Anda di halaman 1dari 134

KULIAH UMUM

KEBIJAKAN PUBLIK
ZOOM MEETING
M.SANRO SINAGA,S.H., M.H
Materi
1. Memahami Kebijakan Publik
2. Agenda setting
3. Implementasi Kebijakan Publik
4. Monitoring Keputusan Kebijakan
5. Evolusi Studi Kebijakan Publik
6. Naskah Kebijakan
Mengapa mempelajari Kebijakan Publik
James anderson
1.Pertimbangan Ilmiah(scientific reasons )
Yit : Untuk menambah pengetahuan lebih
mendalam
-Mulai dari Proses pembuatan kebijakan.
Perkembangannya.
Akibat-akibat yang ditimbulkan bagi
masyarakat.
2. Pertimbangan professional (Profesional
reasons )
-bagaimana Individu
-kelompok atau
- Pemerintah dapat bertindak untuk
menyelesaikan persoalan yang sedang
dihadapi oleh warga.
3. Pertimbangan Politis (Political reasons)
Pertimbangan ini membawa kita pada
upaya untuk memastikan bahwa
pemerintah menggunakan kebijakan yang
cocok untuk mencapai tujuan.
PENGERTIAN, JENIS-JENIS, DAN
TINGKAT-TINGKAT KEBIJAKAN PUBLIK
1. Pengertian Kebijakan Publik
a. Thomas R. Dye
Kebijakan publik adalah apapun pilihan
pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu
b. James E. Anderson
Kebijakan publik adalah kebijakan yang
dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat
pejabat pemerintah.
c. David Easton
Kebijakan publik adalah pengalokasian nilai-
nilai secara sah kepada seluruh anggota
masyarakat.
Defenisi
Anderson (1975)
Kebijakan yang dibangun oleh badan & pejabat
pemerintah, di mana implikasi nya :
1. Selalu punya tujuan tertentu atau tindakan yang
berorientasi pada tujuan;
2 Berisi tindakan-tindakan pemerintah;
3 Mrpkn apa yang benar dilakukan & bukan mrpkn apa
yg masih dimaksudkan utk dilakukan;
4 kebijakan publik bisa bersifat positif : tindakan
pemerintah mengenai segala sesuatu masalah
tertentu, atau Bersifat negatif : keputusan pemerintah
untuk tidak melakukan sesuatu;
5. kebijakan positif : didasarkan per-UU yang bersifat
mengikat dan memaksa.
Kebijaksanaan Kebijakan
(wisdom) ( policy )
Kebijaksanaan = lebih
mendasar(fundamental) menjadi dasar
bagi penerapan kebijakan.
Kebijakan publik(public policy )=
kerangka pikir dan rumus kebijakan
tentang tata cara pelayanan untuk
memenuhi kepentingan umum, baik
mengenai kepentingan negara maupun
kepentingan masyarakat.
Kesimpulan

a. Kebijakan publik dibuat oleh pemerintah yang


berupa tindakan-tindakan pemerintah.
b. Kebijakan publik baik untuk melakukan atau
tidak melakukan sesuatu itu mempunyai tujuan
tertentu.
c. Kebijakan publik ditunjukan untuk kepentingan
masyarakat.
TEORI PEMBUATAN KEPUTUSAN

1. TEORI RASIONAL – KOMPREHENSIF.


(THE RATIONAL- COMPREHENSIVE
THEORY )
2. TEORI INKREMENTAL.
( THE INCREMENTAL THEOTY )
3. TEORI PENGAMATAN TERPADU.
( MIXED-SCANNING THEORY )
1. TEORI RASIONAL – KOMPREHENSIF.
(THE RATIONAL- COMPREHENSIVE THEORY )
1. Pembuatan Keputusan dihadapkan
pada suatu masalah tertentu yang
dapat dipisahkan dari masalah-
masalahlainnya atau paling tidak
dipertimbangkan secara mendalam
kalau dibandingkan dengan masalah
lainnya.
2. Tujuan-Tujuan, Nilai-Nilai, atau sasaran
yang menjadi pedoman pengambilan
keputusan dijelaskan dan dirangking
menurut kepentingannya.
3. bermacam-macam alternative yang
berhubungan dengan masalahnya
diteliti secara seksama.
4. konsekuensi (biaya dan mamfaatnya)
yang akan ditimbulkan oleh setiap
alternative diteliti.
5. masing-masing alternatif dan akibat
yang menyertainya dibandingkan
dengan alternative lainnya.
6. Pembuat keputusan akan memilih
alternative, dan konsekuensinya yang
mendorong pencapaian tujan , nilai
atau objeknya.
2. TEORI INKREMENTAL.
( THE INCREMENTAL THEOTY )
1. Pemilihan Tujuan atau sasaran dan
analisis empiris dari tindakan yang
diperlukan untuk pencapaiannya lebih
bersifat saling menjalin dari pada
terpisah-pisah satu dengan lainnya.
2. Pembuat keputusan hanya
mempertimbangkan beberapa
alternative yang berhubungan dengan
masalahnya. Dan hal ini akan
dibedakan hanya yang bersifat
menambah dari kebijakan yang ada .
3. Untuk masing-masing alternative hanya
akibat ( konsekuensi ) yang penting yang
akan di evakuasi.
4. Masalah yang dihadapi pembuat keputusan
secara kontinyu didevenisikan kembali.
5. Tidak akan terdapat keputusan tunggal atau
pemecahan yang benar ntuk suatu masalah
tes pada keputusan yang baik adalah bahwa
bermacam-macam analisis ternyata langsung
menyetujuinya. Tanpa menyetujui bahwa
keputusanb merupakan alat yang paling
cocok pada suatu objek yang telah disetujui.
6. Pembuatan keputusan yang bersifat
menambahkan sesungguhnya
merupakan perbaikan dan lebih sesuai
untuk kemajuan saat ini. Lebih
menunjukan ketidak sempurnaan sosial
yang konkret dari pada untuk
peningkatan tujuan sosial dimasa
mendatang
3. TEORI PENGAMATAN
TERPADU/PENGAMBILAN KEPUTUSAN. Anitai
etzioni ( MIXED-SCANNING THEORY )
1. Suatu pendekatan untuk membuat
keputusan yang relative berbeda
dengan teori-teori pembuatan
keputusan sebelumnya.
2. Memperhitungkan baik keputusan
fundamental (Teori Rasional –
Komprehensif ) maupun teori
Inkremental.
4. Pembuat keputusan dimungkinkan
menggunakan baik teori rasional –
komprehensif maupun teori incremental
dalam keadaan yang berbeda.
5. Memperhitungkan kemampuan pembuat
keputusan yang berbeda-beda. Semakin
tingi kemampuan pembuat keputusan
dalam memberikan kekuasaan untuk
melaksanakan keputusannnya, maka
semakin banyak scanning yang secara
realistis diikut sertakan . Dan semakin
banyak cakupan yang scanning maka
keputusan akan semakin efektif.
6. Merupakan pendekatan kompromi yang
menggunakan kombinasi dari
incrementalisme dan rasionalisme.
Evolusi Studi Kebijakan Publik/Lester &
Stewart, 2000, james anderson

1. Karena Alasan Ilmiah, kebijakan publik


merupakan pengetahuan yang
penting, asal usulnya,
perkembangannya dan
konsekuensinya.
2. Karena alasan professional.
3. Karena alasan politik.
2. Jenis-jenis Kebijakan Publik
James E. Anderson (1970) mengelompokkan jenis-
jenis kebijakan publik sebagai berikut :
a. Subtantive and Procedural Policies.
Subtantive Policy
Suatu kebijakan dilihat dari subtansi masalah yang
dihadapi oleh pemerintah.

Procedural Policy
Suatu kebijakan dilihat dari pihak-pihak yang terlibat
dalam perumusannya (Policy Stakeholders).
b. Distributive, Redistributive, and Regulatory
Policies
Distributive Policy :
Suatu kebijakan yang mengatur tentang pemberian
pelayanan/keuntungan kepada individu-individu,
kelompok-kelompok, atau perusahaan-perusahaan.

Redistributive Policy :
Suatu kebijakan yang mengatur tentang pemindahan
alokasi kekayaan, pemilikan, atau hak-hak.

