Oleh :
Dr. Septina F Nauw
Pembimbing
Dr. Lidya Kurniawan
• Bagi peneliti
• dapat menjadi wadah untuk menerapkan ilmu mengenai kasus tuberkulosis serta menambah
wawasan peneliti terhadap kasus tuberkulosis pada tatanan masyarakat.
• Bagi masyarakat
• Masyarakat diharapkan dapat memahami penyakit tuberkulosis sehingga menumbuhkan kesadaran
dan kepedulian pada penyakit tuberkulosis di masyarakat
• satu spesimen dahak BTA (+) dan kelainan radiologi menunjukkan gambaran
tuberkulosis aktif
TB BTA (+)
• Pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA (+) dan biakan positif
• Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA (-), gambaran klinis dan kelainan
radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif
TB BTA (-) • Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M. tuberculosis
CARA PENULARAN
Pasien TB yang dikelompokkan berdasar hasil pemeriksaan contoh uji biologinya dengan
pemeriksaan mikroskopis langsung, biakan atau tes diagnostik cepat (misalnya: GeneXpert).
a. Pasien TB paru BTA positif
b. Pasien TB paru hasil biakan M.tb positif
c. Pasien TB paru hasil tes cepat M.tb positif
d. Pasien TB ekstraparu terkonfirmasi secara bakteriologis, baik dengan BTA, biakan maupun tes
cepat dari contoh uji jaringan yang terkena.
e. TB anak yang terdiagnosis dengan pemeriksaan bakteriologis.
DIAGNOSIS PASIEN TB
(KLINIS)
Pasien yang tidak memenuhi kriteria terdiagnosis secara bakteriologis tetapi didiagnosis
sebagai pasien TB aktif oleh dokter, dan diputuskan untuk diberikan pengobatan TB.
Pasien TB paru BTA negatif dengan hasil pemeriksaan foto toraks mendukung TB.
Pasien TB ekstraparu yang terdiagnosis secara klinis maupun laboratoris dan
histopatologis tanpa konfirmasi bakteriologis.
TB anak yang terdiagnosis dengan sistim skoring.
• Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan
jalan membina potensi-potensi pribadinya
• Pendididkan juga berarti lembaga yang bertanggungjawab menetapkan cita–cita (tujuan)
pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan
MENURUT SIFAT NYA
Tahu (know)
Menurut Soekidji Memahami (comprehensip)
Notoatmodjo,
penegtahuan adalah Aplikasi (application)
hasil penginderaan
mansuia atau hasil tahu Analisis (analysis)
seseorang terhadap Sintesis (synthesis)
objek melalui indera
Evaluasi (evaluation)
PERILAKU
• Sikap sendiri berasal dari bahasa latin yaitu “aptus” yang memiliki arti dalam keadaan siap
dan juga sehat dalam melakukan tindakan
• Menurut Bimo Walgito (2001) pengertian sikap adalah keyakinan atau pendapat seseorang
terkait situasi, subjek atau objek yang disertai dengan munculnya perasaan tertentu.
Perasaan inilah yang akan dijadikan sebagai dasar orang tersebut untuk berperilaku dan
merespon menggunakan cara tertentu sesuai dengan pilihannya
METODE PENELITIAN
• Jenis Penelitian : Kuantatif, deskriptif Kuantitatif
• Lokasi Penelitian : Wilayah Kelurahan Klamalu
• Subjek Penelitian : setiap pasien yang berobat di puskesmas dan pustu klamalu
• Teknik Sampling : Purposive Sampling (20 Agustus – 18 September 2019)
• Instrumen Penelitian : Kuesioner
Analisis
1. Analisis Univariate : Distribusi Frekuensi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden (n =30)
Kurang 6 20
Cukup 16 53
Baik 8 27
Total 30 100
Hasil penelitian pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa pengetahuan responden termasuk kategori cukup baik sebanyak 53 % (16
responden), 27% (8 orang) dengan kategori baik dan 20% (6 orang) dengan pengetahuan kategori kurang.
Pendidikan yang tinggi diharapkan akan memiliki pengetahuan yang cukup tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan sikap dan perilaku masyarakat tentang upaya pengendalian penyakit TB paru.
• Pada penelitian ini kebanyakan responden menjawab benar jika penderita TB paru
berhenti minum obat bila gejala batuk sudah tidak dirasakan lagi sebanyak 57% (17 orang)
dan penyakit TB merupakan penyakit yang diturunkan dan tidak dapat disembuhkan
Tabel 4.3 Distribusi Tingkat Pendidikan pada kelompok
dengan Pengetahuan Kurang
Tingkat Pendidikan Frekuensi Presentase
SD 1 17
SMP 3 50
SMA 2 33
Perguruan Tinggi 0 0
Total 6 100
Hasil tabel 4.3 menunjukan kelompok dengan pengetahuan rendah memiliki tingkat pendidikan setara SD
dan SMP. Sekitar 33% (2 responden) setara SMA.
