Anda di halaman 1dari 12

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

SOAL
UJIAN AKHIR SEMESTER
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Jalan Tuparev No. 70 A Cirebon Telp. 0231-209608
www.umcirebon.ac.id
\
MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN
HARI/ TANGGAL FEBRUARI 2021
DOSEN PENGAMPU FAKHRI FAJRIN KURNIAWAN, M.Pd.
SEMESTER I (SATU) (EKSTENSI)
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
WAKTU 90 MENIT
SIFAT CLOSE BOOK

Petunjuk : - Berdo’alah sebelum anda mengerjakan ujian ini


- Kerjakan soal berikut ini, dengan memperhatikan instruksi yang ada pada tiap soal,
jangan lupa tulis Nama, NIM dan tanda tangan Anda pada lembar jawaban yang
tersedia

Instruksi : Kerjakan Semua Soal dengan Teliti!

1. Jelaskan pentingnya instrument penelitian! (14 point)

Jawaban:
Menyusun sebuah instrumen penelitian merupakan salah satu step terpenting dalam
penelitian ilmiah, biasanya penyusunan instrumen penelitian ini dilakukan ketika
peneliti telah selesai menentukan desain dan metode penelitian yang digunakan untuk
mencari jawaban dari fenomena yang terjadi.
Di sisi lain, sebuah instrumen penelitian juga terkait dengan kualitas data yang akan
digunakan, maksudnya bahwa jika peneliti dapat merumuskan sebuah instrumen yang
bagus, maka bisa dipastikan data yang terkumpul juga akan berkualitas.
Sebaliknya, tanpa sebuah instrumen yang tepat maka sebuah penelitian dapat terancam
gagal atau jikapun berhasil, maka data yang terkumpul merupakan data yang bias yang
dihasilkan dari instrumen yang tidak mampu mengukur sebuah fenomena dengan
akurat

2. Dalam klasifikasi penelitian, salah satunya adalah metode penelitian. Sebutkan macam-
macam metode penelitian! (15 point)

Jawaban:
a. Metode Penelitian Kualitataif
• Metode Etnografi
• Metode Studi Kasus
• Metode Fenomenologi
• Metode Grounded Theory
b. Metode Kuantitatif
• Metode Deskriptif-Kuantitatif
• Metode Korelasional
• Metode Kuasi Eksperimental
• Metode Ekperimental
c. Metode Campuran

3. Langkah awal dalam membuat skripsi adalah menyusun proposal penelitian. Jelaskan
apa saja kerangka penyusunan dalam membuat proposal penelitian! (15 point)

Jawaban:
Berikut Kerangka pada Proposal:
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
• Latar Belakang
• Rumusan Masalah
• Tujuan Penelitian
• Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
• Review Literatur
• Batasan Konseptual
• Kerangka Teori/Hipotesis
BAB III METODOLOGI
• Metode Penelitian
• Teknik Pengumpulan Data
• Teknik Analisis Data
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

4. Dalam membuat proposal penelitian, harus memahami etika penelitian. Sebutkan dan
jelasakan 3 (tiga) prinsip utama etika riset atau penelitian yang perlu dipahami dan
diterapkan oleh peneliti! (18 point)
Jawaban:
1. Menghormati Orang (respect for person)
2. Manfaat (Beneficence)
3. Tidak membahayakan Subyek penelitian (non maleficence)
4. Keadilan (Justice)

5. Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam
penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia.
Masalah etika apa yang harus diperhatikan dalam penelitian keperawatan tersebut? (18
point)

Jawaban
Permasalahan yang sering dihadapi
1. Masalah Fisik
Keselamatan dan keamanan subyek penelitian , karena efektivitas yang belum
diketahui / diuji, ESO yang belum diketahui, efek akibat riset obat
2. Masalah psiokologis
Rasa cemas dan malu (misalnya ditanyakan hubungan intim pada pasien
HIV/AIDS)
3. Masalah Sosial
Apabilsa subyek tiidak mendapat pengamanan dari segi kerahasiaan... (diisolasi
oleh masyarakat ,bahkan kehilangan pekerjaan)

6. Buatlah latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kajian teori, dan
metode penelitian pada bidang keperawatan yang anda kuasai! (20 point)

Jawaban:

