Anda di halaman 1dari 47

PENGARUH HEALTH EDUCATION TERHADAP PERILAKU

TENTANG SADARI PADA REMAJA PUTRI KELAS XI

DI SMAN 1 GONDANG-NGANJUK

USULAN SKRIPSI

Disusun oleh:

NYLAM MEIDA HARTININGTYAS

201914201022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

SATRIA BHAKTI NGANJUK

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab utama kematian dan jenis

kanker yang lebih banyak terjadi pada wanita adalah kanker payudara. Salah satu

upaya untuk pencegahan kanker payudara adalah melalui deteksi dini yang dikenal

dengan metode SADARI (pemeriksaan payudara sendiri). SADARI atau dikenal

sebagai pemeriksaan payudara sendiri merupakan salah satu cara deteksi dini yang

murah dan mudah untuk dilakukan. Tujuan dari pemeriksaan SADARI ini yaitu

apabila ditemukan kelainan atau perubahan pada payudara dapat segera diperiksakan

kepada petugas kesehatan. Selain itu, dengan SADARI pasien dapat segera

mendapatkan terapi dan dalam jangka panjang dapat menekan angka mortalitas

kanker payudara (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2017).

Perilaku SADARI pada remaja untuk deteksi dini kanker payudara masih

sangat rendah. Padahal perilaku tersebut sangat penting untuk deteksi dini pasien

kanker payudara, oleh karena saat ini kanker payudara tidak hanya menyerang

perempuan usia > 30 tahun, tetapi juga menyerang perempuan usia muda bahkan

remaja (Sinaga dan Ardayani, 2016). Hingga saat ini kanker payudara masih

menjadi jenis kanker paling sering terjadi pada wanita di negara berkembang dan

menjadi penyebab kematian wanita ke-2 di Amerika Serikat (Avryna et al., 2019).

Menurut data Global Cancer Observatory (Globocon), kanker payudaa terjadi di

185 negara dan merupakan kanker dengan insiden tertinggi di 107 negara di dunia,
dan 3 negara dengan kasus kanker payudara (Breast Cancer) tertinggi pada tahun

2021 adalah China, USA dan India. Dengan angka kejadian (IR), kanker payudara

menyumbang 11,7% dari 19,2 juta kasus yaitu sebanyak 2.261.419 orang disemua

usia

Untuk para wanita yang memiliki tingkat pengetahuan dan pemahaman yang

rendah tentang kanker payudara dan cara deteksinya perlu diberikan informasi

mengenai kanker payudara dan cara deteksinya yaitu SADARI sejak usia remaja.

Pendidikan kesehatan adalah serangkaian upaya yang dilakukan untuk

mempengaruhi orang lain, individu, kelompok, keluarga, maupun masyarakat

sehingga terlaksana suatu perilaku hidup bersih dan sehat (Efendi & Makhfudli,

2013). Diharapkan dengan pendidikan kesehatan yang telah diikuti benar-benar

dapat mengubah perilaku sehari-harinya. Berdasarkan hasil studi pendahuluan awal

berupa wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 26 Januari 2023 pada siswa

kelas XI SMAN 1 Gondang terdapat 3 dari 5 siswa belum mengetahui apa itu

SADARI dan 2 diantaranya sudah tau apa itu SADARI tetapi belum pernah

melakukan SADARI.

Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

(INFODATIN) (2016), di Indonesia, kejadian kanker payudara mengalami

peningkatan pada 2013 dengan prevalensi tertinggi adalah provisi Jawa Tengah

11.511 dan Jawa Timur 9.688. Peningkatan angka kematian akibat kanker payudara

tidak lepas oleh karena kurangnya kesadaran perilaku SADARI sehingga lebih dari

80% kasus kanker payudara ditemukan dalam keadaan stadium lanjut (Dyanti dan

Suariyani, 2016). Pengukuran tingkat perilaku seseorang dapat dilihat


melalui tingkat pengetahuan, sikap, maupun tindakan, termasuk perilaku SADARI.

Pendidikan kesehatan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan yang telah ditunjukkan oleh penelitian

sebelumnya oleh Lestari et al (2016).

Berdasarkan yang dikemukakan (Sinaga dan Ardayani, 2016) tentang

perilaku SADARI sangat penting untuk deteksi dini pasien kanker payudara, karena

saat ini kanker payudara tidak hanya menyerang perempuan usia > 30 tahun, tetapi

juga menyerang perempuan usia muda bahkan remaja, dan sesaui dengan latar

belakang di atas, peneliti tertarik ingin mengangkat judul “ Pengaruh Health

Education Tentang Perilaku SADARI Pada Remaja Putri Kelas XI di SMAN 1

Gondang-Nganjuk. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan pendidikan

kesehatan yang berupa penyuluhan SADARI yang dilengkapi dengan fasilitas

penunjang pada siswi SMAN 1 Gondang-Nganjuk. Kegiatan penyuluhan dilakukan

dengan tujuan untuk mempengaruhi pengetahuan, dan sikap SADARI diberikan

melalui media pendidikan seperti power point, gambar, video, dan manekin sebagai

alat peraga. Selain itu siswi akan mendapatkan fasilitas berupa cermin dan poster

dengan tujuan untuk menunjang siswi dalam melakukan SADARI.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh Health Education tentang perilaku SADARI pada remaja putri

kelas XI di SMAN 1 Gondang?

C. Tujuan Penelitian

1) Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh Health Education tentang perilaku SADARI pada

remaja putri kelas XI di SMAN 1 Gondang.

2) Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi perilaku remaja putri tentang SADARI sebelum

diberikan Health Education di SMAN 1 Gondang.

b. Untuk mengidentifikasi perilaku remaja putri tentang SADARI sesudah

diberikan Health Education di SMAN 1 Gondang.

c. Untuk menganalisis pengaruh Health Education tentang perilaku SADARI

pada remaja putri kelas XI di SMAN 1 Gondang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan tentang pengaruh Health Education terhadap perilaku

remaja putri tentang SADARI.

