Anda di halaman 1dari 5

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI MEDIA PROYEKTOR LCD

TERHADAP PENGETAHUAN MENGENAI PENYAKIT TB PARU PADA SISWA


KELAS XI SMAN 6 MAKASSAR

Adhelya Dechintya Muchdal1, Sri Darmawan2, Sumarny Mappeboki3


1STIKES Nani Hasanuddin Makasar
2STIKES Nani Hasanuddin Makasar
3STIKES Nani Hasanuddin Makasar

(Alamat Korespondensi: dechintyaadhelya@gmail.com/085255333242)

ABSTRAK
Tuberculosis paru adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman
aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai
tekanan parsial oksigen yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektivitas
Pendidikan Kesehatan Melalui Media Proyektor LCD Terhadap Pengetahuan Mengenai Penyakit TB
Paru Pada Siswa Kelas XI SMAN 6 Makassar. Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
rancangan eksperimental. Dalam hal ini metode penelitian yang akan digunakan ialah one grup pre test-
post test design dan dilaksanakan pada bulan Agustus. Metode pengambilan sampel yang digunakan
ada teknik simple random sampling dengan total sempel sebanyak 67 siswa. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan melalui media proyektor LCD terhadap
peningkatan pengetahuan mengenai TB Paru pada siswa dengan nilai P untuk kelompok perlakuan
0.000 yang berarti p<a = 0.05 di SMAN 6 Makassar. Kesimpulan penelitian ini bahwa pengetahuan siswa
tentang penyakit tuberculosis paru sebelum dilakukan pendidikan kesehatan mempunyai pengetahuan
yang cukup artinya mereka belum memahami tentang pengetahuan, pencegahan, serta penularan
tuberculosis. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, pengetahuan siswa mengenai penyakit tersebut
mengalami peningkatan menjadi lebih baik.

Kata Kunci : LCD Proyektor, , Pendidikan Kesehatan, TB Paru.