1.1 Latar Belakang


Penyebaran penyakit tuberkulosis paru berasal dari penderita TBC dengan
BTA positif. Pada waktu batuk, meludah dan bersin, penderita menyebarkan kuman
ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Orang akan terinfeksi apabila
droplet tersebut terhirup dalam saluran pernafasan dan dipengaruhi oleh faktor:
kedekatan dengan sumber infeksi, lamanya kontak, derajat infeksi tuberkulosis paru,
kepadatan penduduk, dan ventilasi yang kurang (Issellbaccer,2000).
Ruang perawatan tanpa sirkulasi udara yang tidak baik merupakan tempat
ideal untuk penularan bagi para pekerjanya. Oleh karena itu, harus ada pemeriksaan
lebih lanjut. Terutama pada dahak si penderita, dan jika ia terdeteksi TBC positif,
maka mudah penularannya, Tuberculosis adalah penyakit yang tergolong mudah
ditularkan dari si penderita. Kuman berpindah dari seorang pasien TBC menular
dengan BTA positif yang batuk dan menyebabkan basil melalui udara yang terhirup
orang sehat. Kuman TBC dihamburkan oleh penderita TBC pada saat ia batuk.
Maka itu diibaratkan seperti polusi kuman (www. Seputar_indonesia.com 2021)
Pada umumnya, penularan TBC terjadi di dalam ruangan. Daya penularan
dari seorang pasien ditentukan banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya.
Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien
tersebut. “Peredaran udara yang baik akan mengurangi timbulnya penyakit ini,” ujar
Erwin pada seminar “Peran Serta Sektor Swasta dalam Penanggulangan
Tuberkulosis” di Jakarta (Seputar_indonesia.com, 2021)
Dijelaskannya, penderita TB paru merupakan orang yang memiliki potensi
untuk menularkan kuman TB. Karena itu, mereka yang terdeteksi sebagai pembawa
harus segera ditangani, karena bisa menularkan TB ke sepuluh sampai lima belas
orang di sekitarnya. (DEPKES 2021)
Dr.,Yulianti Hadisoebroto, Kepala Bidang Promosi dan Pengembangan
Sumber Daya, Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Bandung
menjelaskan, pengobatan TB yang terputus akan mengakibatkan kuman TB menjadi
resisten terhadap obat yang pernah diberikan, sehingga proses pengobatan harus
diulang dari awal. Yang lebih membahayakan, penderita TB dengan kuman yang
resisten, akan menularkan kuman itu ke orang lain, sehingga di tubuh orang yang
tertular akan hidup kuman yang resisten pula. (DEPKES 2021)
Susana Laorensia, Kepala Seksi Promosi Balai Besar Kesehatan Paru
Masyarakat (BBKPM) Bandung, mengatakan, karena risiko itulah, maka penularan
BTA positif harus diputus. Dan untuk memutus rantai penularannya, harus
dilakukan secara bersama-sama antara masyarakat, dan pemerintah secara lintas
sektor. Juga dikatakan Susan, sulitnya penanganan TB, disebabkan oleh persepsi
masyarakat tentang TB. Selain karena proses pengobatannya yang lama, masyarakat
sering salah persepsi tentang perbedaan sehat dan tidak sehat. (DEPKES 2021)
Cakupan deteksi dan penanganan tuberculosis (TB) di Jawa Barat masih rendah.
Pada tahun 2020, cakupan deteksi dan penanganan itu hanya mencapai 67 persen,
padahal tahun sebelumnya, cakupan penanganan di Jabar pernah sampai 70 persen.
Persoalan itu terungkap dalam diskusi tentang Hari Tuberculosis Dunia di Forum
Diskusi Wartawan Bandung (FDWB) di Sasana Budaya Ganesha, (DEPKES 2021)

