Anda di halaman 1dari 90

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker payudara disebut juga dengan Carcinoma Mammae

adalah sebuah tumor (benjolan abnormal) ganas yang tumbuh

dalam jaringan payudara. Tumor ini dapat tumbuh dalam kelenjar

susu, saluran kelenjar, dan jaringan penunjang payudara (jaringan

lemak, maupun jaringan ikat payudara). Tumor ini juga dapat pula

menyebar ke bagian lain di seluruh tubuh (Ketut & Kartika, 2022).

Kanker payudara merupakan kanker yang paling sering

ditemukan pada wanita di seluruh dunia (22% dari semua kasus

baru kanker payudara pada perempuan) dan menjadi urutan kedua

sebagai penyebab kematian terkait kanker setelah kanker paru

(Ketut & Kartika, 2022).

Faktor resiko yang dapat menyebabkan peningkatan

kejadian kanker payudara diantaranya terjadi pada wanita dengan

usia lebih dari 50 tahun, riwayat keluarga dan genetic, riwayat

penyakit payudara sebelumnya, riwayat menstruasi dini pada usia

kurang dari 12 tahun atau menopause lambat pada usia lebih dari

55 tahun, riwayat reproduksi yang tidak memiliki anak dan tidak

menyusui, hormonal, obesitas, konsumis alcohol, riwayat radiasi

dinding dada, faktor lingkungan, dan kurangnya pengetahuan

tentang cara deteksi dini kanker payudara (Yuniar & Qomaruddin,

2019).

1
2

Adapun komplikasi yang disebabkan oleh kanker payudara

adalah masalah neurovascular, metastasis (otak, paru-paru, hati,

tengkorak, tulang belakang, tulang rusuk, tulang panjang), fraktur

patologis, fibrosis payudara, hingga kematian (Puji Lestari Nita,

2021).

Berdasarkan data WHO pada tahun 2020, total penderita

kanker nasional sebanyak 0,14% dari jumlah penduduk Indonesia,

yang menderita kanker payudara kebanyakan wanita dibanding

dengan laki-laki, prevalensi kasus terbanyak di lima tahun terakhir

ini adalah kanker payudara yaitu sebanyak 201.143 kasus. Pada

tahun 2020, jumlah kasus baru kanker payudara di Indonesia

mencapai 68.858 kasus (16,6%) dari total 396.914 kasus baru

kanker, dengan jumlah kematian mencapai lebih dari 22 ribu jiwa

(Lenny, 2022). Secara nasional, sampai dengan tahun 2021

sebanyak 2.827.177 perempuan atau 6,83% telah menjalani

deteksi dini kanker payudara dengan SADARI (Kemenkes RI,

2021)

Laporan tahunan Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara

Barat, pada tahun 2018 sebesar 0,85%, pada tahun 2019 di curigai

kanker sebesar 0,05% dan ditemukan benjolan/tumor sebesar

0,1%. Pada tahun 2021 ditemukan 34 kasus benjolan/tumor dan

ditemukan 17 kasus curiga dari hasil pemeriksaan payudara

dengan pemeriksaan CBE (Clinical Examination Breast).


3

Laporan tahunan Dinas Kesehatan Lombok Barat, pada

tahun 2020 tidak ditemukan kasus benjolan/tumor dan kanker dari

hasil pemeriksaan payudara dengan pemeriksaan CBE, pada tahun

2021 ditemukan 7 kasus benjolan/tumor dari hasil pemeriksaan

payudara dengan pemeriksaan (Clinical Examination Breast/CBE).

Berdasarkan studi pendahuluan di SMPN 4 Lingsar pada

tanggal 30 Maret 2023, 6 dari 10 siswi mengatakan mengetahui

apa itu pemeriksaan payudara sendiri tetapi tidak tahu bagaimana

cara melakukan pemeriksaan payudara sendiri.

Pola hidup mempengaruhi hormone di dalam tubuh,

sementara hormone memiliki hubungan yang begitu penting

dengan sel yang tumbuh di area payudara. Kebiasaan buruk yang

memicu timbulnya kanker, termasuk kanker payudara adalah

merokok, tidak memperhatikan asupan makanan seperti memakan

makanan siap saji mengonsumsi makanan berlemak, makan yang

berlebihan akan mengakibatkan timbulnya obesitas karena resiko

lebih tinggi menderita kanker payudara (Maria et al., 2017).

Adapun beberapa dampak yang mungkin dapat dialami

pengidap kanker payudara yaitu masalah psikososial berupa,

mengalami perubahan status pada pekerjaan perubahan peran

dalam keluarga, dan menarik diri dari lingkungan masyarakat.

Sedangkan masalah psokologis yaitu, perubahan dimana penderita

mengalami distress, kecemasan, dan kekhawatiran. Sudoyo (2009)

dalam (Rizki Palupi, 2021).


4

Penyebab tingginya tingkat terjadinya kanker payudara salah

satunya disebabkan oleh faktor masih rendahnya pengetahuan dan

pemahaman masyarakat akan bahaya kanker payudara, selain itu

juga karena rendahnya kesadaran pentingnya melakukan

pemeriksaan dini, sehingga para wanita mengabaikan deteksi dini

kanker payudara, hal ini dapat meningkatkan angka penderita

kanker payudara dan kematian pada wanita (Walta, 2019).

Intervensi yang dapat mencegah kanker payudara antara

lain meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya kanker,

memahami pola hidup sehat, minat deteksi dini kanker dengan

SADARI, pengobatan berdasarkan hasil penelitian, serta keikut

sertaan dalam Jaminan Kesehatan Nasional agar semua kasus

dapat tertangani (Surtimanah et al., 2021).

SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) merupakan cara

deteksi dini yang mudah, murah dan dapat dilakukan sendiri.

Deteksi dini merupakan langkah awal yang sangat penting untuk

mengetahui secara dini adanya tumor atau benjolan pada

payudara. Deteksi dini dapat dilakukan oleh wanita mulai usia 13-

20 tahun, dan dilakukan setiap bulan, 7-10 hari setelah hari

pertama haid terakhir. Hal ini sejalan dengan dianjurkan oleh

American Cancer Society (ACS/2017) (Lestari & Wulansari, 2019).

Oleh karena itu perlunya penanggulangan kanker payudara

dengan deteksi dini kanker payudara yang dilakukan melalui

pemeriksaan payudara klinis atau Clinical Breast Examination


5

(CEB) serta pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) yang bisa

dilakukan secara mudah oleh wanita. SADARI merupakan teknik

pemeriksaan payudara sendiri yang bertujuan untuk mengetahui

ada tidaknya benjolan yang dapat berkembang menjadi kanker

dalam payudara wanita (Maharani Pulungan & Ranggauni Hardi,

2020).

The American Cancer Society merekomendasikan penelitian

SADARI dalam proyek skrining kanker payudara, meskipun tidak

ada keluhan. Cara ini penting karena setiap wanita beresiko

terkena kanker payudara. Deteksi dini dapat menurunkan angka

kematian karena kanker payudara sebesar 25-30% (Savitri A,

2015).

Pendidikan kesehatan tentang SADARI sangat penting untuk

remaja. Sehingga remaja putri mampu melakukan SADARI guna

mencegah terjadinya kanker payudara (Indrya Lestari & Mansur,

2020). Dalam upaya mencegah meningkatnya angka kematian

akibat dari kanker payudara, maka deteksi dini sangatlah

diperlukan. SADARI sendiri dapat menekan angka kematian akibat

kanker payudara sebanyak 20%. Dalam proses pembelajaran

untuk melakukan SADARI dapat menggunakan media video,

audiovisual, ceramah, dan salah satunya yaitu metode demonstrasi

sebagai alat guna memperlancar pemahaman dan memperkuat

ingatan (Arif & Fitriyah, 2018).


6

Metode demonstrasi adalah cara penyajian pembelajaran

dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa

suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari,

baik sebenarnya maupun tiruan, yang sering disertai dengan

penjelasan lisan. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan

siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam,

sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga

siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan

selama pelajaran berlangsung (Sari, 2021).

Penelitian yang dilakukan oleh (Salmiyah & Tahlil, 2018)

menunjukkan terdapat perbedaan sebelum dan sesudah diberikan

edukasi dan pelatihan sadari oleh pendidik sebaya. Penelitian yang

dilakukan oleh (Hastuti et al., 2020) menunjukkan hasil ada

pengaruh efektifitas pendidikan kesehatan dengan metode

demonstrasi dan media audio visual (video) terhadap ketrampilan

praktik sadari di SMK Batik 2 Surakarta.

Berdasarkan uraian di atas penelitian tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Pengaruh Pendidikan Kesehatan

dengan Metode Diskusi dan Demonstrasi Terhadap Peningkatan

Pengetahuan dan keterampilan Remaja Putri Tentang Pemeriksaan

Payudara Sendiri (SADARI) Di SMPN 4 Lingsar Tahun 2023”

B. Rumusan Masalah

Berdasrkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah : Apakah ada pengaruh Pendidikan Kesehatan


7

dengan metode diskusi dan demonstrasi terhadap peningkatan

pengetahuan dan keterampilan remaja putri tentang pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI) di SMPN 4 Lingsar?

C. Tujuan Penelitian

1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan metode

diskusi dan demonstrasi terhadap peningkatan pengetahuan

dan keterampilan remaja putri tentang pemeriksaan payudara

sendiri (SADARI) di SMPN 4 Lingsar

2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja putri

sebelum diberikan intervensi menggunakan metode

diskusi dan demonstrasi tentang pemeriksaan payudara

sendiri (SADARI)

b. Mengidentifikasi tingkat keterampilan remaja putri

sebelum diberikan intervensi menggunakan metode

diskusi dan demonstrasi tentang pemeriksaan payudara

sendiri (SADARI)

c. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja putri

setelah diberikan intervensi menggunakan video dan

demonstrasi tentang pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI)
8

d. Mengidentifikasi tingkat keterampilan remaja putri setelah

diberikan intervensi menggunakan metode diskusi dan

demonstrasi tentang pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI)

e. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan dengan

metode diskusi dan demonstrasi terhadap peningkatan

pengetahuan remaja putri tentang pemeriksaan payudara

sendiri (SADARI).

f. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan dengan

metode diskusi dan demonstrasi terhadap peningkatan

keterampilan remaja putri tentang pemeriksaan payudara

sendiri (SADARI).

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi atau bahan

untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan

penelitian khususnya tentang pengaruh pendidikan kesehatan

dengan metode diskusi dan demonstrasi terhadap peningkatan

pengetahuan dan keterampilan remaja putri tentang

pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Responden
9

Menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan

tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sebagai

upaya untuk deteksi dini dan pencegaha kanker payudara

b) Bagi pihak sekolah

Dapat menjadikan pemahaman tentang Kesehatan dan

mampu untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri

pada remaja putri.

c) Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber, menambah

data, dan menambah intervensi untuk peneliti lain.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pendidikan Kesehatan

a. Definisi

Pendidikan kesehatan adalah sebuah upaya persuasi

atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat

mau melakukan Tindakan-tindakan untuk memelihara, dan

meningkatkan taraf kesehatannya. Pendidikan kesehatan

merupakan bentuk tindakan mandiri keperawatan untuk

membantu klien baik individu, kelompok, maupun

masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya

melalui kegiatan pembelajaran yang didalamnya perawat

sebagai perawat pendidik sesuai dengan tugas seorang

perawat (Angelina Putri, 2022)

Pendidikan kesehatan adalah sebuah upaya persuasi

atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat

mau melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara, dan

meningkatkan taraf kesehatannya (Angelina Putri, 2022)

b. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Menurut Nursalam & Efendi tujuan pendidikan

kesehatan merupakan suatu harapan agar terjadi

perubahan pada pengetahuan, sikap, dan perilaku individu,

keluarga maupun masyarakat dalam memelihara perilaku

10
11

hidup sehat ataupun peran aktif sebagai upaya dalam

penanganan derajat sehatan yang optimal (Angelina Putri,

2022)

c. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari

3 dimensi menurut Fitriani (2011) yaitu;

1) Dimensi sasaran

a) Pendidikan kesehatan individu

b) Pendidikan kesehatan kelompok

c) Pendidikan kesehatan masyarakat luas

2) Dimensi tempat pelaksanaan

a) Pendidikan kesehatan di rumah sakit

b) Pendidikan kesehatan di sekolah

c) Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat

kerja

3) Dimensi tingkat pelayanan Kesehatan

a) Promosi (Health Promotion)

Contohnya: peningkatan gizi, perbaikan sanitasi

lingkungan, gaya hidup dan sebagainya

b) Pencegahan (Specific Protection)

Contohnya: imunisasi

c) Penyembuhan(Early diagnostic and prompt

treatment)

Contohnya: dengan pengobatan layak dan


12

sempurna dapat menghindari dari resiko

kecacatan.

d) Pemulihan (Rehabilitation)

Contohnya: dengan memulihkan kondisi cacat

melalui latihan - latihan tertentu (Angelina Putri,

2022)

d. Sasaran Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2003) sasaran pendidikan

kesehatan dibagi dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu :

1) Sasaran primer (Primary Target)

Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran

langsung segala upaya pendidikan atau promosi

kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan,

maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi,

kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu

hamil dan menyusui untuk masalah KIA (Kesehatan

Ibu dan Anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja,

dan juga sebagainya.

