Disampaikan oleh:
Deby Chintia Hestiriniah, M.Si.
KONSEP DAN PENGERTIAN KEBIJAKAN
PUBLIK
Kata kebijakan dianggap terjemahan dari kata policy, karena
keduanya mempunyai kesesuaian makna.
2
KEBIJAKSANAAN MENURUT KBI BERARTI:
1. KEPANDAIAN MENGGUNAKAN AKALBUDINYA
(PENGALAMAN DAN PENGETAHUANNYA); 2.
KECAKAPAN BERTINDAK APABILA MENGHADAPI
KESULITAN.
Kebijakan = Policy
Policy as a purposive course of action followed by an actor
or set of actors in dealing with set a problem or matter of
concern. Sebuah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh para
aktor yg berhubungan dg berbagai masalah atau urusan yg
menjadi perhatian (James Anderson, 2000).
3
Policy is a proposed course of action of a person, group, or
government within a given environment providing obstacles
and opportunities which the policy was proposed to utilize
and overcome in an effort to reach a goal, or realize an
objective, or a purpuse.
4
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi
pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,
kepemimpinan, dan cara bertindak. Istilah ini dapat diterapkan
pada pemerintahan, organisasi dan kelompok sektor swasta,
serta individu.
5
Kebijakan atau kajian kebijakan dapat pula merujuk pada
proses pembuatan keputusan-keputusan penting organisasi,
termasuk identifikasi berbagai alternatif seperti prioritas
program atau pengeluaran, dan pemilihannya berdasarkan
dampaknya.
6
Publik adalah mengenai orang atau masyarakat, dimiliki
masyarakat, serta berhubungan dengan, atau memengaruhi suatu
bangsa, negara, atau komunitas. Publik biasanya dilawankan
dengan swasta atau pribadi, seperti pada perusahaan publik, atau
suatu jalan.
7
Dalam lingkup organisasi / perusahaan publik dibedakan
menjadi:
8
KEBIJAKAN PUBLIK (PUBLIC POLICY)
9
Public policy is a set of interrelated decisions taken by
political actor or group of actors concerning the selection of
goals and the means of achieving them within a specified
situation where these decision should, inprinciple, be within
the power of these actors to achieve (W.I. Jenkins, 1978).
10
Public policies are those policies developed by
governmental bodies and officials (James E. Anderson,
1979).
11
CIRI-CIRI KEBIJAKAN PUBLIK MENURUT BADAN
KEPEGAWAIAN NEGARA (2001):
12
3. Kebijakan Publik bersangkut paut dengan apa yang
dilakukan pemerintah dalam bidang-bidang tertentu;
13
KATAGORI KEBIJAKAN PUBLIK (WAHAB,
1997)
1. Tuntutan kebijakan (policy demands), yaitu tuntutan atau
desakan yang ditujukan kepada pejabat-pejabat
pemerintah baik oleh pihak swasta, masyarakat, maupun
pemerintah dalam sistem politik untuk melakukan atau
tidak melakukan tindakan tertentu.
14
3. Pernyataan kebijakan (policy statement), ialah pernyataan
resmi atau artikulasi (penjelasan) mengenai kebijakan
publik tertentu.
15
PENDEKATAN KEBIJAKAN PUBLIK MENURUT DUNN,
2003):
16
Tujuan pembuatan kebijakan publik pada dasarnya adalah
untuk:
17
Pembuatan Kebijakan Publik menurut Tjokroamidjojo dan
Mustopadidjaja (1996) terdiri dari tiga tahap, yaitu:
18
AKTOR-AKTOR DALAM KEBIJAKAN
PUBLIK
State
27
1. Elite Theory (Thomas Dye dan Harmon Ziegler,
1970)
28
Elite theory berdasarkan pada asumsi bhw dlm negara yg
bersangkutan, sistem pemerintahannya belum didukung oleh
budaya politik yg demokratis.
