Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keganasan dalam rongga tengkorak ( Tumor intrakranial) dapat bersifat jinak

maupun ganas yang tumbuh di otak , meningen dan tengkorak.Menyebabkan

kematian kira - kira 2 %.Diperkirakan pada tahun 1998 sebanyak 17.400

kanker otak didiagnosa di Amerika Serikat.Otak juga lokasi yang sering untuk

metastase dari lokasi lainnya.Tumor otak menduduki peringkat keempat

sebagai penyebab kematian yang disebabkan oleh kanker pada usia 35 sampai

54 tahun.Perkembangan penyakit perlu waktu 1-10 tahun sebelum gejala

timbul. Tumor-tumor otak primer menunjukkan kira - kira 20 % dari semua

penyebab kematian karena kanker, dimana sekitar 20 % sampai 40 % dari

semua kanker pasien mengalami metastase ke otak dari tempat-tempat lain.

Insiden tertinggi pada tumor otak dewasa terjadi pada dekade kelima, keenam

dan ketujuh, dengan tingginya insiden pada pria. Untuk itu kelompok kami

tertarik untuk membahas permasalahan ini dalam makalah dengan judul:

“ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GANGGUAN SISTEM

PERSYARAFAN BERHUBUNGAN DENGAN KEGANASAN

INTRAKRANIAL “.

B. Tujuan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memperoleh pengalaman secara

nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dan

1
komprehensif meliputi aspek biopsikososial dan spiritual pada klien dengan

gangguan sistem persyarafan: keganasan intrakranial dengan pendekatan

proses keperawatan, yang meliputi:

1. Dapat melakukan pengkajian terhadap klien dengan gangguan sistem

persyarafan : keganasan intrakranial

2. Dapat menganalisa data yang diperoleh dan mengidentifikasikannya sesuai

kebutuhan klien untuk merumuskan diagnosa keperawatan.

3. Dapat membuat diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah

sesuai kebutuhan klien.

4. Dapat menentukan perencanaan keperawatan yang meliputi tujuan dan

kriteri evaluasi.

5. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang

telah ditentukan.

6. Dapat melakukan evalusi dari tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan.

7. Dapat mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan.

C. Sistematika Penulisan

Makalah ini disusun secara berurutan berdasarkan sistematika penulisan

sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, terdiri dari latar belakang, tujuan dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS, menguraikan konsep dasar tumor intrakranial

meliputi definisi,etiologi, fatofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinis,

pemeriksaan diagnostik, prognosa dan penatalaksanaan medik serta

2
menguraikan asuhan keperawatan meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa

keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar

1. Definisi

Tumor intrakranial adalah lesi oleh karena desakan ruang baik

jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak

(Syilvia A. Price, 1995).

Pertumbuhan abnormal dari perkembangan asal, primer,

metastatik, yang terjadi di dalam otak atau struktur penyokong

(Susan Martin Tucker, 1998).

Kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh

terus menerus secara tidak terbatas, tidak terkoordinasi dari

jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh.

Jaringan yang tumbuh dan berkembang di otak, baik yang tumbuh

langsung di otak atau dari metastase tumor ke otak.

2. Etiologi

Secara pasti belum diketahui penyebabnya, tetapi ada beberapa

hipotesa sebagai penyebabnya yaitu :

a. Faktor genetik

b. Riwayat trauma kepala

c. Paparan bahan kimia yang bersifat karsiogenik

d. Radiasi

e. Virus tertentu

4
5
4. Klasifikasi

a. Berdasarkan jenis tumor

1) Jinak

 Acoustic neuroma

 Meningioma

 Pituitary adenoma

 Astrocytoma ( Grade 1 )

2) Ganas

 Astrocytoma ( Grade 2,3,4 )

 Oligodendroglioma

 Ependymoma

b. Berdasarkan lokasi

1) Tumor intradural

a) Ekstramedular

 Neurofibroma

 Meningioma

b) Intramedular

 Ependymoma

 Astrocytoma

 Oligodendroglioma

 Hemangioblastoma

2) Tumor ekstradural

Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada

payudara, prostat, tiroid, paru-paru, ginjal dan lambung.

