Anda di halaman 1dari 105

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN METODE VIDEO

BASED LEARNING DAN CERAMAH PLUS TERHADAP


PENGETAHUAN SISWI SMK 2 PGRI KOTA
KEDIRI TENTANG SADARI

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Oleh :
Maria Tul Qiptiyah
10216019

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2019
HALAMAN PERSETUJUAN

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN METODE VIDEO


BASED LEARNING DAN CERAMAH PLUS TERHADAP
PENGETAHUAN SISWI SMK 2 PGRI KOTA KEDIRI

SKRIPSI

Disusun Oleh :
MARIA TUL QIPTYAH
NIM : 10216019

Skripsi ini telah disetujui…..........2019

Pembimbing

Wahyu Nur P., S.Kep, Ns., M.Kes.

Mengetahui :
Prodi S1-Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Ely Isnaeni, S.Kep,Ns., M.Kes.


Ketua Program Studi
DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization


GOC : Global Cancer Observation
RIKESDAS : Riset Kesehatatan Daerah
DINKES : Dinas Kesehatan
KEMENKES : Kementrian Kesehatan
SADARI : Pemeriksaan Payudara Sendiri
CBE : Clinical Breast Examination
CPTT : Ceramah Plus Tanya Jawab dan Tugas
CPDT : Ceramah Plus Demonstrasi dan Tugas
CPDL : Ceramah Plus Demonstrasi dan Latihan
RI : Republik Indonesia
DAFTAR ARTI LAMBANG

Daftar arti lambang :


/ : Atau
& : Dan
≥ : Lebih dari
< : Kurang
% : Persen
α : Alpha ( kesalahan maksimal yang di tentukan peneliti)
p : p value ( nilai probabilitas / signifikansi )
r : Nilai korelasi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan kesehatan sangat dibutuhkan untuk remaja agar mereka mengerti

tentang kesehatan mereka sendiri, keluarga dan masyarakat. Pendidikan kesehatan

dalam arti pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga

mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi

kesehatan dan batasan ini tersirat unsur-unsur input (sasaran dan pendidik dari

pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain) dan

output (melakukan apa yang diharapkan). Hasil yang diharapkan dari suatu promosi

atau pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara

dan meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari promosi kesehatan

(Notoadmojo, 2012). Tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Notoadmojo (2012)

adalah untuk menggugah kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan

masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan kesehatan bagi dirinya sendiri,

keluarganya maupun masyarakatnya. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan

berbagai macam metode diantaranya dapat menggunakan metode video based

learning dan metode ceramah plus kelebihan dari kedua metode tersebut adalah

dalam proses pembelajaran dapat membuat siswa aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran dan siswa lebih mudah untuk menerima materi yang disampaikan oleh

petugas atau pemberi pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan

sebuah langkah awal dalam peningkatan pengetahuan seseorang. Adanya pendidikan

kesehatan dapat memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada seseorang tak terkecuali

pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan SADARI. SADARI dapat menurunkan

angka kejadian kanker payudara pada wanita khususnya remaja (Arif & Nurul, 2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Handayani dan Sudarmiati (2012) menemukan bahwa

sebagian besar responden yang merupakan remaja putri memiliki pengetahuan yang

kurang mengenai SADARI. Penelitian yang dilakukan oleh Arif dan Nurul (2018)

menunjukan adanya peningkatan pengetahuan SADARI pada remaja putri setelah

diberikan pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode ceramah, akan tetapi

penelitian tentang efektivitas antara pendidikan kesehatan metode video based

learning dengan metode ceramah plus terhadap pengetahuan tentang SADARI masih

belum diteliti.

Data WHO tahun 2013, menunjukkan insiden kanker payudara meningkat dari

12,7 juta kasus tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012, dengan jumlah

kematian meningkat dari 7,6 juta orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada tahun 2012.

Data Global Cancer Observatory 2018 dari World Health Organization (WHO)

menunjukkan kasus kanker yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah kanker

payudara, yakni 58,256 kasus atau 16,7 dari total 348.809 kasus kanker.

Kementrian Kesehatan (2019) menyatakan, angka kanker payudara di Indonesia


mencapai 42,1 orang per 100 ribu penduduk, dengan rata-rata kematian akibat kanker

payudara mencapai 17 orang per 100 ribu penduduk, data tersebut menjadikan kanker

payudara sebagai salah satu jenis kanker yang menyebabkan kematian nomer satu di

Indonesia. Estimasi jumlah penderita kanker payudara tahun 2015 di Provinsi Jawa

Timur sebesar 0,5 kurang lebih 9.688 orang (Riskesda, 2016). Sedangkan pada

tahun 2016 berdasarkan data Dinas Kesehatan Jawa Timur ada 3.112 jiwa dan terjadi

kasus kematian 185 orang. Bulan Januari sampai September 2019 didapatkan 53

orang menderita kanker payudara di Kota Kediri (Dinkes Kota Kediri, 2019).

Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia WHO (World Health Organization),

pada tahun 2011 jumlah wanita khususnya remaja penderita kanker payudara

mencapai 1.150.000 orang, 700.000 dengan rentang usia 15-25 tahun, meskipun

jumlah tersebut terhitung kecil namun deteksi dini kanker payudara sangat

dibutuhkan mengingat kebanyakan pasien datang kerumah sakit pada keaadan dengan

stadium lanjut (II atau IV) menurut Bustam (2007) dalam Aulia (2016).

Upaya mencegah meningkatnya angka kematian akibat kanker payudara,

pendidikan kesehatan tentang SADARI sangat diperlukan. Merupakan upaya deteksi

dini adanya kemungkinan kanker payudara adalah dengan melakukan Pemeriksaan

Payudara Sendiri (SADARI). Menurut Setyowati dkk (2013), risiko perempuan yang

tidak melakukan SADARI secara rutin akan lebih tinggi dari perempuan yang rutin

melakukannya. Tindakan SADARI sangatlah penting untuk diterapkan, karena telah

dibuktikan bahwa hampir 85% kelainan pada payudara ditemukan pertama kali oleh
penderita melalui penerapan SADARI yang benar (Olfah dkk, 2013). SADARI dapat

dikatakan sebagai cara mendeteksi dini kanker payudara yang cukup efektif,

SADARI juga mudah untuk dilakukan dan dapat diterapkan oleh perempuan disemua

usia baik itu remaja maupun perempuan dewasa. Pendidikan kesehatan tentang

SADARI dapat dilakukan dengan metode Video Based Learning dan metode

Ceramah Plus. Menggunakan metode Video Based Learning pendidikan kesehatan

tentang SADARI dapat disampaikan kata, melihat gambar, gambar bergerak,

mendengar rekaman, pengalaman demonstrasi dan pengalaman langsung (Susilana &

Riyana, 2009), sedangkan metode Ceramah Plus menggunakan tatap muka langsung

dengan harapan mempermudah audiens dalam memahami infromasi yang

disampaikan serta dapat meningkatkan kemampuan pisikomotorik dalam menguasai

materi tentang SADARI.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dalam bentuk

wawancara dengan 10 siswi yang ada di SMK 2 PGRI kota kediri, 8 siswi

mengatakan tidak tau tentang SADARI dan kanker payudara 1 siswi mengatakan

sudah tahu tentang SADARI dan 1 siswi mengatakan baru ingin tau tentang

SADARI. Mengingat masih rendahnya pengetahuan tentang SADARI pada siswi

SMK 2 PGRI Kota Kediri maka sangatlah penting untuk dilakukan pendidikan

kesehatan tentang SADARI.

Hal ini menarik minat peneliti untuk melakukan penelitian karena remaja

memerlukan pendidikan kesehatan tentang SADARI dengan menggunakan metode


yang tepat dan sesuai dengan perkembangan remaja masa kini. Sehingga peneliti

ingin melakukan penelitian efektivitas manakah pendidikan kesehatan dengan metode

video based learning dan metode ceramah plus terhadap penetahuan siswi tentang

SADARI.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada Perbedaan Efektivitas Pendidikan Kesehatan Metode Video Based

Learning dan Ceramah Plus Terhadap Pengetahuan Siswi SMK 2 PGRI Kota Kediri

Tentang SADARI ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Perbedaan Efektivitas Pendidikan Kesehatan Metode Video Based

Learning dan Ceramah Plus terhadap Pengetahuan Siswi SMK 2 PGRI Kota

Kediri tentang SADARI

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Pengetahuan sebelum dan sesudah di berikan Pendidikan

Kesehatan dengan menggunakan Metode Videp Based Learning.

b. Mengidentifikasi Pengetahuan sebelum dan sesudah di berikan pendidikan

kesehatan dengan menggunakan metode Ceramah Plus.

c. Mengetahui Efektivitas Pendidikan Kesehatan Metode Video Based

Learning dan Ceramah Plus terhadap Pengetahuan Siswi SMK 2 PGRI Kota

Kediri tentang SADARI


d. Mengetahui Metode Video Based Learning terhadap Pengetahuan Siswi

SMK 2 PGRI Kota Kediri tentang SADARI

e. Mengetahui Metode Ceramah Plus terhadap Pengetahuan Siswi SMK 2

PGRI Kota Kediri tentang SADARI

f. Mengetahui Perbedaan Efektivitas Pendidikan Kesehatan Metode Video

Based Learning dan Metode Ceramah Plus terhadap Pengetahuan Siswi

SMK 2 PGRI Kota Kediri.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Intitusi

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam belajar meneliti Efektivitas

Pendidikan Kesehatan Metode Video Based Learning dan Ceramah Plus terhadap

Pengetahuan Siswi SMK 2 PGRI Kota Kediri tentang SADARI.

2. Manfaat Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk menyusun kebijakan dalam

menyusun strategi untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang SADARI

sebagai upaya deteksi dini pencegahan kanker payudara.

3. Manfaat Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi

untuk pengembangan ilmu keperawatan berkaitan dengan perilaku seksual serta

faktor-faktor yang mempengaruhinya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pendidikan Kesehatan

1. Definisi Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan secara umum adalah segala

upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu,

kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan

oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan. Batasan ini tersirat unsur-unsur

input (sasaran dan pendidik dari pendidikan), proses (upaya yang direncanakan

untuk mempengaruhi orang lain) dan output (melakukan apa yang diharapkan).

Hasil yang diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan kesehatan adalah

perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari promosi kesehatan (Notoadmojo,

2012).

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari

oleh seseorang. Pengetahuan tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep,


teori, prinsip dan prosedur. Pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala

yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi.

Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya

untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau

dirasakan sebelumnya (Irmayani, 2007).

2. Sasaran Pendidikan Kesehatan

Menurut Kemenkes (2011), menyatakan bahwa dalam pelaksanaan promosi

kesehatan dikenal adanya 3 (tiga) jenis sasaran, yaitu:

a. Sasaran Primer

Sasaran primer (utama) pendidikan kesehatan adalah pasien itu sendiri,

individu sehat, keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat.

Mereka diharapkan dapat mengubah perilaku hidup mereka yang tidak bersih

dan tidak sehat ataupun kurang sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS). Akan tetapi mengubah perilaku dalam masyarakat bukanlah sesuatu

hal yang mudah.

b. Sasaran Sekunder

Sasaran sekunder dalam pendidikan kesehatan adalah para pemuka

masyarakat, baik pemuka informal (pemuka adat, pemuka agama dan lain

lain) maupun pemuka formal (petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan

lain-lain), organisasi kemasyarakatan dan media massa.

c. Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik, berupa peraturan

perundang-undangan dibidang kesehatan dan bidang lain yang berkaitan

serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya.

3. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan utama dari pendidikan kesehatan yaitu agar seseorang mampu

(Mubarak, 2009) :

a. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri

b. Memahami tentang apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalah,

dengan sumber daya yang ada pada mereka dan ditambah dengan

dukungan dari luar.

c. Memutuskan kegiatan yang paling tepat untuk meningkatkan taraf hidup

sehat dan kesejahteraan dalam masyarakat.

Menurut Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dan WHO,

tujuan dari pendidikan kesehatan adalah mengembangkan kemampuan

masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik

secara fisik, mental dan sosialnya, sehingga dapat produktif secara

ekonomi maupun sosial, pendidikan kesehatan disemua program

kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan,


gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program-program

kesehatan lainnya (Mubarak, 2009).

4. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pendidikan kesehatan dapat

mencapai sasaran (Saragih, 2010) yaitu :

a. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap

informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin

tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima

informasi yang didapatnya.

b. Tingkat Sosial Ekonomi

Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula

dalam menerima informasi baru.

c. Adat Istiadat

Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap adat

istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan.

d. Kepercayaan Masyarakat
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh

orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada kepercayaan

masyarakat dengan penyampai informasi.

e. Ketersediaan waktu di masyarakat

Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas

masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam

penyuluhan.

5. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Menurut ( Notoatmodjo, 2003) ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat

dilihat dari berbagai dimensi, diantaranya dimensi aspek kesehatan, dimensi

tatanan atau tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan, dan dimensi tingkat

pelayanan kesehatan.

a. Aspek Kesehatan

Telah menjadi kesepakatan umum bahwa kesehatan masyarakat mencakup

empat aspek pokok, yaitu:

1) Promosi (promotif )

2) Pencegahan (preventif )

3) Penyembuhan (kuratif )

4) Pemulihan (rehabilitatif )

b. Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan

Menurut dimensi pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dikelompokkan

menjadi lima, yaitu:


1) Pendidikan kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)

2) Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah, dilakukan di sekolah

dengan sasaran murid.

3) Pendidikan kesehatan di tempat kerja dengan sasaran buruh atau

karyawan.

4) Pendidikan kesehatan di tempat umum, yang mencakup terminal bus,

stasiun, bandar udara, tempat-tempat olahraga, dan sebagainya.

5) Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan, seperti:

rumah sakit, Puskesmas, Poliklinik rumah bersalin, dan sebagainya.

c. Tingkat Pelayanan Kesehatan

Dimensi tingkat pelayanan kesehatan pendidikan kesehatan dilakukan

berdasarkan 5 tingkatan pencegahan dari Leavel dan Clark, yaitu :

1) Promosi kesehatan diantaranya dalam peningkatan gizi, kebiasaan

hidup dan perbaikan sanitasi lingkungan.

