Anda di halaman 1dari 61

Pengetahuan Masyarakat Mengenai

Pencegahan ISPA pada Keluarga


di Wilayah Jakarta Barat Tahun 2019

Dosen Pembimbing 1 : dr. Melda Suryana, M. Epid


Dosen Pembimbing 2 : dr. Ernawaty Tamba, MKM
Dosen Penguji: dr. Gracia J.M.T Winaktu, MS, Sp.Gk
Daniel Budi
102016082
Pendahuluan Tinjauan
Latar Belakang, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian
Pustaka

Metodologi Hasil dan Penutup


Penelitian Pembahasan Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

• Di negara berkembang, angka kematian insiden ISPA, 15%-20%


pertahun pada golongan usia balita. (WHO)
• Kasus ISPA di DKI Jakarta 25,2% (RISKESDAS, 2013-2018 di
Indonesia)
• Pengendalian ISPA di DKI Jakarta (2018) pada balita 73,35%
(target nasional 80%)
• Penerapan PHBS di DKI Jakarta 2016, 67,8% (Renstra Kemeskes
RI 2015-2019, target 80%)
Rumusan Masalah
• Capaian program pengendalian ISPA di DKI Jakarta belum memenuhi target
nasional
• Capaian proposi nasional keluarga penerapan PHBS pencegahan ISPA belum
memenuhi target Renstra Kemenkes RI tahun 2015-2019
• Kurangnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pencegahan ISPA di DKI
Jakarta
• Penelitian perbedaan pengetahuan masyarakat mengenai pencegahan ISPA
sebelum dan sesudah dengan penyuluhan belum pernah dilakukan di wilayah
kerja RPTRA Tanjung Duren, Jakarta Barat tahun 2019
Tujuan Umum

• Mengetahui pengaruh penyuluhan pencegahan ISPA


terhadap pengetahuan masyarakat sebelum dan
sesudah dilakukannya penyuluhan pada RPTRA
Tanjung Duren, Jakarta Barat tahun 2019
Tujuan Khusus
• Diketahui sebaran responden menurut usia, pendidikan,
jenis kelamin dan pekerjaan masyarakat di RPTRA
Tanjung Duren tahun 2019
• Diketahui sebaran pengetahuan responden masyarakat
sebelum dilakukan penyuluhan menurut usia, pendidikan,
jenis kelamin dan pekerjaan masyarakat tentang
pencegahan ISPA di RPTRA Tanjung Duren tahun 2019
• Diketahui sebaran pengetahuan responden masyarakat
sebelum dilakukan penyuluhan tentang pencegahan
ISPA di RPTRA Tanjung Duren tahun 2019
• Diketahui sebaran pengetahuan responden masyarakat
setelah dilakukan penyuluhan tentang pencegahan
ISPA di RPTRA Tanjung Duren tahun 2019
Manfaat Penelitian

• Meningkatkan pengetahuan tentang ISPA, terutama


Masyarakat
pada pencegahan penyakit ISPA

• Sebagai salah satu kriteria kelulusan untuk


menyelesaikan pendidikan program studi kedokteran
Peneliti di UKRIDA
• Hasil penelitian diharapkan untuk meningkatkan
pengetahuan peneliti
• Dapat dipergunakan sebagai dasar penelitian
Perguruan
mahasiswa Fakultas Kedokteran di masa yang akan
tinggi datang

• Menyajikan data
• Dapat memberikan pelayanan yang efektif dan efisien
RPTRA dengan memberikan informasi yang akurat
• Mampu menguraikan pencetus yang mempengaruhi
Tanjung Duren
tingkat pengetahuan mengenai pencegahan ISPA,
sehingga dapat dikembangkan cara penyuluhan
menjadi sumber data
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
• Definisi
• Penyebab ISPA
• Cara penularan (transmisi:
droplet, kontak, airbone)
• Faktor resiko
Tanda dan Gejala
ISPA ISPA ISPA
ringan sedang berat
Batuk Pernapasan > 50x/menit (anak < Batuk
1 tahun) dan >40x/ menit (anak
>1 tahun)
Serak Tenggorokan berwarna merah Sakit tenggorokan
(ada suara parau)
Pilek Timbul bercak campak Kesadaran menurun
Demam (>37oC) Demam (>39oC) Demam (>/=38oC)
Telinga sakit/ mengeluarkan Bunyi nafas snorring
nanah
Serak Sesak/ napas cepat
(ada suara parau)
Pemeriksaan pada ISPA
• Temuan klinis yang sering ditemui pada ISPA yang disebabkan

bakteri antara lain: eritema faring, eksudat faring dan tonsil, adanya

vesikel, tonsil, batuk, diare dan demam.

• Temuan klinis yang sering ditemui pada ISPA yang disebabkan oleh

virus antara lain: eritema, dan munculnya eksudat pada faring dan

tonsil, temperatur lebih tinggi, tidak adanya konjungtivitis, batuk

dan rhinorea yang dimana merupakan tanda infeksi virus.