6
c. Berdasarkan letak ( dihubungkan dengan tentorium cerebri )

1) Tumor supratentorial ( diatas tentorium cerebri )

 Pada orang dewasa : 80 – 85 %

 Pada anak-anak : 40 %

2) Tumor infratentorial

 Pada orang dewasa : 15 – 20 %

 Pada anak-anak : 60 %

d. Berdasarkan asal tumor

1) Berasal dari parenchim otak (tumor intrinsik) => primer

Misal: glioma, astrocytoma, glioblastoma, epindymoma,

oligodendroglioma, medullablastoma dan kista koloid

2) Berasal dari jaringan meningen => primer

Misal: meningioma

3) Berasal dari syaraf kranial

Misal: Acoustic neuroma (Neurofibroma)

4) Berasal dari kelenjar tanpa duktus

Misal: Adenoma hipofisis dan adenoma pinealis

5) Berasal dari pembuluh darah

Misal: Hemangioblastoma, angioma, endotelioma

6) Berasal dari tumor jaringan sekitarnya => sekunder

Misal: Ca nasopharynx, metastase dari Ca paru, Ca

payudara

e. Berdasarkan hasil PA (histologi)

1) Neuroepitel : Astrocytoma, oligodendroglioma, schwanomi

7
2) Meningen / Meninx : Meningioma

3) Mal-development : Craniopharyngioma

4) Endokrin : Adenoma hipofisis

5. Manifestasi Klinis

a. Nyeri kepala

b. Muntah proyektil

c. Gangguan penglihatan

d. Kejang

e. Penurunan kesadaran

f. Perubahan perilaku

g. Hemiparesis

h. Hemipestesia

i. Hemianopia

j. Rinorea ess

k. Perubahan kardiovaskuler

Gejala berdasarkan lokasi Gejala berdasarkan lokasi

Glioma (Astrocytoma) Serebelum

 Terjadi pada hemisfer serebral  Tak terkoordinasi (ataksia)


 Sakit kepala  Kehilangan keseimbangan
 Muntah  Mual, muntah
 Perubahan keperibadian  Vertigo

Meningioma Lobus Frontalis

 Kejang  Respon afektif tidak tepat (mudah lupa)


 Eksoftalmus unilateral  Kurang perhatian (kehilangan minat sosial)
 Palsi otot ekstraokular  Kejenakaan
 Gangguan pandangan  Penilaian kurang
 Gangguan olfaktorius  Gangguan pengendalian sfingter

8
 Paresis  Kejang motorik fokal
 Sakit kepala
Acoustic neuroma
Lobus Parietalis
 Vertigo
 Ataksia  Kehilangan sensoris / agnosia
 Parestesia dan kelemahan wajah (syaraf  Apraksia
kranial V, VII)  Gangguan persepsi tubuh
 Kehilangan refleks kornea
 Penurunan sensitifitas terhadap sentuhan
atau nyeri (syaraf kranial V, XI)
 Kehilangan pendengaran unilateral
Lobus Temporalis
Adenoma hipofisis  Kehilangan memori baru
 Fenomena visual : “déjà vu”
 Akromegali  Gangguan auditorius : agnosia auditori
 Hipopituarisme (penurunan fungsi tiroid,  Kejang psikomotor
pankreatik dan gonadal)  Halusinasi olfaktorius atau gustatorius
 Sindrom Cushing’s  Afasia sensori
 Wanita : amenorea, sterilisasi
 Pria : kehilangan libido, impotensi
Lobus Oksipitalis
 Gangguan penglihatan
 Diabetes militus
 Hipotiroidisme  Gangguan visual
 Hipoadrenalisme  Kebutaan sentral
 Diabetes insipidus  Kebutaan kortikal dan anosognosia
 Ketidaktepatan hormon antidiuretik  Halusinasi visual
(ADH)

6. Pemeriksaan Diagnostik

a. Scedel X-Ray

b. CT Scan (Computed Tomography Scanning)

c. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

d. EEG (Elektro Encephalography)

e. Angiography

f. Sitologi cairan serebrospinal (CSF)

7. Prognosa

a. Tumor jinak: prognosa baik, tumor ganas: prognosa jelek.

b. Semakin dini ditangani semakin baik prognosisnya.

9
c. Gradasi tumor: sampai berapa jauh tumor berkembang.

8. Penatalaksanaan Medik

a. Simptomatik : Berdasarkan gejala / keluhan pasien

b. Anti edema

 Manitol 20 % (kontra indikasi : gangguan ginjal, hati-hati

terjadi Rebound reflex)

 Dexametason : dosis besar 4 X 1 ampul, diturunkan setiap

hari secara bertahap

c. Chemotheraphy : pada tumor yang telah metastase

d. Radiasi : dilakukan tergantung keganasan tumor

e. Operasi : Craniotomi pada tumor insitu

Tujuan Pre Operasi difokuskan pada:

1) Menurunkan kecemasan dan ketakutan

2) Memberikan pengetahuan / penjelasan tentang harapan-

harapan setelah dilakukan tindakan dan pengelolaannya

Tujuan Post Operasi difokuskan pada:

1) Mengurangi nyeri

2) Mencegah komplikasi

3) Membantu klien untuk dapat menerima keterbatasan-

keterbatasan / gangguan neurologik yang ada

4) Memberi penyuluhan tentang perawatan selanjutnya

10
B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Data Subyektif

a.Identifikasi faktor resiko paparan dengan radiasi atau bahan -

bahan kimia yang bersifat karsinogenik.

b. Keluhan utama (Trias klasik tumor: nyeri kepala, muntah dan

papil edema)

c.Riwayat keluhan utama

d. Pemahaman klien / keluarga tentang diagnosa penyakitnya

e.Upaya yang telah dilakukan dan hasilnya

f. Psikososial : perubahan kepribadian dan perilaku, kesulitan

mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi,

diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan

peran

g. Perubahan sensasi yang abnormal : hyperesthesia, paresthesia,

anesthesia

h. Observasi adanya perubahan sensori : asteregnosis (tidak

mampu merasakan benda tajam), agnosia (tidak mampu

mengenal objek pada umumnya), apraxia (tidak mampu

menggunakan alat dengan baik), agraphia (tidak mampu

menulis)

i. Pola aktifitas : ketidakmampuan melakukan ADL karena

hemiparese, paraparese

11
j. Adanya gangguan penglihatan seperti : diplopia, kebutaan,

penurunan ketajaman penglihatan

k. Adanya keluhan mencium bau-bauan yang tidak biasa

l. Hilangnya fungsi pendengaran

Data Obyektif

a. Gaya berjalan

b. Orientasi

c. Daya ingat

d. Kekuatan otot / pergerakan

e. Tingkat kesadaran

f. Gangguan bicara

g. Pemeriksaan tanda vital

h. Kejang-kejang

i. Pemeriksaan pupil : ukuran, reaksi terhadap cahaya dan

kesamaan

j. Gangguan fungsi nervus cranialis

k. Tanda-tanda peningkatan TIK

Data hasil pemeriksaan diagnostik

a. Laboratorium:

b. Radiografi:

 CT Scan

 Electroencephalogram

12
  - ray paru dan organ lain untuk mencari adanya metastase

2. Diagnosa keperawatan

a. Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan

kerusakan sirkulasi akibat penekanan oleh tumor, edema otak,

hipoksia, peningkatan tekanan intra kranial sekundar terhadap

tumor.

b. Nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan intra

kranial.

c. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan ketidakmampuan mengenal

informasi.

d. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan kerusakan

neoromuskular / pusat pernafasan di otak, gangguan persepsi /

kognitif.

e. Kecemasan (ansietas) berhubungan dengan gangguan

komunikasi verbal, gangguan fungsi sensorik dan motorik,

lingkungan RS yang asing, kurangnya pengetahuan tentang

penyakit, test diagnostik dan pengobatan, prognosa yang tidak

jelas/tidak pasti, gangguan proses berpikir, dukungan sosial

ekonomi yang kurang, penurunan fungsi penglihatan

(kebutaan), ancaman biologis atau psikologis yang dirasakan.

f. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan

tingkat kesadaran dan imobilisasi yang ditandai oleh istirahat

kurang, iritabilitas, AGD tidak normal.

13
g. Perubahan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan makan sendiri, kesulitan

menelan dan penurunan tingkat kesadaran ditandai oleh : berat

badan 20 % kurang dari ideal, kelemahan tonus otot, rendahnya

kadar protein serum.

h. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan

penerimaan sensori, transmisi atau integrasi sekunder terhadap

pembedahan syaraf ditandai oleh: adanya disorientasi,

perubahan penglihatan, pendengaran, perasaan atau pembauan,

penurunan tingkat kesadaran.

i. Kurang perawatan diri berhubungan dengan gangguan persepsi,

kognitif dan neurologis, penurunan tingkat kesadaran,

kelemahan atau keadaan post operasi yang ditandai oleh:

ketidakmampuan atau ketidakmauan untuk melakukan aktifitas

kehidupan sehari-hari (ADL).

j. Potensial komplikasi: peningkatan tekanan intra kranial

berhubungan dengan edema serebral (akibat peningkatan

permeabilitas kapiler pembuluh darah), perdarahan serebral

atau hematoma (akibat pembedahan), hydrocephalus (akibat

obstruksi CSF sebagai akibat edema, hematoma pada rongga

subarachnoid), vasodilatasi serebral (akibat hypoxia serebral,

peningkatan metabolisme akibat hypertermi, kejang atau

meningitis).

k. Potensial komplikasi: kebocoran CSF dari hidung atau telinga

berhubungan dengan insisi pembedahan.