2. Bagi Remaja Putri

Memberikan informasi pada responden bahwa pemeriksaan payudara bisa

dilakukan sendiri tanpa harus diperiksakan ke pelayanan kesehatan.

3. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya

periksa payudara sendiri (SADARI).

4. Bagi Institusi

Sebagai referensi dan menambah wawasan tentang pengaruh Health Education

terhadap remaja putri tentang SADARI.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Konsep Health Education

a. Pengertian Health Education

Menurut (Notoatmodjo, 2012) Health Education atau Pendidikan

kesehatan ialah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku

masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan

berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara

memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal-

hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain, ke mana

seharusnya mencari pengobatan bila mana sakit dan sebagainya.

b. Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan

Menurut (Notoatmodjo, 2012) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi keberhasilan promosi kesehatan dalam melakukan pendidikan

kesehatan diantaranya yaitu :

a) Faktor Pemudah (Predisposing Factor)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang


berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat

pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.

b) Faktor Pemungkin (Enabling Factor)

Faktor ini mencakup keberhasilan saran dan prasarana atau fasilitas

kesehatan bagi masyarakat misalnya air bersih, tempat pembuangan

sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi dan

sebagaianya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan

prasarana pendukung.

c) Faktor Penguat (Reinforcing factor)

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma),

tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas

kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan, baik

dari pusat maupun pemerintah daerah, yang terkait dengan kesehatan.

Untuk berperilaku sehat, masyarakat masyarakat kadang-kadang bukan

hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja,

melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat,

tokoh agama, dan para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan.

c. Sasaran Pendidikan Kesehatan

Menurut (Notoatmodjo, 2012) berdasarkan pentahapan upaya promosi

kesehatan ini, maka sasaran dibagi dalam 3 (tiga) kelompok sasaran sebagai

berikut:

a) Sasaran Primer (Primary Target)


Masyarakat umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan

atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka

sasaran kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah KTA

(Kesehatan Ibu dan Anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja dan

sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran primer ini

sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).

b) Sasaran Sekunder (Secondary Target)

Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya disebut

sasaran sekunder karena dengan memberikan pendidikan kesehatan

kepada kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan kepada

masyarakat disekitarnya. Disamping itu dengan perilaku sehat para tokoh

masyarakat sebagai hasil pendidikan kesehatan yang diterima, maka para

tokoh masyarakat ini akan memberikan contoh atau acuan perilaku sehat

bagi masyarakat sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang ditujukan

kepada sasaran sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan

sosial (social support).

c) Sasaran Tersier (Tertiary Target)

Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik ditingkat pusat,

maupun daerah adalah sasaran tersier promosi kesehatan. Dengan

kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini

akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat

(sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat umum (sasaran primer).


Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran tersier ini

sejalan dengan strategi advokasi (advocacy).

d. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

1. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Menurut (Notoatmodjo, 2012) Cakupan promosi kesehatan, baik sebagai

ilmu maupun seni sangat luas. Cakupan tersebut dapat dilihat dari dua

dimensi yakni: (1) ruang lingkup berdasarkan aspek kesehatan, (2) ruang

lingkup berdasarkan tatanan pelaksanaan dan (3) ruang lingkup

berdasarkan dimensi tingkat pelayanan.

1) Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan

Telah menjadi kesepakatan umum bahwa kesehatan masyarakat itu

mencakup empat pokok, yakni : promosi kesehatan pada aspek

preventif-promotif dan promosi kesehatan pada aspek kuratif-

rehabilitatif.

a) Promosi Kesehatan pada Aspek Preventif-Promotif

Sasaran promosi kesehatan pada aspek promotif adalah kelompok

orang sehat. Selama ini kelompok orang sehat kurang memperoleh

perhatian dalam upaya kesehatan masyarakat. Padahal kelompok

orang sehat disuatu komunitas sekitar 80-85% dari populasi.

Apabila jumlah ini tidak dibina kesehatannya, maka jumlah ini

akan meningkat. Oleh sebab itu pendidikan kesehatan pada

kelompok ini perlu ditingkatkan atau dibina agar tetap sehat, lebih

meningkat lagi.
b) Promosi Kesehatan pada Aspek Penyembuhan dan Pemulihan

(Kuratif - Rehabilitatif)

Pada aspek ini upaya promosi kesehatan mencakup tiga upaya atau

kegiatan, yakni :

a. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)

b. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)

c. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)

2) Ruang Lingkup Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan

Berdarakan tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi atau

pendidikan kesehatan, maka ruang lingkup promosi kesehatan ini dapat

dikelompokkan menjadi :

a. Promosi Kesehatan pada Tatanan Keluarga (Rumah Tangga).

b. Promosi Kesehatan pada Tatanan Sekolah.

c. Promosi Kesehatan di Tempat Kerja.

d. Promosi Kesehatan di Tempat-tempat Umum.

e. Promosi Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

3) Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan

Berdasarkan dimensi tingkat pelayanan kesehatan, promosi kesehatan

dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of

prevention), yaitu sebagai berikut :

a. Promosi Kesehatan (Health Promotion).

b. Perlindungan Khusus (Specific Protection).


c. Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera (Early Diagnosis And

Prompt Treatment).

d. Pembatasan Cacat (Disability Limitation).

e. Rehabilitasi (Rehabilitation).

e. Metode Pendidikan Kesehatan

Menurut (Notoatmodjo, 2012) Pendidikan kesehatan juga sebagai suatu

proses, dimana proses tersebut mempunyai masukan (input) dan keluaran

(output). Dalam suatu proses pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya

tujuan pendidikan yakni perubahan perilaku dipengaruhi oleh banyak faktor.

Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan di samping

masuknya sendiri juga metode, materi atau pesannya, pendidik atau petugas,

yang melakukannya, dan alat-alat bantu/alat peraga pendidikan. Berikut ini

diuraikan beberapa metode pendidikan atau promosi kesehatan sebagai

berikut:

a. Metode Individual (Perorangan)

Dalam promosi kesehatan, metode yang bersifat individual digunakan

untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang mulai tertarik

kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya

pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau

alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru

tersebut (Notoatmodjo, 2012). Bentuk dari pendekatan ini, antara lain:


1. Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance and Counseling)

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap

masalah yang dihadapi oleh klien dapat diteliti dan dibantu

penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan

berdasarkan kesadaran, penuh perhatian, akan menerima perilaku baru.

