara atau daerah dibuat oleh ruling elite

• Berdasarkan nilai dan preferensi mereka, rakyat


banyak (massa) tidak mempunyai akses dalam
formulasi maupun implementasi kebijakan.

28
Elite theory berdasarkan pada asumsi bhw dlm negara yg
bersangkutan, sistem pemerintahannya belum didukung oleh
budaya politik yg demokratis.

Secara formal mungkin sistem pemerintahannya adalah


demokratis tetapi dlm realitas belum berfungsi dengan efektif.

29
30
THOMAS R DYE DAN HARMON ZIEGLER (1970)
MENGATAKAN SEBAGAI BERIKUT:

1) Masyarakat terbagi dalam sekelompok kecil yang sangat


berkuasa dan sekelompok lain yang tidak berdaya yang
tergantung pada kemauan kelompok kecil sebagai ruling elite
tersebut;

2) Perpindahan dari kelompok non elit ke dalam kelompok elit


sangat terbatas untuk menjaga stabilitas dan kelangsungan
hidupnya. Hanya mereka yang sudah menerima basic elite
consensus yang dapat diterima;

31
3) Kelompok elit yang berkuasa ini berasal dari golongan
menengah ke atas;

4) Kebijakan publik dibuat untuk kepentingan ruling elite, dan


tidak mencerminkan kebutuhan dan keinginan massa;

5) Perubahan kebijakan publik hanya bersifat inkremental dan tidak


revolusioner;

6) Kelompok elit lebih banyak mempengaruhi massa, dari pada


sebaliknya.

32
2. INSTITUSIONALIS THEORY

 Adalah studi kebijakan berdasarkan pendekatan formal


terhadap peranan institusi pemerintahan yang terkait dalam
formulasi dan implementasi suatu kebijakan.

 Misalnya, dewan perwakilan rakyat, eksekutif, badan


peradilan dan partai-partai politik. Aspek-aspek formal dari
institusi - institusi tersebut mencakup kewenangan hukum,
peraturan prosedural, fungsi-fungsi dan kegiatan -
kegiatannya.
33
 Institutional Economics melihat kebijakan ekonomi
menurut peranan pemerintah dalam mengatur
kehidupan perekonomian untuk mengoreksi kelemahan
mekanisme pasar.

 Seperti pengendalian perbankan agar tidak melakukan


penyaluran kredit secara berlebihan kepada masyarakat,
karena penyaluran kredit tersebut hanya berdasarkan
permintaan semu.
34
3. GROUP THEORY

 Adalah teori yang menganggap kebijakan publik


sebagai produk dari perjuangan kelompok.
Kebijakan publik merupakan titik equilibrium dalam
suatu perjuangan antar kelompok.

 Penekanan pada bagaimana peranan political


interests group dalam proses formulasi dan
implementasi kebijakan.

35
36
4. POLITICAL SYSTEM THEORY

• Adalah teori yang menganggap kebijakan publik


sebagai respons sistem politik terhadap permintaan yang
muncul dalam masyarakat lingkungannya.

• Input dari lingkungan berupa permintaan


(demands), sumber-sumber (resources) dan dukungan
(supports) lebih berbobot kepentingan politik.

37
38
 Inputs: Dukungan & sumber-sumber. Contohnya: dalam bentuk kepatuhan terhadap
hukum, membayar pajak, memilih dalam pemilu, ketersediaan dalam sarana dan
prasarana dan sebagainya.

 Proses: Tuntutan2, dukungan & sumber selanjutnya diproses dalam Formulasi


Kebijakan Publik. Bekerjanya aktor internal birokrasi pemerintah (legislatif, eksekutif,
yudikatif) & aktor2 eksternal birokrasi pemerintah (parpol, kelompok kepentingan,
media massa dsb) semuanya berinteraksi dalam suatu kegiatan/ proses untuk
mengubah inputs menjadi outputs.

 Selanjutnya, kebijakan (policy) dapat mempengaruhi masyarakat dan pada gilirannya


akan mempengaruhi permintaan dan dukungan baru terhadap para pembuat kebijakan.

39
 Selanjutnya, kebijakan (policy) dapat mempengaruhi masyarakat
dan pada gilirannya akan mempengaruhi permintaan dan
dukungan baru terhadap para pembuat kebijakan.

40
ALIRAN & JENIS KEBIJAKAN PUBLIK

Riant Nugroho (2008) membagi Kebijakan Publik dlm dua aliran:

Aliran Kontinental memandang bahwa kebijakan publik adalah


turunan dari hukum atau menyamakannya dengan hukum. Segala
tindakan pelayanan pemerintah harus didahului dasar hukumnya
yang jelas.