Regulatory Policy :
Suatu kebijakan yang mengatur tentang pembatasan/
pelarangan terhadap perbuatan/ tindakan.
c. Material Policy
Suatu kebijakan yang mengatur tentang
pengalokasian/penyediaan sumber-sumber material yang
nyata bagi penerimanya.
d. Public Goods and Private Goods Policies
Public Goods Policy
Suatu kebijakan yang mengatur tentang penyediaan
barang-barang/pelayanan-pelayanan oleh pemerintah,
untuk kepentingan orang banyak.
Private Goods Policy
Suatu kebijakan yang mengatur tentang penyediaan
barang-barang/pelayanan-pelayanan oleh pihak
swasta, untuk kepentingan individu-individu
(perorangan) di pasar bebas, dengan imbalan biaya
tertentu.
3. Tingkat-Tingkat Kebijakan Publik
Mengenai tingkat-tingkat kebijakan publik ini,
Lembaga Admistrasi Negara (1997),
mengemukakan sebagai berikut :

a. Lingkup Nasional
1) Kebijakan Nasional
Kebijakan Nasional adalah kebijakan negara yang
bersifat fundamental dan strategis dalam
pencapaian tujuan nasional/negara sebagaimana
tertera dalam pembukaan UUD 1945
2) Kebijakan Umum
Kebijakan umum adalah kebijakan Presiden
sebagai pelaksana UUD, TAP MPR, UU,
untuk mencapai tujuan nasional.

3) Kebijakan Pelaksanaan
Kebijakan pelaksanaan adalah merupakan
penjabaran dari kebijakan umum sebagai
strategi pelaksanaan tugas di bidang tertentu.
b. Lingkup Wilayah Daerah
1) Kebijakan umum pada lingkup Daerah
kebijakan pemerintah daerah sebagai
pelaksana azas desentralisasi dalam rangka
mengatur urusan Rumah Tangga Daerah
2) Kebijakan Pelaksanaan.
a) Kebijakan pelaksanaan dalam rangka
desentralisasi merupakan realisasi pelaksanaan
PERDA
b) Kebijakan pelaksanaan dalam rangka
dekonsentrasi merupakan pelaksanaan
kebijakan nasional di Daerah
c) Kebijakan pelaksanaan dalam rangka tugas
pembantuan (medebewind) merupakan
pelaksanaan tugas Pemerintah Pusat di Daerah
yang diselenggarakan oleh pemerintah Daerah
Tingkat-Tingkat Kebijakan Publik

LINGKUP NASIONAL
1) Kebijakan Nasional
Kebijakan Nasional adalah adalah kebijakan  negara yang bersifat
fundamental dan strategis dalam pencapaian  tujuan nasional/negara
sebagaimana tertera dalam Pembukaan UUD 1945. Yang berwenang
menetapkan kebijakan nasional adalah MPR, Presiden, dan DPR.
Kebijakan nasional yang dituangkan dalam peraturan perundang-
undangan dapat berbentuk: UUD, Ketetapan MPR, Undang-
undang (UU), Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (PERPU)
Kebijakan Umum
Kebijakan umum adalah kebijakan Presiden sebagai
pelaksanaan UUD, TAPMPR, UU,-
untuk mencapai tujuan nasional. Yang berwenang
menetapkan kebijakan umum adalah Presiden. Kebijakan
umum yang tertulis dapat berbentuk: Peraturan Pemerintah
(PP), Keputusan Presiden (KEPPRES), Instruksi Presiden
(INPRES)
Kebijakan Pelaksanaan.
Kebijaksanaan pelaksanaan adalah
merupakan penjabaran dari kebijakan umum
sebagai strategi pelaksanaan tugas di bidang 
tertentu. yang berwenang menetapkan kebijakan
pelaksanaan adalah menteri/pejabat setingkat menteri dan
pimpinan LPND. Kebijakan pelaksanaan yang tertulis
dapat berbentuk Peraturan, Keputusan, Instruksi
pejabat tersebut di atas.
LINGKUP WILAYAH DAERAH
Kebijakan Umum.
Kebijakan umum pada lingkup Daerah adalah kebijakan pemerintah
daerah sebagai pelaksanaan azas desentralisasi dalam rangka
mengatur urusan Rumah Tangga Daerah.
Yang berwenang menetapkan  kebijakan umum di Daerah Provinsi
 adalah Gubernur dan DPRD Provinsi. Pada Daerah
Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Bupati/Walikota dan DPRD
Kabupaten/Kota. Kebijakan umum pada tingkat
Daerah dapat berbentuk Peraturan Daerah (PERDA)
Provinsi dan PERDA Kabupaten/Kota
Kebijakan Pelaksanaan
Kebijakan pelaksanaan pada lingkup
Wilayah/Daerah ada 3 (tiga) macam:
1. Kebijakan pelaksanaan dalam rangka
desentralisasi merupakan realisasi
pelaksanaan PERDA;
2. Kebijakan pelaksanaan dalam rangka dekons
entrasi merupakan pelaksanaan kebijakan
nasional di Daerah;
3. Kebijakan pelaksanaan dalam rangka tugas
pembantuan(medebewind)merupakan pelak
sanaan tugas Pemerintah Pusat di Daerah ya
ng diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah
Yang berwenang menetapkan kebijakan pelaksanaan adalah:

Dalam rangka desentralisasi adalah


Gubernur/ Bupati/Walikota;
Dalam rangka dekonsentrasi adalah
Gubernur/ Bupati/Walikota;
Dalam rangka tugas pembantuan adalah
Gubernur/ Bupati/Walikota;
DESENTERALISASI
Pasal 1 ayat 7 Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah Desentralisasi
adalah penyerahan wewenang
pemerintahan oleh Pemerintah kepada
daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dalam
sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
DEKONSENTRASI
Pasal 1 ayat 8 Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintah Daerah
Dekonsentrasi adalah pelimpahan
wewenang pemerintahan oleh
Pemerintah kepada Gubernur sebagai
wakil pemerintah dan/atau kepada
instansi vertikal di wilayah tertentu.
TUGAS PEMBANTUAN

Pasal 1 ayat 9 Undang-undang nomor


Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
Tugas pembantuan adalah penugasan dari
Pemerintah kepada daerah dan/atau desa
dari pemerintah provinsi kepada
kabupaten/kota dan/atau desa serta dari
pemerintah kabupaten/kota kepada desa
untuk melaksanakan tugas tertentu.
2. AGENDA SETTING

Agenda setting theory adalah teori yang


menyatakan bahwa media massa
merupakan pusat penentuan kebenaran
dengan kemampuan media massa untuk
mentrasfer dua elemen yaitu kesadaran
dan informasi ke dalam agenda publik
dengan mengarahkan kesadaran publik
serta perhatiannya kepada isu-isu yang
dianggap oleh media massa
1. Isu-Isu Konseptual
isu= sebagai suatu konsekuensi atas beberapa tindakan
yang dilakukan oleh satu atau beberapa pihak yang dapat
menghasilkan negosiasi
Konseptual =merupakan sesuatu yang disusun secara
terperinci terencana dengan matang , punya dasar teori
yang kuat , latar belakang yang jelas , rencana yang
baik , tujuan yang jelas manfaat yang baik.

Agenda setting adalah suatu tahap sebelum perumusan


kebijakan dilakukan, yaitu bagaiman isu-isu (issues) itu
muncul pada agenda pemerintah yang perlu ditindak-
lanjuti berupa tindakan-tindakan pemerintah.
Cb and Ross, seperti dikutip oleh Howeltt and Ramesh
(1995), mendefinisikan agenda setting sebagai “ Proses
dimana keinginan-keinginan dari berbagai kelompok
dalam masyarakat diterjemahkan ke dalam butir-butir
kegiatan agar mendapat perhatian serius dari pejabat-
pejabat pemerintah”
Asumsi dasar penelitian agenda setting
1. Masyarakat pers dan media massa
tidak mencerminkan kenyataan,
mereka menyaring dan membentuk
isu.

2. Konsentrasi media massa hanya pada


beberapa masalah masyarakat untk
ditanyangkan sebagai isu-isu yang
lebih penting dari pada isu lain
2. Proses Agenda Setting
terdiri
Systemic Agenda (agenda sistemtik)
atas isu-isu yang dipandang secara
umum oleh anggota-anggota
masyarakat politik sebagai pantas
mendapat perhatian dari pemerintah
dan mencakup masalah-masalah yang
berada dalam kewenangan sah setiap
tingkat pemerintahan masing-masing.
Tiga prasayarat agar isu kebijakan (policy issue) itu
dapat masuk dalam agenda sistematik, yaitu :

a. Isu itu memperoleh perhatian yang luas atau


sekurang-kurangnya menumbuhkan kesadaran
masyarakat.

b. Adanya persepsi atau pandangan masyarakat


bahwa perlu dilakukan beberapa tindakan
untuk mencegah masalah itu.

c. Adanya persepsi yang sama dari masyarakat bahwa


masalah itu merupakan kewajiban dan tanggung
jawab yang sah dari pemerintah untuk
memecahkannya.
Governmental Agenda (Agenda Pemerintah) :
serangkaian masalah yang secara eksplisit memerlukan
pertimbangan-pertimbangan yang aktif dan serius dari
pembuat kebijakan yang sah.

Beberapa faktor yang menyebabkan permasalahan


masyarakat dapat masuk ke dalam agenda pemerintah,
yaitu :

1) Apabila terdapat ancaman terhadap keseimbangan


antar kelompok, maka kelompok-kelompok tersebut
akan mengadakan reaksi dan menuntut adanya
tindakan pemerintah, untuk mengatasi ketidak-
seimbangan tersebut.
2) Para pemimpin politik dapat menjadi faktor penting
dalam penyusunan agenda pemerintah. Para
pemimpin politik, karena didorong adanya
pertimbangan politik dan karena memperhatikan
kepentingan umum, selalu memperhatikan masalah-
masalah masyarkat dan mengusulkan upaya-upaya
pemecahannya.

