1. policy demands
Permintaan kebijakan, merupakan
permintaan/kebutuhan/klaim yang dibuat oleh warga
masyarakat secara pribadi/kelotnpok dcngar, resmi
dalam sistem politik oleh karena adanya masalah yang
mereka rasakan
2. policy decisions
putusan kebijakan, adalah putusan yang dibuat pejabat
publik yang mememntahkan untuk memberi arahan
kegiatan-kegiatan kebijakan
3. policy statements
pernyataan kebijakan. adalah ungkapan secara formal
atau artikulasi dari keputusan politik yang telah
ditetapkan
4. policy outputs
hasil kebijakan adalah “ perwujudan nyata" dari
kebijakan publik, atau sesuatu yang sesungguhnya
dikerjakan menurut keputusan dan pernyataan
kebijakan, atau apa yang dikerjakan pemerintah
5. policy outcomes.
akibat dari kebijakan adalah konsekuensi kebijakan
yang diterima masyarakat, balk yang diinginkan atau
yang tidak diinginkan, yang berasal dari apa yang
dikerjakan atau yang tidak dikerlakan oleh pemerintah
TEORI PEMBUATAN KEPUTUSAN
1. TEORI RASIONAL-KOMPREHENSIF
(THE RATIONAL-
COMPREHENSIVE THEORY)
2. TEORI INKREMENTAL (THE
INCREMENTAL THEORY)
3. TEORI PENGAMATAN
TERPADU
(MIXED-SCANNING
THEORY)
TEORI RASIONAL-KOMPREHENSIF
(THE RATIONAL-COMPREHENSIVE THEORY)
Pembuat keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang
dapat dipisahkan dari masalah-masalah lainnya atau paling tidak
dipertimbangkan secara mendalam kalau dibandingkan dengan
masalah lainnya.
Tujuan-tujuan, nilai-nilai, atau sasaran yang menjadi pedoman
pengambil keputusan dijelaskan dan diranking menurut
kepentingannya.
Bermacam-macam alternatif yang berhubungan dengan
masalahnya diteliti secara seksama.
Konsekuensi (biaya dan manfaataya) yang akan ditimbulkan oleh
setiap alternatif diteliti.
Masing-masing alternatif dan akibat yang menyertainya
dibandingkan dengan alternatif lainnya.
Pembuat keputusan akan memilih alternatif, dan konsekuensinya
yang mendorong pencapaian tujuan, nilai atau objeknya.
TEORI INKREMENTAL
(THE INCREMENTAL THEORY)
Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis empiris dari tindakan yang
diperlukan untuk mencapainya lebih bersifat saling menjalin daripada
terpisah-pisah satu dengan lainnya.
Pembuat keputusan hanya mempertirnbangkan beberapa alternatif yang
berhubungan dengan masalahnya, dan hal ini akan dibedakan hanya yang
bersifat menambah dari kebijakan yang ada.
Untuk masing-masing alternatif hanya akibat (konsekuensi) yang penting
yang akan dievaluasi.
Masalah yang dihadapi pembuat keputusan secara kontinvu didefinisikan
kembali.
Tidak akan terdapat keputusan tunggal atau pemecahan yang benar untuk
suatu masalah. Tes pada keputusan yang baik adalah bahwa bermacam-
macam analisis ternyata langsung menyetujuinya, tanpa menyetujui bahwa
keputusan merupakan alat yang paling cocok pada suatu objek yang telah
disetujui.
Pembuatan keputusan yang bersifat menambahkan sesungguhnya
merupakan perbaikan dan lebih sesuai untuk kemajuan saat ini, lebih
menunjukkan ketidaksempurnaan sosial yang konkret daripada untuk
peningkatan tujuan sosial dimasa mendatang.
MIXED-SCANNING THEORY
Amitai Etzioni
2. ORGANIZATION VALUES
nilai-nilai atau standar-standar organisasional. Pembuat keputusan, khususnya
birokrat, seringkali juga dipengaruhi oleh nilai organisasional.
3. PERSONAL VALUES
nilai-nilai personal. Urgensi untuk melindungi atau mempromosikan keadaan
fisik atau keuangan seseorang yang baik, reputasi, atau posisi historis
seseorang dapat juga dijadikan sebagai kriteria keputusan.
