Abstract
Tuberculosis (TB) is a disease by tuberculosis bacteria which causes infections in
the lungs. Hence it is necessary to understand the cough etiquette , especially for
patients with TB , to prevent disease transmission. This study describes the
knowledge of tuberculosis patients in terms of cough etiquette in the inpatient
room of Kajen Regional Hospital. This descriptive study Used Purposive
sampling with a total sample of 89 respondents. A questionnaire was used to
measure the knowledge of TB patients. The result of this study shows that there
were 45 respondents (50,6%) aged 55-64 years, 55 respondents (61,8%) were
male , 67 respondents (75,3%) had primary education 89 respondents (100%)were
married, 70 respondents (78,7%) had 3-5 family members 78 respondents (87,6%)
had a history of tuberculosis less than one year ,51 respondents (57,3%) were in
the MDR category. In the context of the knowledge about cough etiquette in the
Inpatient Room of Kajen Regional Hospital ,most of the 65 respondents (73%)
had good knowledge , while 24 respondents (27%) had a lack of knowledge. This
study recommends , for the nursing profession to implement and educate TB
patient about how to cough properly so that the TB transmission can be prevented
and minimized significantly. As a result , patients family members will not get
infected.
Tuberkulosis design
yang digunakan
adalah Uji Paried
Simpel I Test
persamaannya
terletak pada variabel
yaitu Pasien
Tuberkulosis
Perbedaanya terletak
pada design
penelitian nya yaitu
deskritif.
Populasi
Keseluruhan objek
penelitian atau objek
yang diteliti
(Notoadmodjo, 2010
h. 115).Populasi yang
diambil dalam
penelitian ini adalah
seluruh pasien
Tuberkulosis yang di
rawat di ruang rawat
inap RSUD Kajen
Kab Pekalongan
dengan jumlah 418
orang
33
atau ciri ciri yang perlu dipenuhi paru dan di rawat di ruang
Analisa Data
Analisa data suatu penelitian biasanya melalui prosedur tahap antara lain :
Analisa Univariate (Analisa Deskriptif )
Penelitian ini hanya menggunakan Analisa Univariate bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.
Analisis univariate dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan
distribusi frekuensi etika batuk responden berdasarkan pengetahuan
responden(Notoadmodjo.2012h.182).
BAB V Penelitian terdiri dari variabel
HASIL PENELITIAN DAN pengetahuan pasien tuberkulosis
PEMBAHASAN mengenai etika batuk.Hasil Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan didapatkan hasil analisa univariat
diRuang Rawat Inap RSUD Kajen untuk mengetahui distribusi frekuensi
Kabupaten Pekalongan dengan dan presentase . Hasil penelitian dapat
Jumlah responden sebanyak 89 diuraikan sebagai berikut
responden yang berlangsung dari
bulan Agustus – September 2019.
:
A. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
a. Karakteristik Responden
1) Umur
Tabel 5.1
Karakteristik Umur Responden
38
responden (3,4%) berumur 25 – 34
(33,7%) berumur 45 – tahun dan 2 responden
54 Tahun, 9 responden (2,2%) berumur 35 – 44
(10,1%) berumur > 65 tahun
tahun, 3 responden
2) Jenis Kelamin
Tabel 5.2
Karakteristik Jenis Kelamin Responden
39
Hasil penelitian responden (9%) tidak
karakteristik pendidikan sekolah dan 2 responden
didapatkan 67 (2,2%) berpendidikan
responden (75,3%) SMA
berpendidikan SD, 12 4) Status
responden (13,5%) Pernikahan
berpendidikan SMP, 8
40
Tabel 5.4
Karakteristik Status Pernikahan Responden
41
Tabel 5.6
Karakteristik Riwayat TBC Responden
b. Gambaran Kabupaten
Pengetahuan Pasien Pekalongan
Tuberkulosis Berdasarkan data
Mengenai Etika Batuk penelitian diperoleh
Di Ruang Rawat Inap informasi tentang
RSUD Kajen PengetahuanPasien
42
Tuberkulosis Mengenai Pekalongan, dapat
Etika Batuk Di Ruang dilihat dalam tabel
Rawat Inap RSUD dibawah ini:
Kajen Kabupaten
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi PengetahuanPasien Tuberkulosis Mengenai
Etika Batuk Di Ruang Rawat Inap RSUD Kajen Kabupaten
Pekalongan Tahun 2019 (n=89)
Pengetahuan Jumlah %
Pengetahuan Baik 65 73
Pengetahuan Tidak Baik 24 27
Jumlah 89 100
43
dalam usia produktif. pekerjaan sebagai tenaga
Usia produktif merupakan kerja produktif sehingga
usia dimana. seseorang memungkinkan untuk
berada pada tahap untuk mudah tertular dengan
bekerja/menghasilkan kuman TB setiap saat dari
sesuatu baik untuk dirinya penderita, khususnya
sendiri maupun orang lain penderita BTA positif.