PENDAHULUAN bagian-bagian tubuh lainnya. (Dinas Kesehatan,


Tuberculosis adalah penyakit yang 2016).
disebabkan Mycobacterium tuberculosis, yakni Secara global pada tahun 2016 terdapat
kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru 10,4 juta kasus insiden TB yang setara dengan
atau di berbagai organ tubuh yang lainnya yang 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima negara
mempunyai tekanan persial oksigen yang tinggi. dengan insiden kasus tertinggi yaitu India,
Kuman ini juga mempunyai kandungan lemak Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan.
yang tinggi pada membrane selnya sehingga Sebagian besar estimasi insiden TBC pada
menyebabkan bakteri ini menjadi tahan tahun 2016 terjadi di Kawasan Asia Tenggara
terhadap asam dan pertumbuhan dari (45%) dimana Indonesia merupakan salah satu
kumannya berlangsung dengan lambat (Rab, di dalamnya dan 25% nya terjadi di kawasan
2017). Afrika. Angka Penemuan Kasus (CNR)
Sumber penularan TB adalah penderita dilaporkan 328.824 kasus TB (322.882 adalah
TB BTA positif, yang dapat menularkan kepada kasus baru) diperkirakan 7500 kasus TB
orang yang berada di sekelilingnya, terutama (3.1/100.000 penduduk) dengan HIV (Human
kontak erat. Penderita menyebarkan kuman ke Immunodeficiency Virus) positif (Hartiningsih,
udara dalam bentuk percikan dahak (droplet 2018).
nuclet) pada saat penderita itu batuk atau Sekitar 75% penderita TB paru adalah
bersin. Setelah kuman TB masuk ke dalam kelompok usia yang paling produktif secara
tubuh manusia melalui pernapasan, ia dapat ekonomis (15–50 tahun). Diperkirakan seorang
menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, pasien TB paru dewasa akan kehilangan rata-
melalui sistem peredaran darah, sistem saluran rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan, yang
getah bening atau menyebar langsung ke berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan
rumah tangga sekitar 20–30 %. Jika penderita
TB paru meninggal akibat penyakit TB paru, Pengolahan Data
maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 1. Editing
15 tahun. Selain merugikan secara ekonomi, TB Hasil wawancara, angket (kuesioner), atau
paru juga memberikan dampak buruk lainnya pengamatan dari lapangan harus dilakukan
(Widyastuti, 2018). penyuntingan (editing) terlebih dahulu.
Menurut teori health belief models faktor Secara umum editing adalah merupakan
yang mempengaruhi keterlambatan masyarakat kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan
dalam memutuskan untuk mengunjungi fasilitas isian formulir atau kuesioner tersebut
pelayanan kesehatan, keterlambatan (Notoatmodjo, 2018).
memperoleh diagnosa dan keterlambatan dalam 2. Coding
menerima pengobatan adalah persepsi Setelah semua kuesioner diedit atau
seseorang terhadap suatu penyakit atau disunting, selanjutnya dilakukan
masalah kesehatan yang dihadapi dan persepsi peng”kodean” atau ”coding”, yakni
seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan, umur, mengubah data berbentuk kalimat atau
jenis kelamin, pekerjaan, budaya, dan sosial huruf menjadi data angka atau bilangan
ekonomi. Banyak cara yang dapat dilakukan (Notoatmodjo, 2018).
untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat 3. Memasukkan data (data entry) atau
tentang penyakit TB, salah satu caranya adalah processing data
melalui pendidikan kesehatan. (Widyastuti, Yakni jawaban-jawaban dari masing-masing
2018). responden yang dalam bentuk ”kode”
(angka atau huruf) dimasukkan kedalam
BAHAN DAN METODE program atau ”software” komputer. Salah
Lokasi, populasi dan sampel. satu paket program yang paling sering
Jenis rancangan penelitian yang digunakan untuk ”entri data” penelitian
digunakan dalam penelitian ini merupakan adalah paket program SPSS for Window
rancangan eksperimental. Dalam hal ini metode (Notoatmodjo, 2018)..
penelitian yang akan digunakan ialah one grup 4. Pembersihan data (cleaning)
pre test-post test design. Penelitian ini Apabila semua data dari setiap sumber data
dilakuikan di SMAN 6 Makassar pada tanggal 09 atau responden selesai dimasukkan, perlu
Agustus -10 Agustus 2019. Populasi dalam dicek kembali untuk melihat kemungkinan
penelitian ini sebanyak 200 dengan jumlah adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan,
sampel sebesar 67 responden. dan sebagainya, kemudian dilakukan
1. Kriteria Inklusi pembetulan atau koreksi (Notoatmodjo,
a. Semua siswa kelas XI jurusan IPA yang 2018).
hadir pada saat penelitian.
b. Semua siswa kelas XI jurusan IPA yang Analisa Data
bersedia menjadi subyek penelitian. 1. Analisa univariat
2. Kriteria Ekslusi Analisa univariat bertujuan untuk
a. Semua siswa kelas XI jurusan IPA yang menjelaskan atau mendeskripsikan
tidak mengikuti pemberian materi dari karasteristik setiap variabel penelitian.
awal hingga selesai. Bentuk analisis univariat tergantung dari
jenis datanya
Pengumpulan Data 2. Analisa bivariat
1. Data Primer Analisa bivariat untuk mencari hubungan