Dari hasil penelitian sebelumnya yaitu dari Suhardi (2020) dengan judul
”HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN TB PARU
DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN TB PARU DI WILAYAH
PUSKESMAS PRINGSURAT KABUPATEN TEMANGGUNG 2020” Terdapat
hubungan yang bermakna secara statistik antara pengetahuan pasien TB paru
dengan perilaku pencegahan penularan TB paru di wilayah Puskesmas Pringsurat
Kabupaten Temanggung dengan nilai p = 0,042 < 0,05 dengan kekuatan hubungan
lemah ( C = 0,376 ) namun secara statistik bermakna ( p = 0,40 ) Ada hubungan
yang bermakna secara statistik antara sikap pasien TB paru dengan perilaku
pencegahan penularan TB paru di wilayah Puskesmas Pringsurat Kabupaten
Temanggung dengan nilai p = 0,032 < 0,05 dengan kekuatan hubungan lemah ( C =
0,368 ) namun secara statistik bermakna ( p = 0,40 )
Penyakit Tuberkulosis paru (TB paru) telah menginfeksi sepertiga dari
jumlah penduduk dunia. Sembilan juta orang jatuh sakit setiap tahunnya bahkan dua
juta di antaranya meninggal dunia karena penyakit TB paru. Indonesia tercatat
sebagai negara yang memberikan kontribusi penderita TB Paru nomor tiga terbesar
di dunia setelah India dan Cina, yaitu terdapat 234.000 orang kasus baru BTA
positif, dan setiap hari sekitar 300 orang meninggal karena penyakit ini. (WHO,
2020)
Di negara berkembang kematian ini merupakan 25% dari kematian penyakit
yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TB
berada di negara-negara berkembang Dengan munculnya epidemi HIV/AIDS di
dunia jumlah penderita TB akan meningkat. Kematian wanita karena TB lebih
banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan serta nifas (WHO). WHO
mencanangkan keadaan darurat global untuk penyakit TB pada tahun 1993 karena
diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman
TB. (www.infeksi.com, 2021)
Di Jawa Barat, tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah
penyakit jantung dan sirkulasi darah. Pada Tahun 2006 penderita TB Paru yang
telah ditemukan dan diobati sebanyak 53.695 kasus, sekitar 30.515 kasus atau 57%
kasus TB Paru yang ditemukan dan diobati adalah kasus baru TB paru dengan BTA
positif (Dinkes Jawa Barat, 2007).
Tabel 1. Data keadaan morbiditas pasien TB paru BTA (+) dan BTA (-) Rawat Inap
RSP Provinsi Jawa Barat, tahun 2020
Menurut
Menurut golongan umur
Sex
Diagnosi
28hr 15- 25- 45- Jml
s 1-4 5-14 65+
- <1 24 44 64 Lk Pr
thn thn thn
thn thn thn thn
Tb Paru
4 68 185 194 67 331 187 518
BTA +
TB Paru
7 70 176 186 91 342 188 530
BTA -
(Rekam Medik RSP Provinsi Jawa Barat Cirebon, 2021).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah "Apakah
ada hubungan pengetahuan, sikap dan motivasi pasien TB Paru BTA positif dengan
upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang Bougenville
Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, dan motivasi
pasien TB Paru BTA positif dengan upaya pencegahan penularan penyakit
Tuberkulosis Paru di Ruang Bougenville Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa
Barat
1.3.2 Tujuan khusus
1 Untuk mengidentifikasi pengetahuan pasien TB Paru BTA positif dengan
upaya pencegahan penularan TB Paru
2 Untuk mengidentifikasi sikap pasien TB Paru BTA positif dengan upaya
pencegahan penularan TB Paru
3 Untuk mengidentifikasi motivasi pasien TB Paru BTA positif dengan
upaya pencegahan penularan TB Paru
4 Untuk mengetahui hubungan pengetahuan pasien TB Paru BTA positif
terhadap upaya pencegahan penularan TB Paru
5 Untuk mengetahui hubungan sikap pasien TB Paru BTA positif terhadap
upaya pencegahan penularan TB Paru
6 Untuk mengetahui hubungan motivasi pasien TB Paru BTA positif
terhadap upaya pencegahan penularan TB Paru

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Penyakit TB Paru


2.1.1 Pengertian
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculose yang menyerang paru-paru dan bronchus
(Soedarto, 1989). Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis) (Depkes, 2002).
Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan
waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ
paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia (http://www.
medicastore.com/tb, 2008)