2) Sasaran sekunder (Secondary Target)

Yang termasuk dalam sasaran ini adalah para

tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan

sebagainya. Disebut sasaran sekunder, karena

dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada

kelompok ini diharapkan untuk nantinya kelompok ini


13

akan memberikan pendidikan kesehatan kepada

masyarakat di sekitarnya.

3) Sasaran tersier (Tertiary Target)

Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan

baik di tingkat pusat, maupun daerah. Dengan

kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan

oleh kelompok ini akan mempunyai dampak langsung

terhadap perilaku tokoh masyarakat dan kepada

masyarakat umum (Angelina Putri, 2022)

e. Pentingnya Pendidikan Kesehatan

Beberapa alasan mengapa pendidikan kesehatan itu

Penting dan perlu diberikan. Antara lain:

1) Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan

masyarakat, dalam membina dan memelihara perilaku

sehat dan lingkungan sehat, serta peran aktif dalam

upaya mewujudkan derajat kesehatan yg optimal.

2) Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga

dan masyarakat yg sesuai dengan konsep hidup sehat

baik fisik mental dan social sehingga dapat

menurunkan angka kesakitan dan kematian.

3) Agar orang mampu menerapkan masalah dan

kebutuhan mereka sendiri, mampu memahami apa yg

dapat mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan

sumber daya yg ada pada mereka ditambah dengan


14

dukungan dari luar, dan mampu memutuskan kegiatan

yang tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat

dan kesejahteraan masyarakat (Angelina Putri, 2022)

f. Prinsip Pendidikan Kesehatan

1) Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas,

tetapi merupakan kumpulan pengalaman dimana saja

dan kapan saja sepanjang dapat mempengaruhi

pengetahuan sikap dan kebiasaan sasaran pendidikan.

2) Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah

diberikan oleh seseorang kepada orang lain, karena

pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri yang dapat

mengubah kebiasaan dan tingkah lakunya sendiri.

3) Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah

menciptakan sasaran agar individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat dapat mengubah sikap dan

tingkah lakunya sendiri.

4) Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran

pendidikan (individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat) sudah mengubah sikap dan tingkah

lakunya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan

(Angelina Putri, 2022)

g. Peran Pendidikan Kesehatan

Peranan pendidikan kesehatan adalah melakukan

intervensi faktor perilaku sehingga perilaku individu


15

kelompok atau masyarakat sesuai dengan nila-nilai

kesehatan. Dengan kata lain Pendidikan kesehatan adalah

suatu usaha untuk menyediakan kondisi psikologis dari

sasaran agar mereka berperilaku sesuai dengan tuntutan

nilai-nilai kesehatan (Angelina Putri, 2022)

h. Konsep Pembelajaran Pendidikan Kesehatan

Konsep pendidikan kesehatan itu juga proses belajar

pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu

tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak

mampu mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri

menjadi mampu dan lain sebagainya (Angelina Putri, 2022)

i. Metode Pendidikan Kesehatan

1) Metode pendidikan individual (perorangan)

Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan

yang bersifat individual ini digunakan untuk membina

perilaku baru, atau seseorang yang telah mulai tertarik

kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar

digunakannya pendekatan individual ini disebabkan

karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan

yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan

atau perilaku baru tersebut. Bentuk dari pendekatan ini

antara lain: bimbingan dan penyuluhan (guidance and

counseling), dan wawancara (interview).


16

2) Metode pendidikan kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok

harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta

tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk

kelompok yang besar metodenya akan lain dengan

kelompok kecil. Efektifitas suatu metode akan

tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan.

a) Kelompok besar

Yang dimaksud kelompok besar disini adalah

apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15

orang. Metode yang baik untuk kelompok besar

ini antara lain ceramah dan seminar.

b) Kelompok kecil

Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15

orang disebut kelompok kecil. Metode – metode

yang cocok untuk kelompok kecil ini antara lain

diskusi kelompok, curah pendapat (brain

storming), bola salju (snow bolling), kelompok

kecil – kecil (bruzz group), memainkan peran (role

play), permainan simulasi (simulation game).

3) Metode pendidikan massa (public)

Metode pendidikan (pendekatan) massa untuk

mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang

ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa


17

atau public, maka cara yang paling tepat adalah

pendekatan massa. Pada umumnya bentuk

pendekatan (cara) massa ini tidak langsung. Biasanya

menggunakan atau melalui media massa. Contoh

metode ini antara lain: ceramah umum (public

speaking) (Angelina Putri, 2022)

2. Metode Diskusi

a. Definisi

Metode diskusi merupakan pengajaran metode yang

mana guru memberikan suatu persoalan (masalah) pada

murid diberikan secara bersama-sama untuk

memecahkan masalah tersebut dengan teman-

temannya. Dalam diskusi saling tukar-menukar

informasi, menerima informasi, dapat pula

mempertahankan pendapatnya dalam rangka

pemecahan masalah yang dihadapi oleh siswa (Asri

Pakaya, 2019)

b. Karakteristik Diskusi

1) Melibatkan kelompok Orang yang anggotanya

antara 3-9 orang (idealnya 5-9 orang)

2) Berlangsung dalam interaksi secara bebas (tidak

ada tekanan dan paksaan) dan langsung, artinya

semua anggota kelompok mendapat kesempatan

untuk saling beradu pandang dan saling


18

mendengarkan serta saling berkomunikasi dengan

yang lain.

3) Mempunyai tujuan tertentu yang akan dicapai

dengan kerjasama antar anggota kelompok.

4) Berlangsung menurut proses yang teratur dan

sistematis,menuju suatu kesimpulan (Apriliawati,

2021).

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi

Beberapa kelebihan dan kekurangan yang dapat diambil

dari diskusi yaitu :

1) Kelebihan metode diskusi :

a) Kelompok menjadi kaya dengan ide dan

informasi untuk mendapatkan hasil yang lebih

baik.

b) Termotivasi oleh kehadiran teman

c) Mengurangi sifat pemalu

d) Anak merasa terikat untuk melaksanakan

keputusan kelompok

e) Meningkatkan pemahaman diri anak

f) Melatih siswa untuk berfikir kritis

g) Melatih siswa untuk mengemukakan

pendapatnya

h) Melatih dan mengembangkan jiwa sosial pada

diri siswa
19

2) Kekurangan metode diskusi

a) Waktu belajar lebih Panjang

b) Dapat terjadi pemborosan waktu

c) Anak yang pemalu dan pendiam menjadi

kurang agresif

d) Dominasi siswa tertentu dalam diskusi.

e) Tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran

ketika siswa kurang siap mengikuti kegiatan

pembelajaran (Apriliawati, 2021).

3. Metode Demonstrasi

a. Definisi

Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran

dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada

peserta suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang

sedang dipelajari, baik sebenarnya atau tiruan, yang

sering disertai dengan penjelasan lisan. Dengan metode

demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap

pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam,

sehingga membentuk pengertian dengan baik dan

sempurna Djamarah (2014) dalam Rina et al., (2020)

Metode demonstrasi adalah tentang proses terjadinya

suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan

tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan

dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya.


20

Harapannya dengan metode demonstrasi hasil belajar

siswa yang efektif dapat menjadikan nilai peserta didik

menjadi lebih baik Djamarah (2014) dalam Rina et al.,

(2020)

b. Manfaat dan Tujuan Metode Demonstrasi

1) Manfaat Metode Demonstrasi

Penggunaan metode demonstrasi dalam

proses mengajar memiliki arti penting. Banyak

keuntungan yang dapat diraih dengan menggunakan

metode demonstrasi :

a) Perhatian peserta lebih dipusatkan

b) Proses belajar lebih terarah pada materi yang

sedang dipelajari

c) Pengalaman dan kesan sebagai hasil

pembelajaran lebih melekat dalam diri peserta

2) Tujuan Metode Demonstrasi

Demonstrasi merupakan satu wahana untuk

memberikan pengalaman belajar agar peserta dapat

menguasai kemampuan yang diharapkan dengan

yang lebih baik. Tujuan metode demonstrasi adalah

peniruan terhadap model yang dapat dilakukan agar

peserta dapat meniru contoh perbuatan yang

didemonstrasikan (Handayani H, 2017).


21

c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi

1) Kelebihan

Kelebihan metode demonstrasi adalah perhatian

peserta akan dapat terpusat sepenuhnya pada pokok

bahasan yang akan didemonstrasikan, memberikan

pengalaman praktis yang dapat membentuk ingatan

yang kuat dan keterampilan dalam berbuat,

menghindarkan kesalahan peserta dalam mengambil

suatu kesimpulan, karena peserta mengamati secara

langsung jalannya demonstrasi yang dilakukan

(Hariyanto Bhidju, 2020)

2) Kelemahan

Kelemahan metode demonstrasi adalah tidak semua

benda dan materi pembelajaran yang bisa

didemonstrasikan dan metode ini tidak efektif bila

tidak oleh keterampilan secara khusus. Ada

beberapa kelemahan metode demonstrasi yaitu,

peserta terkadang sulit melihat dengan jelas benda

yang akan dipertunjukkan, sulit dimengerti bila

didemonstrasikan oleh orang yang kurang

menguasai apa yang

didemonstrasikan (Hariyanto Bhidju, 2020)


22

d. Langkah Metode Demonstrasi

1) Tahap Perencanaan

a) Penentuan tujuan demonstrasi yang akan

dilakukan dalam hal ini pertimbangkanlah

apakah tujuan yang akan dicapai peserta

dengan belajar melalui demonstrasi itu tepat

dengan menggunakan metode demontrasi

b) Materi yang akan didemontrasikan terutama hal-

hal yang penting ingin ditonjolkan

c) Siapkanlah fasilitas penunjang demonstrasi

seperti peralatan, tempat dan mungkin juga

biaya yang dibutuhkan

d) Penataan peralatan dan ruangan pada posisi

yang baik

e) Pertimbangkanlah jumlah peserta dihubungkan

dengan hal yang akan didemonstrasikan agar

peserta dapat melihatnya dengan jelas

f) Buatlah garis besar langkah atau pokok-pokok

yang akan didemonstrasikan secara berurutan

dari tertulis pada papan tulis atau pada kertas


23

lebar, agar dapat dibaca-kan peserta secara

keseluruhan

g) Untuk menghindarkan kegagalan dalam

pelaksanaan sebaiknya demonstrasi yang

direncanakan dicoba terlebih dahulu. Djamaran

(2010) dalam Arsita Bella (2019)

2) Tahap Pelaksanaan

a) Sebelum memulai persiapkanlah sekali lagi

kesiapan peralatan yang akan didemonstarsikan,

pengaturan tempat, keterangan tentang garis

besar langkah dan pokok-pokok yang akan

didemonstrasikan, dan lain-Iain yang diperlukan

b) Siapkanlah peserta, barangkali ada hal-hal yang

perlu mereka catat

c) Mulailah demontrasi dengan menarik perhatian

peserta

d) Ingatlah pokok-pokok materi yang

didemontrasikan agar demontrasi mencapai

sasaran

e) Pada waktu berjalannya demonstrasi, sekali-kali

perhatikanlah keadaan peserta, apakah semua

mengikuti dengan baik

f) Untuk menghindarkan ketegangan, ciptakanlah

suasana yang harmonis


24

g) Berikanlah kesempatan kepada peserta untuk

secara aktif memikirkan lebih lanjut tentang apa

yang dilihat dan didengarnya dalam bentuk

mengajukan pertanyaan, membandingkannya

dengan yang lain atau dengan pengalaman Iain,

serta mencoba melakukannya sendiri

dengan bimbingan peneliti, Djamarah (2010)

dalam Arsita Bella (2019).

3. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

a. Definisi

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan

cara deteksi dini yang mudah, murah dan dapat

dilakukan sendiri. Deteksi dini merupakan langkah awal

yang sangat penting untuk mengetahui secara dini

adanya tumor atau benjolan pada payudara. Deteksi dini

dapat dilakukan oleh wanita mulai usia 20 tahun dan

dilakukan setiap bulan, 7-10 hari setelah hari pertama

haid terakhir. Hal ini sejalan dengan dianjurkan oleh

American Cancer Society (ACS/2017). Namun seiring

berjalannya waktu, penyakit ini mulai mengarah ke usia

lebih muda, yaitu usia remaja (13-20 tahun) juga menjadi

sangat penting untuk melakukan SADARI secara rutin

sebagai upaya pencegahan dan deteksi dini yang


25

bertujuan untuk mendeteksi dini apabila terdapat

benjolan pada payudara (Lestari & Wulansari, 2019).

Melakukan sadari atau pemeriksaan payudara sendiri,

kanker payudara dapat ditemukan secara dini serta

dengan dilakukannya pemeriksaan mammografi. Deteksi

dini dapat menekankan angka kematian sebesar 25-

30%. Wanita yang dianjurkan untuk melakukan sadari

adalah pada saat wanita pertama mengalami haid.

Mulyani dan Rinawati (2017) dalam (Anjuita Sinaga,

2018).

b. Tujuan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

SADARI bertujuan untuk mendeteksi kelainan

payudara sedini mungkin. Ukuran payudara disetiap

wanita memiliki bentuk yang berbeda-beda. Jika wanita

memeriksakan payudara secara rutin setiap bulan setelah

menstruasi, wanita dapat mengetahui kondisi payudara

dan mengetahui apakah ada perubahan. Selain itu wanita

dapat terbiasa dan tidak merasa malu lagi untuk

melakukan SADARI (Chyntia Sirait, 2021).

c. Waktu Untuk Melakukan SADARI

Waktu yang tepat untuk melakukan SADARI pada usia

remaja (13-20 tahun) ke atas yaitu setiap bulan, 7-10 hari

setelah hari pertama haid terakhir. Sedangkan untuk

wanita pasca menopause dianjurkan untuk memeriksakan


26

payudara pada hari pertama setiap bulan untuk

meningkatkan rutinitas pemeriksaan payudara sendiri.

4. Pengetahuan

a. Definisi

Pengetahuan adalah penginderaan individu yang

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi

terhadap suatu objek yang merupakan domain utama

dalam membentuk tindakan seseorang, sebagian besar

diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan

penglihatan (mata) (Setya Rini, 2021)

Pengetahuan itu mempunyai sasaran tertentu,

mempunyai metode atau pendekatan untuk mengkaji

objek tersebut sehingga memperoleh hasil yang dapat

disusun secara sistematis dan dipakai secara umum,

maka terbentuklah disiplin ilmu dengan perkataan lain

pengetahuan itu dapat berkembang menjadi ilmu apabila

memenuhi kriteria sebagai berikut :

1) Mempunyai objek kajian

2) Mempunyai objek pendekatan

3) Bersifat universal (mendapat pengetahuan secara

umum) (Setya Rini, 2021)

b. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

penting bagi terbentuknya perilaku seseorang. Benyamin


27

Bloom dalam teorinya menyatakan bahwa pengetahuan

yang termasuk dalam domain kognitif mencakup 6

tingkatan yaitu :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi

yang telah dipelajari sebelumnya termasuk dalam

tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu

yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu tahu

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu

kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat

intrepretasikan materi tersebut secara benar. Orang

yang telah paham terhadap suatu objek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebut contoh,

menyimpulkan dan meramalkan terhadap suatu

objek yang telah dipelajari

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

dalam keadaan yang nyata. Aplikasi di sini dapat


28

diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode dan prinsip dalam kontek dan situasi lain.

4) Analisis (Analyisis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi suatu objek kedalam suatu

struktur objek kedalam komponen-komponen, tetapi

masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih

ada kaitannya satu dengan yang lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja

seperti: menggambarkan, membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukan pada satu kemampuan

untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-

bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan

untuk melakukan penilaian lain terhadap suatu objek

atau penilaian terhadap suatu objek atau materi.

Penilaian ini di tentukan oleh kriteria yang ditentukan


29

sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada

Notoatmodjo, 2007 dalam (Setya Rini, 2021).

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang, yaitu :

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan

seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal

agar mereka dapat memahami. Tidak dapat

dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang

semakin mudah pula mereka menerima informasi,

dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan

yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat

pendidikannya rendah, akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap

penerimaan informasi dan nilai-nilai baru

diperkenalkan.

2) Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan

seseorang memperoleh pengalaman dan

pengetahuan baik secara langsung maupun tidak

langsung.

3) Umur
30

Dengan bertambahnya umur seseorang akan

terjadi perubahan pada aspek psikis dan psikologis

(mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada

empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran,

perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan

timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan

fungsi organ. Pada aspek psikologis dan mental taraf

berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.

4) Minat

Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan

yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan

seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal

dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih

dalam.

5) Pengalaman

Adalah suatu kejadian yang pernah dialami

seseorang dalam berinteraksi dengan

lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman

yang baik seseorang akan berusaha untuk

melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek

tersebut menyenangkan maka secara psikologis


31

akan timbul kesan yang membekas dalam emosi

sehingga menimbulkan sikap positif.

6) kebudayaan

kebudayaan lingkungan sekitar, apabila dalam

suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga

kebersihan lingkungan maka sangat mungkin

masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu

menjaga kebersihan lingkungan.

7) Informasi

Kemudahan memperoleh informasi dapat

membantu mempercepat seseorang untuk

memperoleh pengetahuan yang baru (Setya Rini,

2021).

d. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi

materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau

responden.

Menurut A. Wawan dan Dewi M, 2010 pengetahuan

seseorang dapat diketahui dan diintepretasikan dengan

skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

1) Baik : 76% - 100%

2) Cukup : 56% - 75%

3) Kurang : <56 (Arikunto, 2017)


32

5. Keterampilan

a. Definisi

keterampilan adalah kemampuan individu untuk

melaksanakan tindakan yang diawali dengan menerima

pengalaman belajar tertentu. Keterampilan menunjukkan

perilaku atau perubahan tertentu dengan makna yang

terkandung dalam aktifitas mental atau otak seseorang

yang pada dasarnya merupakan tahap lanjutan dari hasil

belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar

efektif. Pengetahuan, sikap dan ketersediaan fasilitas serta

perilaku para petugas kesehatan sebagai fasilitator

merupakan komponen-komponen yang dapat menentukan

keterampilan seseorang (nurhayani, 2021).

Ruang lingkup keterampilan cukup luas, meliputi

kegiatan berupa perbuatan, berpikir, melihat,

mendengarkan, berbicara, dan sebagainya. Akan tetapi

dalam pengertian sempit biasanya keterampilan lebih

diajukan kepada kegiatan-kegiatan yang berupa

perbuatan. Keterampilan bukanlah sesuatu yang dapat

diajarkan melalui uraian atau penjelasan semata

(nurhayani, 2021).

b. Cara Melakukan Keterampilan Pemeriksaan Payudara

Sendiri (SADARI)

1) Cuci tangan terlebih dahulu


33

2) Buka pakaian bagian atas

3) Berdiri tegak di depan cermin dengan lengan yang

menjuntai ke bawah. Hal ini dilakukan untuk

memastikan apakah ada perubahan bentuk secara

signifikan pada payudara.

cermin

Berdiri di depan
cermin

Gambar 1 Berdiri di depan cermin (Yunanda Fitria,


2019)
4) Letakkan kedua tangan di atas kepala. Periksa bentuk

dan ukuran payudara.

cermin

Mengangkat kedua
tangan

Gambar 2 Mengangkat kedua tangan diatas kepala


(Yunanda Fitria, 2019)

5) Berdiri tegak di depan cermin dengan tangan

disamping kanan dan kiri. Miringkan badan ke kanan

dan kiri untuk melihat perubahan pada payudara.


34

cermin

Mengamati
payudara

Gambar 3 Mengamati payudara (Yunanda Fitria,


2019)

6) Tempatkan kedua tangan di pinggang, lalu gerakkan

lengan hingga bahu kedepan. Posisi dapat membuat

benjolan menjadi lebih terlihat.

Meletakkan tangan di
pinggang

Gambar 4 Meletakkan tangan di pinggang (Yunanda


Fitria, 2019)

7) Angkat salah satu lengan ke atas, dengan

menggunakan ujung jari tangan, raba dan tekan area

payudara dari arah ketiak memutar ke seluruh bagian

payudara hingga kearah putting susu. Ulangi gerakan

yang sama pada payudara yang satunya.


35

Mengangkat salah satu


tangan dan meraba
payudara

Gambar 5 Melakukan pemeriksaan SADARI


(Yunanda Fitria, 2019)

8) Cubit puting. Cermati bila ada cairan yang keluar dari

puting. Berkonsultasilah ke dokter seandainya hal itu

terjadi.

Mencubit putting
payudara

Gambar 6 Mencubit putting payudara (Yunanda


Fitria, 2019)

9) Pada posisi tiduran, letakkan bantal di bawah pundak,

lakukan 3 gerakan seperti sebelumnya, dengan

menggunakan ujung jari (Aulia, 2016).

6. Remaja

a. Definisi

Remaja di definisikan sebagai masa peralihan dari

masa kanak-kanak ke masa dewasa, istilah ini


36

menunjukkan masa dari awal pubertas sampai

tercapainya kematangan, biasanya mulai dari usia 14

tahun pada pria dan usia 12 tahun pada wanita. Batasan

remaja dalam hal ini adalah usia 10 tahun sampai

dengan 19 tahun menurut klasifikasi World Health

Organizatio (WHO). Salah satu pakar psikologi

perkembangan Hurlock (2002) menyatakan bahwa masa

remaja ini dimulai pada saat anak mulai matang secara

seksual dan berakhir pada saat mencapai usia dewasa

secara hukum (Oktavia, 2020)

Remaja adalah investasi yang paling berharga dan

merupakan generasi penerus cita-cita suatu bangsa.

Remaja di definisikan sebagai periode transisi

perkembangan dari masa kanak-kanak menuju masa

dewasa, yang mencakup aspek biologi, kognitif, dan

perubahan sosial yang berlangsung antara usia 10-19

tahun (Ulayya Anjani & dkk, 2021).

b. Tahap Perkembangan Remaja

Remaja memiliki 3 (tiga) tahapan perkembangan

dalam proses penyesuaian diri menuju dewasa,

diantaranya:

1) Remaja awal (early adolescence)

Remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun

masih terheran-heran akan perubahan fisik yang


37

terjadi pada dirinya dan dorongan-dorongan yang

menyertai perubahan itu. Pada tahap ini remaja

mengembangkan pikiran baru, mudah tertarik

pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara

erotis. Dengan dipegang tangannya oleh lawan

jenis, ia sudah berfantasi erotic. Kepekaan yang

berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya

kendali terhadap ego menyebabkan para remaja

sulit dimengerti oleh orang dewasa.