29
30
THOMAS R DYE DAN HARMON ZIEGLER (1970)
MENGATAKAN SEBAGAI BERIKUT:
31
3) Kelompok elit yang berkuasa ini berasal dari golongan
menengah ke atas;
32
2. INSTITUSIONALIS THEORY
35
36
4. POLITICAL SYSTEM THEORY
37
38
Inputs: Dukungan & sumber-sumber. Contohnya: dalam bentuk kepatuhan terhadap
hukum, membayar pajak, memilih dalam pemilu, ketersediaan dalam sarana dan
prasarana dan sebagainya.
39
Selanjutnya, kebijakan (policy) dapat mempengaruhi masyarakat
dan pada gilirannya akan mempengaruhi permintaan dan
dukungan baru terhadap para pembuat kebijakan.
40
ALIRAN & JENIS KEBIJAKAN PUBLIK
41
JENIS-JENIS KEBIJAKAN PUBLIK
JENIS-JENIS KEBIJAKAN PUBLIK
44
Dalam sistem Kebijakan Publik hal yg terlebih dahulu dipahami salah satunya adalah Agenda
setting.
Agenda setting adalah Proses dimana keinginan-keinginan dari berbagai kelompok dalam
masyarakat diterjemahkan ke dalam butir-butir kegiatan agar mendapat perhatian serius dari
pejabat-pejabat pemerintah (Howeltt and Ramesh, 1995)
45
1. Systemic Agenda terdiri atas isu-isu yang dipandang oleh politisi
sebagai suatu masalah yang pantas mendapat perhatian dari pemerintah,
karena masalah tsb ada dalam kewenangan pemerintah.
46
Ada beberapa 6 Kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik (Kimber,
1974; Salesbury 1976; Sandbach, 1980; Hogwood dan Gunn, 1986) diantaranya:
1.telah mencapai titik kritis tertentu; jika diabaikan, akan menjadi ancaman yang
serius;
3.menyangkut emosi tertentu dari sudut kepent. orang banyak (umat manusia) dan
mendapat dukungan media massa;
47
Ada beberapa Kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik (Kimber,
1974; Salesbury 1976; Sandbach, 1980; Hogwood dan Gunn, 1986) diantaranya:
4.menjangkau dampak yang amat luas ;
5.mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam masyarakat ;
6.menyangkut suatu persoalan yang fasionable (sulit dijelaskan, tetapi mudah
dirasakan kehadirannya)
48
B. PROSES KEBIJAKAN PUBLIK, DIKENAL ADANYA
UNSUR-UNSUR: INPUT, PROCESS, OUTPUT,
OUTCOMES, BENEFITS, IMPACT.
49
PROSES KEBIJAKAN PUBLIK TERSEBUT DIMULAI
DENGAN:
50
2) Consents of the people: Keputusan berhubungan dengan orang2 atau
rakyat yang memberi mandat;
51
Mengingat pentingnya fase ini, maka William Dunn (1999) menyebutkan
setidaknya ada empat tahap dalam perumusan masalah, antara lain:
52
PROSES/TAHAPAN KEBIJAKAN
PUBLIK (WILLIAM N.DUNN)
Penyusunan Agenda
Formulasi Kebijakan
Adopsi Kebijakan
Implementasi Kebijakan
Evaluasi Kebijakan
FASE-FASE DALAM PROSES PEMBUATAN
KEBIJAKAN DAN KARAKTERISTIKNYA
MENURUT WILLIAM DUNN
FASE KARAKTERISTIK
Para pejabat yang dipilih atau diangkat mengidentifikasi
PENYUSUNAN
masalah dan menempatkannya pada agenda public. Banyak
AGENDA
masalah tidak disentuh sama sekali, sementara lainnya ditunda
untuk waktu lama.
FORMULASI Para pejabat merumuskan alternative kebijakan untuk
KEBIJAKAN
mengatasi masalah.
ADOPSI DAN Alternative kebijakan yg diadopsi dengan dukungan atau
PEMBUATAN
concensus dari mayoritas legislative, atau berdasarkan
KEBIJAKAN
keputusan peradilan.
IMPLEMENTASI Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan dg
KEBIJAKAN
memobilisasi sumberdaya finansial dan sumberdaya
manusia.
