Anda di halaman 1dari 4

Jurnal Inovasi Kesehatan, Volume 1 Nomor 1 (Agustus 2020)

E - ISSN 2686-5084

http://ojs.stikessorong.ac.id

Gambaran Pemeriksaan Bakteri Tahan Asam (BTA) Pada Masyarakat di Wilayah


Kerja Puskesmas Tanjung Kasuari Kota Sorong

Elga Yunus1(K), Untari2, Evi Hudriyah Hukom3


1(K)
Program Studi Analis Kesehatan, STIKES Papua, Sorong Indonesia; elgayunus10@gmail.com
2
Program Studi Analis Kesehatan, STIKES Papua, Sorong Indonesia; untarykhumaera4155@gmail.com
3
Program Studi Analis Kesehatan, STIKES Papua, Sorong Indonesia; evihudriyahhukom@gmail.com
ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pemeriksaan bakteri tahan asam (BTA) pada
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Kasuari Kota Sorong.
Penelitian ini merupakan penelitian metode kuantitatif deskriptif yang dilaksanakan di Puskesmas
Tanjung Kasuari Kota Sorong dari tanggal 03 Februari sampai dengan 09 Maret 2020. Populasi dalam penelitian
ini warga masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Kasuari Kota Sorong berjumlah 11.583 orang
dengan jumlah 100 sampel. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling.
Hasil penelitian ini menunjukan dari 100 sampel yang diperiksa didapatkan hasil BTA negatif sebanyak
84 sampel (84,0%) dan BTA positif sebanyak 16 (16,0%). Jenis kelamin terbanyak pada penelitian ini yaitu
laki-laki sebanyak 55 orang (55,0 %) dan usia terbanyak pada penelitian ini yaitu usia lebih dari 45 tahun
sebanyak 54 orang (54,0 %).
Kesimpulan gambaran pemeriksaan BTA di Puskesmas Tanjung Kasuari Kota Sorong diperoleh hasil
pemeriksaan BTA negatif sebanyak 84 (84,0%) sampel dan BTA positif sebanyak 16 (16,0%). Pemeriksaan
BTA dilakukan dengan tiga tahap yaitu pertama membuat sediaan, melakukan pewarnaan sediaan kemudian
membaca sediaan berdasarkan skala international Union Association Lung Tuberculosis Disiease (IUALTD).
Saran dari peneliti untuk petugas kesehatan yang akan melakukan pemeriksaan BTA harus memperhatikan cara
pengambilan sampel BTA yang benar sesuai dengan prosedur untuk menghindari mengeluarkan hasil
pemeriksaan yang salah.

Kata Kunci : Mycobacterium tuberculosis, Pemeriksaan BTA


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis yang menyerang parenkim (jaringan) paru. TB menular melalui percikan dahak yang mengandung
bakteri Mycobacterium tuberculosis kemudian bercampur dengan udara dan masuk ke dalam saluran pernapasan
dan menginfeksi paru-paru (1).
Data Global Tuberculosis Report dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 terdapat 9,6
juta penderita TB diseluruh dunia. Penyakit TB ini menyebabkan sekitar 1,3 juta kematian dan merupakan
penyebab kematian ke-9 selama lima tahun terakhir pada tahun 2012–2016. Secara global pada tahun 2016
terdapat 10,4 juta kasus insiden TB (CI 8,8 juta – 12, juta) yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk.
Lima negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan (Kemenkes,
2018) (2).
Jumlah kasus TB di Indonesia pada tahun 2015 yaitu sebesar 330.729 kasus, Tahun 2016 jumlah kasus
TB sebanyak 351.893 kasus dan pada tahun 2017 sebanyak 420.994 kasus.
Berdasarkan data profil kesehatan Papua Barat tahun 2017 data yang masuk dari Kabupaten dan Kota
bahwa kasus baru BTA positif adalah sebesar 672 (73,41 per 100.000 penduduk). Angka kasus TB seluruhnya
Case Notification rate (CNR) sebanyak 1.791 kasus. Tahun 2017 dalam CNR seluruh kasus TB Per 100.000
penduduk sebesar 195,66 dimana kasus tertinggi adalah jenis kelamin laki-laki. Hasil pengobatan untuk kasus
TB tercatat sebanyak 4.645 kasus pada tahun 2017 dan setelah dievaluasi kesembuhannya sebesar 352 kasus,
ini artinya angka kesembuhan TB BTA positif masih berada di bawah target sesuai renstra yang ingin dicapai
tahun 2017 yakni sebesar 90%, sedangkan pada tahun 2017 ini angka kesembuhan menjadi 37, 73 % (Dinkes
Papua Barat, 2018) (3).
Berdasarkan survei awal peneliti pada bulan Januari 2020, terdapat 300 pasien suspek TB di Puskesmas
Tanjung Kasuari Kota Sorong pada bulan Januari sampai Desember 2019, dari 300 pasien suspek TB 43 pasien
didiagnosis TB BTA positif dan masih dalam masa pengobatan (4).