4. POLICY VALUES
nilai-nilai atau standar-standar kebijakan yang berwarna kepentingan publik.
Baik diskusi ataupun sinisme dalam masalah ini tidak harus membuat kita
menyimpulkan bahwa pembuat keputusan politik hanya dipengaruhi oleh
pertimbangan politik, organisasi, atau kepentingan pribadi. Pembuat
keputusan dapat bertindak dengan baik berdasarkan persepsi mereka
mengenai kepentingan publik atau kepercapan pada kebijakan publik yang
secara moral benar atau pantas.
5. IDEOLOGICAL VALUES
nilai-nilai atau standar-standar ideologis. ldeologi adalah sekumpulan
kepercayaan dan nilai yang berhubungan secara logis yang memberikan
gambaran sederhana mengenai dunia dan cara bertindak sebagai
petunjuk bagi seseorang untuk berperilaku.
PENDEKATAN DALAM ANALISIS
KEBIJAKAN PUBLIK
TEORI SISTEM (SYSTEM THEORY)
1.Sistem Ekologi
2.Sistem Sosial SISTEM
3.Sistem Budaya POLITIK
4.Sistem Ekonomi
dll DEMANDS
I
UMPAN BALIK
1. LOKASI DAN POSISI GEOGRAFIS
LINGKUNGAN PISIK 2. KEADAAN DAN KEKAYAAN ALAM TRI GATRA LINGKUNGAN
3. KEMAMPUAN PENDUDUK
1. TUNTUTAN-
TUNTUTAN
UNIT ADMINISTRATIF
/KEINGINAN- 1. STRUKTUR BARANG-BARANG
KEINGINAN PUBLIK DAN JASA-JASA
2. PROSEDUR PENGAMBILAN
2. SUMBER-SUMBER KEPUTUSAN (PELAYANAN) BAGI
DANA DAN DAYA PEMENUHAN
3. PENGALAMAN DAN KEBUTUHAN
3. DUKUNGAN ATAU KEADAAN PRIBADI PUBLIK
TANTANGAN DARI PEMEGANG KEKUASAAN
MASYARAKAT DAN
PEJABAT- 4. PROSEDUR KONTROL
PEJABAT TINGKAT
ATAS
UMPAN BALIK
1. IDEOLOGI
2. POLITIK
LINGKUNGAN SOSIAL 3. EKONOMI PANCA GATRA LINGKUNGAN
4. SOSIAL BUDAYA
5. HANKAM
TUNTUTAN-TUNTUTAN, KEINGINAN-KEINGINAN
PUBLIK
Dimaksud tuntutan di sini adalah hak, balk hak-hak bawaan (asasi) alau
yang disebut juga hak- konstitusional, constitutional rights, maupun hak-hak
berian, hak-hak yang terkait dengan suatu kewajiban atau kesepakatan.
Secara substansial, hak asasi adalah hak yang tidak dikaitkan dengan suatu
kewajiban pun dari subjek yang sama dan yang wajib (harus) dipenuhi atau
dilindungi , oleh institusi yang berkewjiban untuk itu.
Dalam Hukum Pemerintahan, setiap hak ditegakkan, dipenuhi melalui, dan
dilindungi oleh hukum.
Tuntutan adalah tingkat tertinggi realiasi penegakan, pemenuhan, dan
perlindungan itu. Dimulai dari harapan bahwa hak itu dapat terpenuhi
dengan sendirinya atas kesadaran dan kesediaan pihak-pihak terkait yang
berkewajiban memenuhinya. Kemudian jika hal itu tidak berjalan,
permohonan (tanpa ancaman: "jika tidak"), jika masih tidak dipenuhi juga,
permintaan (dengan ancaman "sekali lancung ke ujian seumur hidup orang
tk percaya"). Tuntutan adalah permintaan disertai ancaman nyata, yaitu
tindkan berupa tekanan sosial, tindakan hukum, pembangkangan sosial
(civil, sampai pada revolusi.
KEBUTUHAN MANUSIA
Keinginan (want) yang terarah pada alat-alait yang dianggap dapat
mendukung kehidupan disebut (need).