3) Timbulkan krisis atau peristiwa luar biasa dapat


menyebabkan suatu masalah masuk ke dalam
agenda pemerintah.

4) Adanya gerakan-gerakan protes, termasuk tindakan


kekerasan, merupakan salah satu penyebab yang
dapat menarik perhatian pembuat kebijakan dan
memasukannya ke dalam agenda pemerintah.
Fanktor-factor yang dapat
mempengaruhi suatu isu
masuk kedalam polcy agenda:
1. Terdapat Ancaman Keseimbangan
antara Kelompok
Policy
Agenda 2. Kepentingan Pemimpin Politik
Publik 3. Krisis atau Peristiwa Luar biasa
Demand
4. Gerakan protes
Publik
problem
3. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK

1. Implementasi Kebijakan Publik


Implementasi kebijakan publik merupakan sesuatu
yang penting, bahkan mungkin lebih penting dari
pada pembuatan kebijakan.

Secara umum, tugas implementasi adalah


mengembangkan suatu struktur hubungan antara
tujuan kebijakan publik yang telah ditetapkan
dengan tindakan-tindakan pemerintah untuk
merealisasikan tujuan-tujuan tersebut yang berupa
hasil kebijakan (policy outcomes).
A. KONSEP IMPLEMENTASI KP.
Dalam menginplementasikan KP perlu
pemahaman yg mendalam, menurut Djadja
saefullah dalam buku Tachjan(2006:ix) studi
KP dapat dipahami dari dua perspektif:

1. Perspektif Politik: bahwa KP didalam


Perumusan Implementasi, Evaluasi
merupakan pertarungan berbagai
kepentingan public dalam mengalokasikan
dan mengelola Sumberdaya (resources)
sesuai dengan Visi, harapan dan Prioritas yg
ingin diwujdkan.
2. Perspektif Administratif :Bahwa KP berkaitan
dengan Ikhwal berkaitan Dgn Sistim,
Prosedur, dan Mekanisme, serta Kemampuan
para pejabat Publik (official officers ) didalam
menertejemahkan dan menerapkan KP,
sehingga Visi dan harapan yg diinginkan
dicapai dapat diwujudkan di dalam realitas.

Dgn memahami KP dari kedua Perspektif tsb


secara berimbang dan menyeluruh akan
membantu kita lebih mengerti dan maklum
mengapa suatu KP Meski telah dirumuskan
dengan baik namun dalam implementasinya sulit
terwujudkan
Implementasi Suatu kebijakan berkaitan erat
dengan Faktor manusia, dengan berbagai Latar
belakang Aspek Sosial, Budaya, Politik dan
Sebagaianya.

Anderson (1978:92) menyatakan bahwa dlm


mengimplementasikan suatu Kebijakan ada
empat Aspek yang harus diperhatikan.:
1. Siapa yg dilibatkan dalam Implementasi
2. Hakikat Proses administrasi
3. Kepatuhan atas Suatu Kebijakan dan,
4. Efek atau dampak dari Implementasi.
Abidin menjelaskan tidak semua kebijakan berhasil
Implementasi secara sempurnakarena menyangkut riil
yang sering berubah dan sukar diprediksikan hal ini
sejalan dengan pendapat Salusu (2003:431) yg menyetir
pandanan dari Alexander ttg masalah yg sering dijumpai
dlm melaksanakan suatu strategi:

1. Jangka waktu pelaksanaan lebih lama dari yg


direncanakan, koordinasi tidak berjalan secara
efektif, pelaksana tdk memiliki keterampilan yg
memadai, factor eksternal kurang terkontrol dan
serin dilupakan.
2. Kualitas kepemimpinan yg kurang memadai,sehingga
pengarahan instruksi kepada karyawan sering tdk
tepat, pelatihan yg disyaratkan jarang dilakukan,
monitoring atas pelaksanaan tugas eselon bawah
sangat lemah.
B. MODEL IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
1. MODEL GEORGE C.EDWARDS III
Menatakan bahwa didalam pendekatan studi implementasi
kebijakan pertanyaan abstarknya dimulai dari bagaimana
pracondisi untuk suksesnya kebijakan publik dan kedua adalah
apa hambatan utama dari kesuksesan kebijakan publik

Edwards III (1980 : 10) menawarkan dan mempertimbangkan


empat factor dlm mengimplementasikan KP
2. Communication (Komunikasi)
3. Resourches (Sumberdaya)
4. Dispotition or Attitudes and (Sikap pelaksana) dan
5. Bureaucratic Structure (Struktur )
Gambar Faktor penentu implementasi kebijakan menurut
Edward III

Komunikasi
Communication (Komunikasi)

Resourches (Sumberdaya)
Sumberdaya

Implemetation

Sikap pelaksana

Struktur
2. Faktor komunikasi
Implementasi kebijakan dapat berjalan secara efektif,
maka yang harus bertanggung jawab terhadap
implementasi sebuah kebijakan harus mengetahui apa
yang harus dilakukannya.

Perintah untuk mengimplementasikan kebijakan harus


disampaikan secara jelas, akurat, dan konstisten
kepada orang yang mampu.

Syarat Utama Agar Implementasi kebijakan dapat


berjalan secara efektif dan efisien adalah mengetahui
apa yang harus dilakukan dan mempunyai pemahaman
terhadap kebijakan, sebuah kebijakan dan instruksi
implementasi harus ditransmisikan kepada personil-
personil yang tepat sebelum dilaksanakan
Rippley dan Franklin (dalam tangkilisan,2003:21)
berpendapat:
Kriteria pengukuran keberhasilan Implementasi
kebijakan didasarkan pada tiga perspektif:
1. Kepatuhan birokrasi yang lebih rendah terhadap
birokrasi di atasnya.
2. Kelancaran rutinitas dan tiadanya masalah.
3. Pelaksanaan yang mengarah kepada kinerja yang
memuaskan semua pihak terutama kelompok
penerima manfaat yang diharapkan.
4,MONITORING KEBIJAKAN PUBLIK
. Monitoring Kebijakan Publik
Monitoring adalah proses kegiatan pengawasan
terhadap implementasi kebijakan yang meliputi
keterkaitan antara implementasi dan hasil-hasilnya
(out-comes) (Hogwood and Gunn, 1989).
Metode monitoring digunakan untuk mengetahui kebijakan yang
diperoleh atau yang nyata sudah tepat atau belum
Tujuan Monitoring Menurut “ William N. Dunn (1994)”
yaitu :
a. Compliance (kesesuaian/kepatuhan)
Menentukan apakah implementasi kebijakan tersebut
sesuai dengan standard dan prosedur yang telah
ditentukan.
b. Auditing (pemeriksaan)
menentukan apakah sumber-sumber/pelayanan
kepada kelompok sasaran (target groups) memang
benar-benar sampai kepada mereka.
c. Accounting (Akuntansi)
Menentukan perubahan sosial dan ekonomi apa saja
yang terjadi setelah implementasi sejumlah kebijakan
publik dari waktu ke waktu.

d. Explanation (Penjelasan)
menjelaskan mengenai hasil-hasil kebijakan publik
berbeda dengan tujuan kebijakan publik.
Susunan Indikator Monitoring
Indikator adalah alat ukur untuk membantu kita
mengetahui berbagai macam fenomena (alam, sosial
ekonomi, politik, dsb.), sehingga kita memperoleh
informasi yang akurat tentang fenomena tersebut,
seperti :
 Panas/dingin (termometer)
 Kecepatan (speedometer)
 Arah (kompas)dsb.
Indikator digunakan untuk menilai bagaimana
keberhasilan implementasi suatu kebijakan, program
atau proyek:
 Indikator untuk monitoring
 Indikator untuk evaluasi
Definisi Indikator
 Dalam hal ini indikator akan membantu kita untuk
memahami dimana kita sekarang, kemana arah yang
akan kita tuju, sejauh mana jarak yang akan kita
tempuh dalam mencapai tujuan dimaksud.