2.1.2 Penyebab
Kuman penyebab penyakit Tuberkulosis ditemukan pertama kali
oleh Robert Koch pada tahun 1882. Kuman yang menyebabkan tuberkulosis
pada manusia adalah Mycobacterium Tuberculose, Mycobacterium
africanum, dan Mycobacterium Bovis kuman tersebut menyerang paru-paru.
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi kronik yang mengenai jaringan
paru disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculose, penyakit ini
tergolong penyakit air borne infection (Aditama, 1999). Berdasarkan
Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, dijelaskan bahwa sumber
penularan adalah penderita Tuberkulosis paru yang di dalam dahaknya
berdasarkan pemeriksaan mikroskopis ditemukan kuman Tuberkulosis atau
Basil Tahan Asam (BTA). Basil Tuberkulosis memiliki sifat khas, diantaranya
adalah : berukur sangat kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop
dengan panjang 1 – 4 mikron serta lebar antara 0,3 – 0,6 mikron. Berbentuk
batang, mempunyai sifat tahan asam (BTA), artinya bila basil ini diwarnai,
warna tersebut tidak akan luntur oleh bahan kimia yang bersifat asam. Proses
berkembang biak basil ini dengan cara melakukan pembelahan diri
membutuhkan waktu 14 – 20 jam. Lingkungan hidup optimal pada suhu 37° C
dan kelembaban 70%. Kuman ini mati oleh sinar matahari (ultra violet)
langsung 5 – 10 menit. (Depkes, 2002)
2.1.3 Klasifikasi
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang paru, tidak
termasuk pleura. Tuberkulosis paru merupakan bentuk yang paling sering
dijumpai yaitu sekitar 80% dari semua pasien TB paru. Jenis ini merupakan
satu-satunya bentuk Tuberkulosis yang mudah menular. Berdasarkan
pemeriksaan dahak, Tuberkulosis paru dikelompokan menjadi dua jenis
(Depkes, 2002), yaitu :
2.1.3.1 Tuberkulosis paru BTA positif
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak sewaktu, pagi, sewaktu
(SPS) hasilnya BTA positif. Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA
(+) dan foto rontgen dada menunjukan tuberkulosis aktif.
2.1.3.2 Tuberkulosis paru BTA negatif
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasil BTA (-) dan foto rontgen
dada menunjukan gambaran tuberkulosis aktif. Tuberkulosis paru
BTA (-) rontgen positif dikelompokan berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu berat dan ringan. Adapun katagori TB eksternal

2.1.4 Gejala
2.1.4.1 Gejala utama
Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau lebih.
2.1.4.2 Gejala tambahan, yang sering di jumpai :
2.1.4.2.1 Dahak bercampur darah
2.1.4.2.2 Batuk darah
2.1.4.2.3 Sesak nafas dan rasa nyeri dada
2.1.4.2.4 Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun,
rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam
walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari
sebulan. (Depkes, 2002)

2.1.5 Penularan
Sumber penularan tuberkulosis adalah penderita TB paru BTA (Basil
Tahan Asam) positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan
kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang
mengandung kuman dapat bertahan diudara pada suhu kamar selama beberapa
jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran
pernafasan. Setelah kuman TBC tersebut masuk ke dalam tubuh menusia
melalui pernafasan, kuman TBC tersebut dapat menyebar dari paru kebagian
tubuh lainnya, melalui system peredaran darah, sistem saluran limpe, saluran
nafas, atau penyebaran langsung kebagian tubuh-tubuh lainnya.

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan
pendekatan Cross sectional yaitu mengumpulkan data kemudian dianalisa untuk
menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh dengan suatu fenomena yang sedang
terjadi kemudian dicari hubungannya antara fenomena tersebut (Sugiyono, 2005).
Alasan penggunaan metoda ini untuk menjelaskan bagaimana hubungan
pengetahuan, sikap, motivasi pasien TB Paru BTA positif dengan upaya pencehagan
Tb paru

3.2 Variabel Penelitian


Variabel adalah obyek penelitian atau yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian (Arikunto, 2002)
3.2.1 Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, dan motivasi
3.2.2 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah upaya pencegahan penularan Tb
Paru

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian atau obyek yang
diteliti (Notoatmojo, 2005). Populasi pada penelitian ini adalah pasien TB
Paru BTA positif, di Ruang Bougenville RSP Provinsi Jawa Barat
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dapat dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2005)
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Accidental
Sampling, yaitu dipilih hanya berdasarkan ketersediaannya, artinya mereka
yang berada di tempat yang tepat dan di waktu yang tepat sesuai dengan
tujuan penelitian (Dempsey & Dempsey, 2002:20). yaitu pasien TB Paru
BTA positif yang ditemukan selama penelitian mulai dari tgl 20 Juli sampai
dengan 23 September 2021