Data primer diperoleh langsung dari subjek dengan membuktikan hipotesis dalam
penelitian dengan menggunakan alat penelitian ini dengan mengunakan uji Paired
pengukuran atau alat pengambil data, T-Test (Uji T Dependen) atau menggunakan
langsung pada subjek sebagai sumber uji Wilcoxon jika distribusi data tidak normal.
informasi yang dicari.
2. Data Sekunder HASIL PENELITIAN
Data sekunder adalah data yang diperoleh 1. Analisis Univariat
lewat pihak lain. Biasanya berupa data Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
laporan yang telah tersedia. Dalam hal ini Karakteristik Responden di SMAN 6
data diperoleh dari pihak SMAN 6 Makassar Agustus 2019
Makassar.
Jumlah Persentase Pendidikan Kesehatan Melalui Media
Karakteristik (n) (%) Proyektor LCD Terhadap Pengetahuan
Mengenai Penyakit TB Paru sebanyak 67
Jenis Kelamin
orang (100.0%). Setelah dilakukan uji
Laki-laki 22 32.9
Wilcoxon didapatkan nilai ρ untuk kelompok
Perempuan 45 67.1
perlakuan 0.000 yang berarti ρ < ɑ = 0.05.
Umur
Hal ini berarti H0 ditolak karena nilai
17 tahun 33 49.2
signifikan <0.05 dan Ha diterima yang
18 tahun 34 50.8
berarti terdapat efektivitas pendidikan
kesehatan melalui media proyektor LCD
Pada tabel diatas, menunjukkan
terhadap pengetahuan mengenai penyakit
distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik
TB Paru pada siswa.
responden, diperoleh gambaran hasil
penelitian tentang jenis kelamin responden
PEMBAHASAN
yaitu perempuan sebanyak 22 responden
Hasil penelitian menggambarkan
(32.9%) dan laki-laki sebanyak 45
distribusi responden berdasarkan tingkat
responden (67.1%). Kemudian, pada
pengetahuan sebelum dilakukan poenyuluhan
gambaran hasil penelitian tentang umur
yang menunjukkan responden terbanyak adalah
didapatkan sebanyak 33 responden (49.2%)
responden dengan pengetahuan cukup yaitu 48
berumur 17 tahun dan sebanyak 34
responden sedangkan pengetahuan baik
responden (50.8%) berumur 18 tahun. Dari
sebanyak 19 responden.
tabel tersebut sebagian besar responden
Pengetahuan merupakan hasil tahu,
berjenis kelamin perempuan, serta dari
dan ini terjadi setelah orang melakukan
karakeristik umur sebagian besar responden
pengindraan terhadap obyek tertentu.
berumur 18 tahun.
Pengindraan panca indera manusia yaitu indera
2. Analisis Bivariat
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
Tabel 2. Gambaran Uji Wilcoxon Tabel
raba (Lestari, 2015).
Efektivitas Pendidikan Kesehatan Melalui
Hasil penelitian menggambarkan
Media Proyektor LCD Terhadap
distribusi responden berdasarkan tingkat
Pengetahuan Mengenai Penyakit TB Paru
pengetahuan setelah dilakukan penyuluhan,
Pada Siswa Kelas XI SMAN 6 Makassar
dimana penelitian ini menunjukkan responden
dengan pengetahuan baik sebanyak 67
Pengetahuan Siswa responden atau keseluruhan dari jumlah
Kel. responden.
intervensi Baik Cukup Hasil penelitian ini sesuai dengan
(n) (%) (n) (%) pendapat Notoatmodjo yang menyatakan bahwa
perilaku baru terutama pada remaja dimulai
Pre Test 19 28.3 48 71.7 pada domain kognitif dalam arti subjek tahu
Post Test 67 100 - - terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa
materi objek diluarnya menimbulkan respon
batin dalam bentuk sikap. Akhirnya rangsangan
Berdasarkan tabel diatas memberikan
yakni objek yang telah diketahui dan disadari
gambaran pengetahuan sebelum dan
sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respon
sesudah perlakuan pada kelompok
lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan terhadap
intervensi. Diperoleh nilai rata-rata
stimulus atau objek. Pengetahuan merupakan
pengetahuan pre-test 9.72, sedangkan nilai
langkah awal dari seseorang untuk menentukan
rata-rata pengetahuan post-test 17.63.
sikap dan perilakunya. Jadi tingkat pengetahuan
Siswa dengan pengetahuan cukup sebelum
akan sangat berpengaruh terhadap penerimaan
diberikan Pendidikan Kesehatan Melalui
suatu program (Zainuddin, 2017).
Media Proyektor LCD Terhadap
Berdasarkan hasil penelitian,
Pengetahuan Mengenai Penyakit TB Paru
menunjukkan bahwa sebelum diberikan
sebanyak 48 responden (71.7%) dan
penyuluhan kesehatan (Pretest) dan setelah
pengetahuan baik berjumlah 19 responden
diberikan penyuluhan kesehatan (Posttest)
(28.3%). Sedangkan siswa dengan
terdapat pengaruh pemberian penyuluhan
pengetahuan baik dan cukup mengalami
kesehatan terhadap pengetahuan remaja. Hal
peningkatan pengetahuan setelah diberikan
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Yuwana Hesti Umammi (2016) yang berjudul pembelajaran. Asumsinya adalah pembelajaran
“Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang merupakan faktor yang sangat penting dalam
Tuberculosis Terhadap Peningkatan perkembangan. Perkembangan merupakan
Pengetahuan Dan Sikap Penderita Dalam hasil komulatif dari pembelajaran.
Pencegahan Penularan Tuberculosis”. Metode Dalam pembelajaran terjadi proses
penelitian yang digunakan adalah Pra- penerimaan informasi yang kemudian diolah