Aliran Anglo Saxon melihat kebijakan publik turunan dari politik-


demokrasi, jadi merupakan interaksi antara negara dg publik, jadi
memungkinkan dilakukan discrecy policy.

41
JENIS-JENIS KEBIJAKAN PUBLIK
JENIS-JENIS KEBIJAKAN PUBLIK

Formulasi Kebijakan Publik 12


SISTEM, PROSES, & SIKLUS KEBIJAKAN
PUBLIK

A. Sistem Kebijakan Publik (Mustopadidjaja AR, 1988), adalah


keseluruhan pola kelembagaan dalam pembuatan kebijakan
publik yang melibatkan hubungan di antara 4 unsur, yaitu:

1. Masalah kebijakan publik,


2. Proses pembuatan,
3. Kebijakan publik, dan
4. Dampaknya terhadap kelompok sasaran (target groups).

44
Dalam sistem Kebijakan Publik hal yg terlebih dahulu dipahami salah satunya adalah Agenda
setting.

Agenda setting adalah Proses dimana keinginan-keinginan dari berbagai kelompok dalam
masyarakat diterjemahkan ke dalam butir-butir kegiatan agar mendapat perhatian serius dari
pejabat-pejabat pemerintah (Howeltt and Ramesh, 1995)

Ada dua macam Agenda Setting, yaitu:


 Systemic Agenda dan
 Governmental Agenda.

45
1. Systemic Agenda terdiri atas isu-isu yang dipandang oleh politisi
sebagai suatu masalah yang pantas mendapat perhatian dari pemerintah,
karena masalah tsb ada dalam kewenangan pemerintah.

2. Governmental Agenda, adalah serangkaian masalah yg secara eksplisit


memerlukan pertimbangan yg serius dari pemerintah sebagai pembuat
kebijakan.

46
Ada beberapa 6 Kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik (Kimber,
1974; Salesbury 1976; Sandbach, 1980; Hogwood dan Gunn, 1986) diantaranya:

1.telah mencapai titik kritis tertentu; jika diabaikan, akan menjadi ancaman yang
serius;

2.telah mencapai tingkat partikularitas tertentu berdampak dramatis;

3.menyangkut emosi tertentu dari sudut kepent. orang banyak (umat manusia) dan
mendapat dukungan media massa;

47
Ada beberapa Kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik (Kimber,
1974; Salesbury 1976; Sandbach, 1980; Hogwood dan Gunn, 1986) diantaranya:
4.menjangkau dampak yang amat luas ;
5.mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam masyarakat ;
6.menyangkut suatu persoalan yang fasionable (sulit dijelaskan, tetapi mudah
dirasakan kehadirannya)

48
B. PROSES KEBIJAKAN PUBLIK, DIKENAL ADANYA
UNSUR-UNSUR: INPUT, PROCESS, OUTPUT,
OUTCOMES, BENEFITS, IMPACT.

Tjokroamidjojo dan Mustopadidjaja (1996 : 45), mengatakan


bahwa kebijakan publik terdiri dari tiga tahap, yaitu :
1. Tahap perumusan dan penetapan kebijakan;
2. Tahap pelaksanaan kebijakan;
3. Tahap penilaian hasil kebijakan.

49
PROSES KEBIJAKAN PUBLIK TERSEBUT DIMULAI
DENGAN:

1. Perumusan Kebijakan Publik.


Tahap ini mulai dari perumusan masalah sampai dengan dipilihnya
alternatif untuk direkomendasikan dan disahkan oleh pejabat yang
berwenang.

Menurut Michael (2003) ada lima hal yg harus diperhatikan dlm


membuat keputusan suatu kebijakan, yaitu:
1)Recognition of rights for individuals: Keputusan adalah
pengakuan hak2 individu yg terlibat dalam pengambilan keputusan.

50
2) Consents of the people: Keputusan berhubungan dengan orang2 atau
rakyat yang memberi mandat;

3) Accountability of decision makers to the people: Pembuat keputusan


mempunyai kewajiban mempertanggungjawabkan kepada rakyat yg
memberi mandat;

4) Representation: Keputusan hrs menjadi representasi dari rakyat yang


memberi mandat.

5) Formal processes to demarcate and limit the role of decision maker:


Keputusan hrs didasarkan pada proses resmi yang memberikan batas2
kewenangan pada pengambil keputusan.