2) Perlindungan khusus seperti adanya program imunisasi.

3) Diagnosis dini penyakit dan pengobatan segera.

4) Pembatasan cacat yaitu diantaranya kurangnya pengertian dan

kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit seringkali

mengakibatkan masyarakat tidak ingin melanjutkan

pengobatannyasampai tuntas, sedang pengobatan yang tidak sempurna

atau tidak sesuai dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan

menjadi cacat.
5) Rehabilitasi (pemulihan).

6. Metode Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoadmojo (2012), berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin

dicapai, penggolongan metode pendidikan ada 3 (tiga) yaitu:

a. Metode berdasarkan pendekatan perorangan

Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan untuk membina

perilaku baru, atau membina seorang yang mulai tertarik pada suatu

perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya pendekatan

individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang

berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut.

Ada 2 bentuk pendekatannya yaitu :

1) Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling)

2) Wawancara

b. Metode berdasarkan pendekatan kelompok

Penyuluh berhubungan dengan sasaran secara kelompok. Dalam

penyampaian promosi kesehatan dengan metode ini kita perlu

mempertimbangkan besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan

formal dari sasaran. Ada 2 jenis tergantung besarnya kelompok, yaitu :

1) Kelompok besar

2) Kelompok kecil

c. Metode berdasarkan pendekatan massa


Metode pendekatan massa ini cocok untuk mengkomunikasikan pesan-

pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Sehingga sasaran dari

metode ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur,

jenis kelamin, pekerjaan, status social ekonomi, tingkat pendidikan, dan

sebagainya, sehingga pesan-pesan kesehatan yang ingin disampaikan harus

dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa.

7. Media Pendidikan Kesehatan

Menurut Nursalam (2008) dalam Ahmad (2012) media pendidikan

kesehatan adalah saluran komunikasi tang dipakai untuk mengirimkan pesan

kesehatan. Media dibagi 2, yaitu :

a. Media Cetak

1) Booklet : untuk menyampaikan pesan dalam bentuk pesan tulisan

maupun gambar, biasanya sasarannya masyarakat yang bisa membaca.

2) Leaflet : penyampaian pesan melalui lembar yang dilipat biasanya

berisi gambar atau tulisan atau biasanya kedua-duanya.

3) Flyer (selebaran) :seperti leaflet tetapi tidak berbentuk lipatan.

4) Flip chart (lembar balik) : informasi kesehatan yang berbentuk lembar

balik dan berbentuk buku. Berisi gambar dibaliknya berisi pesan

kalimat tentang informasi berkaitan dengan gambar tersebut.

5) Rubik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai hal

yang berkaitan dengan hal kesehatan.


6) Poster :berbentuk media cetak berisi pesan-pesan kesehatan biasanya

ditempel di tembok-tembok tempat umum dan kendaraan umum.

7) Foto : yang mengungkapkan masalah informasi kesehatan.

b. Media Elektronik

1) Televisi : dalam bentuk ceramah di TV, sinetron, sandiwara, dan

vorum diskusi tanya jawab dan lain sebagainya.

2) Radio : bisa dalam bentuk ceramah radio, sport radio, obrolan tanya

jawab dan lain sebagainya

3) Video : adalah media elektronik yang menggabungkan dua unsur yaitu

audio dan visual.

4) Slide : slide juga dapat digunakan sebagai sarana informasi.

5) Film strip juga bisa digunakan menyampaikan pesan kesehatan.

B. Konsep Kanker Payudara

1. Definisi Kanker Payudara

Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh didalam jaringan

payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, jaringan lemak,

maupun jaringan ikat pada payudara (Sastrosudarmo, 2011).

Kanker payudara (carcinoma mammae) merupakan suatu kondisi dimana

penyakit ini selnya telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya,

sehingga akan mengakibatkan pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak

terkendali yang terjadi pada jaringan payudara (Sinaga & Ardayani, 2016).
Tubuh manusia terdiri dari sel-sel yang selalu tumbuh, kadang-kadang

pertumbuhan sel tersebut tidak terkontrol dan membentuk suatu gumpalan.

Apabila pada satu tempat di tubuh manusia, salah satu contoh adalah jaringan

payudara dimana seharusnya ketika ada sel yang rusak, sel tersebut akan mati

dan digantikan oleh sel yang baru, tetapi jika pada proses ini terjadi kelainan

dimana sel yang usang tadi tidak langsung mati tetapi membangun sel

tambahan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh maka terjadilah

pertumbuhan sel-sel yang berlebihan, dan membentuk suatu benjolan atau

tumor di payudara. Tumor ini dapat bersifat jinak maupun ganas, tumor yang

ganas inilah yang disebut dengan kanker, apabila berada di organ payudara

maka disebut dengan kanker payudara (Pamungkas, 2011).

2. Anatomi Payudara

Payudara terletak diatas otot pektoralis mayor dan melekat pada otot

tersebut melalui selapis jaringan ikat. Variasi ukuran payudara tergantung pada

jumlah jaringan lemak dan jaringan ikat (Sloane, 2003).

Bagian luar payudara dibagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama adalah

kulit yang teraba halus dan lunak yang menyelimuti payudara, bagian kedua

adalah areola mammae, yaitu bagian kulit yang lebih gelap dibandingkan

bagian yang pertama, yang mengelilingi payudara sampai dengan puting,

sedangkan bagian yang ke tiga adalah bagian yang lebih gelap dari bagian

kedua dan dikuti dengan permukaan kulit yang lebih menonjol yang disebut

dengan puting susu. Bagian dalam terdiri atas kelenjar-kelenjar yang


memproduksi air susu yang disebut lobula, pembuluh-pembuluh atau duct

yakni tabung kecil yang membawa susu dari lobula ke arah puting susu,

jaringan lemak konektif, pembuluh darah dan pembuluh limfa. Sel-sel kanker

payudara bisa memasuki pembuluh-pembuluh limfatik dan mulai tumbuh

dalam simpul-simpul limfa dan simpul limfa ini kebanyakan dibawah

lengan/ketiak (axillary liymph nodes) jika sel kanker payudara mencapai simpul

limfa bawah lengan ini, berarti sel kanker telah berkembang sampai ke aliran

darah dan berkembang ke tempat/ jaringan lain di dalam tubuh (Pamungkas,

2011).

Gambar II.1 Anatomi Payudara


(http://images.app.goo.gl/h6AzH7eunvNaccGEA)

3. Etiologi Kanker Payudara

Penyebab pasti kanker payudara sampai saat ini belum diketahui, namun

sel kanker disebabkan oleh adanya genom abnormal yang terjadi karena adanya

kerusakan gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel (Sukardja,


2016). Ada beberapa faktor resiko yang bisa meningkatkan kemungkinan

terjadinya kanker payudara.

Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Usia, resiko kanker payudara semakin meningkat dengan bertambahnya

umur (diatas 30 tahun).

b. Riwayat keluarga, wanita yang ibu atau saudara perempuannya pernah

menderita kanker, memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk mengalami

kanker payudara. Seorang wanita yang pernah mengalami kanker payudara

pada salah satu payudaranya mempunyai kesempatan yang lebih besar

untuk menderita kanker baru pada payudara lainnya.

c. Faktor hormon, hormon merupakan hal yang paling banyak berpengaruh

terhadap kanker payudara, seperti mendapat haid pertama sebelum berusia

12 tahun, menopause setelah umur 55 tahun, tidak menikah atau tidak

pernah melahirkan anak pertama setelah berusia 35 tahun serta pennguna

pil KB lebih dari 3 tahun atau terapi hormon estrogen.

d. Penggunaan Suntikan KB, memang membantu para wanita untuk

mengontrol kehamilan dan merencanakan keturunan. Namun efek dari

suntikan KB, yaitu bertambahnya risiko terkena kanker payudara hingga

50%. Wanita yang mendapatkan suntikan hormon selama setahun memiliki

tingkat risiko terkena kanker payudara dua kali lipat daripada wanita yang

tidak dan para penggunaan pil KB pada jangka panjang juga bisa
meningkatkan risiko terkena kanker payudara sebesar 24% (Kemenkes,

2010).

e. Faktor genetik, terdapat 2 varian gen BRCA1 dan BRCA2 yang merupakan

suatu gen suspeptabilitas kanker payudara, jika salah satu wanita memiliki

satu gen tersebut maka kemungkinan untuk menderita kanker payudara

amatlah besar.

f. Ras, wanita kulit putih kemungkinan kecil menderita kanker payudara

dibandingkan wanita Afrika-Amerika kulit hitam, karena wanita Afrika

mempunyai tumor yang masa tumbuhnya lebih cepat dan berdampak

kepada kematian karena kanker payudara.

g. Radiasi, pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) terutama pada bagian

dada, dan pernah menjalani terapi radiasi di bagian dada dimana pernah

menderita kanker lain seperti limfoma secara signifikan mengalami

peningkatan untuk terkena kanker payudara.

h. Mengkomsumsi alkohol jelas sangat berkaitan dengan meningkatnya resiko

terkena kanker payudara, mereka yang meminum 2-5 gelas perhari akan

mengalami peningkatan yang lebih besar.

i. Obesitas, atau mempunyai berat badan berlebih, khususnya bagi wanita

menopause, mempunyai jaringan lemak yang berlebih pada masa

menopause bisa meningkatkan terjadinya kanker payudara.

j. Kurang berolahraga, mengkomsumsi makanan yang tinggi lemak,

penggunaan bra terlalu ketat dan penggunaan anti keringat di ketiak, polusi,
asap rokok dan bekerja malam juga faktor pendukung yang belum pasti

untuk terjadinya kanker payudara (Pamungkas, 2011).

4. Tanda dan Gejala Kanker Payudara

Tanda paling umum dari kanker payudara adalah sebuah benjolan atau

massa baru, massa baru itu tidaklah menimbulkan rasa nyeri, keras dan

mempunyai sisi-sisi yang tidak teratur dan kemungkinan besar itu adalah

kanker, bisa berbentuk lunak, lembut dan bulat.

Tanda-tanda dan gejala umum kanker payudara adalah sebagai berikut:

a. Payudara membesar yang biasanya terjadi tiba-tiba dimana pembesarannya

jauh lebih besar dari pada payudara yang disebelahnya.

b. Payudara terasa gatal, nyeri pada puting.

c. Areolanya berwarna merah muda, merah atau gelap dan kadang – kadang

di jumpai tekstur seperti kulit jeruk.

d. Area kulit menebal dan mengembang, bersisik dan iritasi pada kulit dan

kadang membentuk lesung.

e. Payudara terasa hangat/ panas ketika di sentuh.

f. Terjadi penarikan puting susu.

g. Rasa sakit atau nyeri yang menetap pada payudara.

h. Kotoran atau cairan keluar dari puting padahal tidak sedang menyusui

(Setiati, 2009).

5. Klasifikasi Kanker Payudara


Kanker payudara mempunyai tahapan atau stadium yang akan menandai

parah tidaknya kanker payudara tersebut. Stadium kanker payudara tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Stadium I (Stadium dini)

Besarnya tumor tidak lebih dari 2 - 2,25 cm dan tidak terdapat

penyebaran (metastase) pada kelenjar getah bening ketiak. Pada stadium I

ini, kemungkinan kesembuhan secara sempurna adalah 70%. Untuk

memeriksa ada atau tidaknya metastase ke bagian tubuh yang lain, harus

diperiksa di laboratorium.

b. Stadium II

Tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah terjadi metastase

pada kelenjar getah bening di ketiak. Kemungkinan pada stadium ini dapat

sembuh hanya 30 - 40%, tergantung dari luasnya penyebaran sel kanker.

Pada stadium I dan II, biasanya dilakukan operasi untuk mengangkat sel-

sel kanker yang ada pada seluruh bagian penyebaran, dan setelah operasi

dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak adalagi sel-sel kanker yang

tertinggal.

c. Stadium III

Tumor sudah cukup besar, sel kanker telah menyebar ke seluruh tubuh,

dan kemungkinan untuk sembuh tinggal sedikit. Pengobatan payudara


sudah tidak ada artinya lagi. Biasanya pengobatan dilakukan dengan

penyinaran dan kemoterapi (pemberian obat yang dapat membunuh sel

kanker). Kadang-kadang juga dilakukan operasi untuk mengangkat bagian

payudara yang sudah parah. Usaha ini hanya untuk menghambat proses

perkembangan sel kanker dalam tubuh serta untuk meringankan

penderitaan pasien semaksimal mungkin (Diananda, 2012).

6. Pencegahan Kanker Payudara

Upaya pencegahan kanker payudara dikelompokkan dalam 3 strategi

yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier.

a. Pencegahan Primer

Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk

promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang masih sehat melalui

upaya menghindarkan diri dari keterpaparan dari kontak karsinogen dan

berbagai faktor resiko yakni riwayat keluarga, tidak punya anak, tidak

menyusui, riwayat tumor jinak sebelumnya, obesitas, kebiasaan komsumsi

tinggi lemak dan kurang serat, perokok aktif dan pasif, kurang olah raga

dan penggunaan obat hormonal >5 tahun dan melaksanakan pola hidup

sehat dengan konsisten.

Salah satu bahan yang digunakan untuk KB suntik atau kontrasepsi

injeksi adalah depo-provera yang mengandung hormon progestin, yang


diyakini dapat menyebabkan masalah pada kesehatan jika dipergunakan

dalam jangka waktu lama. Salah satu efek dari KB suntik adalah hilangnya

mineral tulang yang dapat menyebabkan osteoporosis, namun ternyata

bukan hanya itu saja, sebuah penelitian dari lembaga peniliti kanker

menyebutkan bahwa depo-provera yang digunakan diatas masa 12 bulan

meningkatkan resiko kanker payudara, meskipun resiko tersebut dapat

langsung menurun jika penggunaan KB suntik dihentikan. Saat ini, KB

suntik banyak dipilih karena sangat efektif menunda kehamilan, nyaman,

dan murah. Namun tetap disarankan untuk tidak menggunakannya dalam

jangka waktu lama, dengan banyaknya pilihan metode kontrasepsi maka

sebaiknya pemilihan alat kontrasepsi tetap dipertimbangkan manfaat dan

efek sampingnya terhadap pengguna alat kontrasepsi tersebut.