Van Poelje mengungkapkan kebutuhan manusia pada zamanya
sebagai kebahagiaan lahir dan kebahagiaan hatin. Kebutuhan
manusia dewasa ini tetap sama, namun alat untuk memenuhi dan
mengejarnya sudah berkembang.
Menurut Abraham Maslow, A Theory of Human Motivation,
dalam Psychological Review (Vol. 50, 1943) dan Motivation and
Personality (1954), skala kebutuhan bersifat hierarki, mulai dari
yang paling diprioritaskan yaitu basic physical needs sampai pada
self-actualization and fulfillment, yaitu yang paling tinggi nilainya,
sebagai berikut.
1. Basic physical needs (kebutuhan pokok).
2. Safety and security (keselamatan dan keamanan).
3. Belonging and social needs (kebutuhan sosial).
4. Esteem and status (penghargaan dan kedudukan).
5. Self-actualization and fulfillment (aktualisasi diri).
Untuk memenuhi kebutuhan itu diperlukan alai yang dalam Ilmu Ekonomi disebut
barang (goods) dan jasa (services). Alat-alat itu juga adalah kebutuhan. Dewasa im
kebutuhan manusia semakin jelas dan beragam.
Jasa dibedakan dengan layanan, sementara itu kepedulian yang terdiri darti
kepedulian terhadap sesama dan kepedulian terhadap lingkungan dipandang
sebagai kebutuhan yang semakin penting.
Jasa dalam bahasa Indonesia adalah merit (claim to commendation; excellence,
something that entitles a person to a reward) dalam bahasa Inggris, sedangkan
layanan dalam bahasa Indonesia setara dengan service (to serve berarti to act as a
servant, service disebut juga ministry) dalam bahasa Inggris. Namun demikian,
dalam bahasa seharl-hart, service diartikan sebagai jasa atau layanan.
Dalam bahasa Indonesia, jasa dapat diartikan sebagai service, dan dapat diartikan
sebagai merit. Layanan itu sendiri amat bergantung pada dan disesuaikan dengan
kondisi dan situasi orang yang-dilayani. Jasa sebaliknya, orang atau masyarakat
yang mengalami (menerima) jasa menyesuaikan dirinya dengan, menentukan pilihan
terhadap, dan membubuhkan nilai atas, jasa yang ditawarkan. Jasa itu dapat dirinci
menjadi jasa-pasar (rewarded by, according to the market) dan jasa-publik
(rewarded by the public), sementara layanan dibagi menjadi layanan-publik dan
layanan-civil.
Jasa-pUblik identik dengan layanan-publik, sehingga dengan demikian, tinggal lima
macam kebutuhan: barang, jasa-pasar, jasa-publik, layanan civil, dan kepedulian
sosial. Setiap kebutuhan dapat dipelajari dengan menggunakan lima dimensi, yaitu
sifat, produksi, dan pemasaran, tampilan, penyedia (provider), dan
pertanggungjawaban
TEORI KELOMPOK (GROUP THEORY)
Sesuai dengan kelompok teori sistem, kebijakan publik merupakan hasil perjuangan
kelompok-kelompok.
"Apa yang disebut kebijakan publik adalah keseimbangan yang dicapal oleh
perjuangan kelompok dalam suatu kejadian dan hal tersebut memberikan
keseirnbangan dimana golongan atau kelompok yang bertentangan selalu berusaha
memberi bobot pada keinginannya“ (Earl Latham, 1965).
Teori kelompok mempunyal anggapan bahwa interteraksi dan perjuangan diantara
kelompok merupakan kenyataan dari kehidupan politik. Kelompok adalah sekumpulan
individu yang berdasarkan kepentingan atau sikap yang membuat klaim pada kelompok
lain di masyarakat Dan, kelompok ini dapat menjadi kelompok yang mempunyai
kepentingan politik "apabila membuat klaim kepada lembaga-lembaga pemermiitah"
(David Truman, 1951).