3.4 Instrumen Penelitian


Menyusun instrument adalah pekerjaan paling penting di dalam langkah
penelitian (Arikunto, 2002). Alat pengumpulan data pokok dalam penelitian ini
adalah kuesioner yang memuat pertanyaan-pertanyaan. Kuesioner terdiri dari 25 (dua
puluh lima) pertanyaan yang terdiri dari 2 bagian, yaitu Pengetahuan TB paru 5
pertanyaan, sikap pasien sebanyak 5 pertanyaan, motivasi sebanyak 5 pertanyaan,
sebanyak 5 pertanyaan, dan Upaya pencegahan sebanyak 5 pertanyaan

3.5 Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data tergantung pada tujuan penelitian dan sumber
data yang akan dikumpulkan untuk mendapatkan data yang sesuai dengan masalah
yang diteliti maka diperlukan alat pengumpul data atau instrument yang tepat.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup. Angket ini
berbentuk formulir-formulir yang berisikan pertanyaan (question), sering disebut
kuesioner (Notoatmodjo, 2005)

3.6 Pengolahan Data


Menurut Pengolahan data dilakukan dengan cara manual dan komputer,
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Editing data, yakni melakukan pengecekan, penilaian dan memastikan data
yang diperoleh telah lengkap
b. Coding data, yakni memberikan kode pada setiap item untuk memudahkan
dalam pengolahan data. Koding merupakan suatu metode untuk
mengkonversi data yang dikumpulkan selama penelitian ke dalam simbol
yang sesuai untuk keperluan analisis. Untuk variabel sikap digunakan skala
likert. Untuk pernyataan positif, Sangat setuju (SS) skor 4, Setuju (S) skor
3, Ragu-Ragu (RR) skor 2, Tidak Setuju (TS) skor 1, Sangat Tidak Setuju
(STS) skor 0. Sedangkan untuk pernyataan negatif SS skor 0, S skor 1, RR
skor 2, TS skor 3, STS skor 4. Untuk variabel pengetahuan digunakan skala
likert. Untuk pernyataan positif, Selalu (SL) skor 3, Sering (SR) skor 2,
Kadang-kadang (KK) skor 1, Tidak Pernah skor 0. Sedangkan untuk
pernyataan negatif SL skor 0, SR skor 1, KK skor 2, dan TP skor 3.
c. Pocessing data, yakni melakukan entry data dari daftar isian ke dalam
komputer.
d. Cleaning data, yakni melakukan pembersihan terhadap data yang telah
dimasukan ke dalam komputer, apakah terdapat kesalahan dengan cara
mengetahui data yang hilang, variasi dan konsistensi data.

3.7 Analisa data


3.7.1 Analisa Univariat
3.7.2 Analisa Bivariat

3.8 Prosedur Penelitian


1. Tahap Persiapan
a. Menentukan lahan penelitian
b. Studi Kepustakaan
c. Studi Pendahuluan
d. Penyusunan Proposal
e. Permohonan izin penelitian
f. Menyiapkan instrumen pengumpulan data
g. Melakukan uji coba instrumen dan perbaikan instrumen
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan penjelasan dan surat persetujuan
b. Memberikan angket
c. Pengisian angket
d. Pengecekan kelengkapan angket
e. Pengolahan data
f. Analisa data
3. Tahap Akhir
a. Menyusun laporan
b. Sidang hasil penelitian

3.9 Lokasi penelitian


Penelitian dilaksanakan di ruang Bougenville Rumah Sakit Paru Provinsi
Jawa Barat, dimulai pada tanggal 10 Agustus sampai dengan 23 September 2021

3.10 Etika Penelitian


Sebelum penelitian dilakukan responden akan diberikan informasi mengenai
penelitian yang akan berlangsung, kemudian diminta persetujuan (informed consent)
apakah responden bersedia untuk menjadi sampel dalam penelitian yang dilakukan.
Good Luck !

UMC/LPPLT/F/04.01
Dibuat : Diperiksa : Disetujui :
Dosen Pengampu Kaprodi Dekan

Fakhri Fajrin Kurniawan, M.Pd. Ns. Asep Novi TF., M.Kep Uus Husni M., S.Kp., M.Si.

Anda mungkin juga menyukai