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan terhadap orang yang memiliki faktor

resiko terkena kanker payudara, dengan rajin melakukan SADARI,

sebaiknya dilakukan setiap bulan tiap bulan tepatnta 1 minggu setelah

menstruasi, pemeriksaan klinis payudara (CBE atau Clinical Breast

Examination) untuk menemukan benjolan yang berukuran kurang dari 1

cm, USG adalah untuk mengetahui batas-batas tumor dan jenis tumor, dan

mammografi adalah untuk menemukan adanya kelainan sebelum adanya

gejala tumor dan adanya keganasan.

c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier biasanya dilakukan pada individu yang telah positif

menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat pada kanker payudara

diawali dengan diagnosis yang ditegakkan harus dapat menentukan

stadiumnya agar dapat mengevaluasi besaran penyakit dan melakukan

terapi yang tepat. Tujuan dari pengobatan adalah menyembuhkan,

memperpanjang harapan hidup dan meningkatkan kualitas hidup. Prioritas

pengobatan dilakukan harus di tujukan pada kanker stadium awal yang

lebih berpotensi untuk sembuh. Standart pengobatan kanker meliputi :

operasi, radiasi, kemoterapi dan hormonal yang disesuaikan dengan

indikasi patologi. Pengobatan yang dilakukan harus terpadu meliputi

psikososial, rehabilitasi dan terkoordinasi dengan pelayanan piliatif untuk

peningkatan kualitas hidup pasien kanker. Hampir diseluruh dunia pasien

kanker yang terdiagnosa pada stadium lanjut, maka untuk kasus seperti ini,

pengobatan yang realistis adalah mengurangi nyeri dengan pelayanan

piliatif dapat meningkatkan kualitas hidup pendrita kanker payudara

khususnya (Rasjidi, 2010).

C. Konsep SADARI (Periksa Payudara Sendiri)

1. Definisi SADARI

SADARI adalah singkatan dari pemeriksaan payudara sendiri.

Pemeriksaan berasal dari kata dasar periksa, yang dalam kamus besar bahasa
Indonesia berarti selidik. Pemeriksaan adalah proses, cara, penyelidikan secara

teknis terhadap kelenjar susu atau payudara (Nisman, 2011).

Pemeriksaan payudara sendiri adalah pengembangan kepedulian wanita

terhadap kesehatan payudaranya sendiri. Kegiatan ini sangat mudah atau

sederhana, murah (tidak memerlukan biaya), tidak menngunakan alat yang

harus dipersiapkan cukup dengan jari tangan sendiri dan tidak perlu

mengunjungi petugas atau pelayanan kesehatan karena dapat dilakukan sendiri

secara mandiri tanpa harus di lihat atau diperiksa orang lain dan tidak perlu

merasa malu atau harus dilihat atau diperiksa orang lain, bagi wanita yang sibuk

hanya perlu menyediakan waktunya selama lebih kurang lima menit, tidak

diperlukan waktu khusus, cukup dilakukan saat mandi atau pada saat sedang

berbaring mau tidur (Nisman, 2011).

2. Tujuan SADARI

Hingga saat ini banyak remaja puteri/ibu yang belum mengetahui

pentingnya SADARI, diperkirakan hanya 25% sampai 30% wanita yang

melakukan SADARI dengan baik dan teratur setiap bulannya. Sebagian besar

benjolan pada payudara dapat terdeteksi sendiri oleh wanita sehingga SADARI

menjadi topik atau materi yang penting dalam promosi kesehatan melalui

pendidikan kesehatan untuk mendeteksi kanker atau penyakit pada payudara

lainnya secara dini, dimana apabila terdeteksi sedini mungkin atau pada

stadium awal maka harapan kesembuhan lebih tinggi bahkan sampai 80 -90%

(Setiati, 2009).
SADARI dilakukan dengan tujuan sebagai berikut : SADARI hanya

mendeteksi secara dini kanker payudara, bukan untuk mencegah kanker

payudara, dengan adanya deteksi dini maka kanker payudara dapat terdeteksi

pada stadium awal sehingga pangobatan dini akan memperpanjang harapan

hidup penderita kanker payudara dan untuk menurunkan angka kematian

penderita kanker payudara dimana apabila ditemukan pada stadium awal akan

memberikan harapan hidup yang lebih lama (Nisman, 2011).

3. Manfaat SADARI

Menurut Pamungkas (2011) manfaat dari dilakukannya SADARI yaitu :

a. Dapat mendeteksi adanya tumor dalam ukuran kecil.

b. Dapat mendeteksi adanya kanker payudara stadium dini.

c. Dapat mencegah penyakit kanker payudara

d. Dapat menurunkan angka kematian pada wanita akibat kanker payudara.

4. Waktu Melakukan SADARI

Pada wanita produktif, SADARI harus dilakukan sebulan sekali, 1

minggu setelah haid terakhir (10 hari setelah hari pertama haid) karena saat ini

payudara kemungkinan tidak mengeras dan tidak nyeri. SADARI dapat


dilakukan oleh wanita yang telah menginjak usia 15 tahun. Jangan melakukan

pemeriksaan payudara pada masa pertengahan siklus haid sampai menjelang

haid, payudara biasanya membengkak akibat pengaruh kelenjar susu oleh

hormon estrogen dan progesteron, sehingga pemeriksaan akan lebih sulit

dilakukan secara akurat. Jika wanita yang sudah tidak mendapat menstruasi lagi

atau sudah menopause, pemeriksaan SADARI dapat dilakukan pada hari atau

tanggal yang sama setiap bulan (misalnya setiap tanggal 1 setiap bulan) untuk

memeriksakan payudaranya (Diananda, 2007).

5. Tahap-tahap Melakukan SADARI

Pemeriksaan payudara dapat dilakukan sendiri pada saat mandi atau

sebelum tidur. Pemeriksaan payudara saat mandi akan mempermudah

pemeriksaan karena tangan dalam kondisi basah dan mudah di gerakkan pada

kulit yang sedang basah.

Terdapat 6 langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan SADARI:

a. Posisi berdiri di depan cermin

Mulailah dengan mengamati payudara di cermin dengan bahu lurus

dan lengan di pinggang, dengan cara ini akan meregangkan otot-otot

dada dan aksila (ketiak) agar perubahan-perubahan pada payudara

tampak lebih jelas. Dalam pemeriksaan ini yang harus diamati adalah

bentuk payudara, ukuran dan warna. Karena rata-rata payudara

berubah tanpa kita sadari, perubahan yang perlu diwaspadai adalah

jika payudara berkerut, cekung kedalam atau menonjol kedepan


karena ada benjolan. Puting yang berubah posisi, dimana seharusnya

menonjol keluar, malahan tertarik kedalam, dengan warna memerah,

kasar dan terasa sakit.

b. Setelah itu angkat kedua lengan lurus keatas, mengengkat kedua

lengan ini akan mempermudah melihat retraksi kulit akibat

perlekatan tumor pada payudara bagian bawah (untuk melihat apakah

ada kelainan pada kedua payudara bagian bawah). Kembali amati

perubahan yang terjadi pada payudara anda, seperti perubahan warna,

tarikan, tonjolan, kerutan, perubahan bentuk puting susu atau

permukaan kulit menjadi kasar.

c. Sementara masih di depan cermin, tekan puting apakah ada cairan

keluar (bisa berupa cairan putih seperti susu, kuning atau darah).

d. Posisi berbaring

1) Berbaring lah dan apabila anda memulai pemeriksaan dari

payudara sebelah kanan maka langkah –langkah yang dilakukan

untuk memeriksa payudara kanan adalah letakkan bantal

dibawah bahu kanan dan letakkan lengan kanan diatas kepala,

posisi ini bertujuan untuk meratakan jaringan payudara (jaringan

payudara tersebar rata di dada) dan jangan ada jaringan yang

jatuh kesamping atau ke belakang khususnya bagi yang memiliki

payudara yang berukuran besar.


2) Rabalah payudara kanan tadi dengan menggunakan tangan kiri,

(tehnik perabaan payudara sebaiknya menggunakan 3 jari yaitu

jari telunjuk, jari tengah dan jari manis karena ketiga jari ini

mempunyai sensitifitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan

jari yang lain).

3) Tekan secara mantap namun lembut dengan jari-jari yang rata

dan saling merapat. Lakukan perabaan dari atas ke bawah, sisi ke

sisi dari dada bagian atas sampai ke perut bagian atas dan dari

ketiak sampai lekukan tengah diantara kedua payudara.

4) Ikuti satu pola untuk memastikan seluruh bagian payudara anda

terperiksa seluruhnya. Anda bisa memulai dari puting susu, lalu

melingkar melebar seperti obat nyamuk ke bagian luar payudara.

Anda juga bisa mengambil pola seperti orang mengepel lantai,

dari atas ke bawah atau kiri ke kanan dengan tarikan lurus-lurus.

Mulai dengan rabaan lembut, lalu tekan lebih keras pada bagian

yang perlu diperiksa jaringannya sampai kedalam.

5) Rasakan seluruh jaringan payudara dengan rabaan yang halus

tapi sedikit ditekan dan apabila didapati bagian payudara yang

menonjol dapat disertai nyeri dapat juga tidak ada rasa nyeri,

maka segera periksa ke dokter.


6) Untuk memeriksa payudara kiri sama halnya dengan yang

dilakukan saat memeriksa payudara kanan, maka ulangi langkah

3 ini pada payudara sebelah kiri.

e. Pemeriksaan ketiak bagilah payudara menjadi 4 bagian, ¼ atas dekat

aksila, beri perhatian khusus karena ditempat tersebut sering

ditemukan tumor payudara serta lakukan juga pemeriksaan ketiak.

Dengan meletakkan tangan kanan anda kesamping dan rasakan ketiak

anda dengan teliti, apakah teraba benjolan atau tidak.

f. Terakhir, rasakan peyudara ketika sedang berdiri atau duduk. Bagi

kebanyakan wanita, paling mudah melakukan perabaan terhadap

payudaranya ketika payudara sedang mandi atau basah dan licin

sehingga waktu yang paling cocok adalah sewaktu mandi dibawah

Shower, dan lakukan perabaan seperti langkah ke-4 dan yakinkan

bahwa seluruh bagian payudara teraba seluruhnya (Nisman, 2011).

Gambar II.2 Langkah-langkah SADARI


(http://www.google.com/imgres.periksa.payudara.sendiri.ykpi.or.id
6. Faktor- faktor Yang Mempengaruhi SADARI

Menurut Taylor (1999), faktor-faktor yang mempengaruhu prilaku SADARI

antara lain :

a. Berdasarkan Model Keyakinan Sehat (Health Belief Model), prilaku

SADARI dipengaruhi oleh persepsi rintangan. Wanita yang memikiran

sedikit rintangan terhadap prilaku SADARI dan mengetahui keuntungan

SADARI sebagai deteksi dini kanker payudara cenderung untuk melakukan

SADARI.

b. Berdasarkan Teori Perilaku Terencana (The Theory of Planned Behavior),

prilaku sadari dipengaruhi oleh sikap positif dan norma sosial.

c. Keyakian Orientasi Kesehatan (Health Locusoc Control Belief)

memperikrakan wanita yang menyakini bahwa kesehatan sangat ditentukan

oleh dirinya sendiri, maka akan memiliki kecenderungan untuk melakukan

SADARI.

D. Konsep Video Based Learning

1. Definisi Metode Video Based Learning

Menurut Cheppy Riyana (2017) metode video based learning adalah

pembelajaran yang menggunakan media video dan menyajikan audio dan

visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik yang berisi konsep, prinsip,

prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu pemahaman terhadap


suatu materi pembelajaran. Video based learning merupakan bahan

pembelajaran tampak dengar (audio visual) yang dapat digunakan untuk

menyampaikan pesan-pesan/materi pelajaran. Dikatakan tampak dengar kerena

unsur dengar (audio) dan unsur visual/video (tampak) dapat disajikan serentak.

2. Tujuan Metode Video Based Learning

Menurut Azhar Arsyad (2011) metode video based learning sebagai

bahan ajar bertujuan untuk :

a. Memperjelas dan mempermudah penyampaian pesan agar tidak terlalu

verbalistis.

b. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera peserta didik

maupun instruktur.

c. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi.

3. Karakteristik Metode Video Based Learning

Menurut Cheppy Riyana (2017) untuk menghasilkan pembelajaran

berbasis video yang mampu meningkatkan motivasi dan efektivitas

penggunanya maka pengembangan video pembelajaran harus memperhatikan

karakteristik dan kriterianya. Karakteristik metode pembelajaran berbasis video

yaitu:

a. Clarity of Massage (Kejalasan Pesan)

Dengan menggunakan metode video based learning siswa dapat

memahami pesan pembelajaran secara lebih bermakna dan informasi dapat


diterima secara utuh sehingga dengan sendirinya informasi akan tersimpan

dalam memory jangka panjang dan bersifat retensi.

b. Stand Alone (Berdiri Sendiri)

Video yang dikembangkan tidak bergantung pada bahan ajar lain atau

tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain.

c. User Friendly (Bersahabat atau Akrab dengan Pemakainya)

Metode video based learning menggunakan bahasa yang sedehana,

mudah dimengerti dan menggunakan bahasa yang umum. Paparan

informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan

pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses

sesuai dengan keinginan.

d. Representasi Isi

Materi harus benar-benar representatif, misalnya materi simulasi atau

demonstrasi. Pada dasarnya materi pelajaran baik sosial maupun sain dapat

dibuat menjadi video.

e. Visualisasi dengan media

Materi dikemas secara multimedia terdapat didalamnya teks, animasi,

sound, dan video sesuai tuntutan materi. Materi-materi yang digunakan

bersifat aplikatif, berproses, sulit terjangkau berbahaya apabila langsung

dipraktikkan, memiliki tingkat keakurasian tinggi.

f. Menggunakan kualitas resolusi yang tinggi


Tampilan berupa grafis video dibuat dengan teknologi rakayasa digital

dengan resolusi tinggi tetapi support untuk setiap spech sistem komputer.

g. Dapat digunakan secara klasikal atau individual

Metode video based learning dapat digunakan oleh para siswa secara

individual, tidak hanya dalam setting sekolah, tetapi juga dirumah. Dapat

pula digunakan secara klasikal dengan jumlah siswa maksimal 50 orang

bisa dapat dipandu oleh guru atau cukup mendengarkan uraian narasi dari

narator yang telah tersedia dalam program.