eksperimen (pre-experiment design), khususnya sehingga menghasilkan output dalam bentuk
Pre-test and Post-test group Design. Hasil hasil belajar. Pembelajaran merupakan keluaran
penelitian adalah Tingkat pengetahuan dari pemrosesan informasi yang berupa
responden tentang TB Paru sebelum pendidikan kecakapan manusia (human capitalities) yang
kesehatan sebagian besar kurang yaitu terdiri dari: informasi verbal, kecakapan
sebanyak 13 responden, sedangkan tingkat intelektual, strategi kognitif, sikap, kecakapan
pengetahuan sebanyak 10 responden. Tingkat motorik.
pengetahuan responden tentang TB Paru Pemrosesan informasi menunjuk
sesudah pendidikan kesehatan sebagian besar kepada cara mengumpulkan/menerima stimuli
responden dengan tingkat pengetahuan baik dari lingkungan, mengorganisasi data,
yaitu sebanyak 22 responden, dan responden memecahkan masalah, menemukan konsep-
dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 1 konsep, dan pemecahan masalah, serta
responden (Ummami, 2016). menggunakan simbol-simbol verbal dan non
Hal tersebut dapat diasumsikan bahwa, verbal.
informasi yang diberikan tersampaikan dengan Model pemrosesan informasi ini sering
baik kepada siswa, sehingga terjadi peningkatan pula disebut model kognitif information
yang signifikan dari jumlah siswa yang tidak processing, karena dalam proses belajar ini
tahu menjadi tahu tentang penyakit TB Paru tersedia tiga taraf struktural sistem informasi,
dengan menggunakan metode ceramah, tanya yaitu:
jawab dan diskusi pada saat pemberian materi 1. Sensory atau intake register: informasi
pendidikan kesehatan. masuk ke sistem melalui sensory register,
Dimana pendidikan kesehatan adalah tetapi hanya disimpan untuk periode waktu
suatu proses yang mencakup dimensi dan terbatas. Agar tetap dalam sistem, informasi
kegiatan-kegiatan intelektual, psikologis dan masuk ke working memory yang
sosial yang diperlukan untuk meningkatkan digabungkan dengan informasi di long-term
kemampuan manusia dalam mengambil memory.
keputusan secara sadar dan yang 2. Working memory: pengerjaan atauoperasi
mempengaruhi kesejahteraan diri, keluarga, dan informasi berlangsung di working memory,
masyarakat (Widyanto, 2014) di sini berlangsung berpikir yang sadar.
Disebutkan dalam salah satu teori Kelemahan working memory sangat
belajar yang dikemukakan oleh Gagne (1988) terbatas kapasitas isinya dan
disebut “Information Processing Learning memperhatikan sejumlah kecil informasi
Theory”. Teori ini merupakan gambaran dari secara serempak.
kegiatan di dalam otak manusia disaat 3. Long-term memory, yang secara potensial
memroses suatu informasi. Karenanya teori tidak terbatas kapasitas isinya sehingga
belajar tadi disebut juga Model Pemrosesan mampu menampung seluruh informasi yang
Informasi. Menurut Gagne bahwa dalam sudah dimiliki siswa. Kelemahannya adalah
pembelajaran terjadi proses penerimaan betapa sulit mengakses informasi yang
informasi, untuk kemudian diolah sehingga tersimpan di dalamnya (Rehalat, 2016).
menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil
belajar. KESIMPULAN
Dalam pemrosesan informasi terjadi 1. Sebelum diberikan penyuluhan kesehatan,
adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal sebagian besar siswa yang menjadi sampel
dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi penelitian di SMAN 6 Makassar mempunyai
internal yaitu keadaan dalam diri individu yang pengetahuan tentang penyakit TB Paru
diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan dalam kategori pengetahuan cukup
proses kognitif yang terjadi dalam individu. sebanyak 48 siswa (71,7%)
Sedangkan kondisi eksternal adalah 2. Setelah diberikan penyuluhan kesehatan,
rangsangan dari lingkungan yang semua siswa yang menjadi sampel
mempengaruhi individu dalam proses penelitian di SMAN 6 Makassar dalam
kategori pengetahuan baik sebanyak 67 2. Bagi Siswa
siswa (100%) Bagi siswa untuk menambah pengetahuan
3. Ha diterima dan H0 ditolak dan pendidikan khususnya tentang TB Paru, siswa
kesehatan melalui media proyektor LCD diharapkan tidak malu untuk bertanya baik
efektif terhadap peningkatan pengetahuan kepada orang tua, guru ataupun tenaga
siswa yang ditunjukkan dengan nilai p = kesehatan yang berkaitan dengan penyakit
0.000. tersebut sehingga siswa termotivasi untuk
menjaga kesehatannya.
SARAN 3. Bagi Peneliti yang akan datang
1. Bagi Instansi Peneliti yang akan datang hendaknya
Diharapkan dapat membuat suatu program melakukan penelitian terkait perbedaan dari
konseling kesehatan terhadap siswa pengaruh pemberian pendidikan kesehatan
bekerjasama dengan instansi kesehatan melalui metode ceramah dan pengaruh
setempat. Program tersebut akan pemberian pendidikan kesehatan melalui
membantu siswa memperoleh informasi media, sehingga dapat dilihat perbedaan
yang benar dan tepat mengenai kesehatan antara kedua metode tersebut.
kepada siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan. (2016). Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2015. Makassar.