51
Mengingat pentingnya fase ini, maka William Dunn (1999) menyebutkan
setidaknya ada empat tahap dalam perumusan masalah, antara lain:

1.Problem search (pencarian masalah),

2.Problem definition (pendefinisian masalah),

3.Problem specification (menspesifikasi masalah), dan

4.Problem sensing (pengenalan masalah).

52
PROSES/TAHAPAN KEBIJAKAN
PUBLIK (WILLIAM N.DUNN)

Penyusunan Agenda

Formulasi Kebijakan

Adopsi Kebijakan

Implementasi Kebijakan

Evaluasi Kebijakan
FASE-FASE DALAM PROSES PEMBUATAN
KEBIJAKAN DAN KARAKTERISTIKNYA
MENURUT WILLIAM DUNN
FASE KARAKTERISTIK
Para pejabat yang dipilih atau diangkat mengidentifikasi
PENYUSUNAN
masalah dan menempatkannya pada agenda public. Banyak
AGENDA
masalah tidak disentuh sama sekali, sementara lainnya ditunda
untuk waktu lama.
FORMULASI Para pejabat merumuskan alternative kebijakan untuk
KEBIJAKAN
mengatasi masalah.
ADOPSI DAN Alternative kebijakan yg diadopsi dengan dukungan atau
PEMBUATAN
concensus dari mayoritas legislative, atau berdasarkan
KEBIJAKAN
keputusan peradilan.
IMPLEMENTASI Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan dg
KEBIJAKAN
memobilisasi sumberdaya finansial dan sumberdaya
manusia.
PENILAIAN Institusi yang berwenang menentukan apakah kebijakan yang
KEBIJAKAN
dibuat sesuai ketentuan atau tidak 54
TAHAPAN KEBIJAKAN
PUBLIK (RIPLEY)
Hasil
Agenda
Penyusunan Agenda Pemerintah
Diikuti

Formulasi & Hasil


Legitimasi kebijakan Kebijakan
Diperlukan

Hasil
Implementasi Tindakan
m
Kebijakan Diperlukan kebijakan e
n
g
Evaluasi thdp Kinerja & dampak a
r
implementasi, kinerja & Kebijakan a
Dampak Kebijakan h
k
e
Kebijakan ba
ru
PROSES KEBIJAKAN
PUBLIK (THOMAS R.
DYE)

Identification
Agenda Policy Policy Policy Policy
Of policy
formulation legitimation Implementation Evaluation
problem
Setting
SIKLUS KEBIJAKAN
(LESTER AND STEWART, 2000)

6. PENCABUTAN 1.AGENDA SETTING

5. PERUBAHAN 2.FORMULASI

4.EVALUAS 3.IMPLEMENTASI
I

57
2. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK.

Implementasi Kebijakan Publik merupakan sesuatu yang penting,


bahkan mungkin lebih penting daripada pembuatan kebijakan.

Secara umum, tugas implementasi adalah mengembangkan suatu


struktur hubungan antara tujuan kebijakan publik yang telah
ditetapkan dengan tindakan-tindakan pemerintah untuk
merealisasikan tujuan-tujuan tersebut yang berupa hasil kebijakan
(policy outcomes).

58
Salah satu ukuran keberhasilan suatu kebijakan dapat dilihat pada tahap
implementasi kebijakan itu sendiri, karenanya implementasi kebijakan
merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan.

Pelaksanaan kebijakan adalah suatu yang penting bahkan mungkin jauh


lebih penting dari pada pembuatan kebijakan.

Implementasi kebijakan merupakan suatu proses pelaksanaan yang di


dalamnya ada interaksi antara tujuan dan tindakan yang disiapkan serta
melibatkan orang-orang yang terkait dengan kebijakan tersebut.
59
Pressman dan Wildavsky (dalam Jones, 1984) menyampaikan bahwa
implementation may be viewed as a process of interaction between the setting of
goals and the actions geared to achieving them.

Implementasi kebijakan adalah proses tindakan yang dilakukan baik oleh individu
maupun pejabat baik kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada
tercapainya tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan

60
Dalam hal terjadi kegagalan (implementation gap), maka perlu dikaji
pada tahapan mana yang mengalami kegagalan tersebut, apakah dalam
tahap perumusan kebijakan atau dalam tahap implementasi kebijakan.

Implementation gap dapat juga diartikan sebagai perbedaan antara apa


yang diharapkan oleh pembuat kebijakan dengan apa yang senyatanya
dicapai sebagai hasil atau prestasi dari pelaksanaan kebijakan.