4. Manfaat Metode Video Based Learning

Menurut Andre Rinanto (1982) penggunaan metode video based learning

dalam pembelajaran dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Lebih menarik sehingga motivasi audiens lebih meningkat dan mampu

menghilangkan kejenuhan.

b. Audiens lebih banyak melakukan kegiatan belajar seperti mengamati dan

mendengar.

c. Mampu melatih taraf berfikir audiens dari yang konkret ke abstrak, dari

berpikir sederhana ke berpikir yang komplek.

d. Audiens mampu menghubungkan pesan visual dengan pengalaman-

pengalamannya.

5. Kelebihan Metode Video Based Learning


Keuntungan menggunakan media video menurut Daryanto (2010:90)

adalah ukuran tampilan video sangat fleksibel dan dapat diatur sesuai

kebutuhan, video merupakan bahan ajar non cetak yang kaya informasi dan

lugas karena dapat sampai kehadapan siswa secara langsung, dan video

menambah suatu dimensi baru terhadap pembelajaran.

6. Kekurangan Metode Video Based Learning

a. Sebagaimana audio-visual yang lain, metode video based learning juga

terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang proses pengembangan

materi tersebut.

b. Penayangannya juga terkait peralatan lainnya seperti video player, layar,

bagi kelas yang besar berserta Lcdnya (Daryanto, 2010).

E. Konsep Ceramah Plus

1. Definisi Ceramah Plus

Metode ceramah plus adalah metode mengajar yang menggunakan lebih

dari satu metode, metode ini merupakan sebuah metode mengajar dengan

menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa,

yang pada umumnya mengkuti secara pasif. Metode ceramah dapat dikatakan

sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk penyampaian

informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan buku dan alat bantu

peraga (Muhibin dalam Dyanesilia : 2012).


2. Macam – macam Metode Ceramah Plus

Secara garis besar metode ceramah plus dalam Dyanesilia dibagi menjadi

tiga, yaitu :

a. Metode Ceramah Plus Tanya Jawab dan Tugas (CPTT)

Metode Ceramah Plus Tanya Jawab dan Tugas ini yaitu metode

mengajar gabungan antara ceramah dengan tanya jawab dan pemberian

tugas. Metode ini idealnya dilakukan secara tertib, yaitu (1) penyampaian

materi oleh guru, (2) pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan

siswa, (3) pemberian tugas kepada siswa. Pada hakikatnya metode tanya

jawab berusaha menanyakan apakah murid telah mengtahui fakta-fakta

tertentu yang sudah diajarkan. Dalam hal lain siswa juga bermaksud ingin

mengetahui tingkat-tingkat proses pemikiran murid. Melalui metode

tanya-jawab guru ingin mencari jawaban yang tepat dan faktual.

b. Metode Ceramah Plus Diskusi dan Tugas (CPDT)

Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan urutan

pengkombinasiannya, yaitu (1) guru menguraikan materi pelajaran, (2)

kemudian mengadakan diskusi, (3) dan akhirnya pemberian tugas.

Penyelenggaraan uraian/ceramah dalam konteks metode ceramah plus ini

dimaksudkan untuk memberikan informasi atau penjelasan mengenai

pokok bahasan dan topik atau agenda masalah yang akan didiskusikan.

Jadi, pada tahap ini guru mejalankan fungsinya sebagai indikator

(pemberi masalah yang harus dibicarakan dalam forum diskusi).


c. Metode Ceramah Plus Demonstrasi dan Latihan (CPDL)

Dilihat dari sudut namanya, metode ceramah plus ketiga ini

merupakan kombinasi antara kegiatan menggunakan materi pelajaran

dengan kegiatan memperagakan dan latihan (drill). Metode CPDL ini

sangat berguna bagi proses belajar mengajar bidang studi atau materi

pelajaran yang berorientasi pada keterampilan jasmaniah (kecakapan

ranah karsa) peserta didik. Walaupun demikian, sebelum para peserta

didik mempelajari/melatih kecakapan ranah karsa, terlebih dahulu mereka

perlu mempelajari/melatih kecakapan ranah cipta mereka berupa

pemahaman mengenai konsep, proses, dan kiat melakukan keterampilan

ranah karsa tersebut.

3. Karakteristik Metode Ceramah Plus

Menurut Sutarsih (2013) ada beberapa karakteristik penggunaan ceramah

plus sebagai berikut :

a. Dapat membuat perhatian siswa tetap terarah selama penyampaian materi

berlangsung.

b. Penyajian materi pelajaran sistematis (tidak berbelit-belit).

c. Dapat merangsang siswa aktif.

d. Dapat memberikan feed back (balikan).

e. Dapat memberiakan motivasi belajar pada siswa.

4. Kelebihan Metode Ceramah Plus


Setiap metode pembelajaran sudah pasti terdapat kelebihan dan

kekurangannya. Kelebihan metode ceramah plus diantaranya adalah :

a. Kelas lebih aktif karena anak tidak sekedar mendengarkan saja.

b. Memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya sehingga guru

mengetahui hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa.

c. Guru dapat mengetahui sampai sejauh mana penangkapan siswa terhadap

segala sesuatu yang diterangkan (Sutarsih, 2013).

5. Kelemahan Metode Ceramah Plus

Dengan tanya-jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dari pokok

persoalan bila dalam mengajukan pertanyaan, siswa menyinggung hal-hal lain

walaupun masih ada hubungannya dengan pokok yang dibicarakan. Dalam hal

ini sering tidak terkendalikan sehingga membuat persoalan baru.

a. Membutuhkan waktu lebih banyak.

b. Sistem pembelajaran si anak lebih ke arah hafalan (rote learning), sehingga

akan kebingungan bila ditanya pengertian dan asal muasal suatu rumus

(Sutarsih, 2013).

F. Konsep Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris

yaitu knowledge. Sedangkan secara terminologi pengetahuan adalah apa yang

diketahui atau hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan
itu adalah semua isi pikiran dengan demikian untuk memperoleh pengetahuan

diperlukan usaha manusia untuk tahu (Bakhtiar, 2004).

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba. Sebagian besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2011).

2. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo, (2011) pengetahuan mempunyai enam tingkatan,

yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.


c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di

sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum– hukum,

rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang

lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi– formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian awal terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu
didasarkan pada suatu keriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

keriteria-keriteria yang ada.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan menurut

Notoatmodjo, 2005 & Notoatmodjo, 2007 antara lain :

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk

mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran

pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Pendidikan formal maupun pendidikan

non formal, sistema pendidikan berjenjang diharapkan mampu

meningkatkan pengetahuan melalui pola tertentu (Notoatmodjo, 2005).

b. Usia

Usia individu berkaitan erat dengan pengetahuan individu. Semakin

bertambah usia seseorang maka akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya

semakin membaik (Notoatmodjo, 2007).

c. Minat dan Kreativitas

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi

terhadap sesuatu objek atau dalam melakukan suatu kegiatan (perbuatan),

yang didasari oleh rasa tertarik, senang, yang muncul dalam diri bukan

tekanan dari luar (Notoatmodjo, 2005). Adanya perasaan tertarik dan

perasaan senang menimbulkan adanya minat, maka minat ini merupakan


kondisi psikologis yang dapat mendorong (memotivasi) munculnya

kreativitas.

d. Pengelaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang dialami seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Teori determinan menganalisa yang

menyebabkan seseorang berperilaku tertentu karena adanya pemikiran dan

perasaan dalam diri seseorang yang terbentuk dalam pengetahuan, persepsi,

sikap, kepercayaan, seseorang terhadap objek tersebut, dimana seseorang

mendapatkan pengetahuan baik dari pengalaman pribadi maupun

pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005).

e. Kebudayaan Lingkungan Sekitar

Lingkungan sosial budaya yang mempengaruhi pengetahuan seseorang

dapat bersumber dari pandangan agama, kelompok etnis yang

mempengaruhi proses memperoleh informasi atau pengetahuan khususnya

dalam penerapan nilai-nilai keagamaan. Kebudayaan dimana kita hidup

dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap

seseorang (Notoatmodjo, 2005).


f. Informasi

Informasi yang didapatkan dari media massa mempengaruhi fungsi

kognitif dan afektif. Fungsi kognitif diantaranya berfungsi untuk

menciptakan atau menghilangkan, pembentukan sikap, perluasan sistem,

keyakinan masyarakat dan penegasan atau penjelasan nilai-nilai tertentu

(Notoatmodjo, 2005).

4. Metode Memperoleh Pengetahuan

Metode memperoleh pengetahuan atau method of knowing menurut

Purnawan dalam Sulistina (2009) yaitu :

a. Tenacity, yaitu metode memperoleh pengetahuan yang dilakukan dengan

sangat meyakini sesuatu, meskipun bisa jadi apa yang diyakininya belum

tentu benar. Keyakinan ini disebabkan karena hal yang diyakini tersebut

umumnya terjadi.

b. Authority, yaitu metode memperoleh pengetahuan dengan mempercayakan

pada pihak yang dianggap kompeten. Apriory, yaitu metode memperoleh

pengetahuan dengan menitikberatkan pada kemampuan nalar dan intuisi

diri sendiri, tanpa mempertimbangkan informasi dari pihak luar.

c. Science, yaitu cara memperoleh pengetahuan dengan melakukan

serangkaian cara-cara ilmiah, seperti mengajukan dugaan, pengontrolan

variabel, sampai penyimpulan. Cara ini dianggap sebagai cara yang paling
dapat diyakini kebenarannya atas pengetahuan yang diperoleh. Hal ini

karena pada science telah dilakukan serangkaian uji coba sebelum akhirnya

memperoleh pengetahuan berupa kesimpulan dimana pengujian-pengujian

seperti ini tidak ditemukan pada ketiga metode sebelumnya.

5. Ukuran Pengetahuan

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang. Adapun cara untuk mengukur tingkat pengetahuan

seseorang khususnya mengenai kesehatan yaitu dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan-

pertanyaan tertulis atau angket. Indikator pengetahuan kesehatan adalah

tingginya tingkat pengetahuan responden tentang kesehatan, atau besarnya

persentase kelompok responden atau masyarakat tentang variabel-variabel atau

komponen-komponen kesehatan. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita

ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas.

Menurut Arikunto (2010) pengukuran pengetahuan dapat dikategorikan

menjadi 3 yaitu Baik, Cukup dan Kurang :

a. Baik, bila nilai 76%-100%

b. Cukup, bila nilai 56% - 75%


c. Kurang, bila nilai < 56%

G. Konsep Remaja

1. Definisi Remaja

Masa remaja adalah masa yang menunjukkan masa peralihan dari masa

kanak-kanak menuju ke masa selanjutnya yaitu masa dewasa. Pada masa

remaja ini terjadi perkembangan-perkembangan seperti perkembangan fisik,

psikologis, sosial, dan secara moral. Masa remaja merupakan masa topan badai,

di mana pada masa tersebut timbul gejolak dalam diri akibat pertentangan nilai

nilai akibat kebudayaan yang makin modern. Batasan usia untuk remaja

(adolescence) menurut Hall antar usia 12-25 tahun (Sarwono dalam Khamim

2017).

Menurut Monks, remaja adalah suatu masa peralihan antara masa remaja

dan masa dewasa. Fase masa remaja secara global berlangsung natara usia 12-

21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun: masa remaja awal, 15-18 tahun masa

remaja pertengahan, 18-21 tahun masa remaja akhir (Monks, dalam Khamim

2017).

Sedangkan menurut Zakiah Darajat remaja adalah: masa peralihan

diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa

pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan

psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir
atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang (Darajat,

1990:23).

2. Karakteristik Remaja

Hurlock dalam khamim (2017) berpendapat, bahwa semua periode yang

penting selama masa kehidupan mempunyai karakteristiknya sendiri. Begitupun

masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan

periode masa kanak-kanak dan dewasa. Ciri-ciri tersebut antara lain:

a. Masa remaja sebagai periode yang penting

Masa remaja dipandang sebagai periode yang penting daripada periode

lain karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku, serta

akibat-akibat jangka panjangnya. Perkembangan biologis menyebabkan

timbulnya perubahan-perubahan tertentu, baik yang bersifat fisiologis yang

cepat dan disertai percepatan perkembangan mental yang cepat, terutama

pada masa remaja awal. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya

penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai, dan minat baru

Minat baru yang dominan muncul pada masa remaja adalah minatnya

terhadap seks. Pada masa remaja ini mereka berusaha melepaskan ikatan-

ikatan afektif lama dengan orang tua. Remaja lalu berusaha membangun

relasi-relasi afektif yang baru dan yang lebih matang dengan lawan jenis

dan dalam memainkan peran yang lebih tepat dengan seksnya. Dorongan

untuk melakukan ini datang dari tekanantekanan sosial akan tetapi terutama

dari minat remaja pada seks dan keingintahuannya tentang seks. Karena
meningkatnya minat pada seks inilah, maka remaja berusaha mencari lebih

banyak informasi mengenai seks. Tidak jarang, karena dorongan fisiologis

ini juga, remaja mengadakan percobaan dengan jalan masturbasi,

bercumbu, atau bersenggama Hurlock dalam Khamim (2017).

b. Masa remaja sebagai periode peralihan

Masa remaja sebagai periode peralihan artinya, apa yang sudah terjadi

pada masa sebelumnya akan menimbulkan bekasnya pada apa yang terjadi

pada masa sekarang dan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang.

Anak-anak yang beralih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa haruslah

meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan harus

mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan

sikapnya pada masa yang sudah ditinggalkan. Meskipun disadari bahwa

apa yang telah terjadi akan meninggalkan bekasnya dan akan

mempengaruhi pola perilaku dan sikap baru.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan.