1 | Penerbit : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Papua


Jurnal Inovasi Kesehatan, Volume 1 Nomor 1 (Agustus 2020)
E - ISSN 2686-5084

Pemeriksaan TB dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pemeriksaan bakteriologi, radiologi, pemeriksaan
khusus dan pemeriksaan serologi. Pemeriksaan bakteriologi berupa pemeriksaan mikroskopis BTA dengan
pewarnaan Ziehl neelsen dan biakan bakteri. Pemeriksaan radiologi berupa pemeriksaan foto toraks postero-
anterior (PA), foto lateral, top-lordotik, oblik, dan CT-Scan. Pemeriksaan khusus berupa pemeriksaan BACTEC
metode radiometric, polymerase chain reaction (PCR) dan uji tuberkulin, pemeriksaan serologi dengan berbagai
metode berupa enzym linked immunosorbent assay (ELISA), immunochromatographic tuberculosis (ICT),
mycodot, uji peroksidase anti peroksidase (PAP), uji serologi yang baru atau igG TB dan uji adenosine
deaminase (ADA) test (Ermanta dkk., 2015)
Pemeriksaan bakteriologi dahak secara mikroskopis dengan pewarnaan ziehl neelsen masih merupakan
pemeriksaan standar diagnosis BTA, paling efisien, mudah dan murah, dan hampir semua unit laboratorium
dapat melaksanakannya untuk mendukung diagnosis penyakit TB serta untuk menilai kemajuan pengobatan
(Waworuntu dkk., 2016).
Pemeriksaan mikrokopis BTA dibutuhkan tiga spesimen sputum untuk menegakkan diagnosis, spesimen
sputum yang digunakan spesimen sewaktu pertama, pagi dan sewaktu kedua (4).

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pemeriksaan bakteri tahan asam (BTA) di wilayah
kerja Puskesmas Tanjung Kasuari Kota Sorong (5).

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian metode kuantitatif deskriptif yang dilaksanakan di Puskesmas
Tanjung Kasuari Kota Sorong dari tanggal 03 Februari sampai dengan 09 Maret 2020. Populasi dalam
penelitian ini warga masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Kasuari Kota Sorong berjumlah 11.583
orang dengan jumlah 100 sampel. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian
ini menggunakan lembar hasil pemeriksaan BTA. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat untuk
melihat, menyajikan dan mendeskripsikan data seperti inisial nama responden, jenis kelamin, umur, hasil
pemeriksaan dan keterangan. Penyajian data yang diolah berupa tabel distribusi frekuensi (6).

HASIL
Data Karakteristik

Tabel 1 Distribusi Karakteristik Responden Sampel BTA di Laboratorium Puskesmas Tanjung Kasuari Kota
Sorong pada penelitian ini yaitu
Karakteristik Jumlah (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 55 55,0
Perempuan 45 45,0
Usia     
6-12 Tahun 0 0,0
12-25 Tahun 17 17,0
26-45 Tahun 29 29,0
≥ 45 Tahun 54 54,0

Hasil Pemeriksaan BTA

Tabel 2 Distribusi Hasil Pemeriksaan Sampel BTA di Laboratorium Puskesmas Tanjung Kasuari Kota Sorong
pada penelitian ini yaitu.
Hasil Jumlah (%)
Penyakit Malaria
Positif Satu 10 10,0
Positif Dua 3 3,0
Positif Tiga 4 4,0
Negatif 84 84,0