 Indikator yang baik akan memberi peringatan


kepada kita tentang adanya persoalan yang harus kita
hadapi sebelum persoalan tersebut menjadi memburuk
dan kita memiliki peluang untuk memperbaikinya.
Karakteristik Indikator yang Baik
 Relevan dengan program yang akan
diukur;
 Relevan dengan standar nasional yang
ada;
 Memungkinkan datanya diperoleh di
lapangan;
 Mudah untuk diinterpretasikan; dan
 Dapat ditelusuri jika ada perubahan dari
waktu ke waktu
Mengukur Kualitas Indikator (1)
 Direct: mampu mengukur perubahan yang
terjadi
 Objective: tidak meragukan
 Practical: tidak memerlukan biaya mahal
untuk mengumpulkannya
 Adequate: memenuhi kriteria dilihat dari
segi jumlah sehingga mampu menangkap
perkembangan yang ingin diamati.
Mengukur Kualitas Indikator (2)
SMART
Spesific = khusus
Measurable = terukur
Agreed upon and achievable = disetujui
& dapat dicapai
Realistic = realistik
Time and cost bound = ada batasan
waktu dan biaya
Mengukur Kualitas Indikator (3)
(Sciavo-Campo, 1999) utuk Key Performance
Indicators(KPI)
CREAM
Clear : jelas dan tidak bermakna ganda
Relevant : sesuai dan mencukupi utk
pencapaian tujuan
Economic : data/info yg dibutuhkan, diolah dan
dianalisis memenuhi kriteria biaya yg efisien.
Adequate : Tepat sasaran
Monitorable : dpt diterima, dinilai bahkan oleh
evaluator independen.
Jenis-Jenis Indikator
 Kuantitatif :  Kualitatif :
- Jumlah - Sesuai dengan
- Persen - Kualitas
- Rata-rata - Sejauhmanaperubahan
- Rasio - Tingkatan

 Efisiensi
- Biaya per unit, dsb.
Proses Indentifikasi Penyusunan Indikator
Merumuskan indikator untuk mengukur keberhasilan
suatu program tidak selalu mudah untuk dilakukan hal
ini karena beberapa alasan:
1. Kompleksitas berbagai dimensi kehidupan
masyarakat.
a. Siapa yang memperoleh manfaat dari program
b. Siapa yang mungkin dirugikan oleh kegiatan
program?

(Hal ini mungkin juga membantu identifikasi dampak


negative penting yang harus diketahui dalam
pernyataan tujuan program)
c. Siapa yang secara tidak langsung menjadi
sasaran, tetapi secara signifikan dipengaruhi oleh
program.
d. Wilayah atau kelompok penting manakah yang
secara parsial dipengaruhi oleh program?

2. Jenis Evaluasi yang akan dilakukan:


a. Ex-ante : untuk perencanaan
b. On-going : saat implementasi, biasanya disebut
monitoring, untuk mengetahui output
(keluaran) program
c. Ex-post : untuk mengetahui outcome/hasil
dan dampak program
Indikator Program Pembangunan
Indikator untuk mengukur keberhasilan satu kebijakan
atau program/proyek pembangunan tidak akan
seragam, karena sangat beragam, seperti :

 Kebijakan/program pembangunan lingkungan;


 Kebijakan/program pembangunan kesehatan;
 Kebijakan/program pembangunan pendidikan;
 Kebijakan/program pembangunan ekonomi;
 Kebijakan/program pembangunan pertanian;
 Kebijakan/program pembangunan social; dan
 Kebijakan/program pembangunan politik.
Hasil Kebijakan (Policy Result)

Outputs/Keluaran  Barang
 Layanan
 Sumber daya yang
diterima kelompok sasaran
Hasil Kebijakan (beneficiaries)

Outcomes/Dampak  Perubahan nyata pada


tingkah laku atau sikap
yang dihasilkan oleh output
kebijakan tersebut
Perbedaan Output (Keluaran) dan Outcomes (Hasil/Dampak)
NO Output (Keluaran) NO Outcomes (Hasil/Dampak)

1 Jumlah kasus pembakaran hutan 1 Tingkat keberhasilan pembuktian


yang diselidiki kesalahan kasus pembakaran
hutan yang disengaja

2 Tingkat polusi udara 2 Jumlah masyarakat yang


mengalami penyakit akibat polusi
udara

3 Jumlah pelatihan yang diberikan 3 Jumlah tenaga kerja yang terbantu


oleh pelatihan yang diberikan

4 Jumlah pasien yang dilayani 4 Jumlah pasien yang keadaannya


membaik

5 Luas area yang dihutankan kembali 5 % area lahan yang dihutankan


kembali
Tautan Sasaran, Output dan Outcomes

Sasaran Output Outcomes


Permintaan Jumlah hari rata- Warga kecamatan
pelayanan KTP rata yang yang puas
dapat diperlukan untuk dengan
diselesaikan mengurus KTP pelayanan KTP
dalam waktu
maksimal 3 hari
Pada akhir tahun Jumlah penduduk Warga kecamatan
anggaran, seluruh kecamatan yang yang sah menurut
Penduduk memiliki KTP hukum
kecamatan sudah yang sah
memiliki KTP
yang sah
Tautan Input-Output-Outcomes

Input Output Outcomes


Segala sesuatu berupa Sesutau yang
Sumberdaya yang
produk sebagai hasil mencerminkan
dibutuhkan agar
langsung dari pelaksanaan berfungsinya keluaran
pelaksanaan
satu kebijakan/program/proyek
kebijakan/program/proyek
kebijakan/program/proyek /kegiatan pada jangka
/kegiatan berjalan,
/kegiatan berdasarkan menengah. Merupakan
sehingga menghasilkan
masukan yang digunakan ukuran seberapa jauh
Output (keluaran)
setiap produk/jasa dapat
memenuhi kebutuhan dan
harapan masyarakat
Indikator Untuk Mengukur Hasil Kebijakan
(Policy Results)
•Policy Effect (efek kebijakan),
Yaitu :
konsekuensi langsung dari policy output.

•Policy impact (dampak kebijakan),


Yaitu :
dampak yang muncul setelah ada policy
outcomes.
Indikator Effect/Policy Outputs
• Indikator effect berupa :
- Akses
- Cakupan
- Frekuensi
- Bias
- Service delivery (ketepatan layanan)
Akuntabilitas
Akses
• Pertanyaan yang diajukan:
Apakah kelompok sasaran yang terdiri dari
berbagai etnis mempunyai akses yang sama
terhadap program atau tidak.

Pertanyaan yg sama juga dikembangkan untuk


menjawab pertanyaan ttg aksesibilitas dari sisi:
strata sosial, ekonomi, pendidikan dll.
Cakupan
• Cakupan adalah seberapa besar kelompok sasaran yang sudah
dapat dijangkau oleh kebijakan publik.
• Prosedur yang dipakai untuk mengukur:
• Tetapkan siapa kelompok target
• Buat proporsi jmlh kelompok target yang sudah dapat layanan:
total kelompok target.
• Contoh:
• Aseptor
• PUS
• Prosedur yang lain dapat juga dilakukan dengan
membandingkan antara target dan realisasi
Frekuensi
• Pertanyaan:
Seberapa banyak target group dapat
memperoleh layanan yang dijanjikan oleh suatu
program. Semakin tinggi frekuensi layanan
maka akan semakin baik.
• Contoh:
program kesehatan, raskin, pemberian
makanan tambahan untu anak-anak dll.
Bias
• Apakah pelayanan yang diberikan bias kepada
masyarakat/kelompok yang bukan menjadi
kelompok sasaran atau tidak, atau apakah
terjadi penyimpangan kelompok sasaran.

• Contoh:
Apakah program Jaring Pengaman Sosial (JPS)
diberikan kepada keluarga pra-sejahtera atau
kelompok yang lain.
Service Delivery (Ketepatan Layanan)
• Apakah pelayanan yang diberikan dilakukan tepat
waktu atau tidak.
• Contoh:
Program pembelian gabah untuk menjaga tingkat
harga gabah dilakukan pada musim panen atau tidak.
• Suply pupuk dan pestisida kepada petani diberikan
pada waktu musim tanam atau tidak
• Program pencegahan penyebaran penyakit demam
berdarah (DBD).
Akuntabilitas
• Apakah layanan yang diberikan dapat
dipertanggungjawabkan atau tidak.
• Apakah terjadi kebocoran atau penyelewengan.

Contoh:
• Apakah raskin diberikan 20 kg/kk. Kalau terjadi
kekurangan apakah dapat
dipertanggungjawabkan.
Kesesuaian Program dengan Kebutuhan
• Mengukur apakah program atau keluaran kebijakan
yang diterima kelompok sasaran sesuai dengan
kebutuhan mereka atau tidak.

• Sebagai ilustrasi dapat dicontohkan kementerian sosial


yang memberikan mesin jahid high speed kepada
pelaku UKM di sector konfeksi yang akhirnya hanya
dipajangkan di ruang tamu.