Legislatif memisahkan kelompok yang berjuang, memisahkan kemenangan kelompok
yang menang, dan mencalat ketentuan penyerahan, kompromi, dan penaklukan dalam
bentuk undang-undang. Setiap UU cenderung memberikan kompromi karena proses
konflik kelompok yang berkepentingan merupakan suatu pertimbangan dan
persetujuan. Dalam mengambil suara untuk berbagai persoalan legislasi, legislatif
cenderung menampilkan komposisi kekuatan, yaitu: keseimbangan kekuatan diantara
kelompok yang bertentangan pada saat pengambilan suara.... Instansi administrasi
yang memberikan peraturan didirikan untuk mengeluarkan ketentuan perjanjian yang
telah dinegosiasi dan disahkan legislatif... Pengadilan, semacam birokrasi sipil,
merupakan salah satu alat untuk mengatur peraturan yang disetujui. (Latham, 1965:38-
39).
TEORI ELITE (ELITE THEORY)
Kebijakan publik dapat dianggap sebagai nilai dan pilihan elite pemerm itah semata,
yaitu bahwa kebijakan publik tidak ditentukan oleh “massa” melalui permintaan dan
tindakan mereka tetapi kebijakan publik diputuskan oleh suatu elite yang mengatur
dan dipengaruhi oleh instansi pejabat publik.
Thomas Dye dan Harmaon Zeigler dalam bukunya The Irony of Democracy (1970)
memberikan ringkasan mengenai teori elite, sebagai berikut:
1. Masyarakat dapat dibagi menjadi dua. Pertama, mereka-mereka yang sedikit
mempunyai kekuasaan dan, kedua, mereka-mereka yang banyak tidak mempunyal
kekuasaan. Hanya beberapa orang yang memberikan nilai untuk masyarakat dan
massa tidak memutuskan kebijakan publik.
2. Sedikit orang yang memerintah tidak sama dengan massa yang diperintah. Elite
secara tidak proporsional diambil dari masyarakat dengan tingkat sosial-ekonomi
yang lebih tinggi.
3. Pergerakan dari non-elite ke posisi elite harus kontinyu agar terpelihara stabilitas dan
menghindari perubahan secara besar-besaran. Hanya non-elite yang telah diterima
dalam kesepakatan elite dasar dapat diijinkan masuk dalam lingkaran pemerintah.
4. elite mernbuat kesepakatan berdasarkan sistem-nilai-sosial, dan pemeliharaan
sistem.
5. Kebijakan publik tidak mencerminkan kebutuhan massa tetapi lebih
mencerminkan nilai-nilai dan kebutuhan elite. Perubahan dalam
kebijakan publik lebih merupakan penambahan daripada
perombakan(penambahan memungkinkan respon untuk kejadian yang
mengancam sistem sosial dengan perubahan atau perpindahan
sistem yang minimum)
6. Elite yang aktif merupakan subjek pengaruh langsung dari massa yang
apatis yang relatif kecil. Elite lebih banyak mempengaruhi massa
daripada massa yang mempengaruhi elite.
1. Problem recognition
2. Agenda setting
3. Policy formulation
4. Policy adoption
5. Policy Implementation
6. Policy analysis and evaluation
Peter Bridgman and Glyn Davis
1. Issue identification,
2. Policy analysis,
3. Policy instrument development,
4. Consultation,
5. Coordination,
6. Decision, Harold Lasswell
7. Implementation,
8. Evaluation. 1.Intelligence,
2.Promotion,
3.Prescription,
4.Invocation,
5.Application,
6.Termination,
7.Appraisal.
Garry D. Brewer
1.Invention / Initiation,
2.Estimation,
3.Selection,
4.Implementation,
5.Evaluation, Michael Howler and
6.Termination. M. Rameshke
1.agenda setting
2.policy formulation
3.decision making
4.policy implementation
5.policy evaluation
William N. Dunn
a series of intellectual activites carried out within a process of
activities that are essentialy political (serangkaian kegiatan
aktivitas intelektual yang dilakukan dalam kegiatan yang
bersifat politis)
Aktivitas politis dapat digambarkan sebagai proses pengambilan
keputusan yang saling berkaitan, yang mencakup kegiatan
1.penyusunan agenda (agenda setting),
2.perumusan kebijakan (Policy formulation),
3.adopsi kebijakan (policy adoption),
4.pelaksanaan kebijakan (Policy implementation),
5.penilaian kebijakan (policy assessment).