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja

beriringan dengan tingkat perubahan fisik. Pada awal masa remaja, ketika
perubahan terjadi dengan pesat maka perubahan perilaku dan sikap juga

berlangsung cepat.

d. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Remaja cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain seperti yang

mereka inginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam hal cita-

cita. Cita-cita yang tidak realistik ini tidak saja untuk dirinya sendiri tetapi

juga untuk orang lain disekitarnya (keluarga dan temantemannya) yang

akhirnya menyebabkan meningginya emosi. Kemarahan, rasa sakit hati,

dan perasaan kecewa ini akan lebih mendalam lagi jika ia tidak berhasil

mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri.

e. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan

dengan status dewasa, yaitu merokok, minum minuman keras,

menggunakan obatobatan terlarang, dan terlibat dalam perbuatan seks

dengan harapan bahwa perbuatan ini akan memberikan citra yang mereka

inginkan.

f. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Masa remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamata

berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain

sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih


dalam hal harapan dan cita-cita. Harapan dan cita-cita yang tidak realistik

ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-

temannya, menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri dari

awal masa remaja. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain

mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang telah

ditetapkannya sendiri.

3. Tugas Masa Remaja

Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus

perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan

kepada perkembangan masa dewasa yang sehat. Untuk dapat melakukan

sosialisasi dengan baik, remaja harus menjalankan tugas-tugas perkembangan

pada usinya dengan baik.

Yudrik dalam Khamim (2017) mengemukakan tugas-tugas perkembangan

masa remaja sebagai berikut:

1. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.

2. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang

mempunyai otoritas.

3. Mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal dan bergaul

dengan teman sebaya, baik secara individual maupun kelompok.

4. Menemukan manusia model yang dijadikan identitas pribadinya.

5. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap

kemampuannya sendiri.
6. Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar

skala nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup (weltanschauung).

7. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku)

kekanak-kanakan.

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep
Remaja

Pendidikan kesehatan :
1. Media cetak
2. Media elektronik :
a. Televisi
b. Radio
c. Video
d. Slide
e. Film strip
Pendidikan kesehatan SADARI

Metode Ceramah Plus Metode Video Based Learning

1. Kelas lebih aktif 1. Tampilan video fleksibel dan dapat diatur


2. Memberikan kesempatan pada siswa untuk sesuai kebutuhan
bertanya 2. Bahan ajar non cetak yang kaya informasi dan
3. Pengajar dapat mengetahui seberapa jauh lugas
pemahaman siswa 3. Menambah dimansi baru dalam pembelajaran

Manfaat ceramah plus : Manfaat video based learning :

1. Peningkatan evaluasi kemampuan 1. Lebih menarik sehingga pengetahuan audiens lebih


siswa oleh pengajaran meningkat dan mampu menghilangkan kejenuhan.
2. Pengingkatan keaktifan siswa 2. Audiens lebih banyak melakukan kegiatan belajar
seperti mengamati dan mendengar.
3. Mampu melatih taraf berfikir audiens dari yang
konkret ke abstrak, dari berpikir sederhana ke
berpikir yang kompleks.

Pengetahuan siswa : Faktor yang mempengaruhi


1. Tahu
Keterangan: 2. Memahami 1. Pendidikan
2. Minat dan kreativitas
: Diteliti 3. Aplikasi
3. Pengalaman
4. Analisis
4. Kebudayaan lingkungan
: Tidak diteliti 5. Sintesis sekitar
6. Evaluasi
Penjelasan Kerangka Konseptual 5. Informasi
Gambar III.1 Kerangka Konsep Efektivitas
Pendidikan Kesehatan Metode Video Based Baik
Learning danSesuai dengan
Ceramah Plusjudul efektivitas pendidikan
terhadap Cukup kesehatan metode video based
Pengetahuan Siswi SMK 2 Kota Kediri Kurang
Tentang SADARI.
learning dan ceramah plus terhadap pengetahuan siswi tentang SADARI. Peneliti

akan meneliti efektivitas pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode video


based learning dan metode ceramah plus terhadap pengetahuan tentang SADARI.

Dari skema diatas dapat dijelaskan bahwa remaja adalah masa yang menunjukkan

masa peralihan dari kanak-kanak menuju ke masa selanjutnya yaitu masa dewasa

pada masa ini remaja terjadi perkembangan seperti perkembangan pisikologis, sosial,

moral dan fisik (Notoadmojo, 2012). Perkembangan fisik pada remaja putri salah

satunya dapat ditandai dengan perubahan bentuk dari payudara. Dengan semakin

kompleknya perkembangan dari remaja maka remaja memerlukan pendidikan

kesehatan agar remaja mengerti tentang kesehatan mereka sendiri, keluarga dan

masyarakat (Notoadmojo,2012). Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan

menggunakan berbagai macam media antara lain dapat dilakukan dengan

menggunakan media cetak yang terdiri dari booklate, leaflet, flyer, flip chart, rubik,

poster dan foto. Sedangkan dengan menggunakan media elektronik dapat

menggunakan media televisi, radio, video, slide dan filem Menurut Nursalam (2008)

dalam Ahmad (2012). Saat ini remaja khususnya remaja putri memerlukan

pendidikan kesehatan tentang SADARI karena pada saat ini penyakit kanker

payudara menduduki peringkat pertama penyebab kematian pada wanita di Indonesia,

oleh sebab itu remaja putri memerlukan pendidikan kesehatan tentang SADARI

sebagai upaya pencegahan kanker payudara dan sebagai deteksi dini kanker payudara

(WHO, 2018). Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan metode

video based leraning dan ceramah plus. Dengan menggunakan metode video based

learning memiliki kelebihan yaitu tampilan video fleksibel dan dapat diatur sesuai

kebutuhan, bahan ajar non cetak yang kaya akan infromasi dan lugas, menambah
dimensi baru dalam pembelajaran (Daryanto, 2010). Sedangkan dengan

menggunakan metode ceramah plus memiliki kelebihan antara lain kelas lebih aktif,

memberikan kesempatan pada audiens untuk bertanya, dan pengajar dapat

mengetahui seberapa jauh pemehaman audiens (Sutarsih, 2013). Manfaat dari metode

video based learning adalah lebih menarik sehingga pengetahuan audiens lebih

meningkat dan mampu menghilangkan kejenuhan, audiens lebih banyak melakukan

kegiatan belajar seperti mengamati dan mendengar, mampu melatih taraf berfikir

audiens dari yang konkret ke berfikir yang kompleks, audiens mempu

menghubungkan pesan visual dan audio dengan pengalaman-pengalamnya (Andre

Rinanto, 1982). Metode ceramah plus bermanfaat untuk peningkatan evaluasi

kemampuan siswa oleh pengajar dan peningkatan keefektifan siswa (Sutarsih,2013).

Dari kedua metode tersebut dapat mempengaruhi pengetahuan siswa, faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan, minat dan kreativitas, pengalaman,

kebudayaan lingkungan sekitar, informasi menurut Notoatmojo (2007). Tingkat

pengetahuan yang mempengaruhi pendidikan kesehehatan antara lain ada tahu,

mengerti, aplikasi, analisis, sintesis serta evaluasi namun yang akan diteliti oleh

peneliti hanya sapai tingkat tahu, mengerti dan aplikasi (Notoadmojo, 2011).

Pengetahuan dapat diukur dengan 3 aspek yaitu baik, cukup dan kurang Menurut

(Notoadmojo, 2005). Berdasarkan uraian di atas hasil dari penelitian yang di

harapkan peneliti adalah efektivitas manakah dari kedua metode tersebut yang dapat

mempengaruhi pengetahuan siswa tentang SADARI.


B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian

dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pernyataan (Notoatmodjo, 2012). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H1 : Ada perbedaan efektivitas metode video based learning dan metode ceramah

plus terhadap pengetahuan siswi SMK 2 PGRI Kota Kediri tentang SADARI.

H0 : Tidak ada perbedaan efektivitas metode video based learning dan metode

ceramah plus terhadap pengetahuan siswi SMK 2 PGRI Kota Kediri tentang

SADARI.

BAB IV

METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian

Desain penelitian atau rancangan penelitian merupakan suatu strategi penelitian

dalam mengidentifikasi masalah sebelum pengumpulan data akhir dan juga untuk

mendefinisikan struktur penelitian yang akan dilaksanakan (Nursalam, 2013).

Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan

desain penelitian Quasi Eksperimen (eksperimen semu). Metode Quasi Eksperimen

ini mempunyai kelompok control, tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontol

variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Metode

eksperimen semu ini digunakan untuk mengetahui efektivitas dari pendidikan

kesehatan yang mempengaruhi pengetahuan siswi tentang SADARI dengan

menggunakan metode video based learning dan metode ceramah plus.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent

Control Group Design, dalam desain ini kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

tidak dipilih secara random. Penelitian Nonequivalent Control Group Design

menggunakan satu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan diawali

dengan sebuah tes awal (pretest) yang diberikan kepada kedua kelompok, kemudian

diberikan perlakuan (treatment). Penelitian kemudian diakhiri dengan sebuah tes

akhir (posttest) yang diberikan kepada kedua kelompok (Sugiono, 2013).

Tabel IV.1 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design

Kelas Pretest Treatement Posttest


KE O1 X1 O2
KK O1 X2 O2
Keterangan :

KE : Kelompok eksperimen

KK : Kelompok kontrol

O1 : Pretest untuk mengetahui pengetahuan responden sebelum diberikan perlakuan

X1 : Pemberian pendidikan kesehatan dengan metode video based learning

X2 : Pemberian pendidikan kesehatan dengan metode ceramah plus

O2 : Posttets untuk mengetahui pengetahuan responden setelah diberikan perlakuan

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di SMK 2 PGRI Kota Kediri

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai bulan Desember 2019 – bulan Februari 2020.

C. Populasi, Sampel Dan Teknik Sampling Penelitian

1. Populasi Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan sumber daya yang diperlukan dalam

suatu penelitian. Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan dalam sebuah penelitian (Nursalam, 2016). Populasi merupakan

keseluruhan objek untuk penelitian atau objek yang akan diteliti (Notoatmodjo,

2012). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa di SMK 2 PGRI Kota Kediri

yang duduk dikelas XII dengan jumlah 490 siswa yang terbagi dalam 15 kelas.

Kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi

yang dapat diambil sebagai sempel, keriteri inklusi dan eklusi dalam penelitian

ini adalah :

a. Kriteria Inklusi

1) Siswi SMK 2 PGRI kelas XII berjenis kelamin perempuan.

2) Bersedia menjadi responden.

3) Siswa yang berusia 15-18 tahun.

b. Kriteria Ekslusi

1) Siswa yang sedang izin saat penelitian.

2) Siswa yang berhalangan hadir dalam penelitian.

2. Sampel
Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subjek dalam penelitian melalui sampling (Nursalam, 2016). Sampel

terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek

dalam penelitian melalui sampling (Nursalam, 2016). Pemilihan sampel pada

kelas 11 didasarkan pada masa umur 15-18 tahun.

Selanjutnya untuk menentukan besarnya sampel, apabila jumlah sampel

kurang dari 100, lebih baik diambil semua. Jika sampelnya lebih besar maka

besarnya jumlah sampel dapat diambil antara 20-25% dari jumlah populasi

yang ada, sehingga jumlah sampel yang diperoleh peneliti adalah 98 (Arikunto,

2010). Kriteria subjek penelitian terdiri dari kriteria inklusi dan kriteria

eksklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang dipenuhi oleh setiap

anggota populasi yang dapat diambil sampel (Notoadtmojo, 2010 dalam

Alvinda, 2013).

3. Teknik Sempling

Teknik sempling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan

sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan

subjek penelitian (Nursalam, 2016).

Teknik sempling merupakan teknik pengambilan sampel. Dalam

penelitian ini menggunakan teknik sempling Purposive Sampling, yaitu dengan

cara pengambilan data dengan pertimbangan tertentu dari penulis (Sugiono,

2013).
Teknik sempling ini dilakukan dengan cara : menetapkan jumlah sampel,

kemudian jumlah sampel yang sesuai dengan pertimbangan penulis itulah yang

dijadikan sampel. Jadi sampel dalam penelitian adalah siswa kelas XII jurusan

OTKP (Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran) yang berjumlah 98 orang dan

berjenis kelamin wanita di SMK 2 PGRI Kota Kediri.

D. Variabel dan Definisi Oprasional

1. Variabel

a. Variabel Independen (Bebas)

Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan

variabel lain. Variabel biasanya dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk

diketahui hubungan atau pengaruhnya terhadap variabel lain (Notoadmodjo,

2012). Variabel Independen dalam penelitian ada dua antara lain :

1) Pendidikan Kesehatan Metode Video Based Learning

2) Pendidikan Kesehatan Metode Ceramah Plus

b. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh

variabel lain. Variabel ini adalah faktor yang diamati dan diukur untuk

menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas

(Notoadmodjo, 2012). Variabael dependen dalam penelitian ini adalah

Pengetahuan tentang SADARI.


2. Definsi Oprasional
Tabel IV.2 Efektifitas Pendidikan Kesehatan Metode Video Based Learning dan Ceramah Plus terhadap Pengetahuan
Siswi SMK 2 PGRI Kota kediri.
No Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Skor
1. Variabel Upaya yang direncanakan - - - -
Independen I : untuk mempengaruhi orang
Pendidikan lain, baik individu, kelompok,
kesehatan atau masyarakat, sehingga
dengan metode mereka melakukan apa yang
video based diharapkan oleh pelaku
learning pendidikan atau promosi
kesehatan. Menggunakan
media animasi dalam bentuk
video dengan durasi 5 menit 12
detik.
2. Variabel Suatu upaya yang - - - -
Independen II : direncanakan untuk
Pendidikan mempengaruhi orang lain,
kesehatan baik individu, kelompok, atau
dengan metode masyarakat, sehingga mereka
ceramah plus melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku
pendidikan atau promosi
kesehatan. Menggunakan
ceramah plus demonstrasi dan
latihan (CPDL).
3. Variabel Suatu hal yang menjelaskan Pengetahuan siswa ada 3 Kuesinoer Ordinal Baik : 76% - 100%
Dependen : tentang apa itu SADARI, aspek tingkatan Cukup : 56% - 75%
Pengetahuan kapan melakukan SADARI, pengetahuan yang akan Kurang : < 56%
tentang bagaimana cara melakukan diteliti yaitu : (Arikunto, 2010).
SADARI SADARI, serta siapa saja yang 1. Tahu (Know)
boleh melakukan SADARI. 2. Memahami(Com
Dan mengukur tingkat prehension)
pengetahuan siswa tentang 3. Aplikasi
SADARI sebagai upaya dan (Aplication)
deteksi dini kanker payudara.
E. Prosedur Penelitian

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai tahapan

pengumpulan data dan pengelolahan data. Tahap persiapan yang dilakukan peneliti

sebagai berikut :

a. Peneliti melakukan perumusan masalah dan identifikasi masalah

b. Peneliti melakukan observasi dan peninjauan ke lokasi masalah

c. Peneliti mempersiapkan materi dan konsep yang mendukung penelitian yang

akan dilakukan dengan membaca beberapa referensi dan beberapa jurnal yang

bersangkutan dengan penelitian.

d. Peneliti melakukan mengajukan formulir usulan judul kepada Ketua Prodi S1

Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri yang sudah di tanda

tangani oleh pembimbing sebagai pengantar untuk pengambilan data awal.

e. Peneliti menyusun proposal skripsi yang sebelumnya berkonsultasi dalam

penyusunan materi kepada pembimbing.

f. Peneiliti melakukan revisi proposal skripsi penelitian yang kemudian

dikonsultasikan kembali kepada pembimbing.

g. Peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada IIK Bhakti Wiyata

kediri dan kemudian mengajukan permohonan ijin ke lokasi penelitian.


h. Peneliti mengadakan pertemuan untuk menjelaskan maksud dan tujuan

penelitian, memberikan penjelasan mengenai inform concent danmenentukan

waktu pelaksanaan penelitian.