2. Wawancara (Interview)

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.

Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali

informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, apakah ia

tertarik atau tidak terhadap perubahan. Juga untuk mengetahui apakah

perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar

pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu

penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

b. Metode Kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus mengingat besarnya

kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal sasaran. Untuk

kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok kecil.

Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran

pendidikan (Notoatmodjo, 2012).

1. Keunggulan

- Memberi kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat.

- Merupakan pendekatan yang demokratis, mendorong rasa kesatuan.

- Dapat memperluas pandangan atau wawasan.


- Membantu mengembangkan kepemimpinan.

2. Kekurangan

- Tidak efekif pada kelompok yang lebih besar.

- Keterbatasan informasi yang didapat oleh peserta.

- Membutuhkan pemimpin diskusi yang terampil.

- Kemungkinan didominasi orang yang suka berbicara.

- Biasanya sebagian besar orang menghendaki pendekatan formal.

Dibawah ini merupakan macam-macam metode kelompok, sebagai

berikut:

1. Kelompok Besar

Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta

penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok

besar ini, antara lain:

a. Ceramah

b. Seminar

2. Kelompok Kecil

Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut

kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil,

antara lain :

a. Diskusi Kelompok

Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat

bebas berpartisipasi dalam diskusi maka formasi duduk para


peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadap-

hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam

bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi/penyuluh juga

duduk diantara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan ada

yang lebih tinggi. Tepatnya mereka dalam taraf yang sama

sehingga tiap anggota kelompok ada kebebasan/keterbukaan untuk

mengeluarkan pendapat

b. Curah Pendapat (Brain Storming)

Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok.

Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada

permulaannya pemimpin kelompok memancing dengan satu

masalah kemudian tiap peserta memberikan jawaban-jawaban atau

tanggapan (cara pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban

tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis.

Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh

diberi komentar oleh siapa pun. baru setelah semua anggota

mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari dan

akhirnya terjadilah diskusi.

c. Bola Salju (Snow Balling)

Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang, 2 orang).

Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih

kurang 5 menit, tiap 2 pasang bergabung menjadi 1. Mereka tetap

mendiskusikan masalah tersebut dan mencari kesimpulannya.


Kemudian tiap-tiap pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini

bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya

akhirnya terjadi diskusi seluruh anggota kelompok

f. Media Pendidikan Kesehatan

Menurut (Notoatmodjo, 2012) Media pendidikan kesehatan adalah media

yang digunakan oleh petugas dalam menyampaikan bahan, materi atau pesan

kesehatan karena alat-alat tersebut merupakan saluran (channel) yang

digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi

masyarakat atau klien. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan-pesan

kesehatan, media pendidikan ini dibagi menjadi tiga, yakni media cetak,

media elektronik dan media papan :

1. Media Cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan

visual. Media cetak terdiri dari berbagai macam sebagai berikut :

- Booklet

- Rubrik

- Leaflet

- Poster

- Flyer (selebaran)

- Flip chart (lembar balik)

- Foto tentang informasi kesehatan

2. Media Elektronik yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat

dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu


elektronik. Media elektronik terdiri dari berbagai macam sebagai

berikut :

- Televisi

- Slide

- Radio

- Film Strip

- Video

2. Konsep Perilaku

a. Pengertian Perilaku

Perilaku merupakan respon dari makhluk hidup terhadap suatu

rangsangan yang biasa diamati secara langsung atau tidak langsung. Cara-

cara mengukur indikator perilaku dan memperoleh data atau informasi

indikator-indikator perilaku dapat melalui beberapa cara, yaitu wawancara,

mengamati perilaku, mengingat kembali perilaku yang telah dilakukan

responden beberapa waktu yang lalu (hari, bulan, tahun).

Skinner (dalam Notoatmodjo, 2007) merumuskan bahwa perilaku

merupakan hasil hubungan antara stimulus (perangsang) dan respon. Oleh

karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme

tersebut merespon, maka teori ini disebut juga teori “S-O-R” atau Stimulus-

Organisme-Respon, dimana respon tersebut dibedakan menjadi 2 respon

yaitu:

- Respondent respons/reflexive adalah respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus ini disebut eliciting


stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap,

misalnya makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan.

- Operant respons/instrumental response adalah respon yang timbul dan

berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu.

b. Perilaku Kesehatan

1. Pengertian Perilaku Sehat

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau

objek yang berkaiatan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan.

2. Klasifikasi Perilaku Sehat

Menurut Becker (dalam Notoatmodjo, 2007) terdapat 3 klasifikasi tentang

perilaku kesehatan, yaitu :

1) Perilaku hidup sehat, mencakup : makan dengan menu seimbang,

olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum-minuman keras dan

narkoba, istirahat yang cukup, mengendalikan stres, dan perilaku atau

gaya hidup yang positif bagi kesehatan.

2) Perilaku sakit, mencakup respon seseorang terhadap sakit dan

penyakit, persepsinya terhadap penyakit, pengetahuan tentang

penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya.

3) Perilaku peran sakit, mancakup : tindakan untuk memperoleh

kesembuhan, mengenal/mengetahui fasilitas atau sarana


pelayanan/penyembuhan penyakit yang layak, mengetahui hak tentang

penyakit dan perawatnnya.

3. Faktor Perlaku

Perilaku merupakan penyebab langsung dari banyak penyakit modern,

maka cara mengatasi masalah ini adalah orientasi pada individu. Green et

al (1980) menunjukkan karena faktor yang terlibat begitu kompleks maka

memerlukan keterlibatan disiplin ilmu lain. Lalonde (dalam Glanz, Lewis

& Rimer, 1997) merkenalkan bahwa penyebab kematian dan penyakit

meliputi empat elemen, yaitu:

1) Keterbatasan sistem pelayanan kesehatan.