61
Besar kecilnya perbedaan tersebut sangat tergantung kepada
implentation capacity dari organisasi atau orang yang dipercaya
mengimplementasikan kebijakan tersebut.

Walter Williams (dalam Wahab, 1997 : 61) mengatakan bahwa


implentation capacity adalah kemampuan organisasi / aktor untuk
melaksanakan keputusan kebijakan (policy decision) sedemikian
rupa sehingga ada jaminan bahwa tujuan atau sasaran kebijakan
yang telah ditetapkan dalam dokumen formal dapat dicapai.

62
Williams (dalam Jones, 1984 : 65) menjelaskan bahwa The most pressing
implementation problem is that of moving from decision to operations in
such a way that what is put into place bears a reasonable resemblance to
the decision and the functioning well in its institutional environment.

Hal yang paling penting dalam proses implementasi adalah memindahkan


suatu keputusan kedalam bentuk operasional yang masuk akal dan
difungsionalkan dengan baik dalam lingkungan lembaga itu.

63
Charles O. Jones (1984) menyampaikan bahwa
implementation is a process of getting additional resources
so as to figure out what is to be done and highly interactive
with prior policy activities

Pada prinsipnya bahwa implementasi kebijakan memberi


dasar konsepsi kepada aktivitas fungsional suatu organisasi,
interpretasi dan aplikasi, yang beranggapan bahwa
implementasi sebagai langkah yang dinamik memerlukan
usaha untuk mencari apa yang akan dan dapat dilaksanakan.

64
Ada beberapa faktor yang menyebabkan keberhasilan atau
kegagalan implementasi kebijakan, (Edwards III, 1980) yaitu
:

1) Komunikasi;
2) Sumber daya;
3) Disposisi atau sikap pelaksana ; dan
4) Struktur birokrasi.

65
Ada Tiga bentuk implementasi kebijakan publik
(Mustopadidjaja AR, 1988), yaitu:

1) Kebijakan langsung, yaitu kebijakan yang


pelaksanaannya dilakukan oleh pemerintah sendiri.

2) Kebijakan tidak langsung, yaitu kebijakan yang


pelaksanannya tidak dilakukan oleh pemerintah.
Dengan demikian, dalam hal ini pemerintah hanya
mengatur saja.

3) Kebijakan campuran, yaitu kebijakan yang


pelaksanaannya dilakukan oleh pemerintah dan bukan
pemerintah (swasta).

66
Ada beberapa pertanyaan dalam implementasi adalah:

1)Bagaimana cara kebijakan diimplementasikan?

2)Siapa saja yang dilibatkan dalam proses implementasi tersebut?

3)Bagaimana interaksi diantara yg terlibat dlm implementasi itu?

4)Siapa yang secara formal diberi wewenang


mengimplementasikan kebijakan dan siapa yang informal lebih
berkuasa dan mengapa?

67
5) Bagaimana cara kerja birokrasi pusat dan daerah yang terlibat
dalam implementasi kebijakan/program.

6) Bagaimana cara atasan mengawasi bawahan dan bagaimana


mengkoordinasikannya?

7) Bagaimana tanggapan target groups terhadap kebijakan


tersebut?

68
C. Monitoring Kebijakan Publik

Monitoring adalah kegiatan pengawasan terhadap


implementasi kebijakan yang meliputi keterkaitan antara
implementasi dan hasil-hasilnya (out-comes) (Hogwood
and Gunn, 1989).

William N. Dunn (1994), menjelaskan bahwa monitoring


mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1)Compliance (kesesuaian/kepatuhan) Menentukan apakah
implementasi kebijakan tersebut sesuai dengan standard
dan prosedur yang telah ditentukan.

69
2) Auditing (pemeriksaan), menentukan apakah sumber-
sumber/pelayanan kepada kelompok sasaran (target
groups) memang benar-benar sampai kepada mereka.

3) Accounting (Akuntansi), menentukan perubahan sosial


dan ekonomi apa saja yang terjadi setelah implementasi
sejumlah kebijakan publik dari waktu ke waktu.

4) Explanation (Penjelasan), menjelaskan mengenai hasil-


hasil kebijakan publik berbeda dengan tujuan kebijakan
publik.

70
D. EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK

Evaluasi kebijakan sebagai suatu pengkajian secara sistematik dan


empiris terhadap akibat-akibat dari suatu kebijakan dan program
pemerintah yang sedang berjalan dan kesesuaiannya dengan tujuan-
tujuan yang hendak dicapai oleh kebijakan tersebut.