PENILAIAN Institusi yang berwenang menentukan apakah kebijakan yang
KEBIJAKAN
dibuat sesuai ketentuan atau tidak 54
TAHAPAN KEBIJAKAN
PUBLIK (RIPLEY)
Hasil
Agenda
Penyusunan Agenda Pemerintah
Diikuti
Hasil
Implementasi Tindakan
m
Kebijakan Diperlukan kebijakan e
n
g
Evaluasi thdp Kinerja & dampak a
r
implementasi, kinerja & Kebijakan a
Dampak Kebijakan h
k
e
Kebijakan ba
ru
PROSES KEBIJAKAN
PUBLIK (THOMAS R.
DYE)
Identification
Agenda Policy Policy Policy Policy
Of policy
formulation legitimation Implementation Evaluation
problem
Setting
SIKLUS KEBIJAKAN
(LESTER AND STEWART, 2000)
5. PERUBAHAN 2.FORMULASI
4.EVALUAS 3.IMPLEMENTASI
I
57
2. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK.
58
Salah satu ukuran keberhasilan suatu kebijakan dapat dilihat pada tahap
implementasi kebijakan itu sendiri, karenanya implementasi kebijakan
merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan.
Implementasi kebijakan adalah proses tindakan yang dilakukan baik oleh individu
maupun pejabat baik kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada
tercapainya tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan
60
Dalam hal terjadi kegagalan (implementation gap), maka perlu dikaji
pada tahapan mana yang mengalami kegagalan tersebut, apakah dalam
tahap perumusan kebijakan atau dalam tahap implementasi kebijakan.
61
Besar kecilnya perbedaan tersebut sangat tergantung kepada
implentation capacity dari organisasi atau orang yang dipercaya
mengimplementasikan kebijakan tersebut.
62
Williams (dalam Jones, 1984 : 65) menjelaskan bahwa The most pressing
implementation problem is that of moving from decision to operations in
such a way that what is put into place bears a reasonable resemblance to
the decision and the functioning well in its institutional environment.
63
Charles O. Jones (1984) menyampaikan bahwa
implementation is a process of getting additional resources
so as to figure out what is to be done and highly interactive
with prior policy activities
64
Ada beberapa faktor yang menyebabkan keberhasilan atau
kegagalan implementasi kebijakan, (Edwards III, 1980) yaitu
:
1) Komunikasi;
2) Sumber daya;
3) Disposisi atau sikap pelaksana ; dan
4) Struktur birokrasi.
65
Ada Tiga bentuk implementasi kebijakan publik
(Mustopadidjaja AR, 1988), yaitu:
66
Ada beberapa pertanyaan dalam implementasi adalah:
67
5) Bagaimana cara kerja birokrasi pusat dan daerah yang terlibat
dalam implementasi kebijakan/program.
68
C. Monitoring Kebijakan Publik
69
2) Auditing (pemeriksaan), menentukan apakah sumber-
sumber/pelayanan kepada kelompok sasaran (target
groups) memang benar-benar sampai kepada mereka.
70
D. EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK
71
KRETERIA MELAKUKAN EVALUASI KEBIJAKN
PUBLIK
(WILLIAM M. DUNN, 1994:405)
Effectiveness: Informasi sejauhmana pencapaian hasil yang
dikehendaki;
Efficiency: berhubungan dengan perhitungan; banyaknya
kesempatan dalam pencapaian hasil;
Adequacy: Pencapaian hasil dihubungkan dengan pemecahan
masalah yang dihadapi;
Equity: Mengukur keadilan diantara kelompok2 yang terlibat;
Responsiveness: Melihat kepuasan yang dirasakan oleh
kelompok2 tersebut;
Appropriateness: Mempelajasi apakah hasil yang dicapai
betul2 bermanfaat.
72
Howlett dan Ramesh (1995), mengemukakan bbrp bentuk evaluasi
kebijakan, yaitu :
a.Administrasi Evaluation (evaluasi Administratif). Evaluasi
administratif pada umumnya dibatasi pada pengkajian tentang
efisiensi penyampaian pelayanan pemerintah dan penentuan, apakah
penggunaan dana oleh pemerintah sesuai dengan tujuan yang telah
dicapai.
