Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN ANALISA SWOT

PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M)


DENGAN KASUS TBC
DI UPTD PUSKESMAS MULYOREJO SURABAYA

Oleh :
Citra Ayu L.M,S.Kep NIM. 20194663041
Fitri Annisa Putri,S.Kep NIM. 20194663046
M. Fairus Saleh,S.Kep NIM. 20194663059
Sulastri Ningsih,S.Kep NIM. 20194663071

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan Laporan Analisa SWOT Program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
dengan Kasus TBC di UPTD Puskesmas Mulyorejo, periode 3- 9 Februari 2020. Laporan ini
disusun sebagai salah satu syarat dalam mencapai kompetensi Program Ners pada Program
Studi Pendidikan Ners Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu hingga
laporan akhir ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada:

1. dr Riana Restuti selaku Kepala Puskesmas Mulyorejo yang telah memberikan fasilitas
dan kesempatan kepada kami dalam melaksanakan Praktik Profesi Keperawatan
Komunitas di UPTD Puskesmas Mulyorejo
2. Anis Rosyiatul Husna, S.Kep., Ns., M.Kes dan Dr. Pipit Festy,SKM. M.Kes selaku
dosen pembimbing atas semua masukan, nasehat, saran, bimbingan, dan kritik dalam
menjalankan program praktik keperawatan komunitas.
3. Siti Jumaiyah,Amd.Kep dan Bayu Dian Adisetyatama A,Amd.Kep selaku pembimbing
klinik atas semua masukan, nasehat, saran,bimbingan, dan kritik dalam menjalankan
program praktik keperawatan komunitas
4. Teman-teman Profesi Ners Program A11, terima kasih atas dukungan, semangat, dan
kerja sama dalam menyelesaikan laporan ini
Penulis berharap laporan akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya
dan bagi dunia keperawatan pada khususnya. Demi kesempurnaan laporan ini, dengan senang
hati kami akan menerima segala kritik dan saran yang membangun.

Surabaya,5 Februari 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan adalah hak asasi manusia yang wajib dilindungi dan


diperhatikan oleh pemerintah. Menurut Hendrick L. Blum derajat kesehatan
masyarakatsangat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu faktor perilaku, faktor
lingkungan, faktor keturunan dan faktor pelayanan kesehatan, dari keempat faktor
tersebut yang pengaruhnya cukup besar adalah faktor perilaku dan diikuti oleh
pengaruh faktor lingkungan, setelah itu faktor pelayanam kesehatan, dan yang
terakhir faktor keturunan. Keempat faktor di atas sangat berhubungan dan saling
mempengaruhi (