14
l. Potensial komplikasi: meningitis berhubungan dengan iritasi

meningen akibat trauma pembuluh darah, invasi

mikroorganisme pada meningen.

m. Potensial komplikasi: kejang berhubungan dengan gangguan

aktifitas sel syaraf serebral (akibat iritasi jaringan otak selama

pembedahan).

Pre Operasi

a. Kecemasan (ansietas) berhubungan dengan gangguan

komunikasi verbal, gangguan fungsi sensorik dan motorik,

lingkungan RS yang asing, kurangnya pengetahuan tentang

penyakit, test diagnostik dan pengobatan, prognosa yang tidak

jelas/tidak pasti, gangguan proses berpikir, dukungan sosial

ekonomi yang kurang, penurunan fungsi penglihatan

(kebutaan), ancaman biologis atau psikologis yang dirasakan.

Tujuan / Kriteria hasil: Setelah dilakukan intervensi kecemasan

(ansietas) klien berkurang/hilang/menurun, ditandai dengan:

ekspresi wajah rileks, tanda vital stabil, pola tidur kembali pada

keadaan semula, klien dapat berinteraksi dengan orang lain,

klien mengungkapkan rasa cemas/takut berkurang/hilang.

Intervensi Keperawatan:

1. Kaji tanda/gejala kecemasan pada klien seperti insomnia,

tremor, iritabel, tidak dapat tidur, diaporesis, tachypnoe,

tachycardia, peningkatan tekanan darah, wajah pucat,

menarik diri serta klien mengungkapkan ketakutan-

ketakutan dan rasa cemasnya.

15
2. Orientasikan klien pada lingkungan RS, alat-alat dan

kegiatan di RS.

3. Kenalkan perawat / orang-orang yang akan berpartisipasi

dalam perawatannya.

4. Yakinkan pada klien bahwa staff yang ada akan selalu

memperhatikannya dan akan membantu kapan saja

dibutuhkan.

5. Yakinkan pintu dan jendela selalu terbuka / dapat dibuka

untuk mencegah perasaan terkurung.

6. Perlihatkan sikap yang tenang selama berinteraksi dengan

klien.

7. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan takut /

cemasnya dan pola mekanisme koping yang paling efektif

serta beri penguatan.

8. Beri penguatan penjelasan dokter tentang diagnosa

penyakitnya, test diagnostik, rencana terapi dan

prognosanya.

9. Ciptakan lingkungan yang tenang sehingga klien dapat

beristirahat dengan baik.

10. Libatkan orang-orang yang dekat dengan klien untuk

berpartisipasi dalam perawatan tanpa menambah kecemasan

klien, sarankan untuk memberi dorongan dan semangat

secara terus menerus.

Intervensi pada klien dengan kecemasan menjelang operasi:

16
1. Kaji tingkat kecemasan klien dan pengetahuannya tentang

penyakit dan tindakan pembedahan yang akan dilakukan.

2. Berikan penjelasan hal-hal yang tidak diketahui klien

dengan bijaksana dan tidak menambah cemas.

3. Jelaskan persiapan-persiapan sebelum pembedahan dan

tujuan serta manfaatnya.

4. Jelaskan apa yang akan terjadi saat pembedahan dan setelah

pembedahan serta apa yang harus klien lakukan.

5. Jelaskan tujuan perawatan intensif setelah tindakan

pembedahan.

6. Orientasikan klien ke ruang ICU dan alat-alat monitoring

yang akan digunakan.

7. Identifikasi bentuk-bentuk komunikasi praktis yang mudah

dimengerti jika klien mengalami gangguan bicara karena

pemasangan intubasi.

8. Kurangi rasa takut / camas akibat perubahan penampilan

setelah pembedahan :

 Yakinkan klien bahwa setelah balutan diangkat, klien

dapat menggunakan penutup kepala (rambut palsu /

scraf).

 Yakinkan klien bahwa insisi pada kepala tidak

mengganggu pertumbuhan rambut.

 Diskusikan tentang kemungkinan gaya rambut yang

dapat dikenakan.

17
 Yakinkan klien bahwa edema periocular dan echymosis

dapat terjadi setelah operasi dan dapat hilang.

 Jika craniectomy akan dilakukan, diskusikan

kemungkinan cranioplasty setelah beberapa bulan

kemudian.

9. Beri penguatan terhadap penjelasan dokter tentang efek-

efek pembedahan terhadap fungsi neurologik. Diskusikan

sumber-sumber yang dapat membantu klien mengadaptasi

gangguan seperti speech therapi, fisiotherapi, occupational

therapi, dan lain-lain.