Kesulitan dalam evaluasi kebijakan, antara lain adalah tujuan-tujuan


dalam kebijakan publik jarang dilakukan (ditulis) secara cukup jelas,
dalam artyi seberapa jauh tujuan-tujuan kebijakan publik itu harus
dicapai. Pengembangan ukuran-ukuran yang tepat dan dapat diterima
semua pihak sangat sulit dilakukan (Howlett dan Ramesh,1995)

71
KRETERIA MELAKUKAN EVALUASI KEBIJAKN
PUBLIK
(WILLIAM M. DUNN, 1994:405)
Effectiveness: Informasi sejauhmana pencapaian hasil yang
dikehendaki;
Efficiency: berhubungan dengan perhitungan; banyaknya
kesempatan dalam pencapaian hasil;
Adequacy: Pencapaian hasil dihubungkan dengan pemecahan
masalah yang dihadapi;
Equity: Mengukur keadilan diantara kelompok2 yang terlibat;
Responsiveness: Melihat kepuasan yang dirasakan oleh
kelompok2 tersebut;
Appropriateness: Mempelajasi apakah hasil yang dicapai
betul2 bermanfaat.

72
Howlett dan Ramesh (1995), mengemukakan bbrp bentuk evaluasi
kebijakan, yaitu :
a.Administrasi Evaluation (evaluasi Administratif). Evaluasi
administratif pada umumnya dibatasi pada pengkajian tentang
efisiensi penyampaian pelayanan pemerintah dan penentuan, apakah
penggunaan dana oleh pemerintah sesuai dengan tujuan yang telah
dicapai.

b.Judicial Evaluation (Evaluasi Yudisial). Evaluasi yudisial


mengadakan pengkajian apakah kebijakan yang dibuat pemerintah
telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, apakah tidak
melanggar HAM dan hak-hak individu.

c.Political Evaluation (Evaluasi Politis). Evaluasi politis masuk dalam


proses kebijakan hanya pada waktu-waktu tertentu. Misalnya,
pemilihan umum.

73
Beberapa Bentuk Evaluasi Administratif, yaitu:

1) Effort Evaluation. Effort evaluation bertujuan untuk


mengukur kuantitas inputs (masukan) program, yaitu
kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Inputs itu
adalah personil, ruang kantor, komunikasi, transportasi,dan
lain-lain, yang dihitung berdasarkan biaya yang digunakan.

2) Performance evaluation. Performance evaluation mengkaji


ouputs program. Contoh, outputs rumah sakit : tempat tidur
yang tersedia, jumlah pasien.

74
3) Effectiveness Evaluation. Effectiveness evaluation
bertujuan untuk menilai apakah program telah
dilaksanakan, kemudian diadakan perbandingan
kesesuaian antara pelaksanaan program dengan tujuan
kebijakan.

4) Process evaluation. Process evaluation mengkaji


peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur operasi
organisasi yang digunakan dalam penyampaian program.

75
Kriteria Evaluasi Kebijakan

NO KRITERIA PERTANYAAN KETERANGAN

 Berkenaan dengan apakah kebijakan mencapai hasil (akibat) yang


Efektivitas Apakah hasil yang diharapkan atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan.
1.
(Effectiveness) diinginkan telah tercapai  Efektifitas berhubungan dengan rasionalitas teknis, diukur dari unit
produk atau layanan atau nilai moneternya.

Seberapa banyak usaha  Berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk
Efisiensi yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektivitas tertentu.
2.
(Efficiency) mencapai hasil yang  Efisiensi sinonim dari rasionalitas ekonomis, merupakan hubungan
diinginkan? antar efektivitas dan usaha.
 Berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektifitas
Kecukupan Seberapa jauh pencapaian
3. memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan
(Adequacy) hasil yang diinginkan ?
adanya masalah.

Apakah biaya dan manfaat


 Berhubungan dengan rasionalitas legal dan social dan menunjuk
Kesamaan distribusikan secara
4. pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok-kelompok yang
(Equity) merata kepada kelompok-
berbeda dalam masyarakat.
kelompok yang berbeda?

Apakah hasil kebijakan


memuaskan kebutuhan,  Berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan
Responsivitas
5. preferensi atau nilai kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompok-kelompok masyarajat
(Responsiveness) kelompok-kelompok tertentu.
tertentu?