(Wardani, 2013).Hasil ini Selain itu, meningkat
sesuai dengan penelitian kebiasaan merokok pada
yang dilakukan usia muda di negara-
penelitikarakteristik negara berkembang juga
responden berdasarkan menjadi salah satu faktor
umur didapatkan 45 banyaknya kejadian TB
responden (50,6%) Paru pada usia produktif
berumur 55 – 64Tahun, 30 (Panjaitan, 2010).
responden (33,7%) Penelitian sesuai dengan
berumur 45 – 54 Tahun, 9 penelitian Zida Maulina
responden (10,1%) Aini dan Nur Martina
berumur > 65 tahun, 3 Rufia tahun 2019
responden (3,4%) Karakteristik Penderita
berumur 25 – 34 tahun dan Tubercolosis Multi Drug
2 responden (2,2%) Resisten (TB MDR) di
berumur 35 – 44 tahun. Sulawesi Tengah Tahun
Penyakit TB Paru 2014 – 2017 didapatkan
merupakan penyakit hasil usia 15 – 55 sebesar
kronis yang dapat 85%. Hal ini diasumsikan
menyerang semua lapisan karena kelompok usia
usia, sebagian besar produktif yang
terjadi pada usia dewasa mempunyai mobilitas
karena dihubungkan yang sangat tinggi
dengan dengan tingkat sehingga kemungkinan
aktivitas, mobilitas serta terpapar kuman
44
mycrobacterium Pada jenis kelamin
Tuberculosis Paru lebih laki – laki lebih rentan
besar. terkena Tbcdisebabkan
Hasil penelitian dari kebiasaan hidup yang
yang dilakukan Anton tri tidak sehat seperti
wibowo tahun 2015 merokok, minum kopi,
Karakteristik TB Paru alkohol dan suplemen
Dewasa Di Balai Besar yang dapat memicu
Kesehatan Paru terjadinya sistemik yang
Masyarakat Surakarta dapat menurunkan fungsi
Tahun 2015 didapatkan system pernapasan dan
66,7% responden pada berdampak diri responden
kelompok umur produktif (Smeltzer, 2009).Hasil
15-55 tahun.Hasil penelitian karakteristik
penelitian umur 55 – 64 jenis kelamin didapatkan
tahun 34 responden lebih dari separo 55
berpengetahuan baik, 11 responden (61,8%)
responden tidak, umur 45 berjenis kelamin laki –
– 54 tahun 22 responden laki dan 34 responden
berpengetahuan baik, 8 (38,2%) berjenis kelamin
responden tidak umur > 65 perempuan. Hasil ini
tahun 5 responden didukung penelitian
berpengetahuan baik, 4 sebelumnya oleh Novita
responden tidak, umur 25 Puspasari tahun 2014
– 34 tahun tiga responden Karakteristik Pasien
berpengetahuan baik dan Tubercolosis yang
umur 35 – 44 tahun satu memperlolah pengobatan
responden kategori 2 di UP4 Provinsi
berpengetahuan baik, satu Kalimantan Barat tahun
responden tidak. 2009 – 2012 laki – laki
80,8%.
2) Jenis Kelamin
45
Hasil penelitian Hasil penelitian
Zida Maulina Aini dan yang dilakukan peneliti
Nur Martina Rufia tahun pada karakteristik jenis
2019 Karakteristik kelamin didapatkan hasil
Penderita Tubercolosis laki – laki berjumlah 42
Multi Drug Resisten (TB responden
MDR) di Sulawesi berpengetahuan baik dan
Tengah Tahun 2014 – 13 responden tidak
2017 didapatkan hasil, sedangkan jenis kelamin
jenis kelamin laki – laki perempuan berjumlah 23
sebanyak 70%. responden
Berdasarkan hasil berpengetahuan baik dan
penelitian yang dilakukan 11 responden tidak.