Post Operasi

b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan

tingkat kesadaran dan imobilisasi yang ditandai oleh istirahat

kurang, iritabilitas, AGD tidak normal.

Tujuan / Hasil yang diharapkan:

 Jalan napas paten

 AGD dalam batas normal

 Tidak ada tanda / gejala distress pernafasan

Intervensi Rasional

o Kaji semua parameter fungsi pernafasan o Untuk menyediakan data dasar sebagai
setiap 2 jam selama 72 jam, kemudian perbandingan menentukan jika terjadi
dilanjutkan setiap 4-8 jam. masalah pada pernafasan.

o Catat dan evaluasi AGD secara teratur. o Sebagai dasar terapi oksigen dan
mengevaluasi respons terhadap
pengobatan.

18
o Beri oksigen dengan kateter nasal atau o Untuk mempertahankan kestabilan
ventilator mekanik selama AGD stabil oksigenisasi di jaringan otak.
paling sedikit 24-72 jam.

o Anjurkan batuk efektif dan atur posisi


klien dimiringkan dengan kepala o Meningkatkan ventilasi, mencegah
hiperekstensi jika tingkat kesadaran atelektasis dan mencegah aspirasi sekret
menurun. atau obstruksi jalan nafas.

o Lakukan suction selama < 10-15 detik


jika dibutuhkan. o Penting untuk meminimalkan keadaan
hipoksia dan mencegah peningkatan TIK.
o Berikan oksigen dalam dosis yang lebih
sebelum dan sesudah setiap batuk atau o Untuk mencegah hipoksia, yang
tindakan suction. menimbulkan efek perfusi serebral.

o Observasi adanya distensi lambung,


pasang NGT (jika diindikasikan) dan o Untuk mengurangi tekanan pada
pertahankan kepatenannya. diafragma dan resiko terjadinya aspirasi.

o Laporkan setiap perubahan pada pola


nafas seperti apnea atau ventilasi o Untuk menjamin kecepatan dalam
irregular dan cepat. tindakan medis.

o Siapkan untuk kemungkinan dilakukan


tindakan intubasi. o Mekanik ventilator dapat digunakan
segera jika kondisi memburuk.

c. Nyeri berhubungan dengan craniotomy, posisi dan rangsangan

lingkungan ditandai oleh: klien melaporkan sakit kepala,

memegang kepala, ekspresi nyeri.

Tujuan / Hasil yang diharapkan:

 Berkurangnya keluhan nyeri

 Klien dapat berekspresi

19
Intervensi Rasional

o Kaji lokasi, tipe, durasi, derajat dan o Untuk menilai kebutuhan akan
tingkat keparahan nyeri. pengobatan dan respons terhadap
pengobatan.

o Berikan analgetik sesuai pesanan o Untuk mengurangi nyeri dan


dokter dan evaluasi efek obatnya. menentukan efektifitas terapi.

o Atur posisi klien dalam keadaan yang o Posisi yang tidak nyaman akan
nyaman. berhubungan dengan lokasi insisi.

o Ciptakan lingkungan yang tenang, o Untuk meningkatkan kenyamanan


ruangan yang gelap, tutup mata klien dengan mengurangi rangsangan
dengan kain yang dingin. lingkungan.

d. Perubahan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan makan sendiri, kesulitan

menelan dan penurunan tingkat kesadaran ditandai oleh: berat

badan 20 % kurang dari ideal, kelemahan tonus otot, rendahnya

kadar protein serum.

Tujuan / Hasil yang diharapkan:

 Mempertahankan berat badan

 Kadar protein dan albumen serum dalam keadaan normal

20
Intervensi Rasional

o Evaluasi kemampuan menelan klien. o Sebab cara pemberian makanan


ditentukan oleh kemampuan menelan
klien.

o Berikan klien diet TKTP, pemberian o Untuk mencegah keseimbangan negatif


makanan sedikit tapi sering sesuai nitrogen dan kehilangan berat badan yang
toleransi. berlebihan dan untuk mencegah tekanan
pada diafragma dan perasaan penuh
(kembung).

o Bantu makan klien dengan menyuapi jika o Untuk menjaga masukan nutrisi secara
diperlukan. adekuat jika klien tidak memungkinkan
makan sendiri.

o Jika klien tidak mampu makan, berikan o Untuk memenuhi kebutuhan cairan,
makanan secara enteral atau parenteral elektrolit, kalori dan protein sampai klien
sesuai pesanan. mampu makan sendiri.

e. Gangguan body image (gangguan citra tubuh) berhubungan

dengan penampilan fisik akibat pembedahan yang ditandai

oleh: malu melihat diri sendiri atau menghindari kehadiran

orang lain dalam perawatannya, menangis, marah terhadap

penampilan diri, hubungan sosial.