2) Remaja pertengahan (middle adolescence)

Remaja pada tahap ini berusia 13-15

tahun.pada tahap ini remaja sangat membutuhkan

teman. Ada kecenderungan “narastic” yaitu

mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-

teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama

dengan dirinya. Selain itu, pada tahap ini remaja

berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak

tahu harus memilih yang mana, peka atau tidak

peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau

pesimis, dan sebagainya.

3) Remaja akhir (late adolescence)

Tahap ini usia remaja pada 16-19 tahun adalah

masa konsolidasi menuju periode dewasa dan


38

ditandai dengan pencapaian 5 (lima) hal,

diantaranya :

a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-

fungsi intelek.

b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu

dengan orang lain dan dalam pengalaman-

pengalaman baru.

c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan

berubah lagi.

d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian

pada diri sendiri) diganti dengan

keseimbangan antara kepentingan diri sendiri

dengan orang lain.

e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri

pribadinya (private self) dan masyarakat

umum (the public) (Tasijawa & dkk, 2021).

c. Ciri-ciri masa Remaja

Menurut (Tasijawa & dkk, 2021) masa remaja tentu

saja mempunyai ciri-ciri yang membedakannya dengan

periode sebelum atau sesudahnya, ciri-ciri tersebut

diantaranya:

1) Masa remaja sebagai periode yang penting, dimana

perubahan-perubahan yang dialami masa remaja

akan memberikan dampak langsung pada individu


39

yang bersangkutan dan akan mempengaruhi

perkembangan selanjutnya.

2) Masa remaja sebagai periode peralihan. Hal ini,

masa kanak-kanak dianggap belum dapat sebagai

orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan

ini memberi waktu pada remaja untuk mencoba

gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola

perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan

kepribadiannya.

3) Masa remaja sebagai periode perubahan. Yaitu

perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat dan

pengaruh (menjadi remaja yang dewasa dan

mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang diyakini,

serta keinginan dan kebebasan.

4) Masa remaja sebagai periode mencari identitas diri,

yang dicari berupa usaha untuk menjelaskan siapa

dirinya dan apa pengaruhnya dalam masyarakat.

5) Masa remaja sebagai periode usia yang

menimbulkan ketakutan. Dikatakann demikian karna

remaja mengalami keadaan sulit tidur, cenderung

berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat

banyak orang tua menjadi khawatir.

6) Masa remaja sebagai periode masa yang tidak

realistis. Remaja cenderung melihat dirinya sendiri


40

seperti yang orang lain inginkan, bukan apa adanya

menjadi diri mereka sendiri contohnya dalam hal

cita-cita, pada masa remaja cenderung menentukan

cita-cita karena adanya pengaruh baik dari keluarga

maupun lingkungannya.

7) Masa remaja sebagai periode ambang masa

dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau

kesulitan dalam usaha meningkatkan kebiasaan

pada usia sebelumnya (masa kanak-kanak) karena

pada masa ini merupakan masa perubahan dari

masa kanak-kanak menuju dewasa sehingga

mereka cenderung mengalami perubahan perilaku.


41

B. Kerangka Konsep

Faktor yang Pengetahuan remaja putri tentang


mempengaruhi pemeriksaan payudara sendiri
pengetahuan tentang (SADARI)
pemeriksaan payudara 1. Baik
Pengetahuan meliputi: 2. Cukup
sendiri (SADARI) :
1. Definisi 3. kurang
1. Pendidikan
2. Tingkat pengetahuan
2. Informasi atau media
3. Faktor-faktor yang
massa
mempengaruhi pengetahuan
3. Social, budaya,
4. Pengukuran pengetahuan
ekonomi
4. Lingkungan
5. Pengalaman Sikap remaja putri tentang
6. Usia pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI)

Pendidikan Keterampilan remaja putri cara


kesehatan dengan melakukan pemeriksaan payudara 1. Baik
metode diskusi dan sendiri (SADARI) 2. Cukup
demonstrasi 3. Kurang
tentang Keterampilan meliputi:
pemeriksaan 1. Definisi
payudara sendiri 2. Cara melakukan keterampilan
(SADARI) pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI)

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 7 : Pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode


diskusi dan demonstrasi terhadap peningkatan
pengetahuan dan keterampilan remaja putri tentang
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
42

C. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Hipotesa Alternatif (Ha)

Ada pengaruh metode diskusi dan demonstrasi terhadap

peningkatan pengetahuan dan keterampilan remaja putri

tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di SMPN 4

Lingsar

2. Hipotesa Nol (H0)

Tidak ada pengaruh metode diskusi dan demonstrasi

terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan

remaja putri tentang pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI) di SMPN 4 Lingsar


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah meneliti pengaruh Pendidikan

Kesehatan dengan metode diskusi dan demonstrasi terhadap

peningkatan pengetahuan dan keterampilan remaja putri tentang

pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di SMPN 4 Lingsar.

1. Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di SMPN 4 Lingar dengan

pertimbangan :

a. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Lombok Barat

pada tahun 2020 tidak ditemukan kasus benjolan/tumor,

dan pada tahun 2021 meningkat sebanyak 7 kasus

benjolan/tumor.

b. Berdasarkan studi pendahuluan di SMPN 4 Lingsar pada

tanggal 30 Maret 2023, 6 dari 10 siswi mengatakan

mengetahui apa itu pemeriksaan payudara sendiri tetapi

tidak tahu bagaimana cara melakukan pemeriksaan

payudara sendiri.

2. Waktu Penelitian

a. Penyusunan proposal dimulai bulan Januari 2022

sampai dengan bulan Maret 2023

b. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2023

43
44

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pra

eksperimental dengan pendekatan One Group Pretest-Posttest

(Notoatmodjo, 2012)

Dalam rancangan ini suatu kelompok sebelum dikenal

perlakuan diberi pre test, kemudian setelah intervensi dilakukan

post test (Nursalam, 2016)

Bentuk rancangan one group pretest-posttest adalah sebagai

berikut:

Pretest Perlakuan Posttest

O1 X O2

Gambar 8 : Bentuk Rancangan One Group Pretest-Posttest Pada


Desain Penelitian Pre experimental (Notoatmodjo,
2012)

Keterangan :

O1 : Variabel dependen sebelum diberikan perlakuan X


X : Perlakuan atau intervensi yang diberikan
O2 : Variabel dependen setelah diberikan perlakuan X

D. Alat dan Bahan

1. Lembar inform consent


45

2. Kuesioner pengetahuan dan keterampilan pemeriksaan

payudara sendiri

3. Alat tulis (pulpen dan buku)

4. Phantom payudara

5. Handscoon

D. Metode Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisir yang terdiri atas

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya (Anshori & Iswati, 2019). Populasi

dalam penelitian ini adalah siswi SMPN 4 Lingsar di Dusun

Sigerongan kelas 7-8 yang berusia 10-19 tahun yang

berjumlah 110 orang.

2. Sampel

Sampel penelitian sebagai unit yang lebih kecil lagi

adalah sekelompok individu yang merupakan bagian dari

populasi terjangkau dimana penelitian langsung

mengumpulkan data atau melakukan

pengamatan/pengukuran. Pada dasarnya penelitian dilakukan

pada sampel yang terpilih dari populasi terjangkau (Dharma,

2017).

a. Besar Sampel
46

Besar sampel adalah sebagian yang diambil

dari keseluruhan objek yang diteliti dianggap yang

mewakili populasi (Nursalam, 2016). Besar sampel

dalam penelitian ini berdasarkan rumus menurut slovin

(2011), sebagai berikut :

N
n=
1+ N e2

Keterangan :

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan

pengabilan sampel yang di tolerir, misalnya 10%.

Dengan menggunakan rumus diatas maka besar

sampel yang akan dijadikan sampel dalam penelitian

ini adalah populasi [N] dalam

N
n=
1+ N e2

110
n=
1+ 110 x 0,1 x 0,1

110
n=
1+ 1,1

110
n=
2,1

n = 52,38
47

n = 52 sampel, dibulatkan menjadi 50

Menentukan jumlah sampel disetiap kelas 7-8 di SMPN 4 Lingsar

menggunakan rumus :

N1
n1 Xn
N

Keterangan :

n1 : Besar sampel untuk masing masing kelas


n : Besar sampel
N : Total populasi keseluruhan
N1 : Total sub populasi

Tabel. 1 : Perhitungan jumlah sampel yang diambil di masing-masing


kelas di SMPN 4 Lingsar Tahun 2023

No Kelas Sub Populasi Rumus Perhitungan Besar


Sampel (n1)
1. VII A 13 13 6
X 52
110
2. VII B 13 13 6
X 52
110
3. VII C 10 10 5
X 52
110
4. VII D 14 14 6
X 52
110
5. VIII A 17 17 8
X 52
110
6. VIII B 15 15 7
X 52
110
7. VIII C 14 14 6
X 52
110
8. VIII D 14 14 6
X 52
110
Total 110 50
48

b. Kriteria Sampel

Kriterian besar sampel dalam penelitian ini dibedakan

menjadi :

1) Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek

penelitian dari suatu populasi target yang

terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2016).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a) Siswi kelas 7-8 di SMPN 4 Lingsar

b) Sehat jasmani dan tidak sakit

c) Bersedia menjadi responden

2) Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau

mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria

inklusi dari studi karena berbagai sebab

(referensi). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini

adalah :

a) Siswi yang tidak hadir atau tidak dapat

mengikuti penelitian sampai akhir

c. Teknik Pengambilan Sampel

Sampling adalah suatu proses dalam

menyeleksi porsi dan populasi untuk dapat mewakili


49

populasi. Teknik sampling merupakan cara yang

ditempuh dalam pengambilan sampel, agar

memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan

keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2017).

Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan

adalah Proporsional Random Sampling dan Simple

Random Sampling, dimana peneliti memilih sampel

dengan cara memberikan kesempatan yang sama

kepada semua anggota populasi (Nursalam, 2017).

3. Variable Penelitian

(Notoatmodjo, 2018) mengatakan variable adalah

sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang

dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu

konsep pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin,

pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan,

pendapatan, penyakit. Variable juga dapat diartikan sebagai

konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai.

a. Variable Independen (bebas)

Variable yang mempengaruhi atau nilanya

menentukan variabel lain. Suatu kegiatan stimulasi

yang dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu

dampak pada variabel dependen. Variabel bebas

biasanya dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk

diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap


50

variabel lain (Nursalam, 2017). Yang menjadi variabel

independent dalam penelitian ini adalah pendidikan

kesehatan dengan metode diskusi dan demonstrasi.

b. Variabel Dependen (terikat)

Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan

oleh variabel lain. Variabel respons akan muncul

sebagai akibat dari manipulasi variabel-variabel lain.

