Anda di halaman 1dari 38

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT

TERHADAP UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT TB PARU DI WILAYAH


KELURAHAN KLAMALU

Oleh :
Dr. Septina F Nauw

Pembimbing
Dr. Lidya Kurniawan

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP


PUSKESMAS MARIAT
PERIODE FEBRUARI 2019 – JUNI 2019
KABUPATEN SORONG
2019
LATAR BELAKANG

• Tuberculosis masih menempati peringkat ke 10 penyebab kematian tertinggi didunia pada


tahun 2016 berdasarkan laporan WHO
• Lima negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, Cina, Philipina dan
Pakistan
• Secara Nasional tahun 2017 jumlah kasus TBC saat ini sebesar 254/ 100.000 atau
25,40/1000.000
• Prevalensi TB paru berdasarkan riwayat diagnosis dokter pada provinsi papua barat di
tahun 2018 berjumlah 3588 kasus
• Jumlah kasus baru TB paru di Kabupaten Sorong berjumlah 15 orang, dengan
5 kasus di antaranya berada di wilayah kerja Puskesmas Mariyai, Kecamatan
Mariat.

• Jumlah kasus TB Paru di puskesmas Mariat tahun 2018 sebanyak 17 orang


RUMUSAN MASALAH

• Bagaimana gambaran pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap upaya pengendalian


penyakit tuberkulosis paru di kelurahan klamalu Mariat, Kabupaten Sorong?
TUJUAN PENELITIAN

• Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku


tentang penyakit tb pada masyarakat di wilayah
Klamalu Mariat mengenai penyakit tuberkulosis
MANFAAT PENELITIAN

• Bagi peneliti
• dapat menjadi wadah untuk menerapkan ilmu mengenai kasus tuberkulosis serta menambah
wawasan peneliti terhadap kasus tuberkulosis pada tatanan masyarakat.

• Bagi instansi terkait


• Dapat mengetahui pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam upaya pengendalian penyakit tb
paru agar menekan angka kesakitan.

• Bagi masyarakat
• Masyarakat diharapkan dapat memahami penyakit tuberkulosis sehingga menumbuhkan kesadaran
dan kepedulian pada penyakit tuberkulosis di masyarakat

• Bagi Peneliti Selanjutnya


• Sebagai acuan ataupun bahan pustaka untuk melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai tuberkulosis
TUBERCULOSIS PARU

Tuberkulosis adalah penyakit yang


disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis.

 Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat


juga mengenai organ tubuh lainnya seperti meninges,
ginjal, tulang, dan nodus limfe.
KLASIFIKASI
(RIWAYAT PENGOBATAN)
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya:
1) Pasien baru TB
2) Pasien yang pernah diobati TB:
Pasien ini selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasil pengobatan TB terakhir, yaitu:
• • Pasien kambuh (relapse)
• • Pasien yang diobati kembali setelah gagal
• • Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up)
• • Pasien kronik
3) Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui.
BERDASARKAN PEMERIKSAAN BTA
• Sekurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA (+)

• satu spesimen dahak BTA (+) dan kelainan radiologi menunjukkan gambaran
tuberkulosis aktif
TB BTA (+)
• Pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA (+) dan biakan positif

• Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA (-), gambaran klinis dan kelainan
radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif

TB BTA (-) • Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M. tuberculosis
CARA PENULARAN

• Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.


• Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei).
• Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya
• Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut
GEJALA

Gejala respiratorik  Gejala


Batuk ≥ 3 minggu sistemik
Batuk darah
 Demam
Sesak napas
Nyeri dada  Malaise

• Bila bronkus belum terlibat dalam proses


penyakit, maka pasien mungkin tidak ada
gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi
karena iritasi bronkus, dan selanjutnya
batuk diperlukan untuk membuang dahak
ke luar.
DIAGNOSIS PASIEN TB
(BAKTERIOLOGIS)

Pasien TB yang dikelompokkan berdasar hasil pemeriksaan contoh uji biologinya dengan
pemeriksaan mikroskopis langsung, biakan atau tes diagnostik cepat (misalnya: GeneXpert).
a. Pasien TB paru BTA positif
b. Pasien TB paru hasil biakan M.tb positif
c. Pasien TB paru hasil tes cepat M.tb positif
d. Pasien TB ekstraparu terkonfirmasi secara bakteriologis, baik dengan BTA, biakan maupun tes
cepat dari contoh uji jaringan yang terkena.
e. TB anak yang terdiagnosis dengan pemeriksaan bakteriologis.
DIAGNOSIS PASIEN TB
(KLINIS)

Pasien yang tidak memenuhi kriteria terdiagnosis secara bakteriologis tetapi didiagnosis
sebagai pasien TB aktif oleh dokter, dan diputuskan untuk diberikan pengobatan TB.

 Pasien TB paru BTA negatif dengan hasil pemeriksaan foto toraks mendukung TB.
 Pasien TB ekstraparu yang terdiagnosis secara klinis maupun laboratoris dan
histopatologis tanpa konfirmasi bakteriologis.
 TB anak yang terdiagnosis dengan sistim skoring.

Bila kemudian terkonfirmasi bakteriologis positif  diklasifikasi ulang sebagai pasien TB


terkonfirmasi bakteriologis.
PENGOBATAN
& EVALUASI Tahap Pengobatan:
 Tahap Awal : Setiap hari
 Tahap Lanjutan: 3 kali seminggu

Kategori Anak: 2HRZ/4HR


Kategori Anak: 2HRZ/4HR
PENDIDIKAN

• Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan
jalan membina potensi-potensi pribadinya
• Pendididkan juga berarti lembaga yang bertanggungjawab menetapkan cita–cita (tujuan)
pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan
MENURUT SIFAT NYA

formal informal Non


formal
MENURUT TINGKATANNYA

Tingkat Tingkat Tingkat


Dasar Menengah Tinggi
Tingkatan
PENGETAHUAN
pengetahuan

Tahu (know)
Menurut Soekidji Memahami (comprehensip)
Notoatmodjo,
penegtahuan adalah Aplikasi (application)
hasil penginderaan
mansuia atau hasil tahu Analisis (analysis)
seseorang terhadap Sintesis (synthesis)
objek melalui indera
Evaluasi (evaluation)
PERILAKU

• semua kegiatan atau aktivitas


manusia, baik yang diamati Proses pembentukan perilaku
baru
langsung, maupun yang tidak
dapat diamati oleh pihak luar
(Notoatmodjo, 2003).
Sedangkan dalam pengertian
Kesadaran Tertarik Evaluasi Trial Adoption
umum perilaku adalah segala
perbuatan atau tindakan yang
dilakukan oleh makhluk
hidup.
SIKAP

• Sikap sendiri berasal dari bahasa latin yaitu “aptus” yang memiliki arti dalam keadaan siap
dan juga sehat dalam melakukan tindakan
• Menurut Bimo Walgito (2001) pengertian sikap adalah keyakinan atau pendapat seseorang
terkait situasi, subjek atau objek yang disertai dengan munculnya perasaan tertentu.
Perasaan inilah yang akan dijadikan sebagai dasar orang tersebut untuk berperilaku dan
merespon menggunakan cara tertentu sesuai dengan pilihannya
METODE PENELITIAN
• Jenis Penelitian : Kuantatif, deskriptif Kuantitatif
• Lokasi Penelitian : Wilayah Kelurahan Klamalu
• Subjek Penelitian : setiap pasien yang berobat di puskesmas dan pustu klamalu
• Teknik Sampling : Purposive Sampling (20 Agustus – 18 September 2019)
• Instrumen Penelitian : Kuesioner

• Kriteria Inklusi, yaitu:


• Peserta merupakan pasien yang berobat di poli umum puskesmas Mariat
• Peserta merupakan pasien yang berobat di pustu klamalu
• Subjek bersedia untuk mengisi kuisioner secara lengkap

• Kriteria Ekslusi, yaitu:


• Subjek tidak bersedia mengisi kuisioner
• Subjek yang tidak mengisi secara lengkap kuisioner.
Prosedur Penelitian:
• Perizinan pengambilan data kepada Puskesmas Mariat dan Pustu Klamalu
• Pengambilan data kuisioner
• Pembuatan hasil data
• Analisis data
• Pembuatan laporan

Analisis
1. Analisis Univariate : Distribusi Frekuensi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden (n =30)

Variabel Kategori Total (n = 30) Presentase (%)


Umur < 18 tahun 0 0
18 – 60 tahun 27 90
> 60 Tahun 3 10
Jenis Kelamin Pria 13 43
Wanita 17 57
Pendidikan Terakhir SD 3 10
SMP 8 27
SMA 15 50
Perguruan Tinggi 4 13
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga 10 33
Pegawai Swasta 6 20
PNS 4 13
Pelajar 1 3
Petani 7 23
Pedagang 2 7
• (Gendis 2011) Hasil yang sama juga didapat pada penelitian Safi dkk (2015) yang menunjukkan 100%
responden usia produktif. Hal ini dapat disebabkan pada kelompok usia produktif memiliki mobilitas yang
sangat tinggi sehingga kemungkinan untuk terpapar kuman Mycobacterium tuberculosis paru lebih besar.
• Hasil yang sama ditemukan pada penelitian Hayati (2011) dengan responden wanita 51,3% Pada penelitian lain
ditemukan hasil berbeda, penilitian Gendis (2011) yang menunjukkan sekitar 52,5 % responden laki-laki. Laki-
laki memiliki mobilitas yang tinggi dibanding perempuan sehingga kemungkinan terpapar penyakit TB paru lebih
besar. Faktor lainnya adalah laki-laki lebih banyak merokok dan kurangnya kepatuhan minum obat.
Tabel 4.2 Distribusi berdasarkan pengetahuan
Pengetahuan Frekuensi Presentase

Kurang 6 20

Cukup 16 53

Baik 8 27

Total 30 100

Hasil penelitian pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa pengetahuan responden termasuk kategori cukup baik sebanyak 53 % (16
responden), 27% (8 orang) dengan kategori baik dan 20% (6 orang) dengan pengetahuan kategori kurang.

Pendidikan yang tinggi diharapkan akan memiliki pengetahuan yang cukup tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan sikap dan perilaku masyarakat tentang upaya pengendalian penyakit TB paru.
• Pada penelitian ini kebanyakan responden menjawab benar jika penderita TB paru
berhenti minum obat bila gejala batuk sudah tidak dirasakan lagi sebanyak 57% (17 orang)
dan penyakit TB merupakan penyakit yang diturunkan dan tidak dapat disembuhkan
Tabel 4.3 Distribusi Tingkat Pendidikan pada kelompok
dengan Pengetahuan Kurang
Tingkat Pendidikan Frekuensi Presentase

SD 1 17

SMP 3 50

SMA 2 33

Perguruan Tinggi 0 0

Total 6 100
Hasil tabel 4.3 menunjukan kelompok dengan pengetahuan rendah memiliki tingkat pendidikan setara SD
dan SMP. Sekitar 33% (2 responden) setara SMA.