Tatalaksana
• Sinusitis bakterial akut

Diberikan antibiotik jika infeksi saluran napas viral tidak membaik setelah

10 hari atau memburuk setelah 5-7 hari. Durasi antibiotik 7-10 hari jika

tidak merespon dalam 72 jam, reevaluasi pasien dan ganti ke antibiotik

jenis lainnya. Untuk lini pertama dapat diberikan Amoxicillin dan alternatif

Cephalosporin (bukan generasi I dan bukan Cefixime seperti: Quinolone

(Levofloxacin, moxifloxacin).

Alergi beta-Lactam seperti: trimethoprim-sulfamethoxazole, doxycycline,

azithromycin, clarithromychin.
• Faringitis

Terapi antimikroba Dilakukan selama 10 hari. Pada Group

A Strep, berikan antibiotik setelah deteksi antigen atau

kultur positif. Antibiotik yang dpat diberikan sebagai lini

pertama adalah Penicillin V, Benzathine penicillin G,

Amoxicillin. Sedangkan pada alergi Beta-lactam dapat

diberikan Azithromycin, Clindamycin, dan Clarithromycin.


• Batuk non spesifik/ Bronkitis akut/ Pertusis

Dapat diberikan amtibiotik jika terdapat eksaserbasi bakterialis akut dari

bronkitis kronik umumnya dialami pada perokok.

(amoxicillin, trimethoprimsulfamethoxazole, tetracycline)

• Infeksi saluran napas tidak spesifik

Pada kasus ini, terapi antibiotik tidak diperlukan sehingga perlu penjelasan

kepada pasien dan penjelasan mengenai terapi non farmakologis.


• Outpatient Community Acquired Pneumonia

Antibiotik diberikan dan pasien dirawat jalan, kemudian

dievaluasi. Antibiotik sebagai lini pertama yang dapat

diberikan adalah golongan Macrolide (azithromycin atau

clarithromycin) dan doxycycline (alternatif macrolide).


Pencegahan

• Pemberian ASI eksklusif


• Pemberian gizi yang baik dan benar pada balita
• Pengurangan polusi udara dalam ruangan dan
paparan polusi di luar ruangan
• Imunisasi
• Kepadatan penduduk
• Pedoman kewaspadaan transmisi droplet

 Gunakan masker bedah apabila berada jarak satu meter dari pasien

 Menempatkan pasien di kamar untuk satu orang atau kamar hanya dapat diisi

pasien dengan diagnosis yang sama atau faktor risikonya sama, dengan catatan

setiap pasien dipisahkan dengan jarak minimal satu meter

 Membatasi transportasi pasien ke lokasi di luar kamarnya


• Pedoman kewaspadaan transmisi kontak

 Gunakan sarung tangan bersih dan gaun pelindung sekali pakai atau gaun

pelindung yang dapat digunakan kembali saat kontak langsung dengan pasien

 Lepaskan sarung tangan setelah berkontak langsung dengan penderita dan

bersihkan tangan segera setelah membuka APD (Alat Pelindung Diri)

 Sediakan peralatan yang khusus digunakan untuk satu pasien dan selalu bersihkan

serta disinfeksi peralatan yang digunakan untuk beberapa pasien setelah digunakan

 Tempatkan pasien di kamar untuk satu pasien apabila memungkinkan atau dikamar

yang diisi bersama pasien lain dengan diagnosis yang sama (cohorting)
• Pedoman kewaspadaan transmisi airbone

Gunakan respirator partikular saat memasuki dan memberikan


pelayanan ke pasien dengan catatan untuk memastikan
terlebih dahulu segel respirator sudah diperiksa sebelum
digunakan
Lakukan pembatasan pergerakan pasien dan pastikan pasien
menggunakan masker bedah bila berada diluar kamarnya.
Membersihkan tangan segera setelah melepas APD
Sikap
• Sikap merupakan konsepsi yang bersifat abstrak
tentang pemahaman perilaku manusia
• Objek sikap terdiri dari pengetahuan, penilaian,
perasaan dan perubahan sikap
Pengetahuan
• Menurut Notoatmodjo, pengetahuan adalah suatu hasil dari
pemahaman dari pengetahuan manusia yang diperoleh melalui
indera penglihatan dan pendengaran.
• Pengetahuan juga sebagai perubahan sikap yang berasal dari
pengalaman.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pengetahuan

• Usia
• Jenis kelamin
• Pendidikan
• Pekerjaan
• Lingkungan
• Penyuluhan
• Media massa
• Teknologi informasi
• Sosial budaya
• Sosial ekonomi
Kerangka Teori
Kerangka Konsep

Faktor yang mempengaruhi:


Usia
Jenis Kelamin
Pendidikan
Pekerjaan

SEBELUM SESUDAH

pengetahuan masyarakat mengenai pengetahuan masyarakat mengenai


pencegahan ISPA pencegahan ISPA

Penyuluhan tentang ISPA

 Pengetahuan
 
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
• Desain Penelitian
Desain yang digunakan adalah pre & post experiment dengan one group pretest-posttest design.

• Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di wilayah RPTRA Tanjung Duren pada bulan Desember 2019.

• Subjek Penelitian
Subyek dalam penelitian: masyarakat yang datang ke RPTRA Tanjung Duren yang memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi

• Kriteria Inklusi

a. Masyarakat yang bersedia menjadi responden untuk penelitian

b. Masyarakat yang hadir pada saat kuesioner diedarkan

• Kriteria Eksklusi

a. Masyarakat yang tidak dapat membaca menulis

b. Masyarakat yang mengisi kuesioner tidak lengkap


Sampling
• Pengambilan sample dengan menggunakan purposive
sampling
Bahan, Alat dan Cara Pengambilan Data
• Bahan Penelitian
Bahan yang diperlukan untuk penelitian ini adalah kuisioner yang akan dibagikan sebelum dan
sesudah penyuluhan yang telah diisi oleh responden di wilayah RPTRA Tanjung Duren.
• Alat Penelitian
Alat yang diperlukan untuk penelitian yaitu alat tulis (bolpoin), kertas kuisioner, alat untuk
presentasi, laptop.

Parameter yang diperiksa


Pengetahuan tentang pencegahan ISPA, usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan pekerjaan.

Variabel Penelitian
• Variabel terikat: pengetahuan masyarakat tentang pencegahan ISPA
• Variabel bebas: usia, pekerjaan, pendidikan dan jenis kelamin masyarakat
Dana Penelitian
Kuisioner Rp 200.000

Pulpen 1 box Rp 30.000

Transportasi Rp 200.000

Biaya tidak terduga Rp 100.000

Total dana tercantum Rp 530.000


Definisi Opersional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Pendidikan Pendidikan yang diperoleh anggota Kuesioner 1. Lulus SD / sederajat Ordinal


keluarga diukur dari institusi
pendidikan yang dilewati dengan 2. Lulus SMP/ sederajat
lulus 3. Lulus SMA/ sederajat
4. Lulus Perguruan Tinggi

Pekerjaan Kegiatan yang dilakukan responden Kuisioner 1. Bekerja Nominal


mengenai aktifitas sehari-harinya
2. Tidak bekerja  

Usia Lama waktu hidup responden yaitu Kuisioner 1. 17 – 25 tahun ordinal


terhitung sejak lahir sampai dengan
  saat ini 2. 26 – 35 tahun
  3. 36 – 45 tahun
4. > 45 tahun

Tingkat pengetahuan Tingkat pemahaman responden Kuisioner (19 1. Baik bila skor total : 76-100 ordinal
tentang pencegahan ISPA dari Soal) 2. Sedang bila skor total: 56-75
3. Buruk bila skor total: 0-55
pertanyaan yang diberikan

Jenis kelamin Varian seks seseorang yaitu laki-laki Kuesioner 1. Laki-laki ordinal
dan wanita 2. Perempuan
Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil kuisioner yang dikumpulkan, diolah, disajikan, kemudian
dianalisis menggunakan program SPSS versi 22.
Pertanyaan pre-test dan post-test yang telah dijawab oleh responden dengan tepat, jawaban
benar bernilai 5 dan jawaban salah 0.

Tingkat Pengetahuan Nilai


Baik 76-100
Sedang 56-75
Buruk 0-55
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian

• Penelitian dilaksanakan di RPTRA Tanjung Duren


• Subjek dalam penelitian ini merupakan masyarakat
RPTRA Tanjung Duren, berjumlah 30 orang responden
sebelum dan sesudah penyuluhan dilakukan penyebaran
kuesioner
• Terkumpul sebanyak 30 kuesioner sebelum dan 30
kuesioner sesudah penyuluhan.
Karakteristik Responden di RPTRA Tanjung
Duren tahun 2019
Frekuensi Persentasi
Karakteristik Responden  
(n=30) (%)
26-35 tahun 1 3.3%

36-45 tahun 6 20.0%


Usia
> 45 tahun 23 76.7%

Perempuan 30 100%
Jenis Kelamin
Pria 0 0%
SMA 25 83.3%
Pendidikan

S1 5 16.7%
 
Bekerja 12 40.0%
Pekerjaan
Tidak Bekerja 18 60.0%
 
Nilai Rata-rata Pengetahuan Responden

Nilai rata - rata pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan


90%

80%
Nilai Maksimal Skor Pengetahuan

70%

60%

50%

40%
76.70%
30%

20%

10%

0%
Sebelum Setelah
Tingkat Pengetahuan
Karakteristik Profil Responden Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan di RPTRA Tanjung Duren tahun 2019