Nenden Susilawati dkk Penderita TB Paru laki-
tahun 2013 Perbandingan laki lebih banyak dari
Karakteristik Anggota pada perempuan, hal
Keluarga Pasien TB Paru tersebut berkaitan dengan
Aktif pada Pemeriksaan pola hidup dan aktivitas
Igra Positif dan Negatif laki-laki lebih aktif dari
Tahun 2013 didapatkan pada perempuan sehingga
hasil jenis kelamin laki – laki-laki dapat lebih
laki 50,9%. mudah terpajan dengan
Hasilpenelitian yang kuman Mycobacterium
dilakukan Anton tri Tuberculosis. Kuman
wibowo tahun 2015 menyebar ke udara dalam
Karakteristik TB Paru bentuk percikan dahak
Dewasa Di Balai Besar (droplet) pada saat
Kesehatan Paru penderita itu batuk atau
Masyaraka Surakarta bersin. Kuman yang
Tahun 2015 didapatkan disebarkan lewat droplet
hasil jenis kelamin laki – bisa bertahan di udara
laki 59,7%. pada suhu kamar selama
46
beberapa jam. Orang lain pendidikan maka
dapat terinfeksi kalau kesadaran akan
droplet tersebut terhirup pentingnya kesehatan pun
ke dalam saluran akan semakin tinggi. Hasil
pernafasan (Depkes RI, penelitian karakteristik
2010) pendidikan didapatkan 67
3) Pendidikan responden (75,3%)
Pada karakteristik berpendidikan SD, 12
pendidikan responden responden (13,5%)
yang rentan terkena berpendidikan SMP,
banyak pada pendidikan delapan responden (9%)
dasar, pasien dengan tidak sekolah dan 2
pendidikan rendah responden (2,2%)
biasanya rentan terkena berpendidikan SMA.
Tbcdikarenakan pola Tingkat
pemikirannya yang pendidikan menjadi salah
berbeda dengan yang satu faktor resiko
mempunyai pendidikan penularan penyakit
tinggi yang akan lebih Tuberculosis. Rendahnya
mudah untuk menunjang tingkat pendidikan ini,
kesehatannya dan mampu akan berpengaruh pada
sigap mengambil pemahaman tentang
keputusan dalam penyakit Tuberculosis.
memecahkan suatu Masyarakat yang tingkat
masalah kesehatan (Butar- pendidikannya tinggi,
butar,dkk. 2012). Status tujuh kali lebih waspada
pendidikan seseorang terhadap TB paru (gejala,
menjadi salah satu faktor cara penularan,
penting dalam pengobatan) bila
menentukan status dibandingkan dengan
kesehatan seseorang. masyarakat yang hanya
Semakin tinggi tingkat menempuh pendidikan
47
dasar atau lebih rendah. dengan pengetahuan yang
Tingkat pendidikan yang cukup maka seseorang
rendah dihubungkan akan mencoba untuk
dengan rendahnya tingkat mempunyai perilaku
kewaspadaan terhadap hidup bersin dan sehat.
penularan TB paru Selain itu tingkat
(Panjaitan, 2010). pendidikan seseorang
Hasil penelitian akan mempengaruhi
karakteristik pendidikan terhadap jenis
untuk SD 51 responden pekerjaannya
berpengetahuan baik, 16 (Misnadiarly, 2009)
responden tidak, Berdasarkan hasil
pendidikan SMP delapan penelitian Juniadi dkk
responden tahun 2015 Gambaran
berpengetahuan baik, Karakteristik dan
empat responden tidak, Kepatuhan Pengobatan
tidak sekolah empat Penderita Tb Paru Di
responden Wilayah Kerja Puskesmas
berpengetahuan baik, Tebas Kabupeten Sambas
empat responden tidak, didapatkan 35%
dan pendidikan SMA dua responden berpendidikan
responden SD, hal ini juga sesuai
berpengetahuan dengan penelitian I Gusti
baik.empat responden Ketut dan Putu Ayu Gede
Tingkat pendidikan tahun 2013 Pengetahuan
seseorang juga akan Pasien Tubercolosis
mempengaruhi terhadap dalam Menjalankan
pengetahuan seseorang Program Pengobatan Obat
diantaranya mengenai Anti Tubercolosis(OAT)
rumah dan lingkungan didapatkan hasil 24%
yang memenuhi syarat responden berpendidikan
kesehatan, sehingga SD.
48
4) Status Pernikahan makanan dan jam
Status kerja lembur yang
pernikahan padat. Hal ini tentu
menunjukkan sebuah saja akan
tingkat kemapanan meningkatkan resiko
ekonomi dan tingkat terkena berbagai
kesibukan yang macam penyakit yang
dijalani penderita Tbc salah satunya adalah
kronik sebelum Tbc (Utami, 2015).
didiagnosa mengalami Hasil penelitian ini
TBC. Hasil penelitian menunjukkan
karakteristik mayoritas responden
responden status sudah menikah. Hal
pernikahan didapatkan ini sejalan dengan
hasil 89 responden penelitian Yastriana
(100%) berstatus Liku Girsang tahun
menikah. Hasil 2013 Gambaran Harga
tersebut dibagi diri pada pasien
menjadi 65 responden Tubercolosis di
berpengetahuan baik Poliklinik Paru RS
dan 24 responden Persahabatan
tidak. didapatkan hasil
Status menikah 50,5%.