Tujuan / Hasil yang diharapkan:

 Klien akan menerima penampilan diri sendiri apa adanya

 Mempertahankan aktifitas normal

21
Intervensi Rasional

o Dorong klien untuk mengekspresikan o Klien akan mampu untuk mengungkapkan


perasaannya terhadap penampilan perasaannya.
tubuhnya.

o Jelaskan bahwa rata-rata rambut akan o Klien akan menerima secara realistis.
tumbuh kembali sepanjang ½-¼ inci per
bulan.

o Berikan informasi tentang wig atau o Klien akan tahu alternatif ini.
rambut palsu.

o Anjurkan menggunakan scarves pada o Untuk menambah penampilan dan


wanita dan hats pada pria. pengakuan diri serta menimalisir keadaan
malu.

o Tingkatkan harga diri klien. o Untuk mendukung klien dalam pengakuan


diri dan mekanisme koping.

f. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan

penerimaan sensori, transmisi atau integrasi sekunder terhadap

pembedahan syaraf ditandai oleh: adanya disorientasi,

perubahan penglihatan, pendengaran, perasaan atau pembauan,

penurunan tingkat kesadaran.

Tujuan / Hasil yang diharapkan :

 Fungsi persepsi sensori optimal.

 Klien akan mempertahankan tingkat interaksi tertinggi yang

memungkinkan dengan lingkungan.

22
Intervensi Rasional

o Kaji kemampuan klen untuk bicara, o Untuk memperoleh rencana perawatan


melihat, mendengar, merasakan dan yang tepat.
mencium.
o Orientasikan klien dengan lingkungan o Untuk menambah kewaspadaan klien dan
sekitarnya. mengurangi kecemasan serta terjadinya
resiko luka.

o Hindari suara yang berisik. o Untuk mengurangi kecemasan dan


kebingungan yang diakibatkan oleh
sensori yang berlebihan.

o Siapkan stimulasi untuk semua indera. o Untuk membantu melatih kembali jalur
syaraf sensori mengintegrasikan
penerimaan dan interprestasi dari stimuli.

g. Kurang perawatan diri berhubungan dengan gangguan persepsi,

kognitif dan neurologis, penurunan tingkat kesadaran,

kelemahan atau keadaan post operasi yang ditandai oleh:

ketidakmampuan atau ketidakmauan untuk melakukan aktifitas

kehidupan sehari-hari (ADL).

Tujuan / Hasil yang diharapkan: Semua kebutuhan perawatan

diri akan terpenuhi

23
Intervensi Rasional

o Kaji kemampuan perawatan diri klien. o Untuk menentukan tingkat kebutuhan


perawatan dan rencana intervensi yang
tepat.

o Sediakan untuk semua kebutuhan o Untuk menjamin seluruh kebutuhan


perawatan diri klien, termasuk kebersihan kehidupan sehari-hari akan terpenuhi.
dan perawatan kulit, pemberian makanan
melalui selang NGT atau parenteral.

o Atur perubahan posisi klien setiap 2 jam.


o Untuk meningkatkan keefektifan sirkulasi
dan ventilasi serta untuk mencegah
kerusakan kulit.
o Pertahankan kepatenan posisi kateter.
o Untuk memfasilitasi pengosongan
kandung kemih, mengkaji kebutuhan
enema atau supositoria untuk
meningkatkan eliminasi usus secara
adekuat.
o Pelihara rentang pergerakan pada semua
sendi. o Untuk mencegah kontraktur sendi.

o Lakukan oral hygiene setiap 2 jam.


o Untuk mencegah stomatitis dan
meningkatkan kenyamanan.
o Jaga mata klien selalu tertutup atau
gunakan air mata buatan jika tidak sadar o Untuk mencegah kerusakan kornea.
atau tidak bisa menutup.

Masalah-masalah kolaborasi

h. Potensial komplikasi : peningkatan tekanan intra kranial

berhubungan dengan edema serebral (akibat peningkatan

permeabilitas kapiler pembuluh darah), perdarahan serebral

atau hematoma (akibat pembedahan), hydrocephalus (akibat

obstruksi CSF sebagai akibat edema, hematoma pada rongga

subarachnoid), vasodilatasi serebral (akibat hypoxia serebral,

24
peningkatan metabolisme akibat hypertermi, kejang atau

meningitis)

Tujuan / Hasil yang diharapkan:

