PromkesKelompok 2
Juman Ahmad Taufik
Putri Widyastuti
Nurul Astria
Salmiah
Ikrima Auliyah
PERANAN PROMOSI KESEHATAN
DALAM PENGENDALIAN
PEROKOK AKTIF
Identifikasi Masalah
Merokok adalah kegiatan yang sudah menjadi
kebiasaan bagi perokok aktif. Dengan zat adiktif yang
terkandung dalam sebatang rokok, membuat para
perokok aktif menjadi candu terhadap rokok. ditambah
lagi tata pola pergaulan dapat menjadi alasan lain
untuk merokok. Oleh sebab itu saat ini, merokok
menjadi kegiatan yang bersifat kontinyu dan
menyebabkan ketergantungan kepada sang perokok
Upaya pencegahan dan pengendalian
penggunaan rokok memerlukan suatu pengetahuan
mengenai penyebab perilaku konsumsi rokok itu,
sumber, perundangan dan program pengobatan.
Selain pengetahuan tersebut, diperlukan juga
keterampilan pengaturan komunitas, ketekunan, dan
kerjasama antar-berbagai pihak yang peduli dan
lembaga pemerintah maupun nonpemerintah.
Dampak Dari
Masalah Merokok
setiap rokok yang dihisap bisa
meningkatkan risiko terkena berbagai
penyakit, seperti penyakit jantung,
stroke, masalah kesuburan, dan
gangguan pada paru-paru.
Besar Masalah
Riset kesehatan dasar yang dilakukan
Kementerian Kesehatan pada tahun 2007
dan tahun 2010 di Aceh menunjukkan
bahwa delapan dari sepuluh lakilaki
merupakan perokok. Mirisnya, sebagian
jumlah perokok aktif di Banda Aceh adalah
remaja. Jumlah perokok usia remaja di
Banda Aceh sebanyak 30% dari total
keseluruhan perokok di Banda Aceh. Di
Indonesia, diperkirakan ada lebih dari
230.000 orang yang meninggal akibat
kebiasaan merokok setiap tahunnya.
Metode dan Media
Promkes
Dalam penelitian ini, metode penelitian yang
digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif
adalah penelitian yang dilakukan hanya berdasarkan fakta
yang ada.
50%
Efektifitas
Pesan anti rokok akan langsung membuat
80% perokok menjadi tidak peduli terhadap promosi
kesehatan tersebut, tetapi pesan mengendalikan
perilaku perokok lebih dapat diterima oleh para
perokok. Perokok merasa tidak dilarang untuk
60% merokok tetapi diajak untuk menjaga sikap saat
merokok.
Hubungan Pengetahuan dan Tindakan
Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2
Identifikasi Masalah
50%
Efektifitas
Pengetahuan responden merupakan hal yang
penting, karena dengan pemahaman mengenai
pengetahuan tersebut, responden dapat
80% menentukan langkah untuk mencegah diabete
melitus. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang
ditempuh, maka akan semakin cepat individu
tersebut menerima dan memahami informasi
60% yang didapatkan (Budiman and A., 2013).
Strategi Promosi Kesehatan Mental Di
Lingkungan Kampus Melalui Partisipasi
Dosen Wali
Identifikasi Masalah
50%
Efektifitas
Keberadaan dosen wali yang optimal akan
menjadi support sosial bagi mahasiswa yang
sedang berkembang di lingkungan kampus. Hal
80% ini menunjukkan adanya peran yang mendukung
peningkatan kualitas dan kompetensi life skill
mahasiswa. Dalam rangka mewujudkan harapan
tersebut, diperlukan adanya penggalian informasi
60% dari sudut pandang dosen wali yang
mendampingi mahasiswa dalam upaya promosi
kesehatan mental di lingkungan kampus (Smith &
Myriam, 2013).
PEMANFAATAN POSTER “MEMBUANG
SAMPAH PADA TEMPATNYA” SEBAGAI
MEDIA PROMOSI KESEHATAN DI
PUSKESMAS BATUA
Identifikasi Masalah
50%
Efektifitas
Salah satu faktor pendorong perubahan perilaku
masyarakat (pengunjung) Puskesmas Batua untuk
membuang sampah pada tempatnya adalah karakteristik
80% poster yang menarik dan juga penggunaan bahasa yang
ringan dan mudah dipahami oleh masyarakat. Pada
dasarnya desain poster atau anjuran membuang sampah
pada tempatnya yang ada di Puskesmas Batua lebih
condong pada penggunaan kata-kata atau pesan langsung
60% tanpa disertai gambar. Hal ini disebabkan karena
penempatan poster tersebut berada di dekat tempat
sampah
Thank You
Insert the Sub Title of Your Presentation
Putri Widiyastuti S.