pernikahan akan erat Kehidupan
kaitannya dengan berkeluarga akan
tanggung jawab meningkatkan adanya
keluarga yang kontak yang sering
kemudian bisa terhadap penderita
berpengaruh pada khususnya teman
gaya hidup yang tidak hidupnya. Penderita
sehat seperti tidak TB yang sudah
selektif memilih menikah lebih tidak
49
menjaga jarak dengan responden (78,7%)
pasanganya karena memiliki anggota
adanya kedekatan keluarga 3 – 5 orang,
yang cukup erat 17 responden (19,1%)
sehingga memiliki anggota
meningkatkan keluarga 6 – 8 orang
penyebaran kuman dan 2 responden
TB. Hal ini (2,2%) memiliki
ditambahkan oleh anggota keluarga > 9
penelitian Rusnoto, orang. Hal ini
Rahmatullah dan menunjukkan bahwa
Udiono (2007) responden penelitian
didapatkan sebesar yang menderita
63,8% penderita TB tuberculosis (TB) paru
banyak terjadi akibat 78,7% memiliki
kontak serumah anggota keluarga 3 – 5
dengan keluarga yang orang. Jumlah anggota
menderita TB. keluarga yang tinggal
Riwayat kontak satu atap dengan
anggota keluarga yang penderita tuberculosis
terjadi ≥3 bulan akan mempunyai resiko
menyebabkan risiko rentan terpapar dengan
terkena penyakit TB. penularan bakteri
tuberkulosis dari
penderita, sehingga
jika jumlah anggota
5) Jumlah Anggota Keluarga keluarga
Hasil dikategorikan menjadi
penelitian kepadatan hunian
karakteristik rumah dimana tolak
responden jumlah ukur kepadatan hunian
anggota keluarga 70 adalah seluruh rumah
50
biasa dinyatakan pengetahuan yang
dalam m2/orang. baik dalam upaya
Penggunaan pencegahan penyakit
luas lantai ini tuberkulosis paru,
dimaksudkan untuk dimana pengetahuan
menghindari yang cukup maka
penularan penyakit seseorang akan
pernafasan (droplet mencoba untuk
infection). Menurut mempunyai perilaku
WHO salah satu hidup bersih dan sehat.
kriteria rumah sehat Hasil
adalah rumah tinggal penelitian jumlah
yang memiliki luas anggota keluarga
lantai per orang didapatkan jumlah
minimal 10 m2 . anggota keluarga 3 – 5
Sementara luas orang hasil 54
ruangan tidur minimal responden
8 m2, dan tidak berpengetahuan baik
dianjurkan digunakan ,16 responden tidak,
lebih dari 2 orang tidur jumlah anggota
dalam satu ruang tidur, keluarga 6 – 8 orang 9
kecuali anak dibawah responden
umur 5 tahun.7 Pada berpengetahuan baik,
kondisi kepadatan 8 tidak dan jumlah
penghuni yang tidak anggota keluarga > 9
memenuhi syarat orang 2 responden
kesehatan namun berpengetahuan baik.
responden tidak Berdasarkan
menderita penelitian yang
tuberkulosis paru dilakukan oleh Juniadi
disebabkan karena dkk tahun 2015
responden mempunyai Gambaran
51
Karakteristik dan menderita tuberculosis
Kepatuhan aktif maka semua
Pengobatan Penderita orang yang ada dalam
Tb Paru Di Wilayah rumah yang padat
Kerja Puskesmas hunian tersebut akan
Tebas Kabupeten beresiko tinggi
Sambas didapatkan terkena penyakit
hasil jumlah anggota tuberkulosis sebab
keluarga 3 – 5 orang penyakit tuberkulosis
42,5%. tergolong penyakit
Berdasarkan yang menular.
hasil penelitian bahwa
sebagai besar 6) Riwayat TBC
responden penelitian Hasil penelitian
yang menderita karakteristik responden
penyakit tuberculosis riwayat TBC didapatkan
paru memiliki rumah 78 responden (87,6%)
yang padat hunian. memiliki riwayat TBC
Kepadatan hunian kurang dari 1 tahun dan 11
memiliki beresiko responden (12,4%)
tingi terhadap memiliki riwayat TBC
penularan penyakit lebih dari 1 tahun. Hasil
tuberculosis paru. penelitian menunjukan
Jumlah orang dalam bahwa Hasil penelitian
satu kamar akan riwayat TBC kurang dari 1
mempengaruhi tahun 57 responden
tertularnya penyakit berpengetahuan baik, 21
tuberkulosis. Jika responden tidak
dalam keluarga yang sedangkan lebih dari 1
padat hunian memiliki tahun 8 responden
salah anggota berpengetahuan baik, 3
keluarga yang responden tidak
52
Putus berobat atau Mycobacterium
lalaiberobat bagi penderita tuberculosis. Mutasi ini
TB adalah penderitayang dapat diinduksi oleh kadar
sudah berobat paling terapeutik obat yang tidak
kurang 1 bulandan adekuat, terutama akibat
berhenti 2 minggu atau ketidakpatuhan selama
lebih, kemudian datang mengkonsumsi obat.