2) Faktor perilaku

3) Pengaruh buruk lingkungan

4) Faktor biologi manusia.

Menurut Lawreen Green (1991 ) faktor-faktor yang menetukan perilaku

sehingga menimbulkan perilaku yang positif adalah :

1) Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)

Faktor predisposisi merupakan faktor antesenden terhadap perilaku yang

menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku. faktor ini meliputi beberapa

unsur yaitu unsur pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai.(tradisi, norma,

sosial, pengalaman), demografi (usia, pendidikan).

2) Faktor Pemungkin atau Pendukung (Enabling Factors)

Faktor pemungkin adalah faktor anteseden terhadap perilaku yang

memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Yang masuk pada


faktor ini adalah ketersediaan sumber daya kesehatan berupa tenaga

kesehatan, sarana dan prasarana kesehatan, ketrampilan, dan

keterjangkauan sumber daya kesehatan, yang kesemuanya ini mendukung

atau memfasilitasi terjadinya perilaku sehat seseorang atau masyarakat.

3) Faktor Penguat (Reinforcing Factors)

Faktor ini adalah merupakan faktor penyerta atau yang datang sesudah

perilaku itu ada.. Yang termasuk pada faktor ini adalah keluarga, teman,

suami, petugas kesehatan.

Menurut Teori Snehandu B. kar, perilaku kesehatan dengan bertitik- tolak

bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari:

- Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau

perawatan kesehatannya (behavior intention).

- Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya ( social support).

- Ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan

(accessebility of information).

- Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan

atau keputusan ( personal autonomy).

- Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak

(action situation).

3. Konsep Remaja

a. Pengertian Remaja
Hurlock (1997) mengungkapkan bahwa masa remaja merupakan masa

perpindahan atau peralihan, yaitu pada kondisi ini remaja beralih dari masak

kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandani dengan perubahan fisik dan

psikologis (Jannah, 2016). Masa remaja merupakan masa peralihan dari

kehidupan kanak-kanak menuju dewasa awal yang ditandai akan adanya

perubahan secara biologis dan psikologis. Dalam hal ini remaja terjadi

perubahan secara biologis meliputi perubahan fisik dan berkembangnya seks

primer dan sekunder. Sedangkan pada perubahan psikologis meliputi adanya

perubahan dalam hal emosi yang berubah dan merasa lebih sensitive

(Hidayati & Farid, 2016).

Remaja adalah seseorang yang baru menginjakkan dan mengenal mana yang

baik dan buruk, mengenal lawan jenis dan memahami tugas dan peranan

dalam lingkungan sosial (Jannah, 2016). Berdasarkan uraian yang diatas,

dapat dijabarkan bahwa masa remaja merupakan masa tansisi dimana remaja

mengalami perubahan secara fisik dan mental sehingga dapat merubah

kondisi emosionalnya.

b. Fase Remaja

Menurut WHO, remaja merupakan penduduk dengan usia 10-19 tahun,

sedangkan menurut Peraturan Menkes Nomor 25 tahun 2014 menjelaskan

bahwa remaja adalah penduduk dengan usia 10-18 tahun. Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) menyebutkan bahwa

remaja berada pada rentang usia 10-24 tahun dengan status yang belum

menikah (Diananda, 2018).


Dalam penjelasan (Diananda, 2018) menyebutkan beberapa fase remaja yang

dijelaskan sebagi berikut :

- Pra Remaja (11/12 tahun hingga 14 tahun)

Fase ini merupakan fase remaja yang sangat pendek. Pada fase ini remaja

akan sangat tertutup dengan orang tua dan orang lain disekitar. Adanya

perubahan-perubahan bentuk tubuh termasuk perubahan hormonal yang

menyebabkan perubahan kondisi psikologis remaja.

- Remaja Awal (13/14 tahun hingga 17 tahun)

Fase ini merupakan fase dimana banyak perubahan yang terjadi dalam diri

remaja. Pada fase ini remaja mulai mencari jati diri, dan mulai mandiri

dengan keputusan yang mereka ambil. Pemikiran remaja semakin logis, dan

semakin banyak waktu untuk membicarakan keinginan dengan orang tua.

- Remaja lanjut (17-20 atau 21 tahun)

Pada fase ini remaja ingin menonjolkan diri, mereka ingin menjadi pusat

perhatian. Sudah memiliki cita-cita yang jelas, lebih bersemangat, dan sudah

mulai menetapkan identitas diri dan tidak bergantung pada kondisi emosional.

Berdasarkan penjelasan diatas fase fase remaja dibagi menjadi tiga yaitu fase

pra remaja, remaja awal, dan remaja lanjut.

c. Karakteristik Masa Remaja

Penelitian (Jannah, 2016) menjelaskan bahwa Masa remaja merupakan masa

yang berperan penting dalam kehidupan manusia. Masa remaja memiliki ciri-

ciri atau karakteristik yang membedakan dari masa masa pertumbuhan yang
lain. Salah satunya diungkapkan seorang ahli Hurlock (1997) bahwa

karakteristik remaja yaitu:

 Masa Remaja Merupakan Masa Peralihan

Masa remaja awal tidak terlepas dari kondisi peralihan. Kondisi ini bukan

berarti remaja berubah dari kondisi sebelumnya, namun masa peralihan ini

merupakan suatu kondisi yang terjadi dimana satu tahap perkembangan

yang menuju ke tahap perkembangan berikutnya. Osterieth (dalam

Hurlock (1997):207) menjelaskan bahwa kondisi psikologis remaja berasal

dari masa kanak-kanak dan karakteristik khas remaja sudah terlihat dari

masa akhir kanak-kanak. Perubahan yang terjadi dalam masa remaja awal

mengakibatkan perilaku individu berubah, masa ini remaja akan

merasakan keraguan akan peran yang dilakukan. Dalam keadaan seperti ini

akan menyebabkan remaja dapat mencoba hal baru dalam kehidupan

seperti gaya kehidupan, pola perilaku, dan keinginan serta sifat yang

diinginkan bagi dirinya sendiri

 Masa Remaja Merupakan Masa Perubahan

Perubahan dalam sikap dan perilaku yang terjadi dalam keadaan yang

sama dengan perubahan fisik pada remaja awal. Perubahan perilaku

berbanding sama dengan perubahan fisik. Disebutkan ada empat

perubahan yang terjadi, yakni:

- Perubahan tingkat emosi

Perubahan emosi sejajar dengan adanya perubahan fisik dan psikologi

yang terjadi pada remaja. Beberapa kondisi perubahan fisik yang


signifikan menjadikan remaja mengalami stres dan menyebabkan

kondisi psikologis terguncang. Hal ini menjadikan remaja lebih rentan

mengalami perubahan emosi.