Apakah hasil (tujuan) yang  Berhubungan dengan rasionalitas substantive dan tidak berkenaan
Ketetapan
6. dinginkan benar-benar dengan satuan criteria secara individual tetapi dua atau lebih criteria
(Appropriateness) berguna atau bernilai? secara bersama-sama. 76
RUANG LINGKUP DAN
LINGKUNGAN KEBIJAKAN PUBLIK

Luasnya ruang lingkup kebijakan publik


dikemukakan antara lain oleh Dye (1992:2) sbb:

Public policy may deal with a wide variety of


substantive areas: defense, energy, environment,
foreign affairs, education, welafare, police, highway
texation, housing, social security, health, economic,
opportunity, urban development, inflation and
recession, and so on.

77
RUANG LINGKUP KEBIJAKAN PUBLIK DI INDONESIA

a. LINGKUP NASIONAL, KEBIJAKAN NASIONAL, KEBIJAKAN


NEGARA YG BERSIFAT FUNDAMENTAL DAN STRATEGIS DLM
PENCAPAIAN TUJUAN NASIONAL / NEGARA. KEBIJAKAN UMUM,
ADALAH KEBIJAKAN PRESIDEN SBG PELAKSANA UUD, TAP
MPR, UU, UNTUK MENCAPAI TUJUAN NASIONAL. KEBIJAKAN
PELAKSANAAN, ADALAH MERUPAKAN PENJABARAN DARI
KEBIJAKAN UMUM SBG STRATEGI PELAKSANAAN TUGAS DI
BIDANG TERTENTU (LAN-RI (1997)

78
b. LINGKUP WILAYAH DAERAH, KEBIJAKAN UMUM
DAERAH, ADALAH KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH
SEBAGAI PELAKSANA AZAS DESENTRALISASI DALAM
RANGKA MENGATUR URUSAN RUMAH TANGGA
DAERAH. KEBIJAKAN PELAKSANAAN, BAIK
PELAKSANAAN DESENTRALISASI, DEKONSENTRASI,
MAUPUN MEDE BE WIND.

79
LINGKUNGAN KEBIJAKAN PUBLIK

 Lingkungan ini dianggap paling formally structured,


terpusat pada mekanisme resmi pembuatan keputusan
kebijakan.

 Aktor/pelaku utama adalah para pembuat keputusan


kebijakan yang menduduki posisi penting dalam
pemerintahan yang mempunyai kewenangan dalam
penentuan prioritas dan alokasi sumber daya

80
KONDISI OBYEKTIF

External:
Lemahnya networking & loby internasional.

Perubahan konstelasi politik internasional

Internal:
Political distrust berimbas pada social distrust.

Lack of strong and decisive leadership.

Belum selesainya nafsu merebut kekuasaan pada tataran elit tertentu.

Rendahnya pemahaman elit pada makna kompetisi politik & demokrasi.

Masalah Sumber Daya Manusia.

81
Natural Resources Lingkungan Luar
Lingkungan Dalam Topography
hic
rap s
og able
m ri

Sa
e
D Va

ran
Outputs

aP
Action

Pa
r ta

ere
iP

k
Iklim

oli

on
tik
Ormas

o
mia
POLICY

n
MAKING

is
isn
Struktur uts

si B
p

gi
Sosial In d/

olo
n

sia
m a rt dll

kn
o
De upp s

so

Te
S imit

As

u&
L LSM

Ilm
Kebudayaan
Politik
Hubungan
Internasional
82
Beberapa Faktor Yang Berpengaruh Terhadap
Kebijakan Publik

1) Faktor Politik
2) Faktor Ekonomi/Finansial
3) Faktor Administratif/Organisatoris
4) Faktor teknologi
5) Faktor Sosial, Budaya, dan Agama
6) Faktor Pertahanan dan Keamanan
7) SDM.

83
IMPLIKASI KEBIJKAN PUBLIK DARI PENDAPAT DYE

Pemerintah (government) merupakan badan pembuat kebijakan public.

Jadi keputusan-keputusan (decisions) yang dibuat oleh perusahaan swasta,


organisasi sosial, kelompok kepentingan (interest group), individu-individu dan
kelompok-kelompok sosial lainnya bukanlah merupakan kebijakan publik.

kebijakan public meliputi keputusan (choices) mendasar dari pemerintah untuk


melakukan sesuatu atau tidak melakukan apa-apa (do nothing).

84
Budiman Rusli (2013: 135)

Pemerintah tidak mengerjakan sesuatu apapun yg tdk termasuk dalam


katagori kebijakan, karena hal itu merupakan sebuah keputusan.