Sebelum Penyuluhan Setelah Penyuluhan


 
Baik Buruk Baik Buruk
0 1 1 0
26-35 tahun
0% (6,7%%) (4,2%) 0%
5 1 6 0
Usia 36-45 tahun
(33,3%%) (6,7%) (25%) 0%
10 13 17 6
>45 tahun
(66,7%) (86,7%%) (70,8%) (200%)
8 4 10 2
Bekerja
(53,3%) (26,7%) (41,7%) (33,3%)
Pekerjaan
7 11 14 4
Tidak bekerja
(46,7%) (73,3%) (58,3%) (66,7%)
12 13 19 6
SMA
(80%) (86,7%) (79,2%) (100%)
Pendidikan
3 2 5 0
S1
(20%) (13,3%) (20,8%) (0%)
15 15 24 6
Jenis Kelamin Perempuan
(100%) (100%) (100%) (100%)
Pengetahuan Masyarakat Tentang Gejala ISPA di RPTRA
Tanjung Duren Tahun 2019
Jawaban Sebelum penyuluhan n(%) Sesudah penyuluhan n(%)

Sakit perut
9(30%) 1 (3.3%)

Muntah
5 (16.7%) 0%

 Batuk
0% 13 (43.3%)

Pilek
4 (13.3%) 1 (3,3%)

Demam
2 (6.7%) 0%

Radang tenggorokan
0% 11 (36.7%)

Napas cepat
2 (6.7) 3 (10%)

Tarikan dinding dada ke dalam


1(3.3%) 1 (3.3%)

Tidak tahu
7 (23.3%) 0%
Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyebab Penyakit ISPA di
RPTRA Tanjung Duren Tahun 2019

Jawaban Sebelum penyuluhan n(%) Sesudah penyuluhan n(%)

8(26.7%) 12(40%)
Bakteri

4(13.3%) 0%
Angin

3(10%) 0%
Debu

4(13.3%) 14(46.7)

Jamur

3(10%) 4(13,3%)
Virus

8(26.7%) 0%

Tidak tahu
Pengetahuan Masyarakat Tentang Manfaat Vitamin A untuk
Bayi di RPTRA Tanjung Duren Tahun 2019

Sebelum Sesudah
Jawaban
penyuluhan n(%) penyuluhan n(%)

Meningkat kekebalan tubuh


14(46.7%) 13(43.3%)

Sistem penglihatan
4(13.3%) 4(13.3%)

Tumbuh kembang
2(6.7%) 2(6.7%)

Meningkatkan kekuatan tulang


8(26.7%) 9(30%)

Mempercepat proses penyembuhan apabila terkena ISPA


1(3.3%) 2(6.7%)

Tidak tahu
1(3.3%) 0%
Pengetahuan Masyarakat Tentang Ciri-ciri Rumah Sehat di
RPTRA Tanjung Duren Tahun 2019

Sebelum Sesudah
Jawaban
penyuluhan n(%) penyuluhan n(%)

Ventilasi cukup dan rutin dibersihkan


11(36.7%) 12(40%)

Rumah terang benderang


5(16.7%) 0%

Rumah luas dan besar


2(6.7%) 0%

Adanya celah untuk cahaya matahari dapat masuk ke dalam rumah

3(10%) 3(10%)

Lantai terbuat dari keramik


0% 4(13.3%)

Tidak terdapat tumpukan majalah/ koran/ kardus


6(20%) 11(36.75)

Tidak tahu
3(10%) 0%
Pengetahuan Masyarakat Tentang Vitamin dan Mineral yang
dibutuhkan untuk Daya Tahan Tubuh di RPTRA Tanjung
Duren Tahun 2019
Sebelum penyuluhan
Jawaban Sesudah penyuluhan n(%)
n(%)

Vit. A 7(23.3%) 4(13,3%)


Vit. D 4(13.3%) 3(10%)
Vit. C 6(20%) 3(10%)
Vit. B2 riboflavin 4(13.3%) 3(10%)
Vit. B6 2(6.7%) 1(3,3%)
Vit. B12 2(6.7%) 2(6,7%)
Zinc 1(3.3%) 1(3,3%)
Folic acid 0% 1(3.3%)
Beta carotene 1(3.3%) 2(6.7%)
Echinacea 0% 10(33,3%)
Selenium 1(3.3%) 0%
Kalsium 0% 0%
Zat besi 0% 0%
Tidak tahu 2(6.7% 0%
Pengetahuan Masyarakat Tentang Manfaat yang Terkandung
dalam Kolostrum di RPTRA Tanjung Duren Tahun 2019
Sebelum Sesudah
Jawaban
penyuluhan n(%) penyuluhan n(%)

a.       Antibodi untuk melindungi bayi dari infeksi dan alergi


10(33.3%) 10(33.3%)

b.      Sel darah putih untuk melindungi bayi terjangkit infeksi


6(20%) 6(20%)

c.       Kolostrum membantu mengeluarkan kotoran bayi yang pertama berwarna kehijauan
3(10%) 14(46.7%)

d.      Tidak ada manfaatnya karena kolostrum adalah ASI kotor yang tidak boleh diberikan
kepada bayi
3(10%) 0%

e.       Kolostrum hanyalah tanda ASI keluar, tidak bermanfaat bagi ibu maupun bayi
5(16.7%) 0%

f.       Tidak tahu


3(10%) 0%
Pembahasan
• Salah satu penyebab tingginya angka kejadian ISPA karena
kurangnya pengetahuan ibu tentang ISPA. Sebelum dilakukan
penyuluhan tercatat 50% dan setelah penyuluhan meningkat
pengetahuannya menjadi 76,7%.
• Banyaknya responden yang memiliki pengetahuan baik dipengaruhi
faktor usia, pendidikan dan pekerjaan.
• Berdasarkan hasil analisis karakteristik responden bahwa nilai usia
responden didominasi usia >45tahun sebesar 76,7%.
• Sebagian besar responden 10 orang (33,3%) mengetahui bahwa
yang terkandung dalam kolostrum adalah antibodi untu melindungi
bayi dari infeksi, sesudah penyuluhan tidak ada perubahan.
• Pengetahuan gizi salah satu faktor penting menentukan tingkat
kesehatan.
• Ibu yang mengetahui manfaat vit.a sebanyak 14(46,7%) setelah
penyuluhan ada perbedaan menjadi 13(43,4%).
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
• Sebagian besar responden (76,7%) berusia > 45 tahun dan hanya
sebagian kecil responden (3,3%) yang berusia lebih dari 26-35 tahun.
• Sebagian besar responden (60%) tidak bekerja dan hanya sebagian
kecil (40%) yang bekerja.
• Sebagian besar responden (83,3%) mengeyam pendidikan sampai
SMA, dan hanya sebagian kecil (16,7%) mengenyam pendidikan
sampai perguruan tinggi (S1).
• Semua responden yang datang dan mengisi kuesioner adalah berjenis
kelamin perempuan (100%).
• Sebagian besar responden adalah berusia > 45 tahun dengan pengetahuan buruk
(56,52%) dan pengetahuan baik (43,48%) sebelum dilakukan penyuluhan.
• Sebagian besar responden adalah berpendidikan terakhir SMA memiliki
pengetahuan buruk (52%) dan pengetahuan baik (48%) sebelum dilakukan
penyuluhan.
• Sebagian besar responden adalah tidak bekerja memiliki pengetahuan buruk
(61,1%) dan pengetahuan baik (38,9%) sebelum dilakukan penyuluhan.
• Tingkat pengetahuan responden sebelum penyuluhan di wilayah RPTRA
Tanjung Duren tentang pencegahan ISPA sebesar 50% dan setelah dilakukan
penyuluhan nilai rata-rata responden meningkat menjadi 76,70%.
Keterbatasan Penelitian
 Peneliti hanya melihat perbedaan pengetahuan sebelum dan
sesudah penyuluhan masyarakat mengenai pencegahan
ISPA pada masyarakat RPTRA Tanjung Duren
 Tempat penelitian yang terbatas dalam segi luas dan tata
ruang sehingga penelitian tidak dapat dilakukan dalam satu
sesi melainkan dibagi menjadi beberapa sesi. Dan karena
tata ruang yang terbatas maka mempengaruhi kenyamanan
responden dalam mengisi kuisioner.
Saran
 Bagi RPTRA Tanjung duren, hasil penelitian ini diperoleh menunjukan adanya pengetahuan

yang tinggi setelah penyuluhan. Maka peneliti menyarankan agar pihak RPTRA

mengadakan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan sehat bagi masyarakat dengan tujuan

untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta menyadarkan perilaku masyarakat

agar menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat demi penurunan angka kejadian ISPA di

RPTRA Tanjung Duren

 Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat membantu dan memberikan sumbangan

pemikiran juga menjadi sumber acuan bagi ilmu kedokteran khususnya tentang kejadian

ISPA dan diharapkan dapat lebih meningkatkan mutu dan mempertahankan kualitas

pendidikan dengan selalu membimbing dan mengarahkan mahasiswa sesuai dengan

perkembangan ilmu yang terbaru baik di kampus maupun dilahan praktik.