Dalam ilmu perilaku, variabel terikat adalah aspek

tingkah laku yang diamati dari suatu organisme yang

dikenai stimulus. Variabel terikat adalah faktor yang

diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya

hubungan atau pengaruh dari variabel bebas

(Nursalam, 2017). Variabel dependen dalam penelitian

ini adalah pengetahuan dan keterampilan tentang

pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

4. Definisi operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel

secara operasional berdasarkan karakteristik yang dimiliki,

memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau

pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan

parameter yang dijadikan ujian dalam penelitian (Nursalam,

2015).
51

Tabel 2 : Definisi Operasional Pengaruh Pendidikan


Kesehatan dengan Metode Diskusi dan Demonstrasi
Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan
Keterampilan Remaja Putri Tentang Pemeriksaan
Payudara Sendiri (SADARI) di SMPN 4 Lingsar
Tahun 2023

Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Hasil


Operasional Data Ukuran

Independen : Metode yang 1. Pengertian - - -


Pendidikan membahas diskusi
Kesehatan suatu 2. Karakteristik
pemeriksaan persoalan diskusi
payudara secara 3. Kelebihan dan
sendiri Bersama-sama kekurangan
(SADARI) diskusi
dengan
metode
diskusi
Independen : Penyampaian 1. Pengertian Phantom - -
Pendidikan pesan tentang penkes payudara
Kesehatan pemeriksaan 2. Tujuan
pemeriksaan payudara penkes
payudara sendiri 3. Ruang lingkup
sendiri (SADARI) penkes
(SADARI) dengan 4. Sasaran
dengan memperagaka penkes
metode n menggunaka 5. Pentingnya
demonstrasi phantom penkes
payudara 6. Prinsip
penkes
7. Peran penkes
8. Konsep
pembelajaran
penkes
9. Metode
penkes
Dependen : Kemampuan 1. Pengertian Kuesione Ordinal Baik :
Pengetahuan menjawab SADARI r 76%-
52

remaja putri kuesioner 2. Tujuan 100%


tentang tentang SADARI Cukup :
pemeriksaan pemeriksaan 3. Waktu 56%-
payudara payudara melakukan 75%
sendiri sendiri SADARI Kurang
(SADARI) (SADARI) : <56

Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Hasil


Operasional Data Ukuran

Dependen : kemampuan 1. Definisi Phantom Ordinal Baik :


Keterampilan siswi untuk keterampilan payudara 76%-
remaja putri melaksanakan Cara 100%
tentang tindakan yang melakukan Cukup :
pemeriksaan diawali dengan keterampilan 56%-
payudara menerima SADARI 75%
sendiri pengalaman Kurang
(SADARI) belajar tertentu : <56
53

5. Alur Penelitian

Populasi
Sampling
(Simple Random
Sampling)
sampel

Pengukuran tingkat pengetahuan


dan keterampilan siswi dengan
kuesioner (pretest)

Pendidikan Kesehatan
dengan metode diskusi dan
demonstrasi

Pengukuran tingkat
pengetahuan dan
keterampilan siswi dengan
kuesioner (posttest)

Pengolahan Data

Analisis Data Penyajian Hasil

Gambar 9 : Alur penelitian Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Metode


Diskusi dan Demonstrasi Terhadap Peningkatan Pengetahuan
dan Keterampilan Remaja Putri Tentang Pemeriksaan
Payudara Sendiri
54

6. Prosedur Penelitian

a. Meminta izin kepada Direktur Politeknik Kesehatan

Mataram

b. Meminta izin kepada Bapedda (Badan Pengelola

Pendapatan Daerah) Lombok Barat

c. Meminta izin kepada Dinas Kesehatan Lombok Barat

d. Meminta izin kepada Kepala Sekolah SMPN 4 Lingsar

e. Penelitian membuat Ethical Clearance

f. Menetapkan pemilihan responden, pada penelitian ini

yang dapat menjadi responden adalah remaja putri yang

memenuhi kriteria inklusi di SMPN 4 Lingsar

g. Responden dikumpulkan di hari pertama, peneliti

menjelaskan tujuan, manfaat, dan proses penelitian

h. Memberikan lembar persetujuan menjadi responden

i. Setelah responden menyaatakan setuju, peneliti

memberikan kuesioner pretest dan diberikan waktu untuk

menjawab

j. Peneliti membagi kelompok diskusi sebanyak 5 group

k. Responden diberikan pendidikan kesehatan melalui

metode diskusi

l. Responden diberikan pendidikan kesehatan dengan

metode demonstrasi tentang pemeriksaan payudara

sendiri (SADARI)
55

m. Hari ke dua peneliti melakukan pengukuran keterampilan

setelah di berikan demonstrasi di hari pertama

n. Di hari ke tiga peneliti memberikan posttes pengetahuan

tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI),

Kuesioner yang telah selesai diisi dikembalikan kepada

peneliti untuk dilakukan analisis data.

o. Di hari ke empat responden melakukan redemo

keterampilan pemeriksaan payudara sendiri

E. Data yang dikumpulkan

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer

Menurut Riwidikdo (2012), data primer adalah data yang

secara langsung diambil dari objek penelitian oleh peneliti

perorangan maupun organisasi sehingga diperoleh jawaban

atas pertanyaan yang disediakan melalui pengisian kuesioner

oleh responden. Adapun data primer dalam penelitian ini

adalah:

a. Data tentang karakteristik responden meliputi : nama,

usia, jenis kelamin, Pendidikan, pekerjaan

b. Data tentang pengetahuan remaja putri sebelum dan

setelah diberikan intervensi pendidikan Kesehatan

dengan metode diskusi dan demonstrasi tentang

pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)


56

c. Data tentang keterampilan remaja putri sebelum dan

setelah diberikan intervensi Pendidikan Kesehatan

dengan metode diskusi dan demonstrasi tentang

pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan peneliti

melalui pihak lain (Riwidikdo, 2012). Data sekunder dalam

penelitian ini berupa gambaran umum tempat penelitian yaitu

SMPN 4 Lingsar.

F. Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data diolah dengan cara dideskripsikan dan

ditabulasikan berdasarkan karakteristik responden.

a. Data mengenai karakteristik remaja putri : nama, usia, jenis

kelamin, Pendidikan, pernah mendapat informasi dan

riwayat keluarga dikumpulkan dengan menggunakan

kuesioner yang dibagi pada responden

b. Data mengenai pengetahuan dan keterampilan remaja

putri sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan dengan metode diskusi dan demonstrasi

tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dengan

alat ukur
57

kuesioner dan phantom payudara yang dibagikan kepada

responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah gambaran

umum tentang tempat penelitian yaitu SMPN 4 Lingsar.

G. Cara Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data dasarnya merupakan suatu proses

untuk memperoleh data atau jasa ringkasan berdasarkan suatu

kelompok data mentah dengan menggunakan rumus tertentu

sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan (Nursalam,

2016).

1. Pengolahan Data

Adapun cara pengolahan data dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Data Primer

1) Data karakteristik responden

Data tentang karakteristik responden diolah secara

deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi. Data yang dikumpulkan meliputi:

a) Umur

Klasifikasi usia menurut World Health

Organizatio (WHO) yaitu, masa remaja awal

10-12 tahun, masa remaja pertengahan 13-15


58

tahun, masa remaja akhir 16-19 (Oktavia,

2020).

b) Pendidikan

Pendidikan akan dikategorikan

berdasarkan UU RI No.20 tahun 2003 tentang

sistem Pendidikan nasional yang terdiri dari :

(1) Pendidikan dasar, yaitu jenjang pendidikan

Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiya

(MI) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

atau Madrasah Tsanawiyah (MTS), (2)

Pendidikan menengah, yaitu Sekolah

Menengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah

(MA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),

(3) Pendidikan Tinggi, mencakup program

Pendidikan diploma, sarjana, magister, doctor,

dan spesialis.

c) Pekerjaan

Pekerjaan akan dikategorikan menjadi

bekerja dan tidak bekerja. Menurut Badan

Pusat Statistik (2016), bekerja adalah kegiatan

ekonomi yang dilakukan oleh seseorang

dengan maksud memperoleh atau membantu

pendapatan atau keuntungan, sedangkan tidak

bekerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun


59

atau lebih) yang masih sekolah atau mengurus

rumah tangga.

2) Data pengetahuan responden sebelum dan sesudah

diberikan pendidikan kesehatan dengan metode

diskusi dan demonstrasi tentang pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI)

Peneliti menggunakan kuesioner

pengetahuan yang menggambarkan tentang

pemeriksaan payudara sendiri. Kuesioner tingkat

pengetahuan terdiri dari 10 pertanyaan. Setiap

pertanyaan positif yang dijawab benar maka diberi

skor = 1 dan setiap jawaban yang salah diberi skor =

0, begitu juga sebaliknya jika pada pertanyaan

negatif dijawab benar maka diberi skor = 0 dan jika

dijawab salah diberi skor = 1, sehingga jika seluruh

pertanyaan dapat terjawab dengan benar maka skor

yang didapatkan adalah 10. Rumus yang di gunakan

untuk mengukur presentase dari jawaban yang di

dapatkan dari kuesioner menurut (Arikunto, 2017)

yaitu :

Jumlah nilai yang benar


Presentasi = x 100%
jumlah soal

Hasil perhitungan dimasukkan dalam kategori baik

(76%-100%), cukup (56%-75%), kurang (10%-55%)

(Arikunto, 2017).
60

3) Data keterampilan responden sebelum dan sesudah

diberikan Pendidikan Kesehatan dengan metode

diskusi dan demonstrasi tentang pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI)

Peneliti menggunakan kuesioner

keterampilan yang menggambarkan tentang cara

melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

Kuesioner keterampilan terdiri dari 10 pertanyaan.

Setiap pertanyaan positif yang dijawab benar maka

diberi skor=1 dan setiap jawaban yang salah diberi

skor=0, begitu juga sebaliknya jika pada pertanyaan

negatif dijawab benar maka diberi skor=0 dan jika

dijawab salah diberi skor=1, sehingga jika seluruh

pertanyaan dapat terjawab dengan benar maka skor

yang didapatkan adalah 10. Rumus yang digunakan

untuk mengukur presentase dari jawaban yang di

dapatkan dari kuesioner menurut (Arikunto, 2017)

yaitu :

Jumlah nilai yang benar


Presentasi = x 100%
jumlah soal

Hasil perhitungan dimasukkan dalam kategori

baik (76%-100%), cukup (56%-75%), kurang

(10%-55%) (Arikunto, 2017).

b. Data Sekunder
61

Data gambar umum lokasi penelitian diolah

secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk narasi.

2. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengidentifikasi

karakteristik responden penelitian dan mengetahui

gambaran mengenai skor pengetahuan dan

keterampilan sebelum dan sesudah diberikan

pendidikan kesehatan dengan metode diskusi dan

demonstrasi tentang pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI) pada responden yang ditampilkan dalam

tabel distribusi frekuensi.

b. Analisis Bivariat

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan

SPSS (Statistical Product and Service Solution) dengan

menguji hipotesis Uji Non Parametric yaitu Wilcoxson

Singed Rank Test untuk mengetahui perbedaan tingkat

pengetahuan dan keterampilan sebelum dan sesudah

diberikan Pendidikan Kesehatan dengan metode

diskusi dan demonstrasi tentang pemeriksaan payudara

sendiri (SADARI) pada remaja putri dan taraf signifikasi

95% (α=0,05). Bila signifikasi ≤0,05, maka Ha diterima

dan H0 ditolak artinya ada pengaruh Pendidikan


62

Kesehatan dengan metode demonstrasi terhadap

peningkatan pengetahuan dan keterampilan remaja

putri tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

Sedangkan jika signifikan > 0,05 maka Ha ditolak dan

H0 diterima artinya tidak ada pengaruh Pendidikan

Kesehatan dengan metode diskusi dan demonstrasi

terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan

remaja putri tentang pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI).

H. Etika Penelitian

Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subyek

tidak boleh bertentangan dengan etik. Tujuan penelitian harus etis

dalam artian hak responden harus dilindungi. Pada penelitian ini,

peneliti mendapat pengantar dari kampus Politeknik Kesehatan

Kemenkes Mataram. Kemudia dalam melakukan penelitian,

peneliti menggunakan permohonan izin kepada kepala sekolah

SMPN 4 Lingsar untuk mendapatkan persetujuan, baru melakukan

penelitian dengan menekankan kepada masalah etik yang meliputi

1. Lembar persetujuan menjadi responden (Informed Consent)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang

akan diteliti, tujuannya adalah agar responden mengetahui

maksud dan tujuan peneliti serta dampak yang diteliti, maka

harus menandatangani persetujuan. Jika responden


63

menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan

menghormati keputusan responden.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden,

peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada

lembar pengumpulan data (kuesioner), yang diisi oleh

responden pada lembar tersebut hanya nomor kode ataupun

inisial namanya.

3. Kerahasiaan (Condifentiality)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden

dijamin oleh peneliti, hanya kelompok dara tertentu yang

akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.