Hal ini terjadi, karena yang mereka butuhkan hanya


mesin jahit kecil saja.
Contoh Indikator Monitoring : Compliance
(Tingkat Kepatuhan)
 Untuk dapat membuat indikator compliance
sangat tergantung pada policy guideline yang
ada.
 Ada satu kebijakan/program yang mengatur
secara rinci bagaimana implementasi satu
kebijakan/program dilaksanakan.
 Ada satu kebijakan/program yang hanya
mengatur garis besar bagaimana implementasi
dilaksanakan.
Indikator Monitoring : Compliance (Tingkat Kepatuhan)
Ragam Pertanyaan Indikator
Kapan implementasi dilaksanakan ? - Time schedule dari kebijakan/ program/
proyek/ kegiatan
dimaksud
Siapa target group ? - Geografis
- Sosial Ekonomi
- Gender
- Kelompok umur
Bagaimana mekanisme/ prosedur untuk - Survei
menentukan target group ? - Wawancara
- Mekanisme Verifikasi

Apa policy output yang harus disampaikan - Transfer dana


kepada kelompok sasaran ? - Hibah barang
- Pelayanan
Berapa banyak/besar policy output yang - Besaran
harus diterima oleh target group ? - Frekuensi
- Kualitas
- Kecocokan dengan kebutuhan
Berapa besar target yang harus dicapai ? - % jumlah target yang menerima hibah
atau pelayanan
5. Evaluasi Kebijakan Publik
 Evaluasi kebijakan sebagai suatu pengkajian secara sistemtik dan
empiris terhadap akibat-akibat dari suatu kebijakan dan program
pemerintah yang sedang berjalan dan kesesuaiannya dengan tujuan-
tujuan yang hendak dicapai oleh kebijakan tersebut.
 Kesulitan dalam evaluasi kebijakan, antara lain adalah tujuan-tujuan
dalam kebijakan publik jarang dilakukan (ditulis) secara cukup jelas,
dalam artyi seberapa jauh tujuan-tujuan kebijakan publik itu harus
dicapai. Pengembangan ukuran-ukuran yang tepat dan dapat
diterima semua pihak sangat sulit dilakukan (Howlett dan
Ramesh,1995)
 metode evaluasi digunakan untuk mengetahui kinerja
kebijakan. Kinerja kebijakan (policy performance) itu sendiri
merupakan tautan antara keluaran kebijakan ( policy outputs)
dan hasil kebijakan (policy outcomes).
Howlett dan Ramesh (1995), mengemukakan tentang
beberapa bentuk evaluasi kebijakan, yaitu :

a. Administrasi Evaluation (evaluasi Administratif)


Evaluasi administratif pada umumnya dibatasi pada pengkajian
tentang efisiensi penyampaian pelayanan pemerintah dan penentuan,
apakah penggunaan dana oleh pemerintah sesuai dengan tujuan
yang telah dicapai.

b. Judicial Evaluation (Evaluasi Yudisial)


Evaluasi yudisial mengadakan pengkajian apakah kebijakan yang
dibuat pemerintah telah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, apakah tidak melanggar HAM dan hak-hak individu.

c. Political Evaluation (Evaluasi Politis)


Evaluasi politis masuk dalam proses kebijakan hanya pada waktu-
waktu tertentu. Misalnya, pemilihan umum.
Beberapa Bentuk Evaluasi Administratif, yaitu :

1) Effort Evaluation
Effort evaluation bertujuan untuk mengukur kuantitas inputs
(masukan) program, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk
mencapai tujuan. Inputs itu adalah personil, ruang kantor,
komunikasi, transportasi,dan lain-lain, yang dihitung berdasarkan
biaya yang digunakan.

2) Performance evaluation
Performance evaluation mengkaji ouputs program. Contoh,
outputs rumah sakit : tempat tidur yang tersedia, jumlah pasien.
3) Effectiveness Evaluation
Effectiveness evaluation bertujuan untuk menilai apakah
program telah dilaksanakan, kemudian diadakan perbandingan
kesesuaian antara pelaksanaan program dengan tujuan
kebijakan.

4) Process evaluation
Process evaluation mengkaji peraturan-peraturan dan
prosedur-prosedur operasi organisasi yang digunakan dalam
penyampaian program.
Evaluasi dalam administrasi publik

1. Pengertian
2. Kriteria Evaluasi
3. Kendala dalam Evaluasi
Pengertian :
Evaluasi memiliki arti yang berhubungan dengan
aplikasi beberapa skala nilai terhadap hasil
kebijakan/program

Dunn (2004) membaginya atas evaluasi ex ante


dan ex post
Secara spesifik, Evaluasi berkenaan dengan
produksi informasi tentang nilai atau manfaat
hasil dan kinerja kebijakan.
Pada saat hasil dan kinerja kebijakan
memberikan nilai, itu berarti hasil dan kinerja
memberikan sumbangan pada sasaran dan
tujuan (Dunn, 2004)

Selain itu, evaluasi bertujuan untuk menjustifikasi


nilai/manfaat satu program yang sedang
berjalan, mencari inisiatif baru, peningkatan
efektivitas adm. Manajarial program dan
tanggung jawab akan hasil dan kinerja (Rossi dan
Freeman, 1993)
Langkah Evaluasi :
merinci apa yang akan dievaluasi, mengukur
kemajuan, analisis data yang berkaiitan dengan
output dan outcomes yang dibandingkan dengan
sasaran dan tujuan
Kriteria Evaluasi :
Pada hakekatnya,evaluasi dapat dilakukan
pada setiap tahap kebijakan

Istilah evaluasi sering disamakan dengan


appraisal, rating, dan assessment

Evaluasi dilakukan untuk melihat hasil dan kinerja


yang diperoleh pada satu kebijakan atau program
yang telah diimplementasikan
Ripley (1985)menekankan beberapa persoalan
yang harus dijawab pada saat evaluasi
1. Apakah program dilaksanakan secara efisien?
2. Kelompok/kepentingan mana yang memiliki akses
dalam pembuatan kebijakan?
3. Apakah kelompok sasaran menerima manfaat sesuai
dengan apa yang didesain sebelumnya?
4. Apakah proses pembuatannya rinci, terbuka dan
memenuhi prosedur?
5. Apakah program memberikan dampak pada
kelompok sasaran? Apa jenis dampaknya?
6. Apakah program didesain secara logis?
7. Apa dampak yang diharapkan dan yang tidak
diharapkan terjadi pada kelompok sasaran?
8. Apakah input program memadai?
9. Kapan Program diimplementasikan dan kapan pula
dampaknya diterima oleh kelompok sasasran?
10.Apa standar implementasi yang baik menurut
program tersebut?
11.Apakah tindakan dan Dampak tersebut sesuai dengan
yang diharapkan?
Kesley dan Kumar (1987) menyebutkan 3
pertanyaan dalam evaluasi :
1. Siapa yang memperoleh akses terhadap input
dan output proyek?
2. Bagamaimana mereka bereaksi terhadap
proyek tersebut?
3. Bagaimana proyek tersebut mempengaruhi
perilaku mereka?
Dari kedua pandangan di atas, Wibawa (1994)
menyimpulkan bahwa evaluasi dilakukan untuk
mengetahui 4 aspek :
1. Proses pembuatan kebijakan
2. Proses implementasi
3. Konsekuensi kebijakan
4. Efektivitas dampak kebijakan
Dunn (2004) mengemukakan fungsi utama
evaluasi :
1. Memberikan informasi yang valid tentang
kinerja kebijakan evaluasi :

2. Memberikan sumbangan dan klarifikasi serta


kritik nilai yang mendasari sasaran dan tujuan.

3. Memberikan kemungkinan pada aplikasi


metode-metode analisis kebijakan lainnya,
termasuk perumusan masalah dan
rekomendasi.
KRITERIA DALAM MELAKUKAN EVALUASI
NO TIPE KRITERIA PERTANYAAN ILLUSTRASI
01 Efektivitas Apakah hasil yang diinginkan telah Unit Pelayanan
dicapai?
02 Efisiensi Seberapa banyak usaha diperlukan Unit biaya manfaat bersih
untuk mencapai hasil Rasio biaya-manfaat
yang diinginkan?
03 Kecukupan Seberapa jauh pencapaian hasil Biaya tetap (Masalah tipe
yang diinginkan I)
memecahkan masalah? Efektivitas biaya tetap
( masalah tipe II)
04 Perataan Apakah biaya dan manfaat Kriteria Pareto
didistribusikan dengan merata Kriteria Kaldor-Hicks
kepada kelompok-kelompok yang Kriteria Rawls
berbeda?
05 Responsivitas Apakah hasil kebijakan memuaskan Konsistensi dengan survei
kebutuhan, preferensi, warga
atau nilai kelompok-kelompok negara
tertentu?
06 Ketepatan Apakah hasil (tujuan) yang Program publik harus
diinginkan benar-benar berguna merata dan efisien
KENDALA DALAM MELAKSANAKAN EVALUASI
Abidin (2004)menyebut beberapa kendala dalam
Evaluasi :
1. Keterbatasan wewenang dalam melakukan evaluasi.
 .Siapa yang berwenang melakukan evaluasi?
2. Tumpang tindih fungsi antar instansi.
 Jika satu fungsi ditangani oleh dua atau lebih instasi.
Misalnya PTPN yang berada di bawah BUMN dan
Kemenperta dan Industri
3. Tumpang tindih evaluasi antar lembaga pengawasan.
 Inspektorat, BPKP, dan BPK
4. Tidak ada proses lanjutan atau follow-up dari
hasil evaluasi.
 Masa Orba sangatnyata, tetapi saat ini juga
masih banyak hasil evaluasi yang kurang
ditindaklanjuti
6. NASKAH KEBIJAKAN
Materi ini akan menjelaskan apa yang
dimaksud dengan naskah kebijakan,
fungsinya untuk apa, model-model yang
dapat dipilih berikut isi atau komponen dari
suatu naskah kebijakan publik, serta
diakhiri dengan penyampaian kiat atau tip
untuk menulis naskah kebijakan.
A. ARTI DAN FUNGSI NASKAH KEBIJAKAN

Setelah melakukan analisis kebijakan, seorang analis


menuangkan hasilnya ke dalam naskah kebijakan atau
policy paper.