 Monitor tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial

 Melaporkan adanya penyimpangan dari parameter

normal

 Melaksanakan pengobatan yang tepat dan intervensi

keperawatan

Intervensi Rasional

o Kaji tanda-tanda peningkatan TIK o Untuk mempermudah laporan segera dan


(Seperti: perubahan tingkat kesadaran, program terapi.
sakit kepala, ketidaksamaan pupil,
penurunan respirasi rate dan frekuensi
nadi, peningkatan tekanan darah sistolik
dengan peningkatan denyut nadi,
pembengkakan daerah bekas
pembedahan, perubahan pada tulang
kepala).

o Kaji segera fungsi neurology pada klien o Untuk mengetahui dasar parameter.
yang kembali dari ruang operasi.

o Laporkan adanya perubahan-perubahan o Untuk memungkinkan intervensi yang


yang penting. tepat dan mencegah komplikasi serius.

o Aktifkan dan pertahankan fungsi o Untuk memastikan pembacaan yang


peralatan monitor TIK. akurat.

o Berikan perawatan aseptik pada daerah o Untuk mencegah infeksi dan kelainan
pembedahan. yang diakibatkan oleh TIK dari eksudat.

o Berikan diuretik dan kortikosteroid sesuai o Untuk mengurangi edema serebral.


pesanan.

o Atur posisi tempat tidur kepala klien o Untuk mempermudah drainage vena
dengan elivasi sampai 30°. kepala, sehingga mengurangi edema
serebral.

o Hindari fleksi leher dan pinggul. o Untuk mencegah obstruksi vena dan
menurunkan resiko dari peningkatan
tekanan intra abdominal yang mana
membatasi pergerakan diafragma,
peningkatan PaCO2, sehingga akan
menurunkan aliran darah serebral dan
menyebabkan edema serebral.

25
o Untuk mencegah peningkatan TIK
o Cegah konstipasi dan mengedan ketika disebabkan oleh manueuver valsalva’s.
defekasi.
o Sebab peningkatan suhu meningkatkan
o Atur peningkatan suhu tubuh. metabolisme serebral dan menyebabkan
peningkatan TIK.

i. Potensial komplikasi: kebocoran CSF dari hidung atau telinga

berhubungan dengan insisi pembedahan.

Tujuan / Hasil yang diharapkan:

 Memonitor dan melaporkan tanda-tanda kebocoran CSF

 Melaksanakan tindakan medis dan intervensi keperawatan

Intervensi Rasional

o Kaji kebersihan atau adanya drainage o Sebagai indikator kebocoran CSF, yang
sedikit menguning dari hidung atau akan meningkatkan resiko terjadinya
telinga. infeksi.

o Periksa cairan drainage terhadap glukosa o Untuk mengkonfirmasikan cairan


atau jaringan cairan cerebrospinal, drainage adalah CSF.
laporkan ke dokter bila hasil positif.

o Periksa kultur cairan drainage yang o Untuk menentukan kemungkinan


keluar dari telinga dan hidung. mikroorganisme penyebab infeksi dari
cairan drainage.

o Jangan memanipulasi hidung atau telinga o Untuk menghindari rembesan cairan lebih
dengan kapas, tapi gunakan kassa yang lanjut sampai area cidera diperbaiki.
halus supaya nyaman.

o Catat terhadap peningkatan temperatur, o Sebab tanda-tanda ini merupakan kunci


lekas marah, sakit kepala atau kaku indikator terjadinya meningitis.
kuduk dan laporkan dengan segera.

o Berikan antibiotik jika diperlukan. o Sebagai pengobatan terhadap infeksi.

j. Potensial komplikasi: meningitis berhubungan dengan iritasi

meningen akibat trauma pembuluh darah, invasi

mikroorganisme pada meningen.

26
Tujuan / kriteria hasil: tidak terjadi meningitis (tidak terjadi

peningkatan suhu, tidak dijumpai kaku kuduk dan photopobia,

tanda kernig dan brudzinky tidak dijumpai, analisa CSF dalam

batas normal, nyeri kepala berangsur-angsur baik)

Intervensi keperawatan:

1. Kaji dan laporkan tanda-tanda peningkatan CSF seperti :

 Adanya glukosa pada cairan hidung, mata dan pada

balutan yang dapat diketahui dari pemeriksaan / test

terhadap glukosa seperti test tape.

 Adanya postnasal drip

 Adanya rangsang menelan yang tetap

2. Kaji dan laporkan tanda-tanda meningitis: demam, kaku

kuduk, photopobia, nyeri kepala yang menetap.