- Perubahan bentuk tubuh, minat dan peran

Perubahan signifikan yang tejadi pada remaja salah satunya perubahan

bentuk tubuh, minat dan peran. Dalam hal ini perubahan bentuk tubuh

akan sangat terlihat yang menyebabkan masalah baru seperti payudara

yang membesar mengakibatkan remaja lebih malu dan bingung dalam

berpakaian. Masalah tersebut menjadikan remaja harus menjalankan

peran untuk diri sendiri agar dapat menyelesaikan masalah tersebut.

- Berubahnya pola minat dan perilaku

Masa kanak-kanak yang awalnya dianggap penting, pada masa ini

menjadi hal yang sudah tidak penting seperti halnya masa kanak- kanak

yang harus memiliki banyak teman, pada masa remaja awal

menjadikan mereka mengerti banyaknya teman sudah tidak menjadikan

suatu prioritas.

- Takut dalam tanggung jawab yang diberikan

Masa remaja awal menjadikan individu menginginkan kebebasan,

namun pada masa ini remaja tetap masih takut untuk bertanggung jawab

karena takut akan cara mengatasi tanggung jawab tersebut. Hal ini

menjadikan remaja masih ragu dalam mengambil tanggung jawab yang

akan diberikan.

 Masa remaja merupakan masa yang penuh dengan masalah


Masa remaja awal akan penuh dengan masalah yang terjadi. Hal ini terjadi

dikarenakan pada saat masa kanak-kanak, masalah yang terjadi pada

mereka lebih banyak diselesaikan oleh orang tua mereka. Namun, pada

kondisi ini mereka merasa mandiri sehingga pada masa ini mereka

menolak bantuan orang tua dan orang lain dalam menyelesaikan masalah.

Hal tersebut akan menjadikan masalah yang lebih besar ketika remaja

tidak dapat menyelesaikan dan memilik jalan keluar yang baik. Mereka

justru akan terjebak pada permasalahan baru dan lebih besar.

 Masa remaja menimbulkan banyak ketakutan

Anggapan bahwa pada masa remaja merupakan suatu kondisi yang tidak

rapih, tidak mudah dipercayai, dan cenderung berperilaku kasar dan

merusak. Hal ini yang menjadikan remaja takut untuk bertanggung jawab,

dikarenakan anggapan masyarakat yang tidak percaya kepada dirinya

membuat remaja semakin takut jika tidak dapat menyelesaikan tanggung

jawabnya dengan baik.

 Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis

Remaja pada masa ini menjadi tidak realistis, karena remaja akan melihat

diri sendiri dan orang lain sesuai dengan keinginannya. Mereka

beranggapan bahwa apapun yang diinginkannya akan terwujud. Semakin

tinggi keinginan maka semakin tinggi emosional yang dihadapi. Pada saat

orang lain di sekitar tidak mendukung keinginannya, maka semakin

meningkat emosi remaja. Dengan proses pertumbungan umur dan sikap

yang dewasa, akan membuat remaja berfikir secara realistis.


 Masa Remaja Sebagai ambang Masa Dewasa

Remaja berfikir bahwa setelah ini mereka memasuki fase masa dewasa.

Pada masa ini remaja akan memusatkan diri pada perilaku seperti orang

dewasa. Pada masa ini menjadikan remaja menginginkan pola perilaku

seperti usia dewasa pada umumnya seperti meroko, minum alcohol,

konsumsi narkoba, dan melakukan seks bebas. Remaja akan menganggap

dirinya bahwa perilaku tersebut benar sesuai dengan citra orang dewasa.

4. Konsep SADARI

1. Pengertian SADARI

SADARI merupakan metode pemeriksaan payudara sendiri untuk mencari

kemungkinan adanya benjolan yang tumbuh dan berkemungkinan menjadi

kanker payudara. The Johns Hopkins Medical Center mengatakan bahwa

40% dari diagnosis kanker payudara adalah wanita yang pertama kali

menemukan benjolan pada payudara mereka sendiri.

SADARI merupakan suatu pemeriksaan yang efektif, mudah, mandiri dan

sederhana yang dapat dilakukan setiap wanita untuk menjaga kesehatan

payudaranya. Tujuan SADARI pada wanita adalah untuk mendeteksi adanya

benjolan dan tanda fisik lainnya pada payudara sehingga dapat diambil

tindakan pencegahan atau pengobatan secepat mungkin. Tes ini dianjurkan

dilakukan oleh wanita berusia 20 tahun keatas setiap bulannya.

Menurut Novasari, dkk (2016), SADARI juga akan lebih efektif apabila

dilakukan pada usia yang masih muda yakni rata-rata ketika wanita mencapai

usia produktif 15 – 49 tahun. Wanita dengan usia tersebut berisiko terkena


tumor ataupun kanker payudara. Namun, sampai saat ini kesadaran wanita

masih sangat rendah terhadap praktik SADARI yaitu hanya sekitar 25% -

30%. Rendahnya kesadaran wanita disebabkan kurangnya edukasi dan

pengetahuan wanita tentang betapa pentingnya melakukan SADARI.

SADARI tidak mampu mengobati, terutama mereka yang berisiko tinggi

terkena kanker payudara. Karena SADARI bertujuan untuk pencegahan.