BAB IV
HASIL PENELITIAN

Bab ini membahas tentang gambaran umum tempat dilakukannya

penelitian, gambaran umum responden, dan data khusus hasil penelitian

tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Diskusi dan

Demonstrasi Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan

Remaja Putri Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di SMPN

4 Lingsar Tahun 2023.

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 11-14 Juli 2023. Populasi

dalam penelitian ini berjumlah 50 orang yang terdiri dari siswi.

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

1. SMPN 4 Lingsar

a. Letak Geografis

SMPN 4 Lingsar adalah SMPN yang terletak di Kelurahan

Sigerongan, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat.

Jarak SMPN 4 Lingsar sekitar ± 20 km dari kota Mataram

dengan waktu tempuh sekitar 45 menit. Luas wilayah SMPN

4 Lingsar adalah 120.000 m2.

b. Kependudukan

SMPN 4 Lingsar merupakan salah satu sekolah menengah

pertama dengan jumlah guru ± 38 orang, siswa laki-laki ± 197

orang, dan siswi perempuan ± 152 orang.

64
65

c. Sarana dan Prasarana

SMPN 4 Lingsar didukung dengan sarana dan prasarana

yang meliputi 18 ruang kelas, 1 ruang laboraturium, 1 ruang

perpustakaan, 1 ruang UKS, dan 1 buah lapangan.

d. Visi dan Misi

Visi :

Beriman dan bertaqwa, berbudi luhur, berjiwa mandiri,

berprestasi, berbudaya dan berdaya saing.

Misi :

1) Mewujudkan peserta didik yang berkarakter dan berdaya

saing melalui kegiatan keagamaan di sekolah.

2) Mewujudkan peserta didik yang berprestasi dan

berwawasan luas

3) Mewujudkan peserta didik yang mampu

mengembangkan diri sesuai kemampuan bakat dan

minat di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

4) Mewujudkan kemampuan menjadikan seluruh warga

sekolah yang professional.

B. Gambaran Umum Responden

Berikut akan dipaparkan gambaran umum tentang

responden yang mana distribusi responden remaja putri meliputi

umur, jenis kelamin, dan kelas.


Tabel. 3 : Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin dan
Kelas di SMPN 4 Lingsar Tahun 2023.
No Kategori Jumlah Persentase (%)
1. Umur
13 29 58
14 17 34
15 4 8
Total 50 100
2. Jenis Kelamin
Perempuan 50 100
Total 50 100
3. Kelas
VII 21 42
VIII 29 58
Total 50 100

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa umur remaja

lebih banyak yang berumur 13 tahun sebanyak 29 orang (58%),

jenis kelamin responden siswi sebanyak 50 orang (100%), dan

remaja yang kelas VII berjumlah 21 orang (42%) dan kelas VIII

berjumlah 29 orang (58%).

C. Gambaran Khusus Hasil Penelitian

1. Pengetahuan

a. Pengetahuan remaja putri tentang pemeriksaan payudara

sendiri (SADARI) sebelum diberikan pendidikan kesehatan

dengan metode diskusi dapat dilihat pada tabel berikut :

66
67

Tabel. 4 : Pengetahuan Remaja Putri Tentang Pemeriksaan Payudara


Sendiri (SADARI) Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan
Dengan Metode Diskusi di SMPN 4 Lingsar Tahun 2023.
No Kategori Jumlah Persentase (%)
1. Baik 4 8
2. Cukup 32 64
3. Kurang 14 28
Total 50 100
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebelum

diberikan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara

sendiri (SADARI) dengan metode diskusi sebagian besar responden

mempunyai pengetahuan dengan kategori cukup sebanyak 32

responden (64%), kurang sebanyak 14 responden (28%), dan baik

sebanyak 4 responden (8%).

b. Pengetahuan remaja putri tentang pemeriksaan payudara

sendiri (SADARI) setelah diberikan pendidikan kesehatan

dengan metode diskusi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. 5 : Pengetahuan Remaja Putri Tentang Pemeriksaan Payudara


Sendiri (SADARI) Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan
Dengan Metode Diskusi di SMPN 4 Lingsar Tahun 2023.
No Kategori Jumlah Persentase (%)
1. Baik 43 86
2. Cukup 7 14
Total 50 100

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa setelah

diberikan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara

sendiri (SADARI) dengan metode diskusi sebagian besar responden

mempunyai pengetahuan dengan kategori baik sebanyak 43

responden (86%), cukup sebanyak 7 responden (14%).


68

c. Hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test pengetahuan sebelum

dan setelah pendidikan kesehatan dengan metode diskusi

terhadap peningkatan pengetahuan remaja putri tentang

pemeriksaan payudara Sendiri di SMPN 4 Lingsar Tahun 2023.

Hasil uji normalitas pengetahuan menunjukkan bahwa data

tidak berdistribusi normal sehingga uji yang yang digunakan

yaitu uji Wilcoxon Signed Ranks Test, dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

pre pengetahuan .220 50 .000 .903 50 .001

post pengetahuan .253 50 .000 .851 50 .000

Tabel. 6 : Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test Pengetahuan Sebelum


dan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan Dengan Metode
Diskusi Terhadap Peningkatan Pengetahuan Remaja Putri
Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri di SMPN 4 Lingsar
Tahun 2023.
n Rata-rata Standar minimum maksimum Ρ
Deviasi
Pretest 50 6.18 1.063 4 8 0.000
Posttest 50 8.30 0.763 7 10

Berdasarkan perhitungan SPSS yang tertera pada tabel diatas nilai

ρ adalah (0.000) < α (0.05) yang berarti hipotesis nol (Ho) ditolak dan (Ha)

diterima. Yang artinya ada pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan

metode diskusi terhadap peningkatan pengetahuan remaja putri tentang

pemeriksaan payudara sendiri di SMPN 4 Lingsar Tahun 2023.


69

2. Keterampilan

a. Keterampilan remaja putri tentang pemeriksaan payudara

sendiri (SADARI) sebelum diberikan pendidikan kesehatan

dengan metode demonstrasi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. 7 : Keterampilan Remaja Putri Tentang Pemeriksaan Payudara


Sendiri (SADARI) Sebelum Diberikan Pendidikan
Kesehatan Dengan Metode Demonstrasi di SMPN 4 Lingsar
Tahun 2023.
No Kategori Jumlah Persentase (%)
1. Baik 20 40
2. Cukup 22 44
3. Kurang 8 16
Total 50 100

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian

besar keterampilan responden tentang pemeriksaan payudara

sendiri termasuk kategori cukup sebanyak 22 responden (44%),

baik sebanyak 20 responden (40%), dan kurang sebanyak 8

responden (16%).

b. Keterampilan remaja putri tentang pemeriksaan payudara

sendiri (SADARI) setelah diberikan pendidikan kesehatan

dengan metode demonstrasi

Berdasarkan keterampilan responden menunjukkan bahwa

setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI) dengan metode demonstrasi semua


70

responden mempunyai keterampilan dengan kategori baik

sebanyak 50 responden (100%).

c. Hasil uji Wilcoxon Signed Ranks Test pengetahuan sebelum

dan setelah pendidikan kesehatan dengan metode diskusi

terhadap peningkatan pengetahuan remaja putri tentang

pemeriksaan payudara Sendiri di SMPN 4 Lingsar Tahun 2023.

Hasil uji normalitas keterampilan menunjukkan bahwa data

tidak berdistribusi normal sehingga uji yang yang digunakan

yaitu uji Wilcoxon Signed Ranks Test, dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

pre keterampilan .223 50 .000 .898 50 .000

post keterampilan .292 50 .000 .791 50 .000

Tabel. 9 : Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test Keterampilan Sebelum


dan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan Dengan Metode
Demonstrasi Terhadap Peningkatan Keterampilan Remaja Putri
Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri di SMPN 4 Lingsar
Tahun 2023.
N Rata-rata Standar minimum maksimum ρ
Deviasi
Pretest 50 6.94 1.719 3 10 0.000
Posttest 50 9.12 0.659 8 10

Berdasarkan perhitungan SPSS yang tertera pada tabel di atas nilai

ρ adalah (0.000) < α (0.05) yang berarti hipotesis nol (Ho) diterima dan

hipotesis alternatif (Ha) diterima. Yang artinya ada pengaruh pendidikan


71

kesehatan dengan metode demonstrasi terhadap peningkatan

keterampilan remaja putri tentang pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI) di SMPN 4 Lingsar Tahun 2023.

BAB V
PEMBAHASAN

Bab ini akan dilanjutkan dengan pembahasan tentang ”Pengaruh

Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Diskusi dan Demonstrasi

Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Remaja Putri

Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di SMPN 4 Lingsar

Tahun 2023” sesuai dengan hasil penelitian pada bab IV yaitu sebagai

berikut :

A. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Diskusi

Terhadap Peningkatan Pengetahuan Remaja Putri Tentang

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

1. Pengetahuan Remaja Putri Tentang Pemeriksaan Payudara

Sendiri (SADARI) Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan

Dengan Metode Diskusi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 50

responden dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan

pendidikan kesehatan dengan metode diskusi kategori

pengetahuan responden terbanyak adalah cukup yaitu

sebanyak 32 responden (64%). kategori kurang 14 responden

(28%), dan kategori baik 4 responden (8%).


72

Pengetahuan adalah penginderaan individu yang dipengaruhi oleh

intensitas perhatian dan persepsi terhadap suatu objek yang merupakan

domain utama dalam membentuk tindakan seseorang, sebagian besar

diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan penglihatan (mata)

(Setya Rini, 2021).

Menurut Notoatmojo (2010) Pengetahuan merupakan hasil

dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sesuai dengan teori

Parupalli (2017) bahwa pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebelum dilakukan

pendidikan kesehatan kategori pengetahuan responden

terbanyak adalah cukup yaitu sebanyak 32 responden (64%)

yang mencakup dari semua umur responden yaitu umur 13-15

tahun sehingga dalam penelitian ini umur responden tidak

mempengaruhi tingkat pengetahuan responden.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pius

(2018) dengan judul “hubungan jenis kelamin dan umur dengan

tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di SMAN 3

Atambua NTT tahun 2018” yang menyatakan tidak ada

hubungan antara umur dengan tingkat pengetahuan remaja

tentang HIV/AIDS.
73

Pendidikan kesehatan sangat penting dilakukan karena

bertujuan supaya responden memperoleh pengetahuan dan

pemahaman akan pentingnya kesehatan supaya tercapai

perilaku kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat

kesehatan fisik, mental dan sosial. Dimana tujuan pendidikan

kesehatan adalah untuk mengubah perilaku negative (tidak

sehat) menjadi perilaku positif (sesuai dengan nilai-nilai

kesehatan), mengembangkan perilaku positif, dan memelihara

perilaku yang sudah aktif (Anjuita Sinaga, 2018)

Dari hasil wawancara terkait dengan banyak responden

yang memiliki pengetahuan cukup bahwa kebanyakan

responden mengatakan belum pernah mendapatkan informasi

mendalam tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Ariwibowo et al., 2013) menyatakan tingkat pendidikan sangat

berpengaruh terhadap program peningkatan penegtahuan

secara langsung dan tidak langsung.

Menurut Peneliti, pengetahuan responden Sebagian besar

dalam kategori cukup disebabkan karena responden belum

mendapatkan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI).

2. Pengetahuan Remaja Putri Tentang Pemeriksaan Payudara

Sendiri (SADARI) Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan

Dengan Metode Diskusi


74

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 50

responden dapat diketahui bahwa setelah dilakukan pendidikan

kesehatan dengan metode diskusi kategori pengetahuan

responden terbanyak adalah baik 43 responden (86%), cukup 7

responden (14%).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan

kesehatan dengan metode diskusi dapat meningkatkan tingkat

pengetahuan remaja putri secara signifikan sehingga

menunjukkan perbedaan yang signifikan antara tingkat

pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

menggunakan metode diskusi.

Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa terjadi

peningkatan pengetahuan remaja putri tentang pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI) setelah diberikan pendidikan

kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

menggunakan metode diskusi. Salah satunya dikarenakan

metode diskusi memiki beberapa manfaat sebagai berikut :

melatih siswa untuk mengemukakan pendapatnya, melatih dan

mengembangkan jiwa sosial pada diri siswa, kelompok menjadi

kaya dengan ide dan informasi untuk mendapatkan hasil yang

lebih baik, meningkatkan pemahaman diri siswa (Apriliawati,

2021).
75

Peneliti membuat 5 group diskusi yang dimana masing-

masing group terdapat 1 pembina. Materi yang didiskusikan

yaitu pemeriksaan payudara sendiri yang terdir dari: pengertian,

faktor resiko, komplikasi, penyebab, dampak, dan bagaimana

cara deteksi dini kanker payudara yaitu dengan melakukan

SADARI.

Pendidikan kesehatan adalah sebuah upaya persuasi atau

pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau

melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara dan

meningkatkan taraf Kesehatan (Angelina Putri, 2022).

Menurut Nursalam & Efendi tujuan pendidikan kesehatan

merupakan suatu harapan agar terjadi perubahan pada

pengetahuan, sikap, dan perilaku individu, keluarga maupun

masyarakat dalam memelihara perilaku hidup sehat ataupun

peran aktif sebagai upaya dalam penanganan derajat kesehatan

yang optimal (Angelina Putri, 2022)

Menurut peneliti pengetahuan responden semakin

meningkat disebabkan karena pembelajaran atau pendidikan

kesehatan menggunakan metode diskusi. Dimana metode

diskusi dapat memberi pemahaman pada siswa bahwa masalah

dapat dipecahkan dengan berbagai jalan, bahwa dengan

berdiskusi siswa dapat saling mengungkapkan pendapat secara

konstruktif dikarenakan siswa dapat saling tukar-menukar

pendapat ataupun ide dengan kelompok diskusi tersebut untuk


76

menenmukan solusi dari topik permasalahan yang didapat yaitu

peningkatan pengetahuan remaja putri tentang pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI).

3. Hasil Uji Statistik Pengetahuan Sebelum Dan Sesudah

Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang Pemeriksaan

Payudara Sendiri (SADARI) Dengan Metode Diskusi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 50

responden di SMPN 4 Lingsar dapat dilihat bahwa sebelum

diberikan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara

sendiri menggunakan metode diskusi tingkat pengetahuan

remaja putri sebagian besar dalam kategori cukup 32

responden (64%), kurang 14 responden (28%), dan baik 4

responden (8%). Sedangkan tingkat pengetahuan setelah

diberikan pendindikan kesehatan tentang pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI) dengan metode diskusi

pengetahuan remaja putri meningkat dengan kategori baik 43

responden (86%), dan cukup 7 responden (14%).

Berdasarkan uji Wilcoxon Signed Rank Test bahwa ρ-

value=0,000 < α=0,05 sehingga Ho ditolak dan H a diterima,

artinya terdapat pengaruh pendidikan kesehatan dengan

metode diskusi terhadap peningkatan pengetahuan remaja putri

tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di SMPN 4

Lingsar.
77

Tingkat pengetahuan beberapa responden menunjukkan

bahwa pendidikan kesehatan dengan metode diskusi dapat

meningkatkan pengetahuan tentang pemeriksaan payudara

sendiri pada remaja putri. Selain itu penggunaan metode diskusi

siswa dapat saling berbagi informasi dan pengalaman satu

sama lain antara siswa dan peneliti sesuai dengan topik

pembahasan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Ernawati & Andi Asrina, 2019) yang berjudul “pengaruh metode

diskusi terhadap pengetahuan dan sikap tentang kebersihan

diri” yang menyatakan terdapat pengaruh signifikan peningkatan

pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan intervensi

pendiidkan Kesehatan dengan metode diskusi dengan ρ=0,000.

Sebagian responden yang sudah diberikan pendidikan

kesehatan memiliki kategori pengetahuan yang baik.

Pengetahuan yang tinggi akan berdampak pada kesadaran

dalam upaya meminimalisir dampak penyakit yang salah

satunya kanker payudara, serta dapat meningkatkan kesadaran

dan kesehatan.

B. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Pemeriksaan

Payudara Sendiri (SADARI) Dengan Metode Demonstrasi

Terhadap Peningkatan Keterampilan Remaja Putri di SMPN 4

Lingsar
78

1. Keterampilan Remaja Putri Tentang Pemeriksaan Payudara

Sendiri Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang

Pemeriksaan Payudara Sendiri Dengan Metode

Demonstrasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 50

responden dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan

pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI) dengan menggunakan metode demonstrasi kategori

keterampilan responden terbanyak adalah cukup sebanyak 22

responden (44%), baik sebanyak 20 responden (40%), dan

kurang sebanyak 8 responden (16%).

keterampilan adalah kemampuan individu untuk

melaksanakan tindakan yang diawali dengan menerima

pengalaman belajar tertentu. Keterampilan menunjukkan

perilaku atau perubahan tertentu dengan makna yang

terkandung dalam aktifitas mental atau otak seseorang yang

pada dasarnya merupakan tahap lanjutan dari hasil belajar

kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar efektif.

Pengetahuan, sikap dan ketersediaan fasilitas serta perilaku

para petugas kesehatan sebagai fasilitator merupakan

komponen-komponen yang dapat menentukan keterampilan

seseorang (nurhayani, 2021).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Rahayu, et al (2020), penelitian yang dilakukan dengan


79

tujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pendidikan

kesehatan dengan media audiovisual terhadap pengetahuan

remaja putri tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di

SMAN 1 Kuta Utara. Hasil analisis data yang didapatkan,

menyatakan bahwa adanya perbedaan tingkat pengetahuan

remaja putri sebelum diberikan pendidikan kesehatan dan

setelah diberikan pendidikan kesehatan, yang berarti Ho ditolak

atau dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pendidikan

kesehatan dengan media audiovisual terhadap pengetahuan

remaja putri tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di

SMAN 1 Kuta Utara (Devia Rahayu et al., 2020)

Faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan yaitu sikap,

pengalaman, motivasi, Pengetahuan, fisik jenis kelamin,

lingkungan (Juangsih, 2017).

Menurut peneliti faktor yang dapat mempengaruhi

keterampilan pada penelitian ini adalah responden belum

mendapatkan informasi tentang pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI). Dengan pengetahuan responden yang masih kurang

dapat berpengaruh terhadap keterampilan responden.

2. Keterampilan Remaja Putri Tentang Pemeriksaan Payudara

Sendiri (SADARI) Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan

Dengan Metode Demonstrasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 50

responden dapat diketahui bahwa sesudah dilakukan


80

pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI) dengan menggunakan metode demonstrasi kategori

keterampilan responden adalah semua baik yaitu sebanyak 50

responden (100%).

Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh pemeriksaan

payudara sendiri terhadap keterampilan SADARI pada

responden, pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi

dapat meningkatkan keterampilan pada responden. Karena

metode ini melibatkan seluruh panca indra untuk menerima

informasi yang diberikan secara langsung oleh peneliti untuk

responden tentang pemeriksaan payudara sendiri.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Nubatonis

(2019) yaitu semakin banyak panca indra yang digunakan maka

akan semakin jelas pula pengertian atau pemahaman yang

diperoleh sehingga responden mampu melakukan praktik

SADARI dengan terampil.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Hastuti, et al (2020) menunjukkan ada pengaruh

pelaksanaan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) terhadap

peningkatan kemampuan wanita usia subur dalam upaya

deteksi dari kanker payudara. Penelitian yang dilakukan oleh

Hayati, et al (2018) menunjukkan hasil ada pengaruh promosi

kesehatan dengan modul terhadap health belief model dalam


81

pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada WUS di RW 20

Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Baru Kota Pekanbaru.

Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran

dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada peserta

suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang

dipelajari, baik sebenarnya atau tiruan, yang sering disertai

dengan penjelasan lisan. Dengan metode demonstrasi, proses

penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan

secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan

baik dan sempurna Djamarah (2014) dalam (Rina, 2020).

Metode demonstrasi pada pemeriksaan sadari merupakan

cara yang tepat dalam mengajarkan tehnik dalam melakukan

sadari yang benar pada wanita usia subur. Karena dengan

mempraktekkan tindakan tersebut harapannya para responden

bisa melakukan dengan benar. Terbukti dengan hasil penelitian

yang dilakukan yaitu responden menjadi lebih terampil dalam

melakukan SADARI. Peningkatan keterampilan responden

setelah diberikan penyuluhan terjadi karena adanya sarana dan

prasarana yang baik. Dalam hal ini terdapat guru (peneliti),

metode pembelajaran dan media pembelajaran yang

sebelumnya mereka belum dapatkan (Sukarsih, 2019).

Menurut peneliti, berdasarkan uraian diatas semua

responden mengalami peningkatan keterampilan menjadi

kategori baik hal ini disebabkan responden mampu menerima


82

dengan baik informasi yang diberikan melalui pendidikan

kesehatan dengan metode demonstrasi.

3. Hasil Uji Statistik Keterampilan Sebelum Dan Sesudah

Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang Pemeriksaan

Payudara Sendiri (SADARI) Dengan metode Demonstrasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 50

responden di SMPN 4 Lingsar dapat dilihat bahwa sebelum

diberikan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan payudara

sendiri dengan metode demonstrasi kategori keterampilan

sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang pemeriksaan

payudara sendiri dengan metode demonstrasi kategori

keterampilan remaja putri di SMPN 4 Lingsar sebagian besar

cukup yaitu sebanyak 22 responden (44%), baik sebanyak 20

responden (40%), dan kurang sebanyak 8 responden (16%).

Sedangkan setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang

pemeriksaan payudara sendiri dengan metode demonstrasi

tingkat keterampilan responden meningkat menjadi semua baik

yaitu sebanyak 50 responden (100%).

Berdasarkan uji Wilcoxon Signed Rank Test ρ-value=0,000 <

α=0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat

pengaruh yg signifikan antara pendidikan kesehatan tentang

pemeriksaan payudara sendiri dengan metode demonstrasi

terhadap peningkatan keterampilan remaja putri di SMPN 4

Lingsar.
83

Pendidikan kesehatan memberi informasi yang dapat

meningkatkan pengembangan kesehatan seseorang karena

informasi yang didapat mampu meningkatkan keterampilan

yang dimiliki responden

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Anisa Lulu

(2020) dari pemberian metode berupa pendidikan sebaya (peer

group education), demonstrasi, Pendidikan kesehatan,

penyuluhan dan ceramah terhadap keterampilan melakukan

SADARI. Namun demikian metode yang efektif digunakan

dalam meningkatkan keterampilan SADARI ialah dengan

metode demonstrasi. Hal tersebut dikarenakan metode

demonstrasi psinsipnya memberikan pengalaman belajar

melalaui perbuatan melihat dan mendengar serta dapat

melakukan sendiri (redemonstrasi). Sehingga hasil penelitian

yang dilakukan yaitu siswi menjadi lebih terampil dalam

melakukan SADARI. Hasil penelitian ini juga didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Hartutik dan Pradani (2020)

“pengaruh penyuluhan metode demonstrasi dan audiovisual

terhadap keterampilan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

pada wanita usia subur” dengan uji Wilcoxon, diketahui bahwa

ρvalue 0,001 yang dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan

yang signifikan antara kemampuan praktik pemeriksaan

payudara sendiri pada siswi sebelum dan sesudah diberikan


84

perlakuan pendidikan dengan metode audiovisual (Hartutik et

al., 2020)

Perubahan keterampilan responden menunjukkan bahwa

pendidikan kesehatan meningkatkan keterampilan baik untuk

pencegahan kanker payudara. Hal ini dapat terjadi karena

pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi adalah

salah satu pemberian edukasi untuk menambah ilmu

pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui Teknik

praktek belajar dengan tujuan merubah atau mempengaruhi

perilaku manusia secara individu, kelompok maupun

masyarakat dari orang lain.

C. Keterbatasan Penelitian

1. Adanya keterbatasan waktu responden sehingga peneliti harus

mengundur penelitian dan mengikuti jadwal masuk

pembelajaran siswi.
85

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data dan pengujian hipotesa yang

dilakukan peneliti dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengetahuan remaja putri sebelum diberikan pendidikan

kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri dengan

metode diskusi di SMPN 4 Lingsar sebagian besar termasuk

kategori pengetahuan cukup.