 Bagi penelitian selanjutnya diharapkan mampu menggambarkan keseluruh

variabel yang dapat mempengaruhi kejadian ISPA serta dapat dijadikan

sebagai data pembanding untuk penelitian selanjutnya tentang faktor yang

mempengaruhi kejadian ISPA


 Bagi Masyarakat diharapkan dapat memahami dan menerapkan perilaku hidup

bersih dan sehat, karena dengan menerapkan pola perilaku hidup bersih dan

sehat pada setiap anggota keluarga akan menciptakan rumah tangga yang sehat

yang pada akhirnya akan meningkat derajat kesehatan setiap anggota keluarga.
Foto
Daftar Pustaka
•  Maakh YF, Laning I, Tattu R. Profile of treatment for acute respiratory infection (ARI) in toddlers at Rambangaru health center in
2015. Kupang : Jurnal Info Kesehatan ; 2017: h. 435-450
• World Heath Organization. Infection prevention and control of epidemic and pandemic prone acute respiratory disease in healthy care.
GAR ; 2007
• Simoes EAF, Cherian T, Chow J, et al. Acute respiratory infection in children. Washington (DC): World Bank ; 2006
• Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2017. Data dan informasi profil kesehatan Indonesia 2016. Jakarta; 2016.
• Firdaus JK. Pengantar epidemiologi penyakit menular. Jakarta : Penerbit Trans Info Media; 2013.
• Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Hasil utama RISKESDAS 2018. Kementrian Kesehatan (dikutip pada 30 Maret 2019).
• Diakses dari:
• https://www.google.com/url?sa=t&url=http://www.depkes.go.id/resources/download/iinfo-terkini/materi_rakorpop_2018/Hasil
%2520Riskesdas%25202018.pdf&ved=2ahUKEwi136T7i_PhAhUlto8KHW_-
APIQFjAAegQIBRA&USG=AOvVaw17_5LdaoKp3SJJDy8jTth.
• Sukamawa A Determinan sanitasi rumah dan sosial ekonomi terhadap kejadian ISPA pada anak balita serta manajemen penanggulangan
di puskesmas. 2010.
• Diakses dari: www.soedja_keman@unair.ac.id.
• Qasim M, Dewi I. Hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan pencegahan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada balita di
wilayah kerja puskesmas antang Makassar. Makassar: STIKES Nani Hasanuddin; Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis; 12(6); 2018.
• James, F Angel. Perilaku konsumen. Jakarta: Binarupa Aksara; 1994.
• Pertiwi FD, Farihah N. Hubungan lingkungan dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada balita di wilayah kerja
UPTD puskesmas Semplak tahun 2016. Bogor: Hearty Jurnal Kesehatan Masyarakat; 2017.
• Waworuntu w. Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi saluran pernapasan akut. Jakarta ; 2016: h.8-26
• Lubis I, Marjanis S, Mulyono W, dkk. Etiologi infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan faktor lingkungan. Jakarta: Bul. Penelit.
Kesehat ; 18 (2); 1990.
• Setiadi S, Alwi I, Sudoyo AW, dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi VI. Jilid II. Jakarta: FKUI; 2014: h.1592-626
• Choiriyah S, Anggraini DN. Evaluasi input sistem surveilans penemuan penderita pneumonia balita di puskesmas. Semarang: Unnes
Journal of Public Health; 2015.
• Nurhidayah I, Fatimah S, Rakhmawati W. Upaya keluarga dalam pencegahan dan perawatan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan
Akut) di rumah pada balita di kecamatan Ciawi kabupaten Tasikmalaya. Bandung: Lembaga Penelitian Universitas
Padjadjaran; 2008.
• Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2013.
Pedoman tatalaksana klinis infeksi saluran pernapasan akut berat suspek middle east repiratory syndrome-corona virus (Mers-
CoV). 2013.
• Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu kesehatan anak edisi 15. Jakarta: EGC; 1996.
• Sari AP, Fitriyani P. Pengetahuan, sikap, dan perilaku keluarga dengan anak balita yang menderita ISPA. Depok: FIK UI;
2013.
• Notoatmodjo S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
• Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012
• Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2002.
• Mundung B, Kandou G.D, Kaunang W.P. Hubungan antara faktor resiko dengan kejadian penyakit hipertensi pada perempuan
di wilayah masyarakat pesisir desa marinsouw kecamatan Likupang Timur kabupaten Minahasa Utara tahun 2017. Manado:
FKM Universitas Sam Ratulangi; 2017.
• Fibrila F. Hubungan usia anak, jenis kelamin dan berat badan lahir anak dengan kejadian ISPA. Tajungkarang: Jurnal
Kesehatan Metro Sai Wawai: 8(2); 2015.
• Mastini. Hubungan pengetahuan, sikap dan beban kerja dengan kelengkapan fasilitas dengan pendokumentasian asuhan
keperawatan di rawat inap BPRSUD Salatiga. Semarang: Undip; 2007.
• Nursalam. Dokumentasi keperawatan. Jakarta: EGC; 2001.
• Soekanto S. Sosiologi: Suatu pengantar. Jakarta: PT Radja Grafindo Persada; 2003.
• Hawadi. Psikologi perkembangan anak. Jakarta: Grasindo; 2001.
• Abu A. Psikologi sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
• Bimo W. Psikologi umum. Yogyakarta: Andi Offset; 2003.
• Gunarsa SD. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Jakarta: Gunung Mulia; 2000.