kembali berobat dan Pengguna OAT yang tidak
umumnya penderita tepat dan teratur dapat
tersebut kembali dengan menimbulkan mutasi pada
hasil pemeriksaan dahak gen yang mengkode target
BTA positif. Tingginya OAT sehingga mutasi
kasus tuberkulosis paru pada gen tersebut dapat
yang disebabkan oleh menyebabkan terjadinya
ketidakpatuhan terhadap TB MDR (Johnson R,
program pengobatan serta 2006).
rendahnya angka capaian 7) Kategori TBC
pengobatan yang Hasil penelitian
diakibatkan putus obat karakteristik responden
menyebabkan pengobatan kategori TBC didapatkan
memakan waktu yang 51 responden (57,3%)
lebih lama dan masuk dalam kategori
menyebabkan terjadinya MDR, 24 responden
TB MDR (Kemenkes RI, (27%) masuk dalam
2011). kategori putus pengobatan
Akibat dari putus dan 14 responden (15,7%)
berobat adalah pasien bisa masih dalam pengobatan.
resisten terhadap obat TB. Pada penelitian ini banyak
Resistensi terhadap obat diperoleh pasien yang
anti tuberculosis (OAT) masih sementara berobat,
terjadi karena adanya karena tidak diketahui
mutasi pada gen yang masih sementara
53
berobat tetap melanjutkan samping obat lini kedua
pengobatannya dengan yang lebih berat dari pada
teratur atau sudah tidak lini pertama sehingga
melanjutkan pasien tidak ingin
pengobatannya. Hal ini meneruskan
disebabkan karena data pengobatannya serta
hasil pengobatan hanya terlalu lama penggunakan
berdasarkan pada data obat-obatan menjadi
rekam medis pasien. kendala bagi pasien untuk
Hasil penelitian melanjutkan pengobatan
kategori TBC MDR 31 (Soepandi, 2010).
responden Hasil penelitian ini
berpengetahuan baik, 14 sesuai dengan penelitian
responden tidak, kategori Zida Maulina Aini dan
putus pengobatan 17 Nur Martina Rufia tahun
responden 2019 Karakteristik
berpengetahuan baik, 7 Penderita Tubercolosis
responden tidak dan Multi Drug Resisten (TB
kategori masih MDR) di Sulawesi
pengobatan 11 responden Tengah Tahun 2014 –
berpengetahuan baik, 3 2017 didapatkan hasil
responden tidak. Pasien MDR 37,5%. Pasien TB
yang pengobatannya MDR dikatakan sembuh
terputus selama berturut- apabila pasien yang telah
turut dua bulan atau lebih menyelesaikan
dengan alasan apapun pengobatan sesuai
tanpa persetujuan medik. pedoman pengobatan TB
Putus berobat pada MDR tanpa bukti terdapat
penderitaa TB MDR kegagalan dan hasil
disebabkan karena biakan selama tahap
ketidaktahuan pasien lanjutan menunjukan hasil
dengan penyakitnya, efek negatif minimal 3 kali
54
berturut-turut dengan Hasil penelitian ini
jarak pemeriksaan antar sesuai dengan penelitian I
biakan minimal 30 hari. Gusti Ketut dan Putu Ayu
Dari hasil ini dapat Gede tahun 2013 Pengetahuan
diketahui bahwa terapi TB Pasien Tubercolosis dalam
MDR memerlukan Menjalankan Program
perhatian khusus karena Pengobatan Obat Anti
apabila banyak kasus Tubercolosis( OAT) yang
putus obat dan kasus gagal menyatakan Hasil
pada TB MDR dapat menunjukkan hampir
berbahaya terhadap sebagian besar responden
perkembangan penyakit di yaitu 74%memiliki tingkat
masyarakat (Soepandi, pengetahuan pasien
2010). tuberkulosis mengenai etika
batuk yang tinggi.
2. Gambaran Pengetahuan Pengetahuan pasien
pasien tuberkulosis tuberkulosis mengenai etika
mengenai etika batuk Pada batuk adalah kemampuan atau
Pasien tuberkulosis kempetensi diri individu
Hasil kategori untuk dapat melakukan suatu
pengetahuan pasien pencegahan penyebaran
tuberkulosis mengenai etika penyakit Pengetahuan itu
batuk didapatkan hasil sendiri dipengaruhi oleh
sebagian besar 65 responden faktor pendidikan formal ,
(73%) memiliki pengetahuan pengetahuan sangat erat
baik dan 24 responden (27%) hubungannya dengan
memiliki pengetahuan tidak pendidikan dimana ,
baik pada pasien tuberkulosis diharapkan bahwa dengan
mengenai etika batuk di pendidikan yang tinggi makan
Ruang Rawat Inap RSUD orang tersebut akan semakin
Kajen Kabupaten Pekalongan. luas pula pengetahuannya
(Wawan&Dewi , 2014 h. 11).
