Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan dibidang kesehatan merupakan bagian dari pembangun

an nasional yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan guna mena

capai tingkat kesejahteraan rakyat yang lebih baik dan merata. Pembangunan

kesehatan dilakukan diseluruh wilayah Indonesia, dimana sasarannya adalah

masyarakat yang ada diperkotaan dan dipedesaan.Baik pembangunan sarana,

prasarana maupun program pelayanan kesehatan di masyarakat. Pelayanan

kesehatan yang dilakukan, salah satunya adalah pemberantasan penyakit

menular yang sampai saat ini masih dihadapi masyarakat.

Salah satu penyakit yang masih menjadi masalah penting saat ini adalah

tuberkulosis paru (TB Paru).Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah

sebesar 660.000 (WHO, 2010) dan estimasi insidensi berjumlah 430.000 kasus

per tahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61.000 per tahunnya

(Kementerian Kesehatan RI, 2011).

Tuberkulosis paru atau yang lebih terkenal dengan singkatan TBC

adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium

tuberculosis, biasanya menyerang paru paru(disebut sebagai TB paru),

Walaupun pada beberapa kasus, organ organ lain ikut terserang.

(Akhsin,2011,152)

1
2

Menurut (WHO) World Health Organization indonesia merupakan

penyakit nomor 3 terbesar didunia setelah Cina dan India, memperkirakan

penduduk Indonesia setiap tahunnya terjadi 583.3000 orang penderita TBC

paru dengan jumlah kematian sebanyak 140.000 orang. Secara kasar

diperkirakan dari setiap1000.000 penduduk Indonesia terdapat 130 orang TBC

paru yang sangat menular(Yuliati,2013,7).

Jumlah penderita penyakit Tuberkulosis paru di Sul-Sel masih tinggi.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Propinsi, pada 2011, penderita

penyakit menular ini mencapai 8.939 kasus.Angka ini meningkat signifikan

dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 7.783 kasus.Kabupaten Takalar

menduduki peringkat pertama dalam jumlah kasus dengan pertumbuhan

penderita Tuberkulosis di atas 109 %,menyusul pare-pare 79%,pinrang 75 %

disusul Makassar 70% dan terendah Kabupaten Luwu 33% serta jeneponto

36%.

Kepela Dinas kesehatan Rachmat Latief mengatakan”tingginya jumlah

penderita disebabkan beragam faktor seperti lingkungan tempat tinggal yang

berpotensi menyebabkan penularan TBC. Selain itu, minimnya pencahayaan

didalam rumah membuat penyakit itu mudah menyebar. Satu penderita TBC

mampu menular ke 10 orang.Sehingga jika bertemu penderita harus tertangani

segera dengan baik sehingga tidak menularkan atau menimbulkan resistensi

yang menyebabkan kematian”. TBC itu merupakan penyakit rakyat dan untuk

mengatasi maka kita juga harus mengatasi underline faktornya seperti

kemiskinan,pendidikan dan sebagainya”ungkapanya dalam lokakarya Program


3

percepatan Kemajuan Menuju Akses Universal Terhadap Kualitas DOTS di

Hotel Celebes Makassar.(sumber:http://www.seputar indonesia.com,Sunday,0

9September 2012).

Berdasarkan data yang di peroleh dari Rekam Medik RSUD Labuang

Baji Makassar, pada tahun 2011 ditemukan  336 jiwa.Penderita usia 28 hari

sebanyak 2 jiwa, Penderita usia 1-4 tahun sebanyak 4 jiwa, Penderita usia 5 -

14 tahun sebanyak 12 jiwa, penderita usia 15 - 24 tahun sebanyak 44 jiwa,

penderita usia 25 - 44 tahun sebanyak 109 jiwa, penderita usia 45 - 64

sebanyak 120 jiwa penderita usia > 65 tahun sebanyak 45 jiwa penderita

dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 180 jiwa dan wanita sebanyak 156

jiwa.

Pada tahun 2012 ditemukan sebanyak 195 jiwa.penderita usia 1 - 4

tahun sejumlah 2 jiwa, penderita usia 5 - 14 tahun sejumlah 2 jiwa, penderita

usia 15 - 24 tahun sejumlah 13 jiwa penderita usia 25 - 44  tahun sejumlah 91

jiwa, penderita usia 45 - 64 tahun sejumlah 63 jiwa dan penderita usia > 65

tahun sejumlah 24 jiwa, penderita dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak

126 jiwa dan wanita sebanyak 69 jiwa .

Pada tahun 2013 ditemukan penderita sebanyak 53 jiwa. penderita usia

15 - 24 tahun sejumlah 8 jiwa penderita usai 25 - 44  tahun sejumlah 12 jiwa,

penderita usia 45 - 64 tahun sejumlah 13 jiwa dan penderita usia > 65 tahun

sejumlah 20 jiwa, penderita dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 37 jiwa


4

dan wanita sebanyak 16 jiwa. Pada tahun 2014 ditemukan penderita sebanyak

63 orang. (Rekam medik RSUDLabuang Baji Makassar).

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai”Gambaran Pengetahuan Keluarga Pasien Tentang

Penyakit Tuberkulosis Paru Di Ruang Baji Ati Rsud Labuang Baji

Makassar” .

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas rumusan masalah dari penelitian tersebut

diatas adalah:

1. Bagaimana gambaran pencegahan keluarga pasien tentang penyakit

Tuberkulosis Paru di Ruang Baji Ati RSUD Labuang Baji Makassar ?

2. Bagaimana gambaran penularan keluarga pasien tentang penyakit

Tuberkulosis Paru di Ruang Baji Ati RSUD Labuang Baji Makassar?

3. Bagaimana gambaran sikap keluarga pasien tentang penyakit

Tuberkulosis Paru di RSUD Labuang Baji Makassar?

4. Bagaimana gambaran tanda dan gejala Tuberkulosis paru di Ruang Baji

Ati RSUD Labuang Baji Makassar?

C. Tujuan Penelitian.

1. Tujuan Umum

Diketahui gambaran pengetahuan keluarga klien tentang penyakit

Tuberkulosis Paru di Ruang Baji Ati RSUD Labuang Baji Makassar.


5

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui gambaran pencegahan keluarga pasien tentang penyakit

Tuberkulosis Paru di Ruang Baji Ati RSUD Labuang Baji Makassar.

b. Diketahui gambaran penularan Keluarga pasien tentang penyakit

Tuberkulosis Paru di Ruang Baji Ati RSUD Labuang Baji Makassar.

c. Diketahui gambaran sikap keluarga pasien tentang penyakit

Tuberkulosis Paru di Ruang Baji Ati RSUD Labuang Baji Makassar.

d. Diketahui gambaran tanda dan gejala Tuberkulosis Paru di Ruang Baji

Ati RSUD Labuang Baji Makassar

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Sebagai proses pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan dalam

melakukan kajian karya ilmiah di bidang Keperawatan.

2. Bagi Institusi

Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

informasi bagi institusi pendidikan Keperawatan.

3. Bagi Profesi Keperawatan

Memberikan sumbangsi pengetahuan dibidang keperawatan dalam

rangka pengembangan dan kemandirian profesi keperawatan.


6

4. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan

atau pedoman bagi tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian

khusus bagi peneliti yang tertarik untuk mengembangkan hasil penelitian

ini guna pengembangan ilmu pengetahuan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai