Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

“TUMOR CEREBRI / TUMOR OTAK ”


RUANGAN: NUSA INDAH
RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

Disusun oleh:
NAMA: WANDA WULANDARI
NIM: PO.62.20.1.19.037
KELAS: REGULER XXII A

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN PALANGKA RAYA
TAHUN AJARAN 2020/2021

1
A. PENGERTIAN
Tumor otak benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi
tidak ganas. tumor otak maligna adalah kanker di dalam otak yang berpotensi menyusup
dan menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang telah menyebar (metastase) ke otak
dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.
Tumor ganas otak yang paling sering terjadi merupakan penyebaran dari kanker yang
berasal dari bagian tubuh yang lain. Kanker payudara dan kanker paru-paru, melanoma
maligna dan kanker sel darah (misalnya leukemia dan limfoma) bisa menyebar ke otak.
Penyebaran ini bisa terjadi pada satu area atau beberapa bagian otak yang berbeda.
Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intracranial yang menempati
ruang di dalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang
berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk ke dalam jaringan. Neoplasma
terjadi akibat dari kompresi dan infiltrasi jaringan. Akibat perubahan fisik bervariasi,
yang menyebabkan beberapa atau semua kejadian patofisiologis sebagao berikut :
1. Peningkatan tekanan intracranial (TIK) dan edema serebral
2. Aktivitas kejang dan tanda-tanda neurologist fokal
3. Hidrosefalus
4. Gangguan fungsi hipofisis
Tumor-tumor otak primer menunjukkan kira-kira 20% dari semua penyebab kematian
karena kanker, dimana sekitar 20% sampai 40% dari semua kanker pasien mengalami
metastase ke otak dari tempat-tempat lain. Tumor-tumor otak jarang bermetastase keluar
system saraf pusat tetapi jejas metastase ke otak biasanya dari paru-paru, payudara,
saluran gastrointestinal bagian bawah, pancreas, ginjal dan kulit (melanoma).
Pada usia dewasa, tumor otak banyak dimulai dari sel glia (sel glia membuat struktur
dan mendukung system otak dan medulla spinalis) dan merupakan supratentorial (terletak
diatas penutup serebelum). Jejas neoplastik didalam otak akhirnya menyebabkan
kematian yang menganggu fungsi vital seperti pernafasan atau adanya peningkatan
tekanan intracranial.

2
B. TANDA DAN GEJALA
Tumor intra kranial menyebabkan gangguan fungsi fokal dan peningkatan tekanan
intra kranial (TIK).Manifestasi tumor tergantung dari lokasi, displacement otak, dan
herniasi.Gejala umum yang timbul antara lain: sakit kepala, mual muntah, perubahan
mental, papilledema, gangguan visual (diplopia), kerusakan fungsi sensorik dan motorik,
serta kejang.
1. Gejala peningkatan tekanan intrkranial
Disebabkan oleh tekanan yang berangsur-angsur terhadap otak akibat pertumbuhan
tumor. Gejala yang biasanya banyak terjadi adalah sakit kepala, muntah, papiledema
(“choken disc” atau edema saraf optic), perubahan kepribadian dan adanya variasi
penurunan fokal motorik, sensorik dan disfungsi saraf cranial.
2. Sakit kepala
3. Mual muntah
4. Papilledema
5. Kejang
6. Pening dan vertigo
7. Gejala terlokalisasi
Lokasi gejala-gejala terjadi spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak yang
terkena, menyebabkan tanda-tanda yang ditunjukkan local, seperti pada ketidak
normalan sensori dan motorik, perubahan penglihatan dan kejang.
Karena fungsi-fungsi otak berbeda-beda di setiap bagiannya maka untuk
mengindentifikasi lokasi tumor dapat ditentukan dari perubahan yang terjadi, seperti :
1. Tumor korteks motorik memanifestasikan diri dengan menyebabkan gerakan seperti
kejang yang terletak pada satu sisi tubuh, yang disebut kejang Jacksonian.
2. Tumor lobus oksipital menimbulkan manisfestasi visual, hemianopsia homonimus
kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang pandangan, pada sisi yang
berlawanan dari tumor) dan halusinasi penglihatan.
3. Tumor serebellum menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan) atau
gaya berjalan sempoyongan dengan kecenderungan jatuh ke sisi yang lesi, otot-otot

3
tidak terkoordinasi dan nistagmus (gerakan mata berirama tidak disengaja) biasanya
menunjukkan gerakan horisontal.
4. Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan status
emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi
ekstrem yang tidak teratur dan kurang merawat diri dan menggunakan bahasa cabul.
5. Tumor sudut serebopontin biasanya diawali pada sarung saraf akustik dan memberi
rangkaian gejal yang timbul dengan semua karakteristik gejala pada tumor otak.
a) Pertama, tinnitus dan kelihatan vertigo, segera ikuti perkembangan saraf-saraf
yang mengarah terjadinya tuli (gangguan saraf cranial ke-8).
b) Berikutnya, kesemutan dan rasa gatal-gatal pada wajah dan lidah (b.d saraf
cranial ke-5).
c) Selanjutnya, terjadi kelemahan atau paralysis (keterlibatan saraf cranial ke-7).
d) Akhirnya, karena pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin ada
abnormalitas pada fungsi motorik.
6. Tumor intracranial dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan
fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan, terutama pada pasien lansia. Tipe tumor
yang paling sering adalah meningioma, glioblastoma dan metastase serebral dari
bagian lain.
Beberapa tumor tidak selalu mudah ditemukan lokasinya, karena tumor-tumor
tersebut berada pada daerah tersembunyi (silent areas) dari otak (daerah yang di
dalam fungsinya tidak dapat ditentukan dengan pasti).
Perkembangan tanda dan gejala adalah menentukan apakah tumor berkembang
atau menyebar.
Berdasarkan tipe tumor maka gejala dapat berupa:
a. Gliomas
1) Terjadi pada hemisfer cerebral
2) Sakit kepala
3) Muntah
4) Perubahan kepribadian ; peka rangsang, apatis
b. Neuroma Akustik
1) Vertigo
2) Ataksia
3) Parestesia dan kelemahan wajah ( saraf cranial V, VII)
4) Kehilangan reflex kornea

4
5) Penurunan sensitivitas terhadap sentuhan ( Saraf cranial V, XI)
6) Kehilangan pendengaran unilateral
c. Meningioma
1) Kejang
2) Eksoftalmus unilateral
3) Palsi otot ekstra okuler
4) Gangguan pandangan
5) Gangguan Olfaktorius
6) Paresis
d. Adenoma Hipofisis
1) Akromegali
2) Hipopituitari
3) Sindrom Cushing
4) Wanita : Amenorea, sterilisasi
5) Pria : kehilangan libido, impotensi
6) Gangguanpenglihatan
7) DM
8) Hipotiroidisme
9) Hipoadrenalisme
10) Diabetes Insipidus
11) IADH

C. PATOFISIOLOGI
Tumor otak primer dianggap berasal dari sel atau koloni stem sel tunggal dengan
DNA abnormal. DNA abnormal menyebabkan pembelahan mitosis sel yang tidak
terkontrol. Sistem imun tidak mampu membatasi dan menghentikan aberrant,
pertumbuhan sel baru. Pada saat tumor meluas, kompresi dan infiltrsi menyebabkan
kematian jaringan otak. Tumor otak tidak hanya menyebabkan lesi pada otak, tetapi juga
menyebabkan edema otak. Tengkorak bersifat rigid dan hanya memiliki sedikit tempat
untuk ekspansi isinya. Jika perawatan tidak berhasil, tumor otak akan menyebabkan
peningkatan tekanan intra kranial secara progresif yang akan menyebabkan displacement
struktur stem otak (herniasi). Tekanan pada stem otak menyebabkan kerusakan pusat vital
signs kritis yang mengontrol tekanan darah, nadi, dan respirasi, yang akan memicu
kematian.

5
Glioma merupakan tipe tumor yang paling banyak, menginfiltrasi beberapa bagian
otak. Glikoma malignan neoplasma otak yang paling banyak terjadi, kurang lebih 45 %
dari seluruh tumor otak. Glioma dibagi dalam beberapa derajad I hingga IV,
mengindikasikan derajad malignansi. Derajad tergantung pada densisitas seluler, mitosis
sel, dan penampakan. Biasanya tumor menyebar dengan menginfiltrasi sekitar jaringan
saraf sehingga sulit diangkat secara total tanpa menimbulkan kerusakan pada struktur
vital. Astrositomas merupakan tipeglikoma yang paling banyak.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan neurologist
2. CT scan
3. MRI
4. Biopsy
5. Cerebral angiography
6. EEG
7. Pemeriksaansitologimenggunakan CSF

E. KOMPLIKASI
1. Herniasi
2. PeningkatanTekananDarah
3. Kejang
4. Defisitneurorogis
5. Peningkatan TIK
6. Perubahan fungsi pernafasan
7. Perubahan dalam kesadaran
8. Perubahan kepribadian

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Operasi pengangkatan atau menghancurkan tumor tanpa menimbulkan defisit
neuroligis yang mungkin terjadi.
Operasi konvensional dengan craniotomy
2. Terapiradiasistereotaktik
Terapi radiasi termasuk Gamma Knife atau terapi sinar proton, mungkin dilakukan
pada kasus tumor yang tidak mungkin di operasi atau tidak mungkin direseksi atau

6
jika tumor menunjukan transformasi maligna.Focus radiasi mungkin akan sangat
membantu pada tumor kecil yang terdapat dasar tengkorak.
3. Terapi modalitas termasuk kemoterapi konvensional terapir adiasi eksternal beam
a. Kemoterapi konvensional
b. Brachyteraphy
c. Transplantasi sumsum tulang belakang autologous intra venus
d. Corticosteroid
e. Terapi transfer gen