Sedangkan aktivitas
1.perumusan masalah (problem structuring),
2.perkiraan (forecasting),
3.rekomendasi
(recommendation), 4.monitoring
(monitoring), 5.evaluasi
(evaluation)
a
PROSES KEBIJAKAN
problem agenda
I structuring
setting
N Policy
forecasting formulation
P
T
O
policy
E recommendation
adoption L
L I
monitoring Policy
implementation
E T
I
policy
K evaluation assessment
S
T
APAK Are
A H the
G ARhorizontal
I H O Rline
RS I Oparallel?
S NTA L
A r e ht e ho r zi o n at l l ni
PA AR A LE E L??
e p a a
r l el ?l
ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK
Nagel, Stuart S.
`determining which of various alternative policies will most
achieve agiven set of goals in light of the relations between
the policies and the goals'.
(Analisis kebijakan merupakan proses
menentukan kebijakan yang cocokpaling
untuk mencapai
alternatif
tujuan yang ditetapkan)
Pengaruh
Kelompok B
Kebijakan
Publik
Alternatif Perubahan
Kedudukan kebijakan
kebijakan
Keseimbangan
Sumber : Dye
Menurut para ahli teori kelompok, kebijakan publik
merupakan keseimbangan (equilibrium) yang dicapai
dalam perjuangan kelompok.
Keseimbangan ini ditentukan oleh pengaruh
kelompok-kelompok kepentingan.
ELITE
PEJABAT &
ADMINISTRATOR
MASSA
Model elite dapat diringkas sebagai berikut:
LINGKUNGAN LINGKUNGAN
O
I KEPUTUSAN
TUNTUTAN
N SISTEM POLITIK
U
TINDAKAN
DUKUNGAN
P
T
U
P
T LINGKUNGAN LINGKUNGAN U
T
Dari gambar tersebut dapat dipahami bahwa proses formulasi
kebijakan publik berada dalam sistem politik dengan
mengandalkan masukan (input) yang terdiri atas dua hal, yaitu
tuntutan (demand) dan dukungan (support).
Kriteria untuk melihat kegunaan suatu model
(Thomas R. Dye)
1.Kegunaan suatu model tergantung dari kemampuan model itu
sendiri untuk dapat menyusun dan menyederhanakan kehidupan politik
sehingga kita dapat memahami hubungan-hubungan tersebut dalam
kehidupan nyata. Akan tetapi, terlalu sederhana juga tidak baik, karena
akan menyebabkan ketidak akuratan dalam memahami realitas, dan
menjelaskan kebijakan publik. Jika terlalu rumit, maka akan membuat
kita bingung, sehingga model menjadi tidak terlalu berguna dalam
membantu menjelaskan kebijakan publik. Dengan demikian, kriteria
pertama yang harus dipenuhi oleh sebuah model adalah bahwa model
tidak boleh terlalu sederhana namun juga ddak boleh terlalu kompleks.
perumusan masalah,
penetapan kriteria evaluasi,
identifikasi alternatif,
penilaian hasil.
PROSES ANALISIS KEBIJAKAN
1
VERIFIKASI,
PENDEFINISIAN &
PERINCIAN
MASALAH
6
2
MONITORING PENETAPA
HASIL N
KEBIJAKAN KRITERIA
EVALUASI
5 3
PEMILIHAN IDENTIFIKASI
ALTERNATI ALTERNATIF
F KEBIJAKAN
KEBIJAKAN
4
EVALUASI
ALTERNATI
F Sumber: (Patton & Sawicki, 1986)
KEBIJAKAN
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK
Eugene Berdach
It's hard enough to design public policies and programs that look
good on paper, it's harder still to formulate them in words and
slogans that resonate pleasingly in the ears of political leaders and
the constituences to which they are responsive. And it's
excruciatingly hard to implement them in a way that pleases anyone
at all, including the supposed beneficiaries or clients.
Rein and
Rabinovitz
1.Faktor pendorong
1. Better Management
Masalah implementasi dapat diatasi dengan penguasaan
manajemen yang baik (better management). Demikian pula
dalam beberapa kasus masalah khusus implementasi
dapat diatasi dengan manajemen yang baik.