70200120028
Kesmas A
01
Pemberian ASI Eksklusif
Terancam Turun karena 62
Persen Nakes Kewalahan
Masalah
Keluhan utama para tenaga kesehatan di layanan primer untuk mempertahankan ibu menyusui karena
ketidaktersediaan layanan antenatal care atau pemantauan kehamilan dan menyusui secara daring. Sementara
itu hampir 50 persen ibu hamil dan menyusui memutuskan untuk mengurangi jumlah kunjungan serta
posyandu dan puskesmas mengurangi pelayanan ibu hamil dan menyusui.
Pravelensi
Jika di awal 2021, Health Collaborative Center (HCC) membawa kabar gembira dengan peningkatan angka pemberian
Asi eksklusif sebanyak 89 persen selama pandemi, penelitian terbarunya datang dengan kabar tidak menyenangkan.
Sebab angka 89 persen kenaikan pemberian ASI eksklusif selama pandemi terancam menurun. Kali ini Dr. dr. Ray
Wagiu Basrowi, MKK, Peneliti Utama serta Founder & Chairman dari HCC menemukan fakta sebanyak 62 persen
tenaga kesehatan di layanan primer di Indonesia kesulitan mempertahankan ibu untuk memberikan asi eksklusif selama
masa pandemi.
Metode dan Media
Tak kalah penting inovasi antenatal care serta konseling menyusui selama pandemi seperti fasilitas telemedicine dan
konsultasi daring yang mudah digunakan dan gratis. Posyandu daring, kelas menyusui daring dan instrumen berbasis
aplikasi ponsel untuk mengawasi ibu hamil dan menyusui juga harus segera direalisasi.
Evektifitas
Jadi pemberian ASI eksklusif memberi rekomendasi dan kesimpulan untuk menggencarkan opsi konseling daring
seperti WhatsApp/SMS dan telepon atau penjadwalan kunjungan ke rumah lewat perjanjian yang sudah disepakati. Tak
kalah penting inovasi antenatal care serta konseling menyusui selama pandemi seperti fasilitas telemedicine dan
konsultasi daring yang mudah digunakan dan gratis. Posyandu daring, kelas menyusui daring dan instrumen berbasis
aplikasi ponsel untuk mengawasi ibu hamil dan menyusui juga harus segera direalisasi.
02
02
Faktor Demografi dan
Risiko Gizi Buruk dan Gizi
Kurang
Masalah
Di Indonesia, persoalan gizi ini juga merupakan salah satu persoalan utama dalam pembangunan manusia.
Sebagai salah satu negara dengan kompleksitas kependudukan yang sangat beraneka ragam, Indonesia
dihadapi oleh dinamika persoalan gizi buruk.3walaupun proses pembangunan di Indonesia telah mampu
mengatasi persoalan ini, tetapi dilihat dari kecenderungan data statistik, masih banyak persoalan yang perlu
diselesaikan terutama yang menyangkut persoalan balita gizi kurang.
Pravelensi
Ironisnya, data Tahun 2007 menunjukkan, prevalensi anak dengan gizi buruk masih sekitar 20,2 persen; di atas
rata-rata nasional sebesar 18,4 persen.13 Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah ada pengaruh kondisi
demografi. Diharapkan dengan mengetahui karakteristik demografi, maka pola penangganan masalah gizi buruk
dapat dibuat.
Dampak
Gizi buruk akan berdampak pada tumbuh kembang yang tidak
sempurna. Tubuh anak-anak akan terhambat bahkan bisa
menyebabkan terhentinya pertumbuhan sebelum waktunya. Tubuh
anak bisa menjadi pendek (stunting) dan kurus (wasting).
Efektivitas, metode, dan media
Pengumpulan data primer, menghitung status gizi balita, analisis krakteristik risiko gizi buruk (regresi
logistic). Dari implikasi diatas dapat disimpulkan bahwa persoalan gizi dalam masyarakat memiliki
multidimensi faktor yang menjadi penyebab munculnya kasus-kasus gizi buruk dan gizi kurang di
Indonesia. Pangan merupakan salah satu bagian yang sangat penting dan menjadi penyebab munculnya
persoalan gizi. Gizi Kurang dipengaruhi oleh kurangnya asupan terhadap pangan baik segi kuantitas
maupun dari segi kualitas. Tapi ini tidak mutlak menyebabkan terjadinya kasus gizi buruk dan gizi
kurang.