Hartiningsih, S. N. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Audiovisual dan Media Booklet Terhadap
Perilaku Caregiver Dalam Mencegah Tuberkulosis Pada Anggota Keluarga. Health Sciences and Pharmacy
Journal, 2(3), 97–102.

Lestari, T. (2015). Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan (Ketiga). Jakarta: Rineka Cipta.

Rab, T. (2017). Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Trans Info Media.

Rehalat, A. (2016). Model Pembelajaran Pemrosesan Informasi. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 23(2), 1.
https://doi.org/10.17509/jpis.v23i2.1625

Ummami, Y. H. (2016). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Tuberkulosis Terhadap Peningkatan Pengetahuan
Dan Sikap Penderita Dalam Pencegahan Penularan Tuberkulosis Di Puskesmas Simo. Naskah Publikasi,1–15.

Widyanto, F. C. (2014). Keperawatan Komunitas dengan Pendekatan Praktis. Yogyakarta: Nuha Medika.

Widyastuti, S. D. (2018). Pengaruh Penyuluhan Tentang Penyakit Tb Paru Kepada Kontak Serumah Terhadap
Deteksi Dini Penyakit Tb Paru. Jurnal Keperawatan Soedirman, 6(1).

Zainuddin, S. (2017). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Remaja tentang penyakit Menular
Seksual di SMPN 5 Bangkala Kabupaten Jeneponto. Protein Science, 16(4), 733–743.
https://doi.org/10.1161/01.STR.32.1.139

Anda mungkin juga menyukai