• Gunarsa SD. Psikologi keluarga. BPK. Jakarta: Gunung Mulia 1986.
• Purwati W. Tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut guru penjaskes SD di kecamatan Rendang tahun 2013.
2013.
• Pangesti A. Gambaran tingkat pengetahuan dan aplikasi kesiapsiagaan bencana pada mahasiswa fakultas ilmu keperawatan universitas indonesia tahun 2012.
Universitas Indonesia; 2012.
• Indiantoro. Pengetahuan masyarakat terhadap mitigasi bencana kekeringan di kecamatan Tawangsari kabupaten Sukoharjo. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada;
2009.
• Maulana H. Promosi kesehatan. Jakarta: EGC; 2007.
• Normadewi B. Analisis pengaruh jenis kelamin dan tingkat pendidikan seseorang. Semarang: Universitas Diponegoro; 2012.
• Carter W. Disaster management: a disaster manager’s handbook. Manila: ADB; 2011.
• Mubarak IW, Chayatin N, Rozikin K, Supradi. Promosi kesehatan sebuah pengantar proses belajar mengajar dalam pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2007.
• CMA Foundation AWARE. Ringkasan guideline untuk infeksi saluran napas akut pada pasien dewasa. CDK-203: 40(4); 2013.
• Firdausia A. Hubungan tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu dengan perilaku pencegahan ISPA pada balita di wilayah kerja puskesmas gang sehat Pontianak.
Pontianak: FK Universitas Tanjungpura; 2013.
• Wati R. Pengaruh penyuluhan terhadap peningkatan pngetahuan. 2009.
• De Jong, Amanda. Working mothers: cognitive and behavioral effects on children. South Dakota State University: Journal of Undergraduate Research; 2010.
• Mahmoudi H, Naji S, Mardani D. Comparison of the health promoting life style in patient candidate for coronary intervention in isfahan shahid chamran hospital.
Revista Latinoamericana de Hipertension; 13(6); 2017; h. 520-5.
• Mar’at S. 2005. Psikologi perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya; 2005.
• Wardhani E, Pharnawati K, Sururi MR, Kurniawati N. Hubungan faktor lingkungan, sosial-ekonomi, dan pengetahuan ibu dengan kejadian infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) pada balita di kelurahan cicadas kota Bandung. Lampung: Lembaga Penelitian- Universitas Lampung; 2010.
• Puluhulawa I. Pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap status kesehatan masyarakat di kecamatan Palu Selatan. Palu: e-Jurnal Katalogis; 1(3); 2013; h.15-25.
• Wantania JM., Naning R, Wahani A. Infeksi respiratori akut. buku ajar respiratologi anak edisi pertama. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008.
• Keman S. Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman. Surabaya: Jurnal Kesehatan Lingkungan; 2(1); 2005
• Nindy ST, Sulistyorini L. Hubungan sanitasi rumah dengan kejadian ISPA pada anak balita. Jurnal Kesehatan Lingkungan; 2 (1); 2005.
• Notoatmodjo S. Ilmu kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta: Rineka Cipta; 2008.
• Hary W. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan. 1996.
• Suryabrata S. Psikologi kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo Persada; 2002.
• Oktaviani VA. Hubungan antara sanitasi fisik rumah dengan kejadian ISPA pada balita di desa Cepogo kabupaten Boyolali. Surakarta: FKM Universitas
Muhammadiyah surakarta; 2010.
• Syah M. Psikologi belajar. Jakarta: Rajawali; 2012.
• Ardhiyanti. Konsep dasar HIV/ AIDS d bahan ajar aids pada asuhan bebidanan. Yogyakarta: Deepublish publisher; 2015.
• Maulana, Hari DJ. Promosi kesehatan. Jakarta: EGC; 2009.
• Notoatmodjo S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta; 2003.
• Suprapto, Afiffathatin E. Evaluasi pengetahuan ibu-ibu PKK tentang penyakit ISPA sebelum dan sesudah diberi edukasi dengan ceramah dan leaflet di kabupaten
Grobogan. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
• Notoatmodjo S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2004.
• Setiyani E. Hubungan antara penyuluhan diri dengan kepatuhan menjadikan diri DM dan terkendalinya kadar gula darah penderita DM di klinik gizi RSUD.
Yogyakarta: UPN Veteran; 2004.
• Mubarak IW. Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: Salemba Medika; 2012.
• Muninjaya. Manajemen mutu pelayanan kesehatan. Jakarta: EGC; 2014.
• Sunarno H, Hartono AB. Pengembangan peserta didik. Jakarta: Rineka Cipta; 2002.
• Irfandi. Pengetahuan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan. 2009.
• Lestari T. Kumpulan teori untuk kajian pustaka penelitian kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika; 2015.
• Riyambodo B. Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat distres pada pasien diabetes melitus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. 2017.
• Nursalam. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2011.
• Arikunto S. Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta; 2013.
• Ar-Rasily OK, Dewi PK. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan orangtua mengenai kelainan genetik penyebab disabilitas intelektual di
kota Semarang. Semarang: JKD; 5(4); 2016.