73
Beberapa Bentuk Evaluasi Administratif, yaitu:
74
3) Effectiveness Evaluation. Effectiveness evaluation
bertujuan untuk menilai apakah program telah
dilaksanakan, kemudian diadakan perbandingan
kesesuaian antara pelaksanaan program dengan tujuan
kebijakan.
75
Kriteria Evaluasi Kebijakan
Seberapa banyak usaha Berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk
Efisiensi yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektivitas tertentu.
2.
(Efficiency) mencapai hasil yang Efisiensi sinonim dari rasionalitas ekonomis, merupakan hubungan
diinginkan? antar efektivitas dan usaha.
Berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektifitas
Kecukupan Seberapa jauh pencapaian
3. memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan
(Adequacy) hasil yang diinginkan ?
adanya masalah.
Apakah hasil (tujuan) yang Berhubungan dengan rasionalitas substantive dan tidak berkenaan
Ketetapan
6. dinginkan benar-benar dengan satuan criteria secara individual tetapi dua atau lebih criteria
(Appropriateness) berguna atau bernilai? secara bersama-sama. 76
RUANG LINGKUP DAN
LINGKUNGAN KEBIJAKAN PUBLIK
77
RUANG LINGKUP KEBIJAKAN PUBLIK DI INDONESIA
78
b. LINGKUP WILAYAH DAERAH, KEBIJAKAN UMUM
DAERAH, ADALAH KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH
SEBAGAI PELAKSANA AZAS DESENTRALISASI DALAM
RANGKA MENGATUR URUSAN RUMAH TANGGA
DAERAH. KEBIJAKAN PELAKSANAAN, BAIK
PELAKSANAAN DESENTRALISASI, DEKONSENTRASI,
MAUPUN MEDE BE WIND.
79
LINGKUNGAN KEBIJAKAN PUBLIK
80
KONDISI OBYEKTIF
External:
Lemahnya networking & loby internasional.
Internal:
Political distrust berimbas pada social distrust.
81
Natural Resources Lingkungan Luar
Lingkungan Dalam Topography
hic
rap s
og able
m ri
Sa
e
D Va
ran
Outputs
aP
Action
Pa
r ta
ere
iP
k
Iklim
oli
on
tik
Ormas
o
mia
POLICY
n
MAKING
is
isn
Struktur uts
si B
p
gi
Sosial In d/
olo
n
sia
m a rt dll
kn
o
De upp s
so
Te
S imit
As
u&
L LSM
Ilm
Kebudayaan
Politik
Hubungan
Internasional
82
Beberapa Faktor Yang Berpengaruh Terhadap
Kebijakan Publik
1) Faktor Politik
2) Faktor Ekonomi/Finansial
3) Faktor Administratif/Organisatoris
4) Faktor teknologi
5) Faktor Sosial, Budaya, dan Agama
6) Faktor Pertahanan dan Keamanan
7) SDM.
83
IMPLIKASI KEBIJKAN PUBLIK DARI PENDAPAT DYE
84
Budiman Rusli (2013: 135)
85
MEMPERHATIKAN BEBERAPA KONSEP KEBIJAKAN
PUBLIK, DAPAT DIKATAKAN BAHWA:
86
Kebijakan publik adalah keputusan atau aksi bersama yang dibuat oleh pemilik
wewenang (pemerintah);
87
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEBIJAKAN
PUBLIK (BUDIMAN RUSLI, 2014)
88
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES
PERUMUSAN, IMPLEMENTASI, DAN EVALUASI
KEBIJAKAN SANGAT DIBUTUHKAN AGAR MEREKA
DAPAT MEMPERJUANGKAN ASPIRASINYA DAN
MENUNTUT HAKNYA SECARA PROPORSIONAL AGAR
TIDAK DIRUGIKAN SESUAI DENGAN ATURAN YANG
BERLAKU, ARTINYA TIDAK MEMAKSAKAN KEHENDAK
APALAGI BERTINDAK ANARKIS.