55
Akan tetapi perlu ditekankan , Semakin seseorang yang
bukan berarti seseorang yang mengalami kurangnya
berpendidikan rendah mutlak pengetahuan pada dirinya
pengetahuanrendah pula. Hal maka pengetahuan pasien
ini mengingat bahwa tuberkulosis mengenai etika
peningkatan pengetahuan batuk akan menjadi negatif
tidak mutlak diperoleh dari akan timbul pada diri
pendidikan non formal saja , seseorang oleh sebab itu
akan tetapi dapat diperoleh perlunya pemberian informasi
melalui pendidikan non agar responden dalam
formal . pengetahuan mencegah
seseorang tentang suatu objek terjadinyapengetahuan pasien
mengandung dua aspek yaitu tuberkulosis mengenai etika
aspek positif dan aspek batuk negatif.
negatif. Kedua aspek ini yang Pada hasil penelitian
akan menentukan sikap ini didapatkan hasil 65
seseorang semakin banyak responden (73%) memiliki
aspek positif dan objek yang pengetahuan baik dan 24
diketahui maka akan responden (27%) memiliki
menimbulkan sikap makin pengetahuan tidak baik. Efek
positif terhadap objek dari kurangnyapengetahuan
tertentu(Wawan &Dewi , pasien tuberkulosis mengenai
2014 h. 11). etika batuk dalam proses
Pengetahuan pasien dilingkungan memiliki
tuberkulosis mengenai etika berbagai macam bentuk
batuk negatif disebabkan diantaranya perilaku yang
karena adanya pengaruh dari sengaja diatur untuk bertujuan
kurangnya pengetahuan mencegah penyakit menular.
tentang etika batuk, persepsi Penerapan tujuan dipengaruhi
tentang pentingnya oleh penilaian dari diri sendiri
pencegahan dan dan kemampuan untuk
meminimalisi penularan. menerapkan pada diri sendiri.
56
Semakin besar pengetahuan berperan penting dalam
pasien tuberkulosis mengenai mecegah penyakit dan
etika batukmaka tujuan yang berdampak baik pada diri
diperoleh untuk diri sendiri responden(Bandura, dalam
akan semakin Ghufron & Risnawati, 2017,
tinggi.Pengetahuan pasien h.75).
tuberkulosis mengenai etika Menurut Refica
batuk negatif akan berdampak Dewita dkk tahun 2016
dalam respon individu dalam Gambaran Pengetahuan dan
yang melakukan pencegahan Sikap Pasien TB Paru
penularan TBC, seseorang terhadap upaya pengendalian
yang mengerti betul TB di Puskesmas Sidomulyo
bagaimana etika batuk yang Kota Pekanbaru Pengetahuan
baik maka aakn pasien tuberkulosis mengenai
meminimalkan keluarga nya etika batuk positif dapat
terkenan TBC bermanfaat dalam
SedangkanPengetahua meningkatkan dan terbukti
n pasien tuberkulosis mempengaruhi keputusan
mengenai etika batukpositif individu untuk melakukan
adalah proses kognitif yang tindakan perawatan diri
berupa tindakan yang dirumah. Pengetahuan pasien
dilakukan untuk mengetahui tuberkulosis mengenai etika
seseorang melaksanakan batukjuga bertindak sebagai
pencegahan agar mencapai mediator antara perubahan
hasil yang diinginkannya , dalam pola hidup pada pasien
kemampuan diri dalam TBCyang menjalani
mnimbulkan kognitif yang pengobatan sehingga dapat
baik serta keyakinan pada diri meningkatkan kepercayaan
responden yang nantinya akan dan memotivasi dirinya agar
menimbulkan pengetahuan bisa tetap semangat dan tidak
pasien tuberkulosis mengenai takut untuk menularkan
etika batuk positif dan
57
penyakit kepada keluarga
sekitarnya..
C. Keterbatasan Penelitian
1. Kualitas data
Pengumpulan data dengan
menggunakan metode
pengisian kuesioner
langsung oleh responden
cenderung membuat
responden memberikan
informasi atau jawaban
bersifat subjektif serta
belum tahu
mengembangkan keadaan
yang sebenarnya dialami
oleh responden.