• Budiman, Riyanto A. Kapita selekta kuesioner pengetahuan dan sikap dalam penelitian kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; 2013.
• Notoatmojo S. Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta: Rineka Cipta; 2011.
• Senjaya, Sutina. Pendidikan media massa. 2009.
• Mc Quail, Dennis. Mass communication theories. London: Sage Publication; 2000.
• Ronda Y. Pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pemakaian gigi tiruan di kelurahan Pakowa kecamatan Wanea. Dentire Journal; 1(2); 2013; h. 38-42.
• Santrock JW. Adolescence perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga; 2003.
• Diniyati LS, Irma J. Pengaruh empat variabel terhadap perilaku pernikahan dini perempuan pesisir. Jurnal Ilmiah Kesehatan; 16(2); 2017.
• Kaplan AM, Haenlein M. Users of the world, unite! the challenges and opportunitties of social media. Bussiness Horizons; 2010.
• Sudjana, Nana dkk. Teknologi pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo; 2007.
• Hawajreh KM, Sharabati AA. The impact of information technology on knowledge management practices. International Journal of Business; 2(7); 2012.
• Majid A. Strategi pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya; 2015.
• Harjali. Teknologi pendidikan. Ponorogo: STAIN Ponorogo Press; 2011.
• Wawan A. Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap dan perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011.
• Junnaiddin, Zakaria. Pengantar teori ekonomi makro. Jakarta: GP Press; 2012.
• Soetjiningsih. Tumbuh kembang remaja dan permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto; 2005.
• Sumardi M. Kemiskinan dan kebutuhan pokok. Jakarta: Rajawali Jakarta; 2004.
• Sitorus. Berkenalan dengan sosiologi. Jakarta: Erlangga; 2000.
• Syani A. Sosiologi skematika, teori dan terapan. Jakarta: PT. Bumi Aksara; 2007.
• Sartika W, Yusri J. Perilaku konsumsi susu di propinsi Sumatera Barat. Jurnal Agripita; 1(1); 2011.
• Simanjuntak, Payaman. Pengantar ekonomi sumber daya manusia. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia; 1998.
• Sugiono. Statistika untuk penelitian. Bandung: Alpha Beta; 2007
• Saryono. Metodologi penelitian kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia; 2008.
• Dahlan S. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; 2009.
• Ghozali I. Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2013.
• Priyoto. Teori sikap dan dalam kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika; 2014. h 83-5.
• Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2011.
• Potter PA, Perry AG. Fundamental keperawatan: konset klinis proses-proses penyakit. Jakarta: Salemba Medika; 7(2); 2010.
• Lestari PN. Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada bayi dan balita di wilayah kerja puskesmas Purwoyoso. 2013.
• Machmud, R. Pneumoia balita di Indonesia. Andalas University Press Padang; 2015.
• Roslina. Gambaran mikrobiologi ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas). Sulawesi: Jurnal Kesehatan; (2); 2014.
• Afiffathatin, E. Evaluasi pengetahuan ibu- ibu PKK tentang penyakit ISPA sebelum dan sesudah diberi edukasi dengan ceramah dan leaflet di
kabupaten Grobogan. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2015. Diakses dari
http://eprints.ums.ac.id/39944/1/NASKAH% 20PUBLIKASI.pdf ( 29 Agustus 2020).
• Wahyuningsih, Aries. Pengetahuan ibu tentang pencegahan ISPA menurunkan kejadian ISPA pada balita. Bukittinggi: Jurnal Stikes; 8(2); 2015.
• Romaito, A. Hubungan pengetahuan dan perilaku ibu terhadap kejadian infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada balita di puskesmas kecamatan
Jatiuwung kota Tangerang tahun 2015. Universitas Esa Unggul: Program Studi Kesehatan Masyarakat; 2015.
• Taarelluan, KS, Ottay RI, Pangemanan, JM. Hubungan pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap tindakan pencegahan infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) di desa Tataaran & kecamatan Tondano Selatan kabupaten Minahasa. Manado:Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi; 2016.
• Ristiyanto R. Hubungan antara tingkat pendidikan formal dan pengetahuan orangtua tentang ISPA pada balita di puskesmas Gatak. Surakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah; 2015.
• Andriani, Marlina. Hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja puskesmas Tigo Baleh Bukittinggi
tahun 2014. Bukittinggi: STIKes Yarsi Sumatra Barat; 2014.
• Indriani, Dian. Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang infeksi saluran pernafasan akut (Ispa) dengan perilaku pencegahan pada balita di
wilayah kerja puskesmas Tirto Ii Kabupaten Pekalongan. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2012.
• Rohimawati P. Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang kolostrum di klinik Mojosongo Surakarta tahun 2013. 2013.
• Agustyani TF. Tingkat pengetahuan ibu tentang vitamin a pada balita di polindes Singosari Mojosongo Boyolali Tahun 2012. 2012

Anda mungkin juga menyukai