2. Pengetahuan remaja putri setelah diberikan pendidikan

kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri dengan

metode diskusi di SMPN 4 Lingsar termasuk kategori baik.

3. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Hа

diterima, artinya terdapat pengaruh pendidikan kesehatan

dengan metode diskusi terhadap peningkatan pengetahuan

remaja putri tentang pemeriksaan payudara sendiri di SMPN

4 Lingsar.

4. Keterampilan remaja putri sebelum diberikan pendidikan

kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri dengan

metode demonstrasi di SMPN 4 Lingsar sebagian besar

responden termasuk kategori cukup.

5. Keterampilan remaja putri sebelum diberikan pendidikan

kesehatan tentang pemeriksaan payudara sendiri dengan


86

metode demonstrasi di SMPN 4 Lingsar semua responden

termasuk kategori baik.

6. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha

diterima, artinya terdapat pengaruh pendidikan kesehatan

dengan metode demonstrasi terhadap peningkatan

keterampilan remaja putri tentang pemeriksaan payudara

sendiri di SMPN 4 Lingsar.

B. Saran

1. Bagi Responden

Di sarankan hasil penelitian ini di jadikan tambahan wawasan,

pengetahuan dan keterampilan tentang pemeriksaan payudara

sendiri (SADARI) sebagai upaya untuk deteksi dini pencegahan

kanker payudara

2. Bagi SMPN 4 Lingsar

Penelitian ini dapat dijadikan pemahaman tentang kesehatan

dan mampu untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri

pada remaja putri dengan mengajarkan kepada siswi

bagaimana cara melakukan SADARI untuk deteksi dini kanker

payudara

3. Bagi Peneliti Lainnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber, menambah data,

dan menambah intervensi untuk peneliti lain.


87

DAFTAR PUSTAKA

Angelina Putri, dkk. (2022). IKM&PROMKES Pendidikan Kesehatan.


Anjuita Sinaga, A. (2018). Pengaruh Pembelajaran SADARI Terhadap
Pelaksanaan SADARI pada Remaja di SMAN 1 Parbuluan Kabupaten
Dairi. Politeknik Kesehatan Kemenkesri Medan.
Anshori, M., & Iswati, S. (2019). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Airlangga
University Press.
Apriliawati. (2021). Implementasi Penggunaan Metode Diskusi Kelompok Kecil
Dalam Meningkatkan Keaktifan Peserta Didik pada Mata Pelajaran IPS
Kelas V SDN 1Srimelati.
Arif, Y., & Fitriyah, N. (2018). Efektifitas Penyuluhan Metode Ceramah Dan
Audiovisual Dalam Meningkatkan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Sadari
Di SMKN 5 Surabaya. Promkes.
Arikunto, S. (2017). Pengembangan Instrumen Penelitian dan Penilaian
Program. Pustaka Belajar.
Ariwibowo, R., Fkm, A., Bagian, D., Dan, K., & Kerja, K. (2013). Hubungan
Antara Umur, Tingkat Pendidikan, Pengetahuan, Sikap Terhadap Praktik
Safety Riding Awareness Pada Pengendara OjekSepeda Motor di
Kecematan Banyumanik (Vol. 2, Issue 1).
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
Arsita Bella. (2019). Pengaruh Demonstrasi Pemeriksaan Payudara Sendiri
(SADARI) Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Tindakan SADARI pada
Siswi SMAN 7 Kota Bengkulu. Politeknik Kesehatan Kemenkes Bengkulu.
Asri Pakaya, F. (2019). Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Metode Diskusi.
http://ejurnal.pps.ung.ac.id/index.php/AKSARA/index
Aulia. (2016, November). Enam Langkah SADARI untuk Deteksi Dini Kanker
Payudara. https://p2ptm.kemkes.go.id/tag/enam-langkah-sadari-untuk-
deteksi-dini-kanker-payudara
Chyntia Sirait, M. (2021). Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku
SADARI Mahasiswi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Jambi. Universitas Jambi.
Dharma, K. K. (2017). Metodologi Penelitian Keperawatan. Trans Info Media.
88

Ernawati, & Andi Asrina. (2019). Pengaruh Metode Diskusi Terhadap


Pengetahuan Dan Sikap Tentang Kebersihan Diri (Studi Pada Santriwati
Pondok Pesantren Darul Abrar) (Vol. 2).
Handayani H, T. (2017). Penerapan Metode Demonstrasi pada
Pengembangan Sains Anak Usia Dini di Taman Kanak-kanak Padma
Mandiri Wayhalim Kedaton Bandar Lampung. Institusi Agama Islam
Negeri.
Hariyanto Bhidju, R. (2020). Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Metode
Demonstrasi. CV. Multimedia Edukasi.
Hartutik, S., Dian Pradani, A., & Surakarta, A. (2020). Efektifitas Pendidikan
Kesehatan Media Audio Visual (Video) Dan Demonstrasi Terhadap
Ketrampilan Praktik Sadari Effectifity Of Health Education With Audio
Visual Method (Video) And Demonstration Of Breast Self Examination
Practice. In IJMS-Indonesian Journal On Medical Science (Vol. 7, Issue
1).
Hastuti, L., Agusthia, M., & Awal, S. (2020). (Print) PREPOTIF Jurnal
Kesehatan Masyarakat Metode Demonstrasi SADARI Terhadap
Kemampuan Melakukan SADARI Pada Wanita Usia Subur.
Indrya Lestari, P., & Mansur, H. (2020). Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Metode Demonstrasi Tentang SADARI Terhadap Kemampuan melakukan
SADARI Pada Remaja Putri SMA Diponegoro (Vol. 9, Issue 1).
Juangsih, J. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan
Menyimak Bahasa Jepang Dan Pengajarannya (Vol. 15, Issue 2).
Devia Rahayu, K., Kartika, I., Mahmudah, D., Studi Sarjana Keperawatan, P.,
Dharma Husada Bandung, Stik., & Studi Kebidanan, P. (2020). Kusila
Devia Rahayu: Pengaruh Paket Edukasi Dasar Audiovisual Sadari
terhadap Pengetahuan Pengaruh Paket Edukasi Dasar Audiovisual
SADARI terhadap Pengetahuan tentang SADARI pada Remaja Puteri
(Vol. 3).
Kemenkes RI. (2021). Mengana harus melakukan SADARI (Pemeriksaan
Payudara Sendiri). http://p2ptm.kemkes.go.id/
infographic-p2ptm/penyakit-kanker-dan-kelainan-darah/page/2/mengapa-
har us-melakukan-sadari-periksa-payudara-sendiri.
Ketut, S., & Kartika, S. L. M. K. (2022). Kanker Payudara:Diagnostik, Faktor
Resiko, dan Stadium. Ganesha Medicina Journal, 2(1).
Lenny. (2022, April). Kemenpppa Dorong Masyarakat Lakukan Deteksi Dini
Kanker Payudara Dengan SADARI dan SADANIS. Kementrian
Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.
https://kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/3889/kemenpppa-
89

dorong-masyarakat-lakukan-deteksi-dini-kanker-payudara-dengan-sadari-
dan-sadanis#:~:text=Lenny%20menambahkan%2C%20pada
%202020%2C%20jumlah,(Globocan%20WHO%2C%202020)
Lestari, P., & Wulansari. (2019). Pentingnya Pemeriksaan Payudara Sendiri
(SADARI) sebagai Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara. Indonesia
Journal of Community Empowerment (IJCE).
Maharani Pulungan, R., & Ranggauni Hardi, F. (2020). Edukasi “SADARI”
(Pemeriksaan Payudara Sendiri) Untuk Deteksi Dini Kanker Payudara di
Kelurahan Cipuysng Kota Depok. Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1).
Maria, I. L., Sainal, A. A., & Nyorong, M. (2017). Resiko Gaya Hidup Terhadap
Kejadian Kanker Payudara pada Wanita. JURNAL MKMI, 13(2).
Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2018). Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
nurhayani. (2021). Pengatuh Pemeriksaan Payudara Sendiri Terhadap
Keterampilan SADARI pada Wanita Usia Subur di Wilayah Kerja
Puskesmas Muara Aman kabupaten Lebong. Poltekkes Kemenkes
Bengkulu.
Nursalam. (2015). Metode Penelitian Keperawatan Pendekatan Praktis.
Salemba Medika.
Nursalam. (2016a). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Salemba Medika.
Nursalam. (2016b). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan
Praktis (4th ed.). Salemba Medika.
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (Aklia Suslia &
Peni Puji Lestari, Eds.; 4th ed.). Selemba Medika.
Oktavia, S. A. (2020). Motivasi Belajar Dalam Perkembangan Remaja
(Deepublish).
Puji Lestari Nita, E. E. (2021). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap
Pengetahuan Remaja Putri Tentang Deteksi Dini Kanker Payudara Sadari
Kelas X dan Xi Di SMAN 1 Kerinci Kanan Kabupaten Siak. Kesehatan
Maharatu. https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pengaruh+pendidikan+kesehatan+terhadap+pen
getahuan+remaja+putri+tentang+deteksi+dini+kanker+payudara+sadari+k
elas+x+dan+xi+di+sman+1+Kerinci+kanan+kabupaten+siak&btnG=#d=gs
_qabs&t=1673570449074&u=%23p%3DDpI000SlLpYJ
Rina, C. dkk. (2020). Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa. In Jurnal Pendidikan MI/SD (Vol. 5, Issue 2). Online.
90

Riwidikdo, H. (2012). Statistik Kesehatan. Mitra Cendikia Press Setiadi, 2007.


Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Cetakan Pertama. Graha
Ilmu : Yogyakarta.
Rizki Palupi, H. (2021). Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara selama
Menjalani Kemoterapi.
Salmiyah, I., & Tahlil, T. (2018). Pengaruh Pendidikan Sebaya Terhadap
Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Siswi SMA tentang Pemeriksaan
Payudara Sendiri (SADARI) The Effect of peer education on knowledge,
attitudes, and practices upon breast self-examination (BSE) among the
senior high school female students. Jurnal Ilmu Keperawatan, 6, 1.
Sari, U. E. (2021). Efektivitas Penggunaan Metode Demonstrasi Terhadap
Motivasi Belajar Ipa Pada Bagian Tumbuhan di Kelas IV SDN 02 Batu
Bandung Kecematan Muara Kemumu Kabupaten Kepahiang.
Savitri A, et al. (2015). Kupas Tuntas Kanker Payudara.
https://onesearch.id/Record/IOS7133.ai:slims-3240
Setya Rini, P. (2021). Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Penerapan
Prinsip Enam Tepat dalam Pemberian Obat di Ruang Rawat Inap (Nur
Wahid, Ed.; Edisi Pertama). Mutia Rizki.
Surtimanah, T., Marcella, L., & Nafis Sjamsuddin, I. (2021). Penyuluhan
Penyegahan Kanker Payudara Melalui Video (Vol. 2, Issue 1).
Tasijawa, f. A., & dkk. (2021). Isu Fertilisasi Remaja di Maluku (Nem).
Ulayya Anjani, & dkk. (2021). Faktor-Faktor Yang Meyebabkan Terjadinya
Anemia Pada Remaja Putri. 06(02), 1–7.
Walta, G. (2019). Deteksi Dini Kanker Payudara. https://ntb.bpk.go.id/wp-
content/uploads/2021/01/TOP82.-CB-Webinar-Deteksi-Dini-Kanker-
Payudara.pdf
Yunanda Fitria. (2019). Faktor yang Berhubungan dengan Pemeriksaan
Payudara Sendiri (SADARI) pada Siswi Kelas XI di SMAN 4 Kota Langsa.
Institusi Kesehatan Helvetia.
Yuniar, Z. F., & Qomaruddin, M. B. (2019). Hubungan Antara Faktor Personal
dengan Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada
Mahasiswi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM

Anda mungkin juga menyukai