Nugroho (2009) menyebutnya sebagai kertas kebijakan.


Naskah kebijakan adalah alat komunikasi dan
pembuatan keputusan yang bersifat terapan,
berorientasi pada masalah, dan membela nilai

(Nawawi 2009). Perumusan naskah kebijakan


dimaksudkan untuk memberikan argumentasi
komprehensif dan persuasif yang menjustifikasi
rekomendasi-rekomendasi atau opsi-opsi tindakan yang
ditawarkan dalam kebijakan.
 Naskah kebijakan berfungsi sebagai alat
pembuatan keputusan dan panggilan
terhadap sasaran atau audiensi kebijakan
untuk melakukan tindakan (Nawawi 2009).

 Naskah kebijakan juga dapat digunakan


sebagai dasar pertimbangan bagi pengambil
keputusan untuk menindaklanjuti suatu
tindakan atau kebijakan tertentu atau dapat
saja dipakai sebagai landasan untuk menunda
atau bahkan membatalkan suatu kebijakan
yang telah dibuat.
RINGKASAN EKSEKUTIF
BAB I LATAR BELAKANG
A. Deskripsi Situasi Masalah
B. Hasil Sebelum Usaha Pemecahan Masalah
BAB II LINGKUP DAN RAGAM MASALAH
A. Penilaian Kinerja Kebijakan Masa Lalu
B. Pentingnya Situasi Masalah
C. Kebutuhan untuk Analisis
BAB III PERNYATAAN MASALAH
A. Definisi Masalah
B. Pelaku Utama
C. Tujuan dan Sasaran
D. Ukuran Efektivitas
E. Solusi yang Tersedia
B. MODEL-MODEL NASKAH KEBIJAKAN
Nugroho (2009) menampilkan tiga
model kertas atau naskah kebijakan,
yakni naskah kebijakan model Dunn,
naskah kebijakan model UNDP, dan
model Nugroho.

Model naskah kebijakan dari Dunn berisi


sistematika sebagai berikut.
RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF

BAB I LATAR BELAKANG BAB V REKOMENDASI KEBIJAKAN


A. Deskripsi Situasi Masalah A. Kriteria Alternatif Rekomendasi
B. Hasil Sebelum Usaha Pemecahan B. Deskripsi Alternatif yang Dipilih
Masalah C. Kerangka Strategi Implementasi
BAB II LINGKUP DAN RAGAM MASALAH D. Penyediaan Pemantauan dan Evaluasi
A. Penilaian Kinerja Kebijakan Masa Lalu E. Keterbatasan dan Konsekuensi yang
B. Pentingnya Situasi Masalah Tidak Terantisipasi
C. Kebutuhan untuk Analisis
REFERENSI
BAB III PERNYATAAN MASALAH
A. Definisi Masalah
B. Pelaku Utama
C. Tujuan dan Sasaran
D. Ukuran Efektivitas
E. Solusi yang Tersedia

BAB IV ALTERNATIF KEBIJAKAN


A. Deskripsi Alternatif
B. Perbandingan Konsekuensi Kebijakan
C. Dampak Ganda dan Eksternalitas
D. Hambatan dan Fisibilitas Politik
Negara-negara yang tergabung dalam UNDP memiliki model
naskah kebijakan sebagai berikut.
Introduction Risks

Background Prior Obligations and Pre-Requisites

Reasons for UNDP Support Programme Monitoring, Review, and


Evaluation
Programe Strategy Legal Context

Execution, Implementation, Coordination, Budget


Funding Arrangements

Stakeholders and Beneficiaries

Development Objective

Inputs
Berdasarkan dua model tersebut, Nugroho (2009) mengajukan model
alternatif sebagai berikut.

RINGKASAN EKSEKUTIF
Glosari
BAB I. Analisis Situasi, yang berisi analisis tentang isu
kebijakan, dengan fokus pada alasan mengapa isu
tersebut diangkat sebagai isu kebijakan, khususnya
berkenaan dengan pembenaran terhadap isu tersebut.
Pada bagian ini dapat disampaikan tiga alternatif
kebijakan.

BAB II. Rekomendasi Pertama, yang berisi analisis tentang isu


kebijakan terhadap rekomendasi pertama.
BAB III. Rekomendasi Kedua, yang berisi analisis tentang isu
kebijakan terhadap rekomendasi kedua. Rekomendasi
Ketiga, yang berisi analisis tentang isu kebijakan
terhadap rekomendasi ketiga.
BAB IV. Matriks Antar Rekomendasi, yang berisi perbandingan
antar rekomendasi.
BAB V. Rekomendasi Terpilih dan Strategi Implementasi, yang
berisi pilihan rekomendasi dan rekomendasi lanjutan apa
yang harus dilakukan sebagai tindak lanjutnya.
BAB VI. Penutup, yang berisi kesimpulan dari naskah
kebijakan
Lampiran
- Data dan Perhitungan
- Simulasi Kebijakan: Perumusan, Implementasi, dan
Evaluasi.
Kepustakaan
C. ISI NASKAH KEBIJAKAN
Berdasarkan model-model yang
ditawarkan oleh beberapa pemikir
kebijakan publik di atas, secara garis
besar dapat dikemukakan bahwa naskah
kebijakan setidaknya berisi elemen-
elemen berikut.
1. Judul
2. Daftar Isi
3. Abstrak atau Executive Summary
4. Pendahuluan
5. Deskripsi Masalah
6. Pilihan-pilihan Kebijakan
7. Kesimpulan dan Rekomendasi
8. Catatan Akhir
9. Apendiks atau Lampiran
10. Bibliografi
Judul naskah kebijakan merupakan komponen pertama
dari sebuah policy paper.
Judul harus dibuat semenarik mungkin yang memuat
persoalan kebijakan yang hendak dipecahkan.
Judul naskah kebijakan setidaknya memuat empat hal.

Pertama, bersifat deskriptif, yakni menjelaskan subjek


dan masalah yang hendak dikaji.
Kedua, jelas judulnya, tidak bermakna ganda.
Ketiga, ringkas dan tegas, tidak menampakkan kalimat
bersayap.
Keempat, menarik pembaca, dalam arti pembaca dibuat
penasaran, yakni begitu pembaca membaca judul, ia
akan berusaha menelusuri bagian- bagian selanjutnya.
Nawawi (2009) menunjukkan lima prinsip pokok dari
judul naskah kebijakan yang efektif.
Pertama, judul tidak terdiri atas kalimat-kalimat penuh.
Kedua, adanya kata-kata kunci sebagai dasar sebuah
judul.
Ketiga, judul dapat dibuat ke dalam dua bagian
dengan menggunakan colon. Misalnya, “Pelayanan
Kesejahteraan Sosial bagi Anak: dari Residual ke
Institusional”.
Keempat, judul dapat mengindikasikan beberapa
penemuan utama.
Kelima, huruf kapital biasanya digunakan untuk
keseluruhan kalimat, kecuali kata sambung (dan),
conjunction (tetapi), preposisi (dari), dan pronoun
(kita).
Daftar isi memuat garis besar yang menggambarkan struktur
naskah kebijakan.
Daftar isi memuat sistem heading dan subheading, yang
menunjukkan bukan saja organisasi keseluruhan dari paper,
melainkan juga menggambarkan bagian utama beserta sub-sub
bagiannya.

Daftar isi dari naskah kebijakan membantu pembaca dalam


beberapa hal.
Pertama, berperan sebagai pemimbing yang membantu pembaca
dalam memahami keseluruhan naskah kebijakan.
Kedua, membantu pembaca yang berminat mengetahui bagian-
bagian tertentu saja.
Ketiga, sistem penomoran dalam daftar isi dapat membedakan
bagian-bagian dan sub-sub bagian dari suatu naskah kebijakan.
Abstrak berbeda dengan ringkasan eksekutif.
Abstrak secara ringkas menggambarkan sebuah naskah
kebijakan, sedangkan ringkasan eksekutif memberikan
sinopsis yang lebih rinci mengenai keseluruhan naskah
kebijakan. Tampilan keduanya sering serupa, tetapi
ringkasan eksekutif memuat diskusi yang lebih rinci
daripada abstrak. Susunan ringkasan eksekutif
umumnya terdiri atas:
(1) definisi dan deskripsi masalah kebijakan,
(2) tujuan naskah kebijakan,
(3) evaluasi kebijakan yang ada,
(4) alternatif kebijakan yang diusulkan, dan
(5) kesimpulan dan rekomendasi.
Pendahuluan menggambarkan isi kajian utama yang
dijelaskan dalam pembahasan berikutnya. Pendahuluan
juga harus mampu menggambarkan hakikat masalah
kebijakan, latar belakang dari studi yang dilakukan dan
bagaimana konteksnya.