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Sebelum operasi
1. Nyeri akut
2. Self care deficit
3. Kerusakan perfusi jaringan serebral
4. Anxiety
5. Resiko injuri
6. Hopeless
7. Koping individu inefektif
8. Gangguan persepsi sensori
9. Pk : kejang
Setelah operasi
1. Kerusakan perfusi jaringan serebral
2. Kebersihan jalan nafas tidak efekti
3. Nyeri
4. Resiko defisit volume carian
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan
6. Anxiety dan fear
7. Kurang Pengetahuan
8. Kerusakan komunikasi verbal
9. Resiko kontraktur
10. Defisit perawatan diri
11. Resiko injuri
12. Kerusakan proses pikir

7
N DiagnosaKeperawatan Tujuan Dan KriteriaHasil Intervensi
o
1 Perfusi jaringan serebral tidak NOC : NIC :
efektif b/d edema Circulation status
Intrakranial Pressure
serebral/penyumbatan aliran darah Tissue Prefusion :
(ICP) Monitoring
cerebral
(Monitor
tekananintrakranial)
KriteriaHasil :
 Berikan
1. mendemonstrasikan
informasi kepada
status sirkulasi yang
keluarga
ditandai dengan :
 Set alarm
 Tekan
 Monitor
an systole dan
tekanan perfusi
diastole dalam
serebral
rentang yang
 Catat respon
diharapkan
pasien terhadap
 Tidak
stimuli
ada ortostatik
 Monitor
hipertensi
tekanan intra
 Tidak
kranial pasien dan
ada tanda tanda
respon neurology
peningkatan
terhadap aktivitas
tekanan intra
 Monitor
kranial (tidak
jumlah drainage
lebih dari 15
cairan
mmHg)
serebrospinal
2. Mendemonstrasikan
 Monitor intake
kemampuan kognitif
dan output cairan
yang ditandai dengan:
 Restrain pasien
 Berkomunikasi
jika perlu
dengan jelas dan
 Monitor suhu
sesuai dengan
dan angka WBC
kemampuan
 Kolaborasi
 Menunjukkan

8
perhatian, pemberian
konsentrasi dan antibiotik
orientasi  Posisikan
 Memproses pasien pada posisi
informasi semi fowler
 Membuat  Minimalkan
keputusan dengan stimuli dari
benar lingkungan
3. Menunjukkan fungsi
sensori motori cranial
Peripheral Sensation
yang utuh : tingkat
Management
kesadaran membaik,
(Manajemen sensasi
tidak ada gerakan
perifer)
gerakan involunter
 Monitor adanya
daerah tertentu
yang hanya peka
terhadap
panas/dingin/taja
m/tumpul
 Monitor adanya
paretese
 Instruksikan
keluarga untuk
mengobservasi
kulit jika ada lesi
atau laserasi
 Gunakan sarung
tangan untuk
proteksi
 Batasi gerakan
pada kepala, leher
dan punggung
 Monitor
kemampuan BAB
 Kolaborasi
pemberian

9
analgetik
 Monitor adanya
tromboplebitis
 Diskusikan
mengenai
penyebab
perubahan sensasi

Defisit perawatan diri b.d Setelah dilakukan tindakan Self Care Assistence
kelemahan keperawatan selama 2x24 jam, 1. Bantu ADL klien
klien mampu melakukan selagi klien belum
Definisi : perawatan diri mandiri. mampu mandiri
Gangguan kemampuan melakukan Self Care : Activities Daily 2. Pahami semua
aktivitas perawatan diri sehari-hari Living (ADL) kebutuhan ADL
Kriteria : klien
1. Makan : 5 3. Pahami bahasa-
2. Berpakaian : 5 bahasa atau
3. Toileting : 5 pengungkapan non
4. Mandi : 5 verbal klien akan

5. Berhias : 5 kebutuhan ADL

6. Higiene : 5 4. Libatkan klien


dalam pemenuhan
7. Kebersihan mulut : 5
ADLnya
8. Ambulasi : kursi
5. Libatkan orang
roda : 5
yang berarti dan
9. Ambulasi : berjalan : 5
layanan
10. Berpindah : 5
pendukung bila
dibutuhkan
Keterangan :
6. Gunakan sumber-
1 : Tergentung, tidak ada
sumber atau
partisipasi
fasilitas yang ada
2 : Memerlukan bantuan orang
untuk mendukung
dan alat
self care
3 : Memerlukan bantuan orang
7. Ajari klien untuk
4 : Tidak tergantung, dengan
melakukan self
bantuan alat
care secara
5 : Tidak tergantung
bertahap
sempurna/mandiri

10
8. Ajarkan
penggunaan
modalitas terapi
dan bantuan
mobilisasi secara
aman (lakukan
supervisi agar
keamnanannya
terjamin)
9. Evaluasi
kemampuan klien
untuk melakukan
self care di RS
10. Beri reinforcement
atas upaya dan
keberhasilan dalam
melakukan self
care

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner, Suddarth. 2016. Buku Ajar keperawtanmedikalbedah, edisi 8 vol.3.EGC.


Jakarta
2. Bulechek, G. Butcher, H. K. Dochterman, J. M. 2008. Nursing Intervention
Classification (NIC) Fifth Edition. Mosby: Elsevier Inc.
3. Herdman, T. H. (Ed.). 2017. NANDA International Nursing Diagnoses: Definition &
Classification 2012-2014. Oxford: Wiley-Blackwell

11

Anda mungkin juga menyukai