03
Sampah Membuat
Jadi Kumuh dan Tidak
Sehat
Masalah
Kita masih banyak beranggapan bahwa sampah merupakan barang sepele dan membuangnya sesuka hati kita dimana saja kita
berada. Tidak jarang kita melihat pemakai jalan raya seenaknya membuang sampah di depan dagangan tanpa merasa risih. Di
pinggir jalan terlihat tumpukan sampah yang menyerupai gunung kecil, terpencar-pencar.
Pravelensi
Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) tidak hanya intervensi secara fisik saja melainkan juga sosial, ekonomi maupun
budaya/perilaku hidup masyarakat. Oleh karenanya perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan kumuh. Jangan sampai
kemudian kumuh 0% (berdasarkan luasan yang ada sekarang) tetapi malah muncul kumuh baru di kawasan-kawasan lainnya.
Tentunya perlu dilakukan langkah-langkah taktis dan berkelanjutan oleh seluruh komponen masyarakat demi kelangsungan
hidup manusia.
Metode dan media
Metode ini sangatlah popular di seluruh belahan dunia. Penguburan sampah dapat dilakukan di tanah yang ditinggalkan, lubang
bekas pertambangan, atau lubang alam. Suatu tempat penguburan yang dikelola dengan baik menghasilkan tempat pembuangan
yang hegenis dan murah. Penguburan sampah menghindarkan kontak sampah dengan lapisan atmosfer. Sampah yang terekspose
langsung dapat menimbulkan bau tak sedap, pemandangan yang tidak menarik dan sarang untuk berbagai jenis mikroorganisme
dan makrorganisme penyebab dan pembawa penyakit.di jual di media sosial untuk mendapatkan hasil.
Efektivitas
Jadi hasil peneliti nya menurunya sampah karena sudah di daur ulang dan
Tentunya pemerintah perlu melakukan penyuluhan tentang pengelolaan
sampah yang baik serta memberikan informasi tentang dampak-dampak
negatif sampah bagi masyarakat dan lingkungan, sehingga setiap anggota
masyarakat dapat menyadari bahaya sampah yang terus bertambah.
KAJIAN STRATEGI
PROMOSI KESEHATAN
04
SANITASI TOTAL
BERBASIS MASYARAKAT
(STBM) KELURAHAN
TIRTO KECAMATAN
PEKALONGAN BARAT
KOTA PEKALONGAN
Masalah
Fenomena yang terjadi di Kelurahan Tirto masih terdapat perilaku BABS sebanyak 84 KK, perilaku buang sampah
secara sembarangan, dan mengalirkan limbah cair rumah tangga ke sungai.
Pravelensi
Hasil laporan Puskesmas Tirto tahun 2014 menunjukkan bahwa, jumlah penduduk Kelurahan Tirto 10.798, jumlah
RW = 8, RW yang ODF ada 6, jumlah Kepala Keluarga (KK) = 2687, jumlah rumah = 2134, jumlah jamban 2050, KK
yang sudah ODF = 2603, KK yang masih Buang Air Besar Sembarangan (BABS) = 84. Hal tersebut belum sesui
dengan target.
Pengelolaan sampah di Indonesia masih menjadi masalah, hal ini terbukti dengan sungai Citarum
merupakan sungai paling tercemar di dunia hal ini juga terjadi di desa Tutat Nutug diman tidak
adanya menejemen pengelolaan sampah yang baik di lingkungan desa Putat Nutug dikarenakan
tingkat pemahaman dan kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan sampah yang
minim.
Besar Masalah
Jumlah sampah yang dihasilkan setiap hari di Indonesia hingga mencapai 11.330 ton per hari. Jika
diambil rata – rata maka setiap orang menghasilkan sampah sebesar 0,050 Kg per hari. Dalam
kehidupan sehari - hari yaitu terdapat limbah organik sekitar 30 sampai 80 %. Sedangkan dilaut pantai
Laut Utara untuk memantau sampah laut yang ditemukan dipantai. Jenis sampah laut lebih dominan
sampah plastik dengan tingkat tertinggi sampai 80 % dan rata – rata 900 item sampah setiap 100 m dari
pantai diarea utara. Sedangkan masalah sampah di Desa Putat Nutug merupakan masalah yang sudah
lama tidak terselesaikan. Tidak adanya TPA pengangkut sampah dari Dinas Kebersihan, tidak adanya
kesadaran dan pemahaman masyarakat akan kebersihan lingkungan bahkan pengelolaan sampah yang
baik tanpa mengeluarkan biaya
•
Dampak Masalah
Mengakibatkan masalah - masalah lingkungan dan kesehatan yang berhubungan dengan udara
polusi, tidak memadainya penyediaan air bersih atau sistem saluran pembuangan yang dikelola
dengan buruk, pestisida, kimia eksposur dan masalah pembuangan limbah juga mengakibatkan
banjir dan berbagai macam pepenyakit.