58
BAB VI keluarga 3 – 5 orang,
SIMPULAN DAN SARAN karakteristik responden
riwayat TBC didapatkan 78
responden (87,6%)
A. Simpulan memiliki riwayat TBC
Berdasarkan hasil kurang dari 1 tahun,
penelitian dapat diambil karakteristik responden
beberapa kesimpulan sebagai kategori TBC didapatkan 51
berikut: responden (57,3%) masuk
1. Gambaran karakteristik dalam kategori MDR
responden berdasarkan 2. Gambaran Pengetahuan
Hasil penelitian Pasien Tuberkulosis
karakteristik responden Mengenai Etika Batuk Di
berdasarkan umur Ruang Rawat Inap RSUD
didapatkan 45 responden Kajen Kabupaten
(50,6%) berumur 55 – 64 Pekalongan Berdasarkan
Tahun, karakteristik jenis hasil dari penelitian,
kelamin didapatkan lebih diperoleh data sebagian
dari separo 55 responden besar 65 responden (73%)
(61,8%) berjenis kelamin memiliki pengetahuan baik
laki – laki , karakteristik dan 24 responden (27%)
pendidikan didapatkan 67 memiliki pengetahuan tidak
responden (75,3%) baik pada pasien
berpendidikan SD, tuberkulosis mengenai etika
karakteristik responden batuk di Ruang Rawat Inap
status pernikahan RSUD KajenCUYGU
didapatkan hasil 89 Kabupaten Pekalongan
responden (100%) berstatus
menikah, karakteristik B. Saran
responden jumlah anggota 1. Bagi profesi keperawatan
keluarga 70 responden Diharapkan penelitian ini
(78,7%) memiliki anggota dapat menjadi bahan
59
masukan bagi profesi faktor yang mendasari
keperawatan untuk pengetahuan yang kurang
menerapkan atau bagi pasien tuberkulosis .
mengimplementasikan
serta menginformasikan
mengenai pengetahuan
pasien tuberkulosis
mengenai etika batuk pada
pasien TBC
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat
dijadikan sebagai
masukan bagi mahasiswa
keperawatan dalam
melakukan asuhan
keperawatan pada pasien
dengan TBC dan
memberikan informasi
atau edukasi kepada
pasien tentang pentingnya
pencegahan dengan etika
batuk
3.
Penelitian ini masih
ditemukan responden
yang mengalami
pengetahuan pasien
tuberkulosis mengenai
etika batuk yang tidak
baik sehingga diperlukan
penelitian lebih lanjut
untuk mengetahui faktor –
60
DAFTAR PUSTAKA Wilayah Kerja Puskesmas Tebas
Kabupaten Sambas.
Ardiansyah,M.(2012).Medikal Bedah
Untuk Mahasiswa .Yogyakarta : Diva Kementrian Republik
Pres. Indonesia.(2017).www.Kemenkes.go.
id .
Asri.Y(2015 ) Dasar-Dasar Penyakit
Bidang Keahlian Kesehatan Mardiono.S.(2013). Pengaruh
Jakarta : Buku Kedokteran Latihan Batuk Efektif Terhadap
EGC. Frekuensi Pernafasan Pasien
Tuberkulosis Di Instalasi Rawat
Dewita.R,dkk. (2017). Gambaran Inap Penyakit Dalam Rumah
Pengetahuan Dan Sikap Sakit Pelabuhan . Palembang :
Pasien Tuberkulosis Jurnal Harapan Bangsa Vol.1
Terhadap Upaya No.2 2013.
Pengendalian
Tuberkulosis Di Misnadiarly.(2009).Penyakut Infeksi
Puskesmas Sidomulyo Tuberkulosis Paru dan Ekstra
Pekanbaru Jom.Vol 4.No 1 Paru mengenal,mencegah
Febuari 2017. menangulangiTBC paru anak
pada kehamilan: Jakarta:Pustaka
Darliana.D (2011).Menejemen Pasien Populerobor
Tuberkulosis Paru. Jurnal
PSIK –FK Unsyiah ISSN Nugroho.A. (2011). Batuk Efektif
2087-2879. Dalam Pengeluaran Dahak
Pada Pasien Dengan
Data Profil Kesehatan Jawa Tengah Ketidakefektifan Bersihan Jalan
(2016). Nafas Di Instalasi Rehabilitasi
Girsang.Y.L.(2013).Gambaran Medik Rs Baptis Kediri. Jurnal
Harga Diri Pada Pasien Tuberkulosis Stikes Rs Baptis Kediri . Vol 4 No
Di Poliklinik Paru RS 2 Desember 2011.
Persahabatan.Palembang : FIKUI Naga, S.S.(2012). Buku Panduan
2013. Lengkap Ilmu Penyakit
Ghofrun&Risnawati.(2011).Teori- Dalam. Yogyakatra : Diva
Teori Psikologi.Yogyakarta :Ar Ruzz Pres.