Persepsi seseorang terhadap SADARI dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti keyakinan, kebudayaan, dan pengetahuan. Sebagai contoh, ada

persepsi bahwa menemukan benjolan di payudara menyebabkan kecemasan

pada wanita itu sendiri dan cenderung tidak melakukan SADARI. Rintangan

seperti rendahnya kesadaran akan kerentanan dan pengetahuan tentang kanker

payudara juga menjadi nyata, dan masyarakat umum masih salah mengira

bahwa menyentuh payudara adalah tabu. Mempraktikkan pemeriksaan

payudara sendiri termasuk aspek kepercayaan diri. Salah satu aspek dari

keyakinan ini adalah persepsi seseorang tentang masalah kesehatan atau

penyakit tertentu.

2. Tujuan SADARI

Tujuan SADARI adalah sebagai skrining kanker payudara yaitu untuk

mendeteksi dini. Perempuan yang melakukan SADARI menunjukan tumor

lebih kecil dan masih pada stadium awal akan memberikan penanganan yang

baik.

Menurut Maryanti (2009) tiga metode deteksi dini salah satunya adalah

SADARI, sebagai berikut:


1) Pemeriksaan payudara sendiri dilakukan setiap bulan oleh semua

perempuan berusia mulai dari 20 tahun.

2) Pemeriksaan payudara oleh tenaga kesehatan, dilakukan setiap 3 tahun

untuk wanita usia 20-40 tahun dan setiap tahun untuk perempuan diatas 40

tahun.

3) Mammografi dilakukan mulai umur 40 tahun. Penapisan mammografi

rutin dilakukan 1-2 tahun sekali untuk wanita usia 40-49 tahun.

3. Manfaat SADARI

Manfaat SADARI adalah untuk mendeteksi sedini mungkin adanya kelainan

pada payudara. Perempuan mempunyai bentuk dan ukuran payudara yang

berbeda, bila perempuan memeriksa payudara sendiri secara teratur, setiap

bulan setelah haid, perempuan dapat merasakan bagaimana payudara

perempuan yang normal bila ada perubahan tentu perempuan dapat

mengetahui dengan mudah.

SADARI sangat efektif memudahkan perempuan untuk menemukan

perubahan pada payudara dari bulan ke bulan. Pemeriksaan dilakukan pada

hari ke 7-14 setelah awal siklus menstruasi, karena pada masa itu payudara

dalam keadaan lembut dan tidak membengkak sehingga jika ada

pembengkakan akan lebih mudah ditemukan. Jika sudah menopause maka

memilih satu hari tertentu.

4. Cara Melakukan SADARI

Adapun teknik pemeriksaan SADARI adalah sebagai berikut:


1) Melihat perubahan di hadapan cermin.

2) Melihat di cermin, bentuk dan keseimbangannya

3) Bentuk payudara simetris atau tidak.

Cara melakukan:

a) Tahap 1

Gambar 1. SADARI Tahap 1

Melihat perubahan bentuk dan besarnya payudara, perubahan puting

susu, serta kulit payudara di depan kaca. Sambil berdiri tegak depan

cermin, posisi kedua tangan lurus ke bawah di samping badan.

b) Tahap 2

Gambar 2. SADARI Tahap 2

Pemeriksaan payudara dengan tangan diangkat di atas kepala. Dengan

maksud untuk melihat retraksi kulit atau perlekatan tumor terhadap otot

atau fasica dibawahnya.


c) Tahap 3

Gambar 3. SADARI Tahap 3

Berdiri tegak didepan cermin dengan tangan disamping kanan dan kiri.

Miring ke kanan dan kiri untuk melihat perubahan pada payudara.

d) Tahap 4

Gambar 4. SADARI tahap 4

Menegangkan otot-otot bagian dada dengan berkaca pingggang atau

tangan menekan pinggul dimaksudkan untuk menegangkan otot di daerah

axilla.

Melihat perubahan bentuk payudara dengan berbaring

1) Tahap 1 (Persiapan)
Gambar 5. SADARI Tahap 1 dengan Berbaring

Dimulai dari payudara kanan. Berbaring menghadap ke kiri dengan

membengkokan kedua lutut. Meletakkan bantal atau handuk mandi yang

telah dilipat di bawah bahu sebeleh kanan untuk menaikkan bagian yang

akan diperiksa. Kemudian meletakkan tangan kanan di bawah kepala.

Menggunakan tangan kiri untuk memeriksa payudara kanan,

menggunakan telapak jari-jari untuk memeriksa sembarang benjolan atau

penebalan.

Memeriksa payudara dengan menggunakan teknik vertical strip dan

circular

2) Tahap 2 (vertical strip)

Gambar 6. SADARI Tahap 2 dengan Berbaring


Memeriksa seluruh bagian payudara dengan cara vertikal, dari tulang

selangka di bagian atas ke bra-line di bagian bawah, dan garis tengah

antara kedua payudara ke garis tengah dekat ketiak. Mengggunakan tangan

kiri untuk mengawali piijatan pada ketiak. Kemudian memutar dan

menekan kuat untuk merasakan benjolan. Menggerakkan tangan perlahan-

lahan ke bawah bra-line dengan putaran ringan dan tekan kuat di setiap

tempat. Di bagian bawah bra-line, bergerak kurang lebih 2 cm kekiri dan

terus ke arah atas menuju tulang selangka dengan memutar dan menekan.

Bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti pijitan dan meliputi seluruh

bagian yang ditunjuk.

3) Tahap 3 (cara memutar)

Gambar 7. SADARI Tahap 3 dengan Berbaring

Berawal dari bagian atas payudara, buat putaran yang besar. Bergerak

sekekeliling payudara dengan memperhatikan benjolan. Buat sekurang

- kurangnya tiga putaran kecil sampai ke puting payudara. Dilakukan

sebanyak 2 kali. Sekali dengan tekanan ringan dan sekali dengan

tekanan kuat. Dan memeriksa bagian bawah areola mammae.