2. Tahap pelaksanaan

a. Peneliti menetapkan objek penelitian dengan pemilihan sampel memberikan

pre-test kepada sampel untuk mengetahui pengetahuan tentang kanker payudara

dan SADARI.

b. Peneliti memberikan pendidikan kesehatan menggunakan metode video based

learning dengan menggunakan media video yang berdurasi 5 menit 12 detik.

Dilakukan 1 kali seminggu.

c. Peneliti memberikan pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah plus

video based learning dengan menggunakan media powerpoint. Dilakukan 1 kali

seminggu.

d. Peneliti melakukan pengambilan data dengan memberikan post-test kepada

sampel untuk mengetahui pengetahuan tentang kanker payudara dan SADARI

setelah diberikan pendidikan kesehatan.

e. Peneliti melakukan pengolahan data, analisa data dan menyusun

f. Laporan hasil penelitian.

F. Metode Penelitian

Metode pengumpuan data merupakan kegiatan penelitian untuk melakukan

pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi data

primer dan data sekunder yang diuraikan sebagai berikut :


1. Data Primer

Data primer adalah data atau kesimpulan fakta yang dikumpulkan secara

langsung pada saat berlangsungnya penelitian. Data primer dalam penelitian ini

adalah data yang diambil dari kuesioner yang diberikan kepada responden.

2. Data Sekunder

Dari subyek peneliti yang diukur sesudah pemberian kuesioner

pengetahuan tentang SADARI dengan menggunakan metode video based

learning dan ceramah plus.

3. Alat/Instrumen Penelitian

Menurut Saryono (2010) instrumen penelitian merupakan alat atau

fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mendapatkan data agar

pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik (cermat, lengkap, dan

sistematis) sehingga lebih mudah diolah. Jenis instrumen penelitian berupa :

kuesioner, angket, check list, pedoman wawancara, pedoman pengamatan, alat

pemeriksaan laboratorium dan lain-lain.

Variabel dalam penelitian ini ada tiga macam variabel yang terbagi

menjadi variabel independen terdapat dua variabel yaitu pendidikan kesehatan

dengan menggunakan metode video based learning dan pendidikan kesehatan

menggunakan metode ceramah plus. Kelebihan dari menggunakan metode

video based learning adalah tampilan video fleksibel dan dapat diatur sesuai

kebutuhan, bahan ajar non cetak yang kaya informasi dan lugas, menambah

dimansi baru dalam pembelajaran, kelebihan dari metode ceramah plus antara
lain kelas lebih aktif, memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya,

pengajar dapat mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa. Dalam penerapan

pendidikan kesehatan dengan menggunakan kedua metode tersebut

menggunakan instrumen atau alat seperti LCD dan proyektor, soud sistem,

leptop serta powerponit tentang kanker payudara dan SADARI. Sedangkan

variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang SADARI,

pengetahuan tersebut diukur menggunakan instrumen kuesioner yang berjumlah

23 butir soal yang berbentuk multiple choice (pilihan ganda). Kuesioner dalam

penelitian disusun oleh peneliti berdasarkan tiga tingkatan pengetahuan yang

diteliti oleh peneliti. Tingkatan pengetahuan yang akan diteliti tersebut meliputi

tahu (know), memahami (comperehension) dan aplikasi (aplication). Ketiga

tingkatan pengetahuan tersebut juga meliputi pertanyaan tentang : definisi,

penyebab, tanda dan gejala, cara deteksi kanker payudara, waktu melakukan

SADARI dan langkah-langkah melakukan SADARI yang benar. Adapun

pertanyaan untuk tingkatan know (tahu) terdapat pada nomor 1-6, pertanyaan

untuk tingkatan comperehension (memahami) ada pada nomor 7-12, Sedangkan

pertanyaan mewakili tingkatan aplication (aplikasi) terdapat pada soal nomor

13-23. Kuesioner akan diberikan sebelum dilakukan pendidikan kesehatan

(pre-test) dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan (pos-test).


4. Uji Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Oleh karena itu, suatu instrumen

yang valid akan mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang

kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Suatu instrumen dikatakan

valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan karena instrumen yang

menghasilkan data yang tidak sesuai dengan tujuan pengukuran akan

menghasilkan validitas yang rendah (Arikunto, 2006).

Dalam uji validitas, suatu kuesioner dapat dikatakan valid jika hasil dari r

hitung > r tabel.

Tabel IV.3 Hasil uji validitas kuesioner pengetahuan tentang kanker


payudara dan SADARI.
Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
Know 1 0,620 0,444 Valid
Know 2 0,609 0,444 Valid
Know 3 0,606 0,444 Valid
Know 4 0,673 0,444 Valid
Know 5 0,656 0,444 Valid
Know 6 0,692 0,444 Valid
Comperhension 1 0,655 0,444 Valid
Comperhension 2 0,566 0,444 Valid
Comperhension 3 0,513 0,444 Valid
Comperhension 4 0,544 0,444 Valid
Comperhension 5 0,641 0,444 Valid
Comperhension 6 0,584 0,444 Valid
Aplication 1 0,659 0,444 Valid
Aplication 2 0,602 0,444 Valid
Aplication 3 0,689 0,444 Valid
Aplication 4 0,659 0,444 Valid
Aplication 5 0,698 0,444 Valid
Aplication 6 0,479 0,444 Valid
Aplication 7 0,717 0,444 Valid
Aplication 8 0,717 0,444 Valid
Aplication 9 0,629 0,444 Valid
Aplication 10 0,763 0,444 Valid
Aplication 11 0,466 0,444 Valid
Aplication 12 0,101 0,444 Tidak valid
Karena jumlah sampel untuk dilakukan uji validitas ini ada 20

responden maka batas nilai dari r tabel dengan signifikansi 0,05 (5%)

adalah 0,444 (Sugiono, 2013). Dari hasil uji validitas yang dilakukan

pada 24 pernyataan, didapatkan bahwa 23 pertanyaan kuesioner

tentang pengetahuan valid, dan yang tidak valid ada 1 pertanyaan yaitu

soal nomor 24.

5. Uji Reliabilitas

Reliabilitas alat ukur adalah untuk mencari dan mengetahui sejauh mana

hasil pengukuran dapat dipercaya. Reliabel dapat juga dikatakan kepercayaan,

keterasalan, keajegan, kestabilan, konsistensi, dan sebagainya. Hasil

pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan

pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif

sama selama dalam diri subjek yang diukur memang belum berubah (Azwar,

2013).

Tabel IV.4 Hasil uji reliabilitas kuesioner pengetauan tentang kanker


payudara dan SADARI

Reliability Statistics
Cronbach’s Cronbach’s N of
Alpha Alpha Based on Item
Standardized s
Items
.923 .926 24
Karena nilai crombach’s alpha adalah 0,926 (>0,444), maka

kuesioner pengetahuan yang ada dapat dikatakan reliabel.

G. Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Metode Pengolahan

Data dan informasi yang telah diperoleh dengan instrumen yang dipilih

dan sumber data atau sampel tertentu masih merupakan informasi. Informasi

dan data tersebut perlu diolah agar dapat dijadikan bahan untuk menjawab

pertanyaan penelitian. Setiap penelitian tentu ada pengolahan data begitu juga

dengan penelitian deskriptif yang biasanya pengolahan data dipergunakan

dengan tujuan penelitian untuk penjajagan atau pendahuluan,  tidak untuk

menarik kesimpulan, hanya memberikan gambaran deskripsi tentang data yang

ada. Langkah-Langkah pengolahan data dalam penelitian ini dapat diuraikan

sebagai berikut.

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan (Notoatmodjo, 2012). Editing dapat

dilakukan pada dalam langkah ini adalah :

1) Mengecek nomer responden dan kelengkapan pengisian.


2) Mengecek kelengkapan data, artinya memeriksa isi instrumen

pengumpulan data termasuk pula kelengkapan lembar instrumen,

barangkali ada yang terlepas atau sobek.

3) Mengecek masalah isian data

Berdasarkan instrument yang di beri kepada Responden semua terisi

dengan benar dan tidak ada kecacatan sehingga tidak ada kuesioner

yang terbuang.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori (Notoatmodjo, 2012).

Pada penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner dengan jawaban

“Benar” diberi kode 2, “Salah” diberi kode 1. Kemudian untuk pemberian

kode kategori tingkat pengetahuan yaitu kategori tingkat pengetahuan baik

dengan nilai persentase 76 – 100 % diberi kode “1”, tingkat pengetahuan

cukup dengan nilai persentase 56 – 75 % diberi kode “2”, tingkat

pengetahuan kurang dengan nilai persentase <56 % diberi kode “3”.

Sedangkan karakteristik usia responden yang berumur 15 tahun diberikan

kode “1”, usia 16 tahun diberi kode “2”, usia 17 tahun diberi kode “3” dan

usia 18 tahun diberikan kode “4”. Untuk jurusan OTKP (outomatisasi tata

kerja perkantoran) diberikan kode “1”.

c. Skoring
Skoring adalah kegiatan yang dilakukan dengan memberi skor

berdasarkan jawaban responden dengan mengelompokan dari jawaban

yang ada dan kemudian menempatkan pada tempat yang semestinya. Skor

yang diberikan jika jawaban “Benar” maka diberi nilai 2 sedangkan bila

jawaban “Salah” diberikan nilai 1. Hasil jawaban responden yang telah

diberi skor kemudian dijumlahkan dan diklasifikasikan berdasarkan

tingkatan pengetahuan yaitu tingkatan pengetahuan baik 76% – 100 %,

tingkatan pengetahuan cukup 56% – 75 %, tingkatan pengetahuan kurang <

56 %. Rumus untuk menjumlahkan skor pengetahuan antara lain :

Jumlah soal benar


x 100 
Jumlah soal
d. Tabulating

Hasil jawaban ditabulasi dengan skor jawaban sesuai dengan jenis

pertanyaan, kemudian digambarkan dalam bentuk diagram dan tabel.

Untuk melengkapi hasil penelitian diberikan pertanyaan atau penyajian

tentang karakteristik responden.

2. Teknik Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk mengetahui gambaran data yang

dikumpulkan. Analisa univariat dilakukan dengan cara deskriptif dengan

menghitung distribusi frekuensi dan proporsi dari masing-masing variabel


(Amran, 2012). Analisa univariat dalam penelitian ini adalah untuk

melihat pengetahuan siswi tentang SADARI.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui

efektivitas pendidikan kesehatan metode video based learning dan

ceramah plus terhadap pengetahuan siswi SMK 2 PGRI Kota Kediri

dengan melihat perbandingan pre test – post test, dilakukan dengang

menggunakan uji Wilcoxon.

H. Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2017), etika dalam penelitian meliputi :

1. Informed Consent

Informed Consent merupakan persetujuan antara peneliti dan responden

dengan cara memberikan lembar persetujuan. Inform consent diberikan sebelum

penelitian dilakukan, dengan cara memberikan lembar persetujuan bahwa bersedia

menjadi responden. Peneliti memberikan informasi tentang prosedur atau proses

penelitian sebagai calon responden, sehingga responden mampu memahami dan

diharapkan dapat berpartisipasi secara suka rela dan tidak ada unsur paksaan.

Lembar informed consent ditanda tangani oleh responden setelah menyatakan

bersedia menjadi responden, apabila responden tidak bersedia maka peneliti harus

menghormati hak yang dipilih responden (Aziz, 2014 dikutip dalam Ambarwati,

2015).
2. Anonimity

Masalah etika keperawatan adalah masalah yang memberikan jaminan dalam

penggunaan subjek penelitian yaitu dengan cara tidak dicantumkannya nama dari

responden pada lembar alat ukur yang dipakai dan hanya menuliskan kode pada

lembar pengumpulan data (kuesioner) atau hasil penelitian yang akan disajikan

(Aziz, 2014 dikutip dalam Ambarwati, 2015).

3. Confidentiality

Merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan dalam kerahasiaan

hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi

yang telah dikumpulkan akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya

kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan pada hasil riset. Peneliti

memberitahukan tentang jaminan rahasia kepada responden sebelum kuesioner

dibagikan, yaitu semua informasi responden akan dirahasiakan kecuali hasil

penelitian yang disajikan dalam bentuk data nilai dan untuk tujuan akademis saja.

(Aziz, 2014 dikutip dalam Ambarwati, 2015).