Dari penjelasan tersebut, pembaca dapat diyakinkan


betapa persoalan kebijakan yang ditawarkan analis
memang layak untuk dikaji dan dicari alternatifnya.

Oleh karena itu, biasanya pendahuluan berisi tentang


konteks masalah kebijakan, definisi masalah kebijakan,
pernyataan tujuan, metodologi, keterbatasan studi, alur
atau ringkasan isi naskah kebijakan
Deskripsi masalah kebijakan memuat dua hal penting, yaitu latar
belakang masalah dan masalah dalam konteks kebijakan saat ini.
Deskripsi masalah sangat penting, maka uraiannya harus dapat
menjelaskan masalah yang menjadi fokus analisis kebijakan. Hal
itu dapat dimulai dengan mendiskusikan beberapa isu atau
masalah publik yang serumpun atau berkaitan dan diakhiri
dengan menyatakan satu isu atau masalah kebijakan yang dipilih.
Isu yang diangkat memerlukan perhatian audiensi kebijakan,
seperti pemerintah, analis kebijakan, dan yang lain.
Isu yang diangkat tidak sekedar asumsi atau hipotesis.
Isu akan kokoh kalau didukung oleh data hasil penelitian yang
sudah dilakukan atau data penelitian orang lain.
Masalah harus fokus dan spesifik, serta memuat sebab- sebab
dan akibat-akibat dari masalah tersebut.
Deskripsi masalah juga hendaknya dapat membangun kerangka
yang menunjukkan bahwa pilihan-pilihan kebijakan memiliki dasar
argumen secara komprehensif.
Pilihan-pilihan kebijakan dapat memuat alternatif
kebijakan, jumlahnya bisa 5 hingga 7 opsi kebijakan
atau berapapun sesuai dengan analisis yang dilakukan,
sebagai jawaban dari masalah kebijakan yang telah
dianalisis.

Dari alternatif-alternatif kebijakan tersebut dapat dipilih


2 hingga 3 opsi yang dinilai urgen dan mendesak untuk
segera diterapkan.

Pilihan-pilihan kebijakan memuat dua hal pokok yaitu


kerangka analisis dan evaluasi terhadap alternatif-
alternatif kebijakan.
Pilihan-pilihan kebijakan bersandar pada hal-hal
berikut.
1. Menggaris bawahi, mengevaluasi, dan
membandingkan alternatif-alternatif kebijakan yang
mungkin dilakukan
2. Memberikan argumen meyakinkan terhadap
alternatif yang dinilai paling baik
3. Memfokuskan pada sebuah keputusan yang dibuat
4. Menjelaskan strategi atau cara tertentu yang akan
memudahkan audiensi menerapkan opsi kebijakan
5. Membangun kaitan yang jelas dan koheren dengan
kesimpulan dan rekomendasi dari naskah kebijakan
(Nawawi 2009).
Dalam membuat kesimpulan dan rekomendasi ada 3
elemen penting yang harus diperhatikan, yaitu :
(1) sintesis temuan utama,
(2) seperangkat rekomendasi kebijakan, dan
(3) kalimat atau pernyataan penutup.

Tugas membuat rekomendasi kebijakan, mengharuskan


analis kebijakan menentukan alternatif terbaik dari
sekian alternatif yang diajukan.
Rekomendasi merupakan pernyataan advokasi yang
harus dapat menjawab empat persoalan(Nugroho 2009).
yaitu :
(1) dapat ditindaklanjuti, (2) bersifat prospektif, (3)
bermuatan nilai, dan (4) mengandung etik
Rekomendasi kebijakan yang baik menurut Nugroho (2009) harus memenuhi
enam kriteria utama, yaitu:

1. Efektivitas, berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil yang


diharapkan
2. Efisiensi, berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk
menghasilkan tingkat efektivitas yang dikehendaki
3. Kecukupan, berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektivitas
memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menimbulkan
masalah
4. Perataan (equity), berkaitan dengan pemerataan distribusi manfaat
kebijakan
5. Responsivitas, berkaitan dengan seberapa suatu kebijakan dapat
memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompok masyarakat yang
menjadi target kebijakan
6. Kelayakan (appropriateness), berkaitan dengan dengan pertanyaan
apakah kebijakan tersebut tepat untuk masyarakat.
Kesimpulan dan rekomendasi bukan rentetan akhir dari
naskah kebijakan.
Masih ada hal lain yang harus dikemukakan, yaitu
catatan akhir (endnotes), lampiran, dan daftar pustaka
atau bibliografi.

Fungsi catatan akhir adalah :


(1) memberikan diskusi dan penjelasan tambahan atau
definisi terhadap beberapa istilah yang diperkirakan
pembaca tidak atau belum memahami,

(2) untuk menarik pembaca terhadap sumber-sumber


yang dapat menjelaskan latar belakang informasi
yang didiskusikan dalam teks naskah kebijakan.
Lampiran tidak harus ada dalam naskah kebijakan.
Lampiran dapat dicantumkan sepanjang diperlukan
untuk mendukung isi kebijakan, misalnya berupa
apendiks.
Apendiks bersifat mendukung argumen utama dalam
naskah kebijakan. Naskah kebijakan yang berbentuk
policy brief atau policy memo, apendiks harus
menyediakan informasi atau data pendukung isi teks
pada tubuh naskah kebijakan.
Kriteria umum yang dipakai untuk menentukan apa yang
harus dimuat dalam apendiks adalah tipe, panjang dan
rincian informasi.
Apendiks tersebut biasanya dibagi dan diidentifikasi
melalui penggunaan judul.
Daftar pustaka atau bibliografi merupakan hal
penting dari suatu naskah kebijakan.
Daftar pustaka memungkinkan pembaca untuk
menelusuri dan mengakses sumber-sumber yang
digunakan oleh penyusun naskah kebijakan.
Daftar pustaka berfungsi sebagai pembeda
antara naskah akademik dan naskah
nonakademik, seperti novel, cerpen, dan jenis
sastra lainnya.
Pencantuman daftar pustaka juga sebagai wujud
pertanggungjawaban penyusun naskah terhadap
apa yang ditulis. Hal ini juga untuk menghindari
adanya kegiatan plagiasi dalam dunia akademik.
D. KIAT (TIP) MENYUSUN NASKAH
KEBIJAKAN
Sebagaimana sudah dijelaskan dalam bagian C
bahwa penyusun naskah kebijakan harus
memperhatikan 10 elemen naskah kebijakan
yang harus ditulis, yaitu dari judul hingga
bibliografi. Namun demikian disadari bahwa
membuat naskah kebijakan tidaklah semudah
menyusun artikel atau karya tulis biasa, karena
naskah kebijakan yang dibuat nantinya akan
dimanfaatkan oleh pengambil keputusan untuk
dijadikan sebagai rujukan utama
dalam memilih alternatif kebijakan dan alternatif
kebijakan itulah yang akan diimplementasikan.
Jika penulis salah dalam menganalisis alternatif
yang diajukan, maka kebijakan yang diambil bisa
fatal, baik menyangkut sumberdaya orang,
keuangan, waktu, perlengkapan, dan lainnya.

Tip atau hal-hal yang harus diperhatikan seorang


penulis policy paper guna menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan berkaitan dengan alternatif
kebijakan yang ditawarkan dan proses
implementasinya.
1. Naskah kebijakan ditulis untuk siapa
dan siapa target kebijakan?