4) Tahap 4 (periksa cairan di puting payudara)

Gambar 8. SADARI Tahap 4 dengan Berbaring

Menggunakan kedua tangan, kemudian menekan payudara untuk

melihat adanya cairan abnormal dari puting payudara.

5) Tahap 5 (memeriksa ketiak)

Gambar 9. SADARI Tahap 5 dengan berbaring

Meletakkan tangan kanan ke samping dan rasakan di ketiak dengan

teliti, apakah teraba benjolan abnormal atau tidak. Payudara sebelah kiri

sama halnya dengan payudara kanan hanya menggunakan ujung jari-jari

tangan kanan.

Kelainan - Kelainan yang perlu diperhatikan:

- Perubahan bentuk dan ukuran.

- Teraba benjolan
- Terasa nyeri.

- Perubahan bentuk dan ukuran.

- Terdapat cekungan kulit seperti lesung pipit.

- Pengerutan kulit payudara.

- Keluar cairan dari putting susu.

- Penarikan putting susu ke dalam.

- Luka pada payudara yang tidak sembuh-sembuh.


B. Kerangka Konseptual

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Modifikasi dari Teori Lawrence W Green

Faktor Predisposisi :
1. Pengetahuan Umur
2. Sikap
3. Pendidikan
4. Ekonomi
5. Budaya
6. Dukungan Keluarga

Faktor Pemungkin :
Perilaku SADARI Sebagai Deteksi 1. Tersedianya fasilitas atau sarana
Dini Kanker Payudara kesehatan
2. Informasi kesehatan

Faktor Penguat :
1. Perilaku keluarga
2. Perilaku teman sebaya
3. Perilaku petugas kesehatan
C. Hipotesis

H1 : Ada Pengaruh Health Education Terhadap Perilaku Tentang SADARI Pada

Remaja Putri Kelas XI di SMAN 1 Gondang.

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu metode pemilihan dan perumusan masalah serta

hipotesis untuk memberikan gambaran metode dan teknik yang hendak digunakan dalam

melakukan suatu penelitian (Arikunto,2010) Dikutip dari (sari, 2020).

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai desain penelitian, waktu dan tempat

penelitian, kerangka kerja, sampling desain, identifikasi variabel, definisi operasional,

etika penelitian dan keterbatasan penelitian.

A. Desain Penelitian

Menurut Nursalam (2016) desain penelitian merupakan keseluruhan dari

perencanaan untuk menjawab sebuah penelitian. Desain penelitian merupakan sesuatu

yang sangat penting dalam pengontrolan secara maksimal terhadap beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi akurasi suatu hasil.


Desain penelitian dalam penelitian ini adalah korelasi dengan pendekatan cross

sectional, yaitu suatu pendekatan penelitian untuk melihat suatu hubungan diantara

dua variabel yang diukur secara bersamaan tanpa adanya tindak lanjut.

B. Waktu Dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2023.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Gondang-Nganjuk.

C. Kerangka Kerja

Kerangka Kerja atau kerangka operasional merupakan langkah-langkah yang

akan dilakukan dalam penelitian yang akan ditulis dalam bentuk kerangka atau alur

penelitian, menghubungkan secara operasional kaitan antara variabel-variabel yang

akan diamati (diukur) dalam penelitian dimaksud (Nursalam, 2016) Dikutip dari (sari,

2020).

Kerangka Kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


Populasi :
Seluruh siswi kelas XI di SMAN 1 Gondang-Nganjuk

Sampling :
Proportional Stratified Random Sampling
Sampel :
Jumlah sampel yang diambil sebanyak 60 responden

Pengumpulan Data :
Kuesioner Pengetahuan

Pengolahan Data :
Editing, Coding, Scoring, Tabulating

Analisa Data :
Uji statistic menggunakan uji spearman rank dengan α =0,05

Hasil :
Disajikan dalam bentuk tabel, diagram & narasi,
Hasil uji spearman rank jika p value < α=0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak
Jika p value > α=0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima

Kesimpulan :
ada/ tidak ada pengaruh health education terhadap perilaku tentang SADARI
pada remaja putri kelas XI di SMAN 1 Gondang-Nganjuk

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Hubungan Self efficacy dengan Kualitas Hidup Pasien TB

Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Nganjuk Kabupaten Nganjuk.

D. Sampling Desain
1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018). Adapun

populasi yang terkait yaitu Seluruh siswi kelas XI di SMAN 1 Gondang-Nganjuk.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi. Dengan kata lain, sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2018).

Jumlah sampel yang diambil sebanyak 60 responden siswi kelas XI di SMAN 1

Gondang-Nganjuk.

3. Teknik Sampling

Sampling adalah cara atau teknik-teknik tertentu untuk menyeleksi populasi yang

dapat mewakili populasinya (Notoatmojo,2018) Dikutip dari (sari, 2020). Pada

peneliti menggunakan teknik sampling yang masuk dalam Non probability

sampling yaitu Consecutive sampling. Teknik ini dipilih oleh peneliti karena

pemilihan sampelnya dengan menetapkan subjek yang memenuhi criteria

penelitian dimasukan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga

jumlah yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro & Ismail, 1995).

E. Identifikasi Variabel

1. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain

(Nursalam,2016) Dikutip dari (sari, 2020). Variabel independen atau variabel


bebas padaa penelitian ini adalah Pengaruh Health Education Tentang SADARI

Pada Remaja Putri Kelas XI.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain

(Nursalam,2016). Variabel dependen atau variabel terkait pada penelitian ini

adalah Perilaku SADARI Pada Remaja Putri Kelas XI.

F. Definisi Operasional

Menurut Nursalam (2016), definisi operasional adalah definisi berdasarkan

karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang

dapat diamati (di ukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasional. Dapat

diamati artinya memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran

secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi

oleh orang lain.

Tabel 3.2 Definisi Operasional Penelitian Pengaruh Health Education Terhadap

Perilaku Tentang SADARI Pada Remaja Putri Kelas XI di SMAN 1 Gondang-

Nganjuk.