Hasil ini sesuai dengan hasil angka gambaran kesakitan pada survei Prevalensi Tuberkulosis tahu 2013 –
2014 yang menunjukkan prevalensi semakin rendah seiring dengan tingginya tingkat pendidikan.
(Kementrian Kesehatan RI 2015) Hal ini dapat disebabkan tingkat pendidikan sangat mempengaruhi
terhadap kesadaran masyarakat terhadap usaha memeriksan kesehatan diri dan beroleh informasi tentang
penyakit terutama TB paru
Tabel 4.4 Distribusi Pekerjaan pada kelompok dengan
Pengetahuan Kurang
Jenis Pekerjaan Frekuensi Presentasi
Petani 2 29
IRT 2 29
Pelajar 0 0
Pedagang 1 14
PNS 1 14
Pegawai Swasta 1 14
Total 7 100
Hasil Tabel 4.4 menunjukkan pekerjaan pada kelompok pengetahuan kurang pada masyarakat dengan
pekerjaan Ibu Rumah Tangga dan Petani
• Pekerjaan dengan penghasilan kurang atau rendah akan lebih mengutamakan kebutuhan
primer daripada pemeliharaan kesehatan. Penghasilan yang kurang atau rendah
menyebakan kemampuan memperoleh status gizi yang yang kurang baik dan seimbang
sehingga berdampak pada menurunnya status kesehatan.
Tabel 4.5 Distribusi Sikap
Kurang 8 27
Cukup 9 30
Baik 13 43
Total 30 100
Hasil tabel 4.5 Hasil penelitian pada table ini menunjukkan bahwa Sikap responden terhadap
upaya penyakit tb paru termasuk kategori baik sebanyak 43 % (13 responden), 30% (9
responden) termasuk kategori cukup dan 27% (8 responden) termasuk kategori kurang
Sikap dan perilaku seseorang yang baik dapat meningkatkan upaya pengendalian
penyakit TB.
Tabel 4.6 Distribusi Perilaku
Perilaku Frekuensi Presentase
Kurang 6 20
Cukup 13 43
Baik 11 37
Total 30 100
Hasil tabel 4.6 menunjukkan bahwa Perilaku responden terhadap upaya pengendalian
penyakit TB Paru termasuk kategori cukup sebanyak 43 % (13 responden), 37% (11
responden) termasuk kategori baik dan 20% (7 responden) termasuk kategori kurang
Pada perilaku masyarakat terhadap upaya pengendalian penyakit TB kebanyakan setuju jika positif
terkena penyakit TB Paru, selain obat TB yang diberikan dokter mereka juga biasa meminum ramuan
tradisional atau herbal agar cepat sembuh
• sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa
yang diyakini. Sikap dan perilaku seseorang yang baik dapat meningkatkan
upaya pengendalian penyakit TB.
KESIMPULAN
• Latar belakang pendidikan responden sangat beragam, dengan jumlah terbanyak adalah
sederajat Sekolah Menengah Atas. Pekerjaan responden terbanyak adalah sebagai ibu
rumah tangga.
• Gambaran pengetahuan masyarakat tentang terhadap upaya pengendalian TB Paru di
kelurahan Klamalu dalam kategori cukup baik.
• Gambaran sikap dan perilaku masyarakat tentang terhadap upaya pengendalian TB Paru
di kelurahan Klamalu dalam kategori baik.
SARAN
• Menanggapi kurangnya pengetahuan pada pasien di poli umum dengan tingkat pendidikan
SD perlu dilakukan penyuluhan dan pelatihan lagi khususnya bagi ibu rumah tangga dan
petani di lingkungan kerja Puskesmas Mariat.
• Dalam rangka Pengendalian tb, dapat dilakukan penyuluhan masuk lingkungan sekolah baik
di tingkat SD, SMP maupun SMA mengenai penyakit TB sehingga diharapkan dengan
pengetahuan yang dini dapat mencegah penularan dan untuk menemukan adanya kasus
baru
• Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mempertimbangkan waktu penelitian agar
memperoleh sampel dan variabel penelitian lainnya dari kasus TB Paru
• Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dan mengenai pelatihan kader kesehatan untuk
meningkatkan angka penemuan kasus pada tatanan masyarakat lainnya.
• Dilakukan survei langsung ke rumah warga yang positif terinfeksi TB agar di screening
keluarga yang tinggal serumah dengan pasien.
•