PEMBAHASAN

2 | Penerbit : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Papua


Jurnal Inovasi Kesehatan, Volume 1 Nomor 1 (Agustus 2020)
E - ISSN 2686-5084

Hasil penelitian yang dilakukan untuk pemeriksaan sampel BTA di Laboratorium Puskesmas Tanjung
Kasuari Kota Sorong yang dimulai pada bulan Februari sampai Maret 2020 diperoleh 100 sampel BTA yang
telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Data karateristik
a. Jenis Kelamin
Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 1 dapat dilihat persentase jenis kelamin dari
pemeriksaan sampel BTA terdapat laki-laki berjumlah 55 orang (55,0%) sedangkan perempuan berjumlah
45 orang (45,0%) (7).
Secara epidemiologi dibuktikan terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal
penyakit, insidens dan kematian akibat TB. Penyakit TB cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin laki-
laki dibandingkan perempuan, karena jenis kelamin laki-laki sifat keterpaparan dan tingkat kerentanan
lebih tinggi daripada perempuan. Laki-laki lebih banyak yang merokok dan minum alkohol dibandingkan
dengan perempuan, merokok dan alkohol dapat menurunkan imunitas tubuh sehingga lebih mudah terkena
penyakit TB (Datulong, 2015). Alasan lain karena perempuan memiliki hormon estradiol yang berfungsi
meningkatkan respon imunitas seluler melalui aktifitas makrofag oleh interferon (IFN-gamma) yang
menyebabkan perempuan memiliki ketahanan lebih melawan penyakit dibandingkan dengan laki-laki
(Suriati, 2019).
Penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Kasuari Kota Sorong, di dapatkan
responden yang berjenis kelamin laki-laki telah berusia lansia, rata-rata merokok dan mengkomsumsi
alkohol. Faktor tersebut yang diduga menjadi penyebab pada penelitian ini jenis kelamin laki-laki lebih
banyak yang terpapar penyakit TB.

b. Usia
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat persentase jumlah sampel BTA yang diperiksa di Laboratorium
Puskesmas Tanjung Kasuari Kota Sorong terdapat 0 orang (0,0%) yang berusia 6-12 tahun, 17 orang
(17,0%) yang berusia 12-25 tahun, 29 orang (29,0%) yang berusia 26-45 tahun dan 54 orang (54,0%) yang
berusia lebih dari 45 tahun (7).
Berdasarkan survei riset kesahatan daerah 2013, semakin bertambah usia, prevalensinya semakin
tinggi. Kemungkinan terjadi re-aktivasi TB dan durasi paparan TB lebih lama dibandingkan kelompok
umur di bawahnya. Orang yang berusia 15 sampai 59 tahun memiliki resiko 5-6 kali untuk mengalami
resiko kejadian TB hal ini karena pada kelompok usia tersebut setiap orang akan cenderung beraktivitas
tinggi, sehingga kemungkinan terpapar kuman Mycobacterium tuberculosis lebih besar. Usia yang
tergolong lansia mempunyai kekebalan tubuh menurun seiring dengan proses menua maka seluruh fungsi
organ mengalami penurunan, kemampuan untuk melawan Mycobacterium tuberculosis lemah sehingga
kuman mudah masuk kedalam tubuh lansia (Andayani dkk., 2016).
c. Hasil Pemeriksaan
Berdasarkan tabel 2 hasil pemeriksaan BTA yang diperiksa di Laboratorium Puskesmas Tanjung
Kasuari Kota Sorong terdapat sampel dengan BTA positif satu sebanyak 10 sampel (10,0%), positif dua
sebanyak 3 sampel (3,0%), positif tiga sebanyak 4 sampel (4,0%) dan sampel BTA negatif sebanyak 84
(84,0%) (7).
Sumber penularan TB yaitu melalui pasien TB positif yang pada waktu batuk atau bersin
mengeluarkan percikan dahak (droplet nuklei). Sekali batuk dapat menghasilkan 3000 percikan dahak
melalui udara yang tercemar oleh Mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan atau dikeluarkan oleh
penderita TB saat batuk. Bakteri Mycobacterium tuberculosis akan masuk ke dalam paru-paru dan
berkumpul hingga berkembang menjadi banyak terutama pada orang yang memiliki daya tahan tubuh
rendah.
Faktor yang mempengaruhi kasus dengan hasil BTA negatif terbanyak pada penelitian ini diduga
karena hampir sebagian usia responden dalam penelitian ini berusia kurang dari sama dengan 45 tahun.
Selain itu sampel dahak yang diambil pada masyarakat juga sebagian tidak berasal dari sampel dahak yang
benar-benar berasal dari sekret trakea atau bronkus, hal ini dikarenakan responden tidak memahami dengan
benar cara mengeluarkan spesimen dahak yang baik dan benar.
Faktor-faktor lain yang di duga mempengaruhi BTA negatif adalah kemungkinan bakteri
Mycobacteium tuberculosis masih sensitif terhadap obat anti TB (OAT) sehingga sebagian besar bakteri
mati, selain itu sampel dahak yang didapat masih banyak tercampur air liur (saliva), sampel dahak juga
tidak berasal dari sekret trakea atau bronkus (Kurniawan dkk., 2015).