Media dan Metode di Gunakan
Menggunakan media audio visual dengan model praktik lalu menggunakan metode penelitian dengan
dua pendekatan yaitu model intervensi promosi kesehatan SCT dan rancangan quasi-eksperiment.
Efektifitas Keberhasilan
• Program intervensi anak sebagai agent of change dalam uapa
promosi kesehatan terbukti meningkatkan pengetahuan dan
tindakan anak masing-masing sebesar 59% dan 25%.
• Teknik intervensi yang paling efektif yaitu dengan praktik
langsung dan simulasi dibandingkan dengan penyuluhan
menggunakan audio visual dengan selisih peningkatan skor
40% dan 25%.
• Dampak intervensi anak sebagai agent of change adalah
meningkatnya partisipasi masyarakat dengan cara
menyediakan fasilitas sarana prasarana sampah, menghadiri
rapat sosialisasi dran advokasi perangkat desa.
Promosi Kesehatan Pemberian ASI Eksklusif Terhadap
Pengetahuan dan Skap Ibu Hamil
Identifikasi masalah
Pemberian ASI eksklusif pada bayi masih kurang eksklusif dan akan mempengaruhi tumbuh
kembang bayi seperti terjadinya stunting. Ibu hamil belum sepenuhnya memberikan ASI eksklusif
kepada bayi usia 0-6 bulan diduga disebabkan promosi kesehatan belum efektif. Pengetahuan dan
sikap ibu dalam pemberian ASI ekslusif pada bayi usia 0-6 bulan masih perlu diberikan promosi
kesehatan.
Besar masalah
Pemberian ASI eksklusif pada bayi masih kurang eksklusif dan akan mempengaruhi tumbuh kembang
bayi seperti terjadinya stunting. Hal ini di buktikan dari data Dinas Kabupaten Deli Serdang tahun 2018
bahwa jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah sebesar 47.04%. Hal ini menunjukkan bahwa
cakupan bayi yang mendapat ASI eksklusif sangat rendah dan belum mencapai target 80%. Hasil survei
awal di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang berdasarkan Laporan
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) tahun 2018 bahwa jumlah bayi usia 0-6 bulan sebanyak 901 orang,
diantaranya memberikan ASI eksklusif sebanyak 405 orang (44,9%), belum mencapai target Hasil
Riskesdas Indonesia, prevalensi sangat pendek balita tahun 2013 yaitu 30,8% mengalami peningkatan
menjadi 37,2% tahun 2018.
Pada tahun 2013 prevalensi pendek balita sebesar 18,0% mengalami penurunan tahun 2018
yaitu 11,5% (Kemenkes, 2018). karakteristik proporsi ibu menyusui di dunia antara lain 1)
kelompok etnis Cina 97%, warna kulit hitam 96% dan Asia 95%; 2) ibu tinggal Skotlandia,
Wales dan Irlandia Utara memiliki tingkat menyusui terendah); 3) ibu berusia di atas 30 tahun
(87%)dan di bawah 20 tahun (58%); 4) ibu berhenti sekolah usia di atas 18 tahun (91%) (WHO,
2017a). Proporsi ASI Eksklusif di negara berkembang tahun 2017 seperti Kamboja 74%dan
Malawi 91%, serta persentase peningkatan rata-rata setiap tahunnya sebesar 4% (WHO, 2017b)
Dampak Masalah
Bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dapat meningkatkan risiko anak
mengalami pertumbuhan yang tidak optimal (stunting), anak yang tidak diberi ASI mempunyai
Intellectual Quotient (IQ) lebih rendah 7–8 poin dibandingkan diberi ASI secara eksklusif.
Media dan Metode di Gunakan
Media yang di gunakan adalah media leaflet dengan metode penelitian adalah quasi-eksperimen
dengan desain two group
pre test and post test design.
Efektifitas Keberhasilan
Secara statistik terbukti bahwa ada perbedaan rata-rata pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang
ASI eksklusif dalam pencegahanstunting yang signifikan sesudah diberikan intervensi berupa
promosi kesehatan. Disarankan petugas puskesmas memberikan penyuluhan secara berkala
menggunakan lealfet atau alat bantu promosi kesehatan lainnya untuk mempermudah ibu hamil
dalam memahami manfaat pemberian ASI eksklusif.