Biasanya pertimbangan yg digunakan adalah dampak yang lebih buruk


akan muncul jika keputusan diambil.

Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa kebijakan publik sangat dominan


dipengaruhi oleh lingkungan kebijakan (policy environment).

85
MEMPERHATIKAN BEBERAPA KONSEP KEBIJAKAN
PUBLIK, DAPAT DIKATAKAN BAHWA:

Kebijakan Publik adalah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah


khususnya, dan lembaga-lembaga publik umumnya, untuk memenuhi
kepentingan publik (Saefullah, 2005:3).

Analisis kebijakan publik adalah proses formulasi berbagai alternatif


kebijakan publik dan keputusan pemilihan alternatif yang terbaik.

86
Kebijakan publik adalah keputusan atau aksi bersama yang dibuat oleh pemilik
wewenang (pemerintah);

Kebijakan publik berorientasi pada kepentingan publik dengan dipertimbangkan


secara matang terlebih dahulu baik buruknya dampak yang ditimbulkan;

Kebijakan publik untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu;

Kebijakan publik adalah aksi pemerintah dalam mengatasi masalah dengan


memperhatikan untuk siapa, untuk apa, kapan, dan bagaimana

87
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEBIJAKAN
PUBLIK (BUDIMAN RUSLI, 2014)

 Dalam masyarakat modern, partisipasi masyarakat dalam


politik dan urusan pemerintahan sudah menjadi bagian
kehidupan bermasyarakat.

 Rakyat telah menyadari bahwa urusan pemerintahan bukan


urusan orang lain tetapi juga urusan mereka, karena mereka
turut memilih para wakil rakyat (untuk legislatif) dan juga
memilih kepala daerah (dalam Pilkada langsung).

88
 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES
PERUMUSAN, IMPLEMENTASI, DAN EVALUASI
KEBIJAKAN SANGAT DIBUTUHKAN AGAR MEREKA
DAPAT MEMPERJUANGKAN ASPIRASINYA DAN
MENUNTUT HAKNYA SECARA PROPORSIONAL AGAR
TIDAK DIRUGIKAN SESUAI DENGAN ATURAN YANG
BERLAKU, ARTINYA TIDAK MEMAKSAKAN KEHENDAK
APALAGI BERTINDAK ANARKIS.

89
 Di banyak negara berkembang partisipasi masyarakat dalam proses
kebijakan publik hanya bersifat pasif, namun dalam perkembangannya,
terutama di Indonesia masyarakat mengalami kemajuan pesat, mereka
sangat sensitif dan reaktif serta aktif mengkritisi kebijakan publik.

 Partisipasi politik masyarakat dalam proses kebijakan ,tujuannya jelas


mempengaruhi kebijakan pemerintah agar tidak menimbulkan akibat
buruk terhadap kehidupan dirinya, keluarga atau kelompoknya.

90
 Partisipasi masyarakat dapat bersifat positif seperti
menjadi konstituen dalam pemilu, mentaati aturan dan
anjuran pemerintah, mendukung program-program
pemerintah.
 Bersifat negatif, dengan cara melakukan penolakan
atau pembangkangan terhadap kebijakan yang telah
disahkan dengan cara demonstratif menggalang massa
melakukan tindakan pengrusakan dan anarkhis.

91
 Dengan adanya pemahan tentang arti dan pentingya
kebijakan publik hasil analisis, diharapkan dapat menghindari
setiap tindakan yang menimbulkan kerusakan, artinya reaksi
penolakan dapat dilakukan secara konstitusional dengan
melibatkan DPRD, atau berdialog langsung dengan aparat
pemerintah.

 Jika partisipasi masyarakat terwujud seperti ini, maka ini


menunjukkan bahwa demokasi di Indonesia telah berjalan
dengan baik.

92
Keputusan kebijakan seringkali diambil oleh sekumpulan aktor. Dengan
demikian kebijakan bukan saja merupakan multiple decisions (keputusan
jamak), tetapi suatu multiple decisions yang dibuat oleh multiple decisions
makers yg terpisah-pisah yg tersebar di dalam organisasi pemerintah yang
kompleks.

Anderson menekankan pada keterkaitan antara tindakan dan persepsi


pemerintah mengenai keberadaan problem atau perhatian yang
membutuhkan tindakan.