Hasil ini sesuai dengan hasil angka gambaran kesakitan pada survei Prevalensi Tuberkulosis tahu 2013 –
2014 yang menunjukkan prevalensi semakin rendah seiring dengan tingginya tingkat pendidikan.
(Kementrian Kesehatan RI 2015) Hal ini dapat disebabkan tingkat pendidikan sangat mempengaruhi
terhadap kesadaran masyarakat terhadap usaha memeriksan kesehatan diri dan beroleh informasi tentang
penyakit terutama TB paru
Tabel 4.4 Distribusi Pekerjaan pada kelompok dengan
Pengetahuan Kurang
Jenis Pekerjaan Frekuensi Presentasi
Petani 2 29
IRT 2 29
Pelajar 0 0
Pedagang 1 14
PNS 1 14
Pegawai Swasta 1 14
Total 7 100

Hasil Tabel 4.4 menunjukkan pekerjaan pada kelompok pengetahuan kurang pada masyarakat dengan
pekerjaan Ibu Rumah Tangga dan Petani
• Pekerjaan dengan penghasilan kurang atau rendah akan lebih mengutamakan kebutuhan
primer daripada pemeliharaan kesehatan. Penghasilan yang kurang atau rendah
menyebakan kemampuan memperoleh status gizi yang yang kurang baik dan seimbang
sehingga berdampak pada menurunnya status kesehatan.
Tabel 4.5 Distribusi Sikap

Sikap Frekuensi Presentase

Kurang 8 27

Cukup 9 30

Baik 13 43

Total 30 100

Hasil tabel 4.5 Hasil penelitian pada table ini menunjukkan bahwa Sikap responden terhadap
upaya penyakit tb paru termasuk kategori baik sebanyak 43 % (13 responden), 30% (9
responden) termasuk kategori cukup dan 27% (8 responden) termasuk kategori kurang

Sikap dan perilaku seseorang yang baik dapat meningkatkan upaya pengendalian
penyakit TB.
Tabel 4.6 Distribusi Perilaku
Perilaku Frekuensi Presentase

Kurang 6 20

Cukup 13 43

Baik 11 37

Total 30 100

Hasil tabel 4.6 menunjukkan bahwa Perilaku responden terhadap upaya pengendalian
penyakit TB Paru termasuk kategori cukup sebanyak 43 % (13 responden), 37% (11
responden) termasuk kategori baik dan 20% (7 responden) termasuk kategori kurang

Pada perilaku masyarakat terhadap upaya pengendalian penyakit TB kebanyakan setuju jika positif
terkena penyakit TB Paru, selain obat TB yang diberikan dokter mereka juga biasa meminum ramuan
tradisional atau herbal agar cepat sembuh
• sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa
yang diyakini. Sikap dan perilaku seseorang yang baik dapat meningkatkan
upaya pengendalian penyakit TB.
KESIMPULAN

• Latar belakang pendidikan responden sangat beragam, dengan jumlah terbanyak adalah
sederajat Sekolah Menengah Atas. Pekerjaan responden terbanyak adalah sebagai ibu
rumah tangga.
• Gambaran pengetahuan masyarakat tentang terhadap upaya pengendalian TB Paru di
kelurahan Klamalu dalam kategori cukup baik.
• Gambaran sikap dan perilaku masyarakat tentang terhadap upaya pengendalian TB Paru
di kelurahan Klamalu dalam kategori baik.
SARAN
• Menanggapi kurangnya pengetahuan pada pasien di poli umum dengan tingkat pendidikan
SD perlu dilakukan penyuluhan dan pelatihan lagi khususnya bagi ibu rumah tangga dan
petani di lingkungan kerja Puskesmas Mariat.
• Dalam rangka Pengendalian tb, dapat dilakukan penyuluhan masuk lingkungan sekolah baik
di tingkat SD, SMP maupun SMA mengenai penyakit TB sehingga diharapkan dengan
pengetahuan yang dini dapat mencegah penularan dan untuk menemukan adanya kasus
baru
• Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mempertimbangkan waktu penelitian agar
memperoleh sampel dan variabel penelitian lainnya dari kasus TB Paru
• Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dan mengenai pelatihan kader kesehatan untuk
meningkatkan angka penemuan kasus pada tatanan masyarakat lainnya.
• Dilakukan survei langsung ke rumah warga yang positif terinfeksi TB agar di screening
keluarga yang tinggal serumah dengan pasien.

Anda mungkin juga menyukai