3. Kolaborasikan untuk kemungkinan tindakan lumbal pungsi.

4. Lakukan upaya-upaya untuk mencegah meningitis :

 Gunakan teknik aseptik dan antiseptik saat mengganti

balutan dan ketika berhubungan dengan ventrikel shunt,

drain luka dan alat monitoring tekanan intra kranial.

 Anjurkan klien menghindari batuk, bersin dan

rangsangan mengedan, konsultasikan pada dokter

perlunya antitusif, dekongestan, laxadine dan obat

pelunak feses bila perlu.

 Jika CSF merembes melalui hidung, posisi kepala klien

elivasi 20° bila tidak ada kontra indikasi, anjurkan klien

27
untuk tidak memasukkan jari ke hidung dan

pemasangan NGT.

 Jika CSF merembes melalui telinga, posisi klien ke sisi

telinga yang merembes, bila tidak ada kontra indikasi

yang menghalangi drainage cairan anjurkan klien tidak

memasukkan jari ke telinganya.

 Siapkan klien untuk kemungkinan dilakukan

pembedahan.

5. Jika tanda dan gejala meningitis terjadi, teruskan tindakan-

tindakan diatas, cegah terjadinya kejang, ciptakan

lingkungan yang tenang dan tidak menyilaukan.

k. Potensial komplikasi: kejang berhubungan dengan gangguan

aktifitas sel syaraf serebral (akibat iritasi jaringan otak selama

pembedahan)

Tujuan / kriteria hasil: kejang tidak terjadi atau tidak terjadi

injuri selama klien mengalami kejang.

Intervensi keperawatan:

1. Kaji tanda dan gejala kejang seperti twitching pada wajah

dan lengan, gerakan tonik klonik.

2. Lakukan upaya untuk mencegah kejang: cegah peningkatan

TIK dan berikan obat anti kejang sesuai program terapi.

3. Cegah hal-hal yang mungkin terjadi jika klien mengalami

kejang :

 Alat penghisap lendir

28
 Pasang pengaman di sisi tempat tidur

 Tempat tidur tidak boleh tinggi

4. Jika klien mengalami kejang, lakukan upaya untuk

mengurangi resiko trauma :

 Jangan menahan tubuh saat terjadi kejang

 Pasang spatel lidah untuk mencegah lidah tergigit atau

jatuh kebelakang

 Setelah kejang terlewati, pertahankan jalan nafas tetap

bersih (bila perlu lakukan penghisapan, pemasangan

ETT)

 Catat dan laporkan segera karakteristik kejang

5. Beri obat anti kejang sesuai program pengobatan.

1. Implementasi

Implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan

dimana rencana keperawatan dilaksanakan, melaksanakan

intervensi / aktifitas yang telah ditentukan (Doenges et.al., 2000 :

105)

2. Evaluasi

Evaluasi tumor intrakranial meliputi klien dan keluarganya,

didasarkan atas hasil yang diharapkan. Pertanyaan yang menonjol

adalah sebagai berikut:

a. Apakah klien dapat melaksanakan AKS?

29
b. Apakah klien mengerti tentang terapi dan mengapa itu harus

dilakukan?

c. Apakah klien mengetahui tanda-tanda dan gejala yang harus

dilaporkan?

d. Apakah klien dapat menjelaskan pengobatan yang sedang

berlangsung?

e. Apakah klien makan obat sesuai dengan anjuran?

f. Apakah klien insisi sembuh?

g. Apakah klien dapat menguraikan rencana perawatan lanjutan?

h. Apakah klien dapat menjelaskan bagaimana cara mendapatkan

bantuan di masyarakat?

i. Apakah klien melaksanakan latihan-latihan yang dianjurkan?

j. Apakah klien mengemukakan ketakutan-ketakutannya dan

pemahamannya?

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Arthur C. Guyton and John E. Hall ( 1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran

Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

2. Barbara C. Long (1996), Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan

Proses Keperawatan), Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan

Pajajaran, Bandung

3. Carolyn M. Hudak, Barbara M. Gallo (1996), Keperawatan Kritis :

Pedekatan Holistik Volume II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

4. Hotma Rumahorbo, SKp dkk. (2000), Asuhan Keperawatan Klien Dengan

Gangguan Sistem Persarafan, AKPER Pajajaran, Bandung

5. Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000),

Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran

EGC, Jakarta

6. Mosby, Medical – Surgical Nursing : Assessment and Management of

Clinical Problems

7. Susan Martin Tucker, et al. (1998), Standar Perawatan Pasien : Proses

Keperawatan, Diagnosis dan Evaluasi Volume 3 Edisi V, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta

31
8. Suzanne C. Smeltzer (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth Volume 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

9. Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson (1995), Patofisiologi : Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit Volume II Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta

32

Anda mungkin juga menyukai