93
BEBERAPA MASALAH DALAM KEBIJAKAN
PUBLIK

Kebijakan Publik adalah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah khususnya dan lembaga-lembaga publik

umumnya, untuk memenuhi kepentingan publik (Saefullah, 2005:3). Namun demikian ada persoalan

krusial dalam tingkatan perumusan dan pelaksanaannya, yaitu:

1.Informasi yang tidak akurat tentang masalah yang dihadapi.

2.Perbedaan pendapat antar orang-orang yang terlibat dalam perumusan dan implementasi kebijakan

publik tersebut.

3.Political constraints.

4.Economic constraints.

5.Kompetensi SDM

94
Terdapat tiga kelas masalah kebijakan, yaitu:

1.Masalah yang sederhana (well-structured problems),

2.Masalah yang agak sederhana (moderately structured problems) dan

3.Masalah yang rumit (ill-structured problems).

Struktur dari masing-masing kelas ini ditentukan oleh tingkat kompleksitasnya, yaitu,
derajat seberapa jauh suatu masalah merupakan sistem permasalahan yang saling
tergantung (Dunn, 1992:101).

95
Masalah yang sederhana (well-structured problems) adalah masalah yang melibatkan satu
atau beberapa pembuat keputusan dan seperangkat kecil alternatif-alternatif kebijakan.

Masalah yang agak sederhana (Moderately structured problems) adalah masalah-masalah


yang melibatkan satu atau beberapa pembuat keputusan dan sejumlah alternatif yang secara
relatif terbatas.

Masalah yang rumit (Ill-structured problems) adalah masalah-­masalah yang mengikutsertakan


banyak pembuat keputusan yang utilitas (nilai)nya tidak diketahui atau tidak mungkin untuk
diurutkan secara konsisten.

96
UNTUK MENGATASI MASALAH KEBIJAKAN PUBLIK
ROBERT B. SEIDMAN, DAN NALIN ABEYSEKERE (1999)
MERANCANG METODE ROCCIPI.

1. Rule (peraturan)
Peraturan dimaksudkan untuk mengatur segala perilaku manusia.
Masalah publik dapat muncul jika:
Bahasa yang digunakan dalam peraturan, kadang rancu, bisa multi
tafsir.
Beberapa peraturan berpeluang menyebabkan perilaku bermasalah
dan tidak transparan.
Peraturan memberikan wewenang berlebih pada pelaksana untuk
bertindak represif.

97
2. Opportunity (kesempatan)

Perilaku menyimpang punya korelasi dengan adanya kesempatan.

Lingkungan menjadi faktor yang dominan penyebab perilaku


menyimpang.

98
3. Capacity (kemampuan)

Setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda.

Perbedaan kemampuan bisa menimbulkan perbedaan persepsi.

Perbedaan persepsi menimbulkan perbedaan perilaku

99
4. Communication (komunikasi)

Munculnya perilaku bermasalah diakibatkan ketidaktahuan


masyarakat tentang suatu peraturan.

Ketidaktahuan tersebut dipicu oleh komunikasi yang tidak berjalan


dengan baik (miss-communication).

Permasalahan komunikasi sebenarnya merupakan permasalahan


klasik terutama di negera pluralis.

100
5. Interest (kepentingan)

Kepentingan pada umumnya akan mendorong seseorang atau


kelompok untuk perilaku.

Semakin tinggi kepentingan perilaku semakin tidak terkontrol.

101
6. Process (proses)

Proses merupakan sebuah instrumen yang digunakan baik dalam


membuat ekbijakan maupun dalam menemukan perilaku
bermasalah.

102
7. Ideology (nilai dan / atau sikap)
Sekumpulan nilai yang dianut oleh suatu masyarakat untuk merasa, berpikir, dan
bertindak.
Suatu nilai yang berlaku dalam masyarakat merupakan hasil kesepakatan bersama
dalam sebuah kelompok.
Dalam masyarakat yang heterogen kemungkinan terjadinya konflik sangat besar,
karena disebabkan perbedaan nilai.

103
Menurut Theodore J. Lowi (1972), masalah publik dapat dibedakan menjadi
masalah prosedural dan masalah substantif.

Masalah prosedural berhubungan dengan cara pemerintah diorganisasikan dan


cara pemerintah melakukan  tugas-tugasnya, sedangkan masalah substantif
berkaitan dengan akibat-akibat nyata dari kegiatan manusia.

Masalah distributif, masalah regulasi dan masalah redistributif.

104
MANFAAT KEBIJAKAN PUBLIK

1. Bagi Organisasi Publik


2. Bagi Pejabat Publik
3. Bagi Publik

105

Anda mungkin juga menyukai