Madia Notoadmodjo.S. (2012 ). Promosi
Info Datin .(2018) Pusat Data Dan Kesehatan Dan Perilaku
Informasi Kementrian Kesehatan RI Kesehatan . Jakarta:
Rineka Cipta.
I Gusti Ketut Gede
Ngurah.dkk.(2013).Pengetahuan Notoadmodjo.S. (2010).Metodologi
Pasien Tuberculosis Dalam Penelitian Kesehatan
Menjalankan Program Pengobatan .Jakarta RinekaCipta.
Obat Anti Tuberculosis (OAT). Notoadmodjo.S. (2012).Metodologi
Junaidi.dkk.(2010).Gambaran Penelitian Kesehatan.
Karakteristik Dan Kepatuhan Jakarta: Rineka Cipta.
Pengobatan Penderita TB Paru Di Nursalam.(2017).Metodologi
Penelitian Ilmu
61
Keperawatan Pendekatan Soepandi .P.Z (2010).Diagnosis Dan
Praktis.Edisi 4. Jakarta Penatalaksanaan TB MDR,CDK497
Selatan : Salemba Medika.
Syafefi.CSuyanto , &Endriani, R.,
Nursalam.(2013). Metodologi (2015). Gambaran
Penelitian Ilmu Pengetahuan Dan Sikap
Keperawatan Pendekatan Pasien Tuberkulosis Paru
Praktis.Edisi 3 Jakarta Di Puskesmas Harapan
Selatan : Salemba Medika. Raya KotaPekanbaru :
Nenden Susilawati.(2013) Periode Juni-Desember
Perbandingan Karakteristik 2014. Dilihat pada tanggal
Anggota Keluarga Pasien 6 Januari 2017
TB Paru Aktif Pada http://download
Pemeriksaan Igra Positif portalgaruda org/article :
Dan Negatif.Jurnal Gambaran Pengetahuan
Prosiding Pendidikan dan Sikap Pasien TB
Dokter ISSN 2460-657X. pdf.Jom.FK Vol 4 No 2
Desember 2017.
Puspasari.N.(2014) Karakteristik
Pasien Tuberkulosis Yang Sukana.B. (2017). Aspek
Memperoleh Pengobatan Pengetahuan Sikap Dan
Pengobatan Kategori 2 Di Perilaku Masyarakat
UP 4 Provinsi Kalimantan Kaitannya Dengan
Barat Tahun 2009-2014 Penyakit TB Paru.
Panjaitan.(2012).Karakteristik Setiadi (2013).Konsep Dan Praktik
Penderita Tuberkulosis Paru Penulisan Riset
Dewasa rawat inap di RS Keperawatan. Edisi2.
umum DR.Soedarso Periode Yogyakarta : Graha Ilmu.
September-November 2010.
Program Studi Pendidikan Smeltzer,Suzanne.C.(2013).Keperaw
Dokter Universitas Tanjung atan Medikal Bedah
Pura Pontianak.Naskah Brunner&Suddarth
publikasi Universitas Jakarta:EGC
Tanjung Pura Pontianak.
Tri Anton
Riyanto.A. (2015). Statistika
Wibowo.(2015).Karakter
Deskriptif Untuk Kesehatan.
istik TB Paru Dewasa Di
Yogyakarta : Nuha Medika
Balai Besar Kesehatan
Rossiana.A.(2014). Pengaruh Terapi Paru Masyarakat
Berfikir Posirif Terhadap Surakarta Tahun 2015
Perilaku Membuang Dahak
Pada Pasien Tuberkulosis.
IKK Vol.5 No 3 2014.
62
Utami.F.(2014).Hubungan Manusia
Jenis Kelamin dan
.
Tingkat Kepositifan
dengan konversi basil
tahan asam pasien
Tuberkulosis di Unit
Pengobatan penyakit
paru Pontianak periode
2009-2012.Skripsi
Pontianak: Universitas
Tanjung Pura Pontianak.
Yulidasari.F.dkk.(2017).
Pengetahuan dan Sikap
Masyarakat Tentang
Upaya Pencegahan
Tuberkulosis.Jurnal Vol
13. No 2. Juni 2017.
Yuliati&Rodiyah. (2013).Pengaruh
Etika Batuk Terhadap
Pengeluaran Sputum
Pada Pasien
Tuberkulosis Di
Puskesmas Peterongan
Kabupaten Jombang .
Zida.M.dkk.(2019).Karakteristik
Penderita Tuberculosis
Multidrug Resistant(TB
MDR) Di Sulawesi
Tenggara Tahun 2014-
2017.Jurnal Vol 6 Nomor
2 Bulan April 2019.
63