Variabel Definisi Parameter Alat ukur Skala Skor

Operasional /Indikator Data

Penilaian

Health Suatu proses Memberikan Flipchart - -

Education perubahan diri pendidikan SADARI


tentang pada remaja kesehatan

SADARI tentang tentang

(Independen) SADARI SADARI

Perilaku Pemahaman 15 pertanyaan Kuesioner Ordinal Persentase

tentang responden tentang SADARI Pengetahuan 1. Baik :

SADARI atau siswa 1. Definisi 76% - 100%

(Dependen) tentang SADARI

SADARI 2. Tujuan 2. Cukup:

SADARI 56% - 75%

3. Waktu

SADARI 3. Kurang:

4. Langkah- <56%

langkah

SADARI

G. Pengumpulan Data dan Analisa Data

1. Pengumpulan Data

a) Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data

(Notoatmodjo, 2018). Dalam penelitian ini instrument yang digunakan peneliti

berupa kuisioner. Bertempat Di SMAN 1 Gondang-Nganjuk.


b) Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalaah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses

pengumpulankarakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian.

Langkah-langkah dalam pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut :

1) Mengurus surat perizinan penelitian pada Ketua STIKes Satria Bhakti

Nganjuk.

2) Meminta izin Pre Survey Data dan Studi Pendahuluan ke Dinas

Kesehatan

3) Meminta izin Pre Survey Data dan Studi Pendahuluan Ke SMAN 1

Gondang-Nganjuk.

4) Mengumpulkan data seluruh siswi kelas XI yang akan menjadi

responden.

5) Meminta persetujuan dari responden.

6) Mengumpulkan data responden.

7) Intervensi dilakukan dengan durasi waktu selama 30 menit untuk penyuluhan

pendidikan kesehatan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

c) Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan suatu proses untuk memperoleh data atau data

ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan menggunakan rumus

tertentu sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan (Sugiyono,2018)

Dikutip dari (sari, 2020). Langkah-langkah pengolahan data pada penelitian ini

ialah :

- Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh

atau dikumpulkan. Pada penelitian ini semua responden menjawab semua

pertanyaan yang diberikan

- Coding

Pemberian skor atau nilai di setiap item atau jawaban yang sudah ditentukan. Data yang

terkumpul dapat berupa angka, kata atau kalimat (Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan SADARI:

1 = Baik

2 = Cukup

3 = Kurang

Umur:

16 = 1

17 = 2

18 = 3

Jenis Kelamin:

Perempuan = 1

Pendidikan:

SMA = 1

- Scoring

Memberikan nilai untuk setiap pertanyaan dan menentukan nilai terendah dan

tertinggi, tahapan ini dilakukan setelah peneliti menentukan kode jawaban atau

hasil observasi sehingga setiap jawaban responden dapat diberikan skor

(Arikunto, 2010).
1) Skor Pengetahuan

Pengetahuan baik = 76-100% .

Pengetahuan cukup = 56-75%.

Pengetahuan kurang = <55%.

2) Nilai Menjawab Pertanyaan

Benar = 1

Salah = 0

- Entri Data

Data entri merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan

kedalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi

frekuensi sederhana atau bias juga dengan membuat tabel kontigensi.

- Tabulating

Tabulating yaitu membuat tabel-tabel data, sesuai dengaan tujuan penelitian

atau yang dinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2018). Peneliti membuat

tabulasi dalam penelitian ini yaitu dengan memasukan data kedalam tabel yang

digunakan yaitu tabel distribusi frekuensi.

1. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis Univariat merupakan analisis yang dilakukan pada tiap-tiap variabel dan

hasil penelitian dan dianalisis yang didapatkan dimasukkan dalam tabel

frekuensi. Analisis Univariat bertujuan untuk menjelaskan karakteristik dari

setiap variabel, seperti umur, jenis kelamin, pendidikan serta variabel terikat
pengetahuan deteksi dini kanker payudara (Notoatmodjo, 2018).

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian. Analisis

bivariat adalah analisis yang mempertimbangkan sifat-sifat dua variabel dalam

hubungannya satu sama lain (Nursalam, 2015). Data yang didapatkan

berdistribusi tidak normal 0,000 yaitu <0,05 maka metode analisis statistik yang

digunakan adalah wilcoxon.

H. Etika Penelitian

Pelaksanaan penelitian khususnya jika yang menjadi subjek penelitian adalah manusia,

maka peneliti harus memahami hak dasar manusia. Manusia memiliki kebebasan

dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian akan dilaksanakan benar-benar

menjunjung tinggi kebebasan manusia. Penelitian ini menekankan pada masalah etika

yang meliputi:

1. Informed Consent (persetujuan)

Informed consent menrupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Tujuan informed consent adalah

agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.

2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam

penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan

nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

2. Confidentiality (kerahasiaan)
Confidentiality yaitu tidak akan menginformasikan data dan hasil penelitian

berdasarkan data individual, namun data dilaporkan berdasarkan kelompok

(Hidayat, 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2017 [Internet]. Kementerian Kesehatan RI.

2020. 210 hal. Tersedia pada:

https://www.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profilkesehatan-

indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-2019.pdf

Sari P, Sayuti S, Ridwan M, Rekiaddin LO, Anisa A. Hubungan antara Pengetahuan dan

Dukungan Tenaga Kesehatan dengan Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri

(SADARI) pada Wanita Pasangan Usia Subur (PUS). Perilaku dan Promosi

Kesehat Indones J Heal Promot Behav. 2020;2(2):31.

National Breast Cancer Foundation. Breast Cancer [Internet]. INC. 2020 [dikutip 17

November 2020]. Tersedia pada: https://www.nationalbreastcancer.org/what-to-

do-if-youve-tested-positive

Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta. Jakarta: Rineka Cipta.

Who. (2018). Breast Cancer. Retrieved From Retrieved From Who Website::

Https://Www.Who.Int/Cancer/Prevention/Diagnosis-Screening/Breast- Cancer/En/

Anda mungkin juga menyukai