Pengaruh penyuluhan kesehatan tentang bahaya merokok terhadap sikap pemuda
GMIM diaspora karame kota Manado
Identifikasi masalah
Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisapdan/atau
dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari
tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya
mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan. Rokoksangat berbahaya bagi
kesehatan manusia, senyawa berbahaya yang terkandung dalam rokok sangatlah banyak dan bersifat
racun yang berpotensi merusak sel-sel tubuh. Rokok dapat menyebabkan adiksi (ketagihan) dan
dependensi (ketergantungan) bagi penghisap dan orang sekitar dari paparan asap rokok .
Besar Masalah
Indonesia merupakan negara dengan jumlah perokok ketiga terbesar di dunia setelah China
dan India. prevalensi merokok pada penduduk usia 10-18 tahun semakin meningkat dari tahun
2013 dengan persentase 7,2%. Pada tahun 2016 dengan persentase 8,8% dan pada tahun 2018
dengan persentase 9,1%. Provinsi dengan prevalensi tertinggi adalah jawa barat (32,7%)
sementara itu provinsi sulawesi utara menempati posisi kedelapan dengan persentasi 30,4 %
(Pusdatin, 2018).
Dampak Masalah
Rokok berdampak pada semakin tingginya beban penyakit yang diakibatkan oleh rokok dan semakin
tingginya angka kematian. Data global mencatat, enam juta orang meninggal setiap tahunnya karena
konsekuensi dari merokok. Laporan data penyakit tidak menular (PTM) provinsi sulawesi utara kasus
penyakit tidak menular akibat merokok di kota Manado pada tahun 2013, di antaranya asma 4.9%,
PPOK 3.1%, kanker 0.2% kasus, dan yang melakukan pemeriksaan penyakit tidak menular akibat
bahaya merokok berumur 15-45 tahun di kota Manado, diantaranya jantung koroner di diagnosa oleh
nakes 0.5% dan di diagnosis oleh nakes atau dengan gejala 1.0%, gagal jantung 0.1% dan 0.3%, stroke
1.5%
Media dan Metode di Gunakan
Diare sebagaimana yang dilaporkan oleh badan kesehatan dunia (2017), masih menjadi
penyebab kedua kematian balita secara global yaitu sekitar 525.000 balita setiap tahun.
Pengetahuan dan sikap ibu tentang tatalaksana balita diare di tingkat rumah tangga merupakan
faktor predisposisi yang direkomendasikan secara global untuk mengurangi angka kesakitan
dan kematian balita karena diare.
Besar Masalah
Sejak beberapa tahun terakhir, diare masih menjadi sepuluh penyakit langganan masyarakat Kota Palopo.
Pada tahun 2018 tercatat jumlah kasus diare di Kota Palopo mencapai 3287.(Badan Pusat Statistik Kota
Palopo, 2018) Pada studi pendahuluan di puskesmas wara palopo. Di Indonesia, angka prevalensi dan
insidensi diare balita masih terus berfluktuasi. Pada tahun 2018, prevalensinasional diare pada balita
berdasarkan gejala dan diagnosis tenaga kesehatan sekitar 12,3%. Pada tahun yang sama, prevalensi diare
balita di Provinsi Sulawesi Selatan tercatat sekitar 11,8%.(Kemenkes Republik Indonesia, 2019) Lebih dari
itu, dalam Laporan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2019, diare bahkan dinobatkan menjadi penyebab
nomor satu (sekitar 10,7%) kematian balita melebihi angka kematian karena pneumonia (sekitar 9,5%).
(Kemenkes RI, 2020)
Dampak Masalah
Media yang di gunakan adalah Media Audio visual dan media leaflet dengan
menggunakan metode desain quasi-experimental nonequivalent control group
design dengan pendekatan pre-test post-test.
Efektifitas Keberhasilan
Ada perbedaan skor pengetahuan dan sikap yang signifikan sebelum dan setelah intervensi tatalaksana
diare balita di rumah tangga dengan menggunakan leaflet, audiovisual, diskusi dan demonstrasi.
Berdasarkan perbedaan peningkatan skor pre-test post-test, ada perbedaan peningkatan skor
pengetahuan yang signifikan diantara keempat perlakuan dengan nilai mean skor paling tinggi pada
kelompok audiovisual, artinya audiovisual lebih efektif untuk meningkatkan pengetahuan ibu balita
diare di Palopodibandingkan media dan metode lainnya.Berdasarkan selisih skor pre-test post-test,
tidak ada perbedaan signifikan pada peningkatan skor sikap diantara keempat kelompok perlakuan.
Pada penelitian ini, post-test dilakukan sesaat setelah intervensi diberikan, sehingga untuk mengetahui
efek audiovisual terhadap pengetahuan jangka panjang masih perlu dikaji.