I. Kerangka Kerja

Populasi : Siswi XII SMK 2 PGRI Kota Kediri 490


dari 15 kelas

Purposive Sampling

Sampel : Siswi kelas XII Jurusan OTKP SMK 2 PGRI


Kota Kediri yang memenuhi keriteria inklusi

Mengukur tingkat pengetahuan tentang pendidikan


kesehatan SADARI (pre-test)

Memberika pendidikan Memberikan pendidikan


kesehatan metode video based kesehatan metode ceramah plus
learning (kontrol) (eksperimen)

Mengukur tingkat pengetahuan tentang pendidikan


kesehatan SADARI (post-test)

Penggolahan data : editing, coding, scoring,


tabulating

Analisa data : Analisa uji statistik yang digunakan adalah uji


Mann-Whitney menggunakan SPSS versi 22

Hasil

Kesimpulan

Gambar IV.5 Kerangka Kerja Efektivitas Pendidikan Kesehatan Metode Video


Based Learning dan Ceramah Plus terhadap Pengetahuan Siswi SMK 2
PGRI Kota Kediri tentang SADARI,
DAFTAR PUSTAKA

Andre, Rinanto. 1982. Peran Media Audio Visual dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Yayasan Kanisius.
Arikunto, S. 2010 . Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka
Cipta.
Azhar, Arsyad. 2011 . Media Pembelajaran Dalam Promosi Kesehatan. Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada.
Azwar, S. 2013. Uji Reliabilitas dan Uji Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Cheppy.
Daryanto. 2010 . Media Untuk Proses Pembelajaran . Yogyakarta : Gava Media.
Diananda, R . 2007 . Mengenal Seluk Beluk Kanker Payudara . Jogjakarta : Katahati.
Hurlock, E.B. 1997. Perkembangan pada Anak, Jilid I Edisi ke-6 (enam). Jakarta :
Erlangga.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Situasi Penyakit Kanker. Jakarta:
Departemen Kesehatan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015 . Pedoman Teknis Pengendalian
Kanker Payudara Dan Kanker Leher Rahim. Jakarta: Departemen
Kesehatan.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar,
RISKESDAS. Jakarta : Balitbang Kemenkes RI.
Kemenkes RI . 2010 . Panduan Pencegahan Kanker Leher Rahim Dan Payudara
Untuk Fasilitas dan Sumber Daya Terbatas, Jakarta.
Monks, F.J. dan AMP Roney. 2006. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam
Berbagai Bagian, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
Mubarak, W. I., Chayatin, N. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan
Aplikasi.Jakarta : Salemba Medika.
Nisman, A. W. 2011 . Lima Menit Kenali Payudara Anda. Jogjakarta : Penerbit Andi.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012 . Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007 . Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta :Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012 . Promosi Kesehatan dan Perikalu Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis.
Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam , & Efendi, F. 2008 . Pendidikan dalam Keperawatan. Surabaya : Salemba
Medika.
Pamungkas, Z. 2011 . Deteksi Dini Kanker Payudara : Kenali Sebab-Sebab dan
Cara Antisipasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Pamungkas, Zigit. 2011 . Deteksi Dini Kanker Payudara untuk pemula. Jogjakarta :
Buku Biru.
Rasjidi, Imam . 2010 . Epidemiologi Kanker Pada Wanita . Jakarta : Sagung Seto.
Riyana. 2017. Pedoman Pengembangan Media Video. Jakarta : P3AI UPI
Sarwono, W,S. 2017 . Psikologi Remaja. Edisi revisi cetakan 14. Jakarta: PT.
Rajawali Grafi ndo Persada.
Saryono. 2010 . Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.
Sastrosudarmo,W, H. 2010 . Kanker The Sillent Killer. Jakarta : Garda media.
Setiati, Erni. 2009 . Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita,Yogyakarta: Andi
Jaya.
Sloane, E. 2003 . Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : EGC.
Sugiono. 2013 . Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung : Alfabeta.
Sukardja, I. Dewa Gede. 2016 . Onkologi Klinik Surabaya. Surabaya : Airlangga
University Press.
Lampiran 1

INFORM CONSENT PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Peneliti : Maria Tul Qiptiyah

NIM : 10216019

Saat ini sedang melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Pendidikan

Kesehatan dengan Metode Video Based Learning dan Ceramah Plus terhadap

Pengetahuan Siswi SMK 2 PGRI Kota Kediri tentang SADARI”.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu saya informasikan terkait dengan

keikutsertaan siswa siswa SMK 2 PGRI Kota Kediri sebagai responden dalam

penelitian ini :

1. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas pendidikan kesehatan dengan

metode video based learning dan ceramah plus terhadap pengetahuan siswi SMK

2 PGRI Kota Kediri.

2. Manfaat penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk menyusun kebijakan dalam

menyusun strategi pemilihan metode pembelajaran yang tepat pada siswa untuk

supaya dapat meningkatkan pengetahuan.

3. Penelitian ini akan diawali dengan memasuki ruang kelas XII SMK 2 PGRI Kota

Kediri kediri Juruan OTKP yang dikehendaki oleh peneliti.


4. Selanjutnya peneliti menjelaskan kepada siswi tujuan dan prosedur penelitian serta

cara pengisian lembar kuisoner.

5. Setelah di berikan lembar kuisoner, peneliti memberikan kesempatan kepada siswi

untuk bertanya.

6. Kegiatan penelitian ini telah mendapat persetujuan dari pihak institusi. Apabila

dalam jalannya penelitian ini responden merasa tidak nyaman maka responden

dapat mengundurkan diri dari partisipasi sebagai responden dan apabila ada

pertanyaan lebih lanjut dapat menghubungi saya (Maria Tul Qiptiyah) di No Hp.

08990303048.

7. Keikutsertaan dalam penelitian ini bukan suatu paksaan, melainkan atas dasar

sukarela. Oleh karena itu siswi berhak memutuskan untuk melanjutkan ataupun

menghentikan keikutsertaan karena alasan tertentu yang dikomunikasikan kepada

peneliti.

8. Semua data yang dikumpulkan akan dirahasiakan dan tanpa nama. Data hanya

disajikan untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu keperawatan.

Dengan penjelasan tersebut diatas, kami harap siswi bersedia menjadi responden

penelitian ini. Atas kesediaannya saya ucapkan terima kasih.

…………..,…………………..2019

Yang menerima penjelasan Peneliti


________________________ Maria Tul Qiptiyah

Lampiran 2

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada :
Calon Responden
Siswa SMK 2 PGRI Kelas XII Jurusan OTKP
Kota Kediri
Dengan hormat,
Saya mahasiswa Progam Sarjana Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti
Wiyata Kediri, bermaksud ingin mengadakan penelitian untuk mengetahui efektivitas
pendidikan kesehatan metode video based learning dan ceramah plus terhadap
pengetahuan siswi tentang SADARI. Siswi yang berpartisipasi dalam penelitian ini,
akan diberikan penjelasan mengenai pengisian kuesoner yang ada.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, menjamin bahwa
penelitian ini tidak akan berdampak negatif, dan apabila mengalami
ketidaknyamanan, maka siswi SMK 2 PGRI berhak untuk menolak atau berhenti
menjadi responden. Kami akan menjunjung tinggi hak dari responden dengan
menjaga kerahasiaan responden yang diperoleh selama proses pengumpulan data,
pengolahan data dan penyajian data.
Dengan adanya penjelasan ini, penelitian mengharapkan partisipasi dari siswi
SMK 2 PGRI untuk menjadi responden. Atas kesediaannya untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini, peneliti mengucapkan terima kasih.
Kediri ,…..………….2019
Peneliti

(Maria Tul Qiptiyah)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : ……………………….......

Usia : ………………………......

Kelas : ………………………......

Alamat : ………………………......

Menyatakan bersedia untuk mengikuti penelitian tentang “Efektivitas

Pendidikan Kesehatan Metode Video Based Learning dan Ceramah Plus terhadap

Pengetahuan Siswi SMK 2 PGRI Kota Kediri tentang SADARI”, secara suka rela

setelah mendapat penjelasan tentang tujuan dan manfaat dari penelitian tersebut.

Pelaksana penelitian Kediri ,……………….…2019

Responden

MARIA TUL QIPTIYAH ( )


Lampiran 4

KUESIONER PENELITIAN

“EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN METODE VIDEO


BASED LEARNINGDAN CERAMAH PLUS TERHADAP
PENGETAHUAN SISWI SMK 2 PGRI KOTA KEDIRI
TENTANG SADARI”

Oleh :
MARIA TUL QIPTIYAH
10216019

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2019
Lembar kuesioner
No. Responden : (diisi oleh peneliti)

Judul penelitian : Efektivitas Pendidikan Kesehatan Metode Video Based Learning

dan Ceramah Plus terhadap Pengetahuan Siswi SMK 2 PGRI Kota Kediri.

A. Karakteristik Responden :

1. Nama (inisial) : .....................................

2. Umur : .................................... tahun

3. Kelas : .....................................

4. Riwayat keluarga atau teman yang pernah mengalami kanker payudara :

Ada

Tidak ada

5. Pernah mendapat informasi terkait kanker payudara dan SADARI :

Pernah

Tidak pernah

6. Metode pembelajaran yang paling disukai ( sebutkan ) :

a. ................................................

b. ................................................

c. ................................................
d. ................................................

e. ................................................

B. PENGETAHUAN TENTANG SADARI DAN KANKER PAYUDARA

Petunjuk umum :

1. Bacalah peryataan atau pertanyaan berikut ini dengan seksama

2. Pilih salah satu jawaban yang sesuai dengan pengetahuan anda

3. Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang sesuai

4. Periksa kembali jawaban anda, dan pastikan tidak ada jawaban yang

kosong

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar 

1. Apakah yang dimaksud dengan kanker payudara ...


a. Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh didalam jaringan
payudara
b. Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh disemua organ pada
tubuh wanita
c. Kanker payudara adalah suatu keganasan yang menyerang organ paru-
paru
2. Faktor-faktor apakah yang dapat menimbulkan terjadinya kanker
payudara...
a. Sering berolahraga
b. Usia, riwayat keluarga dengan kanker payudara
c. Mendapat haid pertama sesudah berusia 12 tahun
3. Bagaimana tanda dan gejala dari kanker payudara ...
a. Payudara membesar yang biasanya terjadi tiba-tiba dimana
pembesarannya jauh lebih besar dari pada payudara yang disebelahnya
b. Payudara terasa lebih ringan dari dari biasanya
c. Tidak tahu

4. Bagaimana cara untuk mendeteksi kanker payudara ...


a. Dengan pemeriksaan USG
b. Dengan pemeriksaan X-ray
c. Dengan pemeriksaan SADARI (Periksa Payudara Sendiri)
5. Apakah pemeriksaan payudara sendiri dengan cara SADARI untuk
mendeteksi benjolan di payudara dapat dilakukan sendiri oleh setiap wanita
...
a. Ya
b. Mungkin
c. Tidak tahu
6. Apa yang dimaksud dengan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) ...
a. Upaya untuk mengetahui sedini mungkin adanya benjolan dipayudara
yang dilakukan dengan meraba payudara sendiri
b. Upaya untuk mengetahui adanya benjolan di payudara oleh petugas
kesehatan
c. Upaya untuk mempercantik payudara
7. Mengapa SADARI perlu dilakukan ...
a. Untuk mencegah terjadinya kanker payudara
b. Untuk mengetahui sedini mungkin adanya kanker payudara (penyakit
keganasan)
c. Untuk mengobati kanker payudara
8. Perempuan sebaiknya mulai melakukan pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) mulai usia ...
a. Usia 15 tahun
b. Usia 30 tahun
c. Usia > 40 tahun

9. Kapankah seorang wanita penting untuk melakukan SADARI ...


a. Sebelum menderita kanker payudara
b. Apabila ada keluarga yang pernah menderita kanker payudara
c. Apabila sudah pernah menderita kanker payudara
10. Kapan sebaiknya waktu yang tepat melakukan SADARI secara teratur
setiap bulan ...
a. Seminggu sebelum haid setiap bulan
b. Pada hari ke 10 setelah haid yang dihitung dari hari pertama haid
c. Satu minggu setelah haid setiap bulan
11. Bagi wanita yang telah berhenti haid (menopause) kapan sebaiknya
melakukan SADARI ...
a. Setiap bulan secara teratur pada tanggal yang sama
b. Setiap bulan pada tanggal yang sama tapi tidak teratur
c. Seminggu sekali pada hari yang sama
12. Peralatan yang digunakan untuk melakukan SADARI adalah ...
a. Jari tangan dan telapak tangan
b. Jari tangan sendiri yakni ujung jari tengah, jari manis dan jari telunjuk
c. Alat peraba yang dibeli diapotik
13. Pada saat melakukan SADARI pertama-tama kita berdiri di depan cermin,
dengan bahu lurus disamping tubuh, selanjutnya tangan dipinggang (seperti
tolak pinggang) dengan meregangkan otot ketiak dan membusungkan dada,
gerakan ini bertujuan untuk memeriksa ...
a. Bentuk ukuran dan kulit payudara
b. Perubahan bentuk, ukuran payudara, apakah ada kerutan di puting atau
lekukan pada kulit
c. Keseimbangan ukuran payudara kiri dan kanan

14. Pada saat melakukan SADARI kita berdiri di depan cermin, kedua tangan
diangkat keatas gerakan ini dilakukan untuk memeriksa ...
a. Untuk mempermudah melihat adanya kerutan pada payudara akibat
adanya perlekatan tumor pada payudara bagian bawah
b. Untuk melihat adanya kelainan pada payudara bagian bawah
c. Untuk mengencangkan otot payudara
15. Pada saat melakukan SADARI kita masih di depan cermin, lalu kita
menekan atau memencet puting susu dengan menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk, gerakan ini dilakukan untuk memeriksa ...
a. Tidak tahu
b. Untuk merasakan apakah ada rasa nyeri saat di tekan atau terasa hangat
pada puting
c. Untuk melihat apakah ada cairan, nanah dan darah yang keluar
16. Pada saat melakukan SADARI dengan posisi berbaring, sewaktu kita
memeriksa payudara sebelah kanan, maka kita meletakkan bantal dibawah
bahu kanan dan lengan kanan diposisikan diatas kepala, gerakan ini
bertujuan untuk ...
a. Meratakan jaringan payudara di dada dan mempermudah perabaan kalau
tumbuh benjolan
b. Membuat payudara lebih datar dan apabila ada kelainan terasa
mengganjal
c. Mebuat payudara melebar kesamping
17. Pada saat melakukan SADARI kita melakukan perabaan terhadap payudara
dengan menekan secara mantap namun lembut dengan jari-jari yang saling
merapat dengan gerakan dari atas ke bawah, sisi ke sisi(seperti mengepel
lantai) dan selanjutnya melingkar seperti lingkaran obat nyamuk pada
setiap gerakan, pastikan seluruh bagian payudara anda teraba seluruhnya,
gerakan ini bertujuan untuk ...