Hal ini penting ditanyakan karena tanpa


mengetahui siapa yang menginginkan
naskah tersebut ditulis dan siapa yang nanti
akan terkena kebijakan yang diambil, maka
penulis bisa salah dalam merekomendasikan
kebijakan yang diambil.
2. Siapa yang seharusnya terlibat dalam penulisan?
Seorang diri menulis naskah kebijakan tidaklah
mungkin. Biasanya naskah kebijakan dibuat
oleh tim atau kelompok. Dengan berkelompok,
melalui kajian bersama dan diskusi yang dilakukan
secara intensif, akan ditemukan banyak ide dan
juga pemikiran dari semua sisi, sehingga naskah
yang dibuat dapat lebih sempurna dan memenuhi
harapan pihak yang akan mengambil keputusan
kebijakan. Untuk membuat suatu naskah
kebijakan, terdapat dua tipe manusia yang dapat
memberikan peran berbeda, namun jika mereka
bergabung, maka keputusan yang diambil dapat
memuaskan semua pihak.
Tipe yang pertama adalah manusia ekonomi, yaitu
manusia yang dengan kemampuannya
memaksimalkan atau memilih alternatif yang
terbaik di antara alternatif yang tersedia;
sedangkan tipe kedua adalah manusia
administratif, yaitu manusia yang sekadar
memuaskan atau mencari aksi yang memuaskan
atau cukup baik (Parsons 2005).
Dalam kaitan dengan kebijakan, manusia ekonomi
merupakan manusia yang menghadapi dunia nyata
dengan segala kompleksitasnya, sedangkan
manusia administratif mengakui bahwa dunia yang
dibayangkan adalah model dunia riil yang sangat
disederhanakan.
3. Batas waktu dan pembatasan lainnya.
Menulis naskah pasti dibatasi oleh waktu, apakah sempit
ataukah longgar waktunya. Pendek atau panjang waktu
untuk menulis naskah tidak menjadi persoalan.
Penulis naskah yang sudah ahli dalam bidang kebijakan
tertentu, tidak akan mengalami masalah berarti.
Bagi penulis, yang penting adalah data dan informasi
tentang kebijakan yang akan ditawarkan dalam naskah
kebijakan cukup lengkap, sehingga penulis tidak kesulitan
dalam melakukan analisis tentang alternatif kebijakan yang
ditawarkan.
Selain masalah waktu, penulis naskah acapkali juga
dihadapkan pada pembatasan-pembatasan lainnya, seperti
birokrasi yang tertutup, pengalaman dan kemampuan
penulis naskah yang terbatas, tim yang tidak solid, adanya
kepentingan tersembunyi, dan lain-lain.
4. Rasionalitas Manusia terbatas. Manusia memang diciptakan
Tuhan sebagai makhluk yang paling sempurna di antara
makhluk-makhluk ciptaan lainnya. Ia memiliki akal, kalbu, dan
nafsu.
Dengan tiga komponen tersebut, manusia dapat
melakukan apa pun untuk kepentingan hidupnya.
Kompleksitas permasalahan kehidupan, baik menyangkut
kehidupan pribadi maupun kehidupan masyarakat (termasuk
kehidupan bangsa dan negara) sudah seharusnya dapat
dikelola dengan baik oleh manusia. Demikian pula, kehidupan
negara yang menyangkut hajat hidup orang banyak, melalui
kebijakan yang ditetapkan, sudah semestinya dapat ditangani
dengan baik oleh para perumus kebijakan. Namun disadari
bahwa meskipun manusia memiliki tiga perlengkapan hidup,
yaitu akal, kalbu, dan nafsu, dalam realitasnya manusia tidak
mampu menyelesaikan semua persoalan yang dihadapi. Hal
ini disebabkan oleh keterbatasan rasionalitas (akal) manusia.
Mengapa demikian? Parsons (2005) mengutip
pandangan Simon, mencatat ada 10 keterbatasan
rasionalitas manusia, yaitu:
(a)sifat pengetahuan manusia yang tidak lengkap
dan terfragmentasi,
(b)konsekuensi yang tidak bisa diketahui, sehingga si
pembuat keputusan mengandalkan pada kapasitas
untuk melakukan penilaian,
(c) keterbatasan perhatian problem harus ditangani
dalam waktu serial atau satu per satu, karena
pembuat keputusan tidak dapat memikirkan terlalu
banyak isu pada saat yang sama dan perhatian
berpindah dari satu nilai ke nilai lain,
(d)manusia belajar dari perilaku mereka agar sejalan
dengan tujuan yang telah diniatkan,
(e). batas daya tampung (memori) pikiran manusia
terbatas, karena disadari bahwa pikiran manusia
hanya bisa memikirkan beberapa hal dalam
waktu yang bersamaan, (
(f). manusia adalah makhluk dengan kebiasaan dan
rutinitas,
(g). rentang perhatian manusia terbatas,
(h). lingkungan psikologis manusia terbatas,
(i). perilaku dan perhatian awal akan cenderung
bertahan dalam arah tertentu selama beberapa
periode waktu,
(j). pembuatan keputusan juga dibatasi oleh
lingkungan organisasional yang menjadi
kerangka bagi proses pemilihan alternatif
keputusan.
5. Kompleksitas Permasalahan.
Ada kebijakan yang diambil dengan mudah, karena permasalahan
yang dihadapi tidak begitu kompleks. Misalnya, kebijakan pemberian
beasiswa kepada anak-anak dari keluarga tidak mampu. Kebijakan ini
mudah dibuat, karena masalahnya jelas, yaitu ada anak-anak yang
sulit membayar biaya pendidikan karena orangtuanya tidak memiliki
kemampuan untuk membayar.
Solusinya adalah pemerintah mengeluarkan kebijakan dengan
memberikan beasiswa kepada anak-anak tersebut agar mereka dapat
sekolah dan keluarganya tidak terbebani karena sebagian tanggung
jawabnya sudah diambil alih oleh pemerintah.
Kebijakan yang berkaitan dengan menaikkan harga BBM merupakan
kebijakan yang cukup sulit, sehingga pilihan apapun yang ditawarkan
oleh penulis naskah kepada pembuat keputusan akan membawa
konsekuensi tidak ringan kepada pihak-pihak yang menjadi pembuat
keputusan maupun yang dikenai kebijakan.
Alternatif kebijakan menaikkan harga BBM dengan harga tertentu akan
mendapatkan reaksi dan resistensi dari kalangan rakyat. Hal ini bisa
memengaruhi stabilitas politik, sosial, dan ekonomi di suatu negara.
6. Ringkas dan Sederhana.
Alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh
penulis kebijakan harus ringkas, jelas,
sederhana, dan tidak berbelit-belit. Alternatif
kebijakan yang ringkas dan sederhana akan
memudahkan pengambil keputusan memilih
mana kebijakan yang terbaik, yang mudah
dilaksanakan, dan yang memberi
keuntungan kepada semua pihak.
E. RANGKUMAN
 Naskah kebijakan adalah alat komunikasi dan pembuatan
keputusan yang bersifat terapan, berorientasi pada masalah,
membela nilai.
 Perumusan naskah kebijakan dimaksudkan untuk memberikan
argumentasi komprehensif dan persuasif yang menjustifikasi
rekomendasi-rekomendasi atau opsi-opsi tindakan yang
ditawarkan dalam kebijakan.
 Naskah kebijakan berfungsi sebagai alat pembuatan keputusan
dan panggilan terhadap sasaran atau audiens kebijakan untuk
melakukan tindakan.
 Naskah kebijakan juga dapat digunakan sebagai dasar
pertimbangan bagi pengambil keputusan untuk menindaklanjuti
suatu tindakan atau kebijakan tertentu atau dapat saja dipakai
sebagai landasan untuk menunda atau bahkan membatalkan
suatu kebijakan yang telah dibuat.
 Naskah kebijakan harus dibuat selengkap mungkin. Masalah
harus didalami agar dapat memberikan kepada pembaca atau
pengambil keputusan informasi yang lengkap, akurat, dan
tepat, sehingga memungkinkan mereka dapat menyimpulkan
untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.
Penyusun naskah kebijakan dapat menggunakan model naskah
dari Dunn, UNDP, maupun Nugroho.
 Isi naskah kebijakan setidaknya memuat informasi tentang
judul, daftar isi, abstrak atau executive summary, pendahuluan,
deskripsi masalah, pilihan-pilihan kebijakan, kesimpulan dan
rekomendasi, catatan akhir, apendiks atau lampiran, serta
bibliografi.
 Penulis naskah kebijakan perlu mempertimbangkan persoalan
pihak yang memberi tugas membuat naskah, siapa target
kebijakan, tim yang terlibat dalam penulisan naskah, batas
waktu dan pembatasan lainnya, rasionalitas manusia terbatas,
kompleksitas permasalahan, dan kesederhanaan alternatif
kebijakan.
TUGAS MEMBUAT MAKALA KEBIJAKAN PUBLIK
JUDUL
MEMBANGUN EKONOMI MASYARAKAT TEBING TINGGI

1.POSISI ANDA SEBAGAI : WALIKOTA TEBING TINGGI


2.PERMASALAHAN: AKIBAT PEMBANGUNAN JALAN TOL
MEDAN - SIANTAR,MEDAN KUALA TANJUNG,
KEGIATAN EKONOMI MASYARAKAT TEBING TINGGI
LUMPUH
3.PENYELESAIAN PERMASALAHAN: KEBIJAKAN
SEPERTI APA YANG ANDA PERBUAT DALAM
MENANGGULANGI PERMASALAH TERSEBUT
4. SIAPA YANG ANDA LIBATKAN DALAM KEBIJAKAN
TERSEBUT
5.ALASAN YANG KUAT SEHINGGA KEBIJAKAN
DIMAKSUD TELAH TEPAT UNTUK ADA PUTUSKAN

Anda mungkin juga menyukai