KESIMPULAN

3 | Penerbit : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Papua


Jurnal Inovasi Kesehatan, Volume 1 Nomor 1 (Agustus 2020)
E - ISSN 2686-5084

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan :


1. Persentase jenis kelamin pada pemeriksaan sampel bakteri tahan asam (BTA) yang diperiksa di
Laboratorium Puskesmas Tanjung Kasuari Kota Sorong terdapat laki-laki berjumlah 55 orang (55,0%) dan
perempuan berjumlah 45 orang (45,0%) (8).
2. Jumlah sampel BTA yang diperiksa di Laboratorium Puskesmas Tanjung Kasuari Kota Sorong terdapat 0
orang (0,0%) yang berusia 6-12 tahun, 17 orang (17,0%) yang berusia 12-25 tahun, 29 orang (29,0%) yang
berusia 26-45 tahun da 54 orang (54,0%) yang berusia lebih dari 45 tahun ke atas.
3. Hasil pemeriksaan BTA yang diperiksa di Laboratorium Puskesmas Tanjung Kasuari Kota Sorong terdapat
sampel dengan BTA negatif sebanyak 84 sampel (84,0%) dan sampel dengan BTA positif satu sebanyak
10 (10,0%), positif dua sebanyak 3 sampel (3,0 %), positif tiga sebanyak 4 sampel (4,0 %).
4. Pemeriksaan BTA dengan metode ziehl-neelsen dilakukan dengan tiga tahap yang pertama membuat
sediaan, lalu sediaan dikeringkan dan difiksasi. Tahap kedua melakukan pengecatan sediaan dengan
pewarnaan ziehl-neelsen yang terdiri dari pewarnaan pertama carbol fuchsin 1% untuk mewarnai bakteri
Mycobacterium tuberculosis, pewarnaan kedua dengan asam alkohol 3% untuk melunturkan zat warna
pada bakteri Mycobacterium tuberculosis (decolorisation) dan pewarnaan ketiga yaitu Methylen blue 0,1%
yang berfungsi untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan pewarna utama setelah perlakuan
dengan asam alkohol. Tahap ketiga yaitu pembacaan sediaan BTA menggunakan mikroskop dengan
pembesaran 100 kali. Penentuan hasil pembacaan mikroskopis berdasarkan skala International Union
Association Lung Tuberculosis Disiease (IUALTD) (9).

DAFTAR PUSTAKA
1. Adriyani, A. 2019. Gambaran Hasil Perbandingan Pemeriksaan Mikrokopis BTA Dengan Variasi
Carbon Fuchsin dan Methylen Blue. Skripsi. Universitas Muhammadiyah, Semarang.
2. Andayani, S. dan Y. Astuti. 2016. Prediksi Kejadian Penyakit Tuberkolosis Paru Berdasarkan Usia di
Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020. Indonesian Journal for Health Sciences. 01 (02):29-33.
3. Dinas Kesehatan Papua Barat (Dinkes Papua Barat). 2018. Profil Kesehatan Papua Barat 2017. Dinkes
Papua Barat. Manokwari.
4. Ermanta, N., A. Abidin, dan Jamaluddi. 2015. Diagnosis tuberkulosis. Jurnal. Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara RSUP. H. Adam Malik Medan. 1, 4-
21. .
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2014. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). 2016. Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). 2018. Infodatin. Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tuberkulosis. Jakarta Selatan: Pusat Data dan Informasi.
8. Kurniawan, N., S. Rahmalia, G. Indriati. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pengobatan
Tuberkulosis Paru. 2015. Jurnal Kesehatan. 2 (01):729-739.
9. Surianti. 2019. Pemeriksaan basil tahan asam (BTA) Pada Suspect TB Paru di Puskesmas Darusalam
Kecamatan Medan Petisah. Skripsi. Politeknik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.Medan.
10. Waworuntu, S., I. Porotu., J. Waworuntu. 2016. Hasil Diasnostik Mycobacterium tuberculosis dengan
Pewarnaan Ziehl-Neelsen pada Penderita Batuk ≥2 Minggu di Puskesmas Ranotana, Puskesmas
Wenang, dan Puskesmas Sario Manado. Jurnal e-Biometik (eBm), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni
2016.
11. World Health Organization (WHO). 2017. Global Tuberculosis Report. France: Wolrd Health
Organization; 2017.

4 | Penerbit : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Papua

Anda mungkin juga menyukai