89
Di banyak negara berkembang partisipasi masyarakat dalam proses
kebijakan publik hanya bersifat pasif, namun dalam perkembangannya,
terutama di Indonesia masyarakat mengalami kemajuan pesat, mereka
sangat sensitif dan reaktif serta aktif mengkritisi kebijakan publik.
90
Partisipasi masyarakat dapat bersifat positif seperti
menjadi konstituen dalam pemilu, mentaati aturan dan
anjuran pemerintah, mendukung program-program
pemerintah.
Bersifat negatif, dengan cara melakukan penolakan
atau pembangkangan terhadap kebijakan yang telah
disahkan dengan cara demonstratif menggalang massa
melakukan tindakan pengrusakan dan anarkhis.
91
Dengan adanya pemahan tentang arti dan pentingya
kebijakan publik hasil analisis, diharapkan dapat menghindari
setiap tindakan yang menimbulkan kerusakan, artinya reaksi
penolakan dapat dilakukan secara konstitusional dengan
melibatkan DPRD, atau berdialog langsung dengan aparat
pemerintah.
92
Keputusan kebijakan seringkali diambil oleh sekumpulan aktor. Dengan
demikian kebijakan bukan saja merupakan multiple decisions (keputusan
jamak), tetapi suatu multiple decisions yang dibuat oleh multiple decisions
makers yg terpisah-pisah yg tersebar di dalam organisasi pemerintah yang
kompleks.
93
BEBERAPA MASALAH DALAM KEBIJAKAN
PUBLIK
Kebijakan Publik adalah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah khususnya dan lembaga-lembaga publik
umumnya, untuk memenuhi kepentingan publik (Saefullah, 2005:3). Namun demikian ada persoalan
2.Perbedaan pendapat antar orang-orang yang terlibat dalam perumusan dan implementasi kebijakan
publik tersebut.
3.Political constraints.
4.Economic constraints.
5.Kompetensi SDM
94
Terdapat tiga kelas masalah kebijakan, yaitu:
Struktur dari masing-masing kelas ini ditentukan oleh tingkat kompleksitasnya, yaitu,
derajat seberapa jauh suatu masalah merupakan sistem permasalahan yang saling
tergantung (Dunn, 1992:101).
95
Masalah yang sederhana (well-structured problems) adalah masalah yang melibatkan satu
atau beberapa pembuat keputusan dan seperangkat kecil alternatif-alternatif kebijakan.
96
UNTUK MENGATASI MASALAH KEBIJAKAN PUBLIK
ROBERT B. SEIDMAN, DAN NALIN ABEYSEKERE (1999)
MERANCANG METODE ROCCIPI.
1. Rule (peraturan)
Peraturan dimaksudkan untuk mengatur segala perilaku manusia.
Masalah publik dapat muncul jika:
Bahasa yang digunakan dalam peraturan, kadang rancu, bisa multi
tafsir.
Beberapa peraturan berpeluang menyebabkan perilaku bermasalah
dan tidak transparan.
Peraturan memberikan wewenang berlebih pada pelaksana untuk
bertindak represif.
97
2. Opportunity (kesempatan)
98
3. Capacity (kemampuan)
99
4. Communication (komunikasi)
100
5. Interest (kepentingan)
101
6. Process (proses)
102
7. Ideology (nilai dan / atau sikap)
Sekumpulan nilai yang dianut oleh suatu masyarakat untuk merasa, berpikir, dan
bertindak.
Suatu nilai yang berlaku dalam masyarakat merupakan hasil kesepakatan bersama
dalam sebuah kelompok.
Dalam masyarakat yang heterogen kemungkinan terjadinya konflik sangat besar,
karena disebabkan perbedaan nilai.
103
Menurut Theodore J. Lowi (1972), masalah publik dapat dibedakan menjadi
masalah prosedural dan masalah substantif.
104
MANFAAT KEBIJAKAN PUBLIK
105