a. Mendapatkan apakah ada benjolan pada payudara


b. Merasakan nyeri pada payudara
c. Meratakan payudara
18. Pada saat melakukan SADARI, dengan posisi duduk maka dilakukan
perabaan ketiak, hal ini dilakukan untuk mengetahui ...
a. Adanya kotoran pada ketiak
b. Adanya benjolan pada ketiak
c. Adanya penyebaran kanker sampai kepada ketiak
19. Apabila saat melakukan perabaan pada payudara kita menemukan adanya
benjolan dan kadang-kadang disertai rasa nyeri pada benjolan tersebut,
maka tindakan kita selanjutnya adalah ...
a. Periksa ke dokter umum untuk pemeriksaan lebih lanjut
b. Periksa ke doter ahli bedah tumor untuk pemeriksaan lanjut
c. Periksa ke laboratorium
20. Pelaksanaan SADARI dilakukan dengan urutan posisi pemeriksaan sebagai
berikut ...
a. Berdiri- berbaring-duduk
b. Duduk- berdiri -berbaring
c. Berdiri -duduk-berbaring
21. Bagian tangan yang digunakan untuk meraba payudara karena bagian ini
memiliki sensitifitas yang tinggi adalah bagian ...
a. Ujung jari jari tengah, jari telunjuk dan jari manis dengan posisi
dirapatkan
b. Seluruh jari tangan dengan posisi renggang
c. Telapak tangan
22. Tahapan pemeriksaan lengkap payudara sendiri adalah terdiri dari ...
a. Memperhatikan payudara – meraba payudara – meraba ketiak
b. Memperhatikan payudara – melihat payudara – meraba ketiak
c. Meraba ketiak – memperhatikan payudara - meraba payudara
23. Bagaimanakah teknis pelaksanaan SADARI ...
a. Sederhana, singkat, murah, mudah, tidak nyeri dan tidak merasa malu
karena diperiksa sendiri
b. Sederhana, singkat, murah, mudah, tidak nyeri dan oleh petugas
kesehatan di fasilitas kesehatan terdekat
c. Teknis pelaksanaannya rumit, dan memerlukan waktu yang lama untuk
melakukannya.
Kunci jawaban kuesioner pengetahuan :

No Jawaban No. Jawaban


.
1. A 13. B
2. B 14. A
3. A 15. C
4. C 16. A
5. A 17. A
6. A 18. C
7. A 19. B
8. A 20. A
9. A 21. A
10. B 22. A
11. A 23. A
12. B
Lampiran 5
Data tabulasi hasil tryout uji validitas dan realibilitas
Kuersioner pengetahuan

K K K K K K C C C C C C A A A A A A A A A A A A To
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 tal
0 1 2
1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 33
2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 28
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 31
1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 44
1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25
1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 33
1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 31
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 31
1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 31
2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 31
1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 31
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 33
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24
2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 47
Correlations
Lampiran 6

SATUAN ACARA PENYULUAHAN

Pokok bahasan : Kanker Payudara

Sub pokok bahasan : Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

Sasaran : Siswi SMK 2 PGRI Jurusan OTKP Kelas XII

Tempat : SMK 2 PGRI Kota Kediri

Hari/tanggal : ............................

Waktu : 60 menit

A. Tujuan

1. Tuajuan Umum

Meningkatkan pengetahuan siswi dalam upaya pencegahan dan

pemeriksaan dini kanker payudara dengan cara SADARI (Pemeriksaan

Payudara Sendiri).

2. Tujuan Khusus

a. Pengertian dari SADARI dan kanker payudara

b. Tanda dan gejala kanker payudara

c. Tujuan dari SADARI

d. Manfaat dari SADARI

e. Waktu Melakukan SADARI

f. Langkah-langkah dari SADARI


B. Metode

1. Ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)

2. Video based learning

C. Media

1. LCD

2. Laptop

3. Sound sistem

4. Pantum untuk SADARI

D. Indikator keberhasilan

1. Siswi mampu memahami definisi SADARI dan kanker payudara

2. Siswi mampu memahami tanda dan gejala dari kanker payudara

3. Siswi mampu memahami tujuan dari SADARI

4. Siswi mampu memahami manfaat dari SADARI

5. Siswi mampu memahami waktu melakukan SADARI

6. Siswi mampu memahami langkah-langkah SADARI

E. Materi penyuluhan

Terlampir

F. Evaluasi

1. Kegiatan : Jadwal, tempat, alat bantu atau media, proses penyuluhan

2. Hasil penyuluhan, memberikan postest pada siswi seputar kanker payudara dan

SADARI dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan oleh

peneliti/pemberi pendidikan kesehatan.


SUSUNAN ACARA

No Tahap Waktu Kegiatan Media Metode


.
1. Pembukaan 5 menit 1. Mengucapkan salam Powerpoint pretest
Kuesioner
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan maksud
dan tujuan.
4. Apersepsi dengan
menggali
pengetahuan
responden tentang
kanker payudara dan
SADARI sebelum
menberika
pendidikan kesehatan
dengan melakukan
pretest.
2. Pelaksanaan 20 menit Menjelaskan materi : Powerpoint Ceramah
1. Apa definisi dari plus
SADARI dan kanker demostrasi
payudara. dan latihan
2. Bagaimana tanda (CPDL)
dan gejala dari
kanker payudara.
3. Apa tujuan dari
SADARI.
4. Apa manfaat dari
SADARI.
5. Bagaimana waktu
melakukan
SADARI.
6. Bagaimana langkah-
langkah dari
SADARI.
20 menit Menjelaskan materi : Video Video
1. Apa definisi dari based
SADARI dan laeraning
kanker payudara.
2. Bagaimana tanda
dan gejala dari
kanker payudara.
3. Apa tujuan dari
SADARI.
4. Apa manfaat dari
SADARI.
5. Bagaimana waktu
melakukan
SADARI.
6. Bagaimana langkah-
langkah dari
SADARI.
3. Diskusi 10 menit Dengan melakuakn Kuesioner Posttest
posttest setelah dibeikan
pendidikan kesehatan
tentang SADARI.
4. penutup 5 menit 1. Mengakhiri - -
kegiatan.
2. Menutup dengan
salam.
MATERI PENYULUHAN

1. Definisi SADARI

SADARI adalah singkatan dari pemeriksaan payudara sendiri.

Pemeriksaan berasal dari kata dasar periksa, yang dalam kamus besar bahasa

Indonesia berarti selidik. Pemeriksaan adalah proses, cara, penyelidikan secara

teknis terhadap kelenjar susu atau payudara (Nisman, 2011).

2. Definisi Kenker Payudara

Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh didalam jaringan

payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, jaringan lemak,

maupun jaringan ikat pada payudara (Sastrosudarmo, 2011).

3. Tanda dan Gejala dari Kanker Payudara

Tanda-tanda dan gejala umum kanker payudara adalah sebagai berikut :

a. Payudara membesar yang biasanya terjadi tiba-tiba dimana

pembesarannya jauh lebih besar dari pada payudara yang disebelahnya.

b. Payudara terasa gatal, nyeri pada puting.

c. Areolanya berwarna merah muda, merah atau gelap dan kadang – kadang

di jumpai tekstur seperti kulit jeruk.

d. Area kulit menebal dan mengembang, bersisik dan iritasi pada kulit dan

kadang membentuk lesung.

e. Payudara terasa hangat/ panas ketika di sentuh.


f. Terjadi penarikan puting susu.

g. Rasa sakit atau nyeri yang menetap pada payudara.

h. Kotoran atau cairan keluar dari puting padahal tidak sedang menyusui

(Setiati, 2009).

4. Tujuan dari SADARI

SADARI dilakukan dengan tujuan sebagai berikut : SADARI hanya

mendeteksi secara dini kanker payudara, bukan untuk mencegah kanker

payudara, dengan adanya deteksi dini maka kanker payudara dapat terdeteksi

pada stadium awal sehingga pangobatan dini akan memperpanjang harapan

hidup penderita kanker payudara dan untuk menurunkan angka kematian

penderita kanker payudara dimana apabila ditemukan pada stadium awal akan

memberikan harapan hidup yang lebih lama (Nisman, 2011).

5. Manfaat dari SADARI

Menurut Pamungkas (2011) manfaat dari dilakukannya SADARI yaitu :

a. Dapat mendeteksi adanya tumor dalam ukuran kecil.

b. Dapat mendeteksi adanya kanker payudara stadium dini.

c. Dapat mencegah penyakit kanker payudara

d. Dapat menurunkan angka kematian pada wanita akibat kanker payudara.

6. Waktu melakukan SADARI

Pada wanita produktif, SADARI harus dilakukan sebulan sekali, 1

minggu setelah haid terakhir (10 hari setelah hari pertama haid) karena saat ini

payudara kemungkinan tidak mengeras dan tidak nyeri. SADARI dapat


dilakukan oleh wanita yang telah menginjak usia 15 tahun. Jangan melakukan

pemeriksaan payudara pada masa pertengahan siklus haid sampai menjelang

haid, payudara biasanya membengkak akibat pengaruh kelenjar susu oleh

hormon estrogen dan progesteron, sehingga pemeriksaan akan lebih sulit

dilakukan secara akurat. Jika wanita yang sudah tidak mendapat menstruasi lagi

atau sudah menopause, pemeriksaan SADARI dapat dilakukan pada hari atau

tanggal yang sama setiap bulan (misalnya setiap tanggal 1 setiap bulan) untuk

memeriksakan payudaranya (Diananda, 2007).

7. Langkah-langkah melakukan SADARI

Pemeriksaan payudara dapat dilakukan sendiri pada saat mandi atau

sebelum tidur. Pemeriksaan payudara saat mandi akan mempermudah

pemeriksaan karena tangan dalam kondisi basah dan mudah di gerakkan pada

kulit yang sedang basah.

Terdapat 6 langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan SADARI:

a. Posisi berdiri di depan cermin

Mulailah dengan mengamati payudara di cermin dengan bahu lurus dan

lengan di pinggang, dengan cara ini akan meregangkan otot-otot dada dan

aksila (ketiak) agar perubahan-perubahan pada payudara tampak lebih

jelas. Dalam pemeriksaan ini yang harus diamati adalah bentuk payudara,

ukuran dan warna. Karena rata-rata payudara berubah tanpa kita sadari,

perubahan yang perlu diwaspadai adalah jika payudara berkerut, cekung

kedalam atau menonjol kedepan karena ada benjolan. Puting yang


berubah posisi, dimana seharusnya menonjol keluar, malahan tertarik

kedalam, dengan warna memerah, kasar dan terasa sakit.

b. Setelah itu angkat kedua lengan lurus keatas, mengengkat kedua lengan

ini akan mempermudah melihat retraksi kulit akibat perlekatan tumor

pada payudara bagian bawah (untuk melihat apakah ada kelainan pada

kedua payudara bagian bawah). Kembali amati perubahan yang terjadi

pada payudara anda, seperti perubahan warna, tarikan, tonjolan, kerutan,

perubahan bentuk puting susu atau permukaan kulit menjadi kasar.

c. Sementara masih di depan cermin, tekan puting apakah ada cairan keluar

(bisa berupa cairan putih seperti susu, kuning atau darah).

d. Posisi berbaring

1) Berbaring lah dan apabila anda memulai pemeriksaan dari payudara

sebelah kanan maka langkah –langkah yang dilakukan untuk

memeriksa payudara kanan adalah letakkan bantal dibawah bahu

kanan dan letakkan lengan kanan diatas kepala, posisi ini bertujuan

untuk meratakan jaringan payudara (jaringan payudara tersebar rata

di dada) dan jangan ada jaringan yang jatuh kesamping atau ke

belakang khususnya bagi yang memiliki payudara yang berukuran

besar.

2) Rabalah payudara kanan tadi dengan menggunakan tangan kiri,

(tehnik perabaan payudara sebaiknya menggunakan 3 jari yaitu jari

telunjuk, jari tengah dan jari manis karena ketiga jari ini
mempunyai sensitifitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan jari

yang lain).

3) Tekan secara mantap namun lembut dengan jari-jari yang rata dan

saling merapat. Lakukan perabaan dari atas ke bawah, sisi ke sisi

dari dada bagian atas sampai ke perut bagian atas dan dari ketiak

sampai lekukan tengah diantara kedua payudara.

4) Ikuti satu pola untuk memastikan seluruh bagian payudara anda

terperiksa seluruhnya. Anda bisa memulai dari puting susu, lalu

melingkar melebar seperti obat nyamuk ke bagian luar payudara.

Anda juga bisa mengambil pola seperti orang mengepel lantai, dari

atas ke bawah atau kiri ke kanan dengan tarikan lurus-lurus. Mulai

dengan rabaan lembut, lalu tekan lebih keras pada bagian yang

perlu diperiksa jaringannya sampai kedalam.

5) Rasakan seluruh jaringan payudara dengan rabaan yang halus tapi

sedikit ditekan dan apabila didapati bagian payudara yang menonjol

dapat disertai nyeri dapat juga tidak ada rasa nyeri, maka segera

periksa ke dokter.

6) Untuk memeriksa payudara kiri sama halnya dengan yang

dilakukan saat memeriksa payudara kanan, maka ulangi langkah 3

ini pada payudara sebelah kiri.

e. Pemeriksaan ketiak bagilah payudara menjadi 4 bagian, ¼ atas dekat

aksila, beri perhatian khusus karena ditempat tersebut sering ditemukan


tumor payudara serta lakukan juga pemeriksaan ketiak. Dengan

meletakkan tangan kanan anda kesamping dan rasakan ketiak anda

dengan teliti, apakah teraba benjolan atau tidak.

f. Terakhir, rasakan peyudara ketika sedang berdiri atau duduk. Bagi

kebanyakan wanita, paling mudah melakukan perabaan terhadap

payudaranya ketika payudara sedang mandi atau basah dan licin sehingga

waktu yang paling cocok adalah sewaktu mandi dibawah Shower, dan

lakukan perabaan seperti langkah ke-4 dan yakinkan bahwa seluruh

bagian payudara teraba seluruhnya (Nisman, 2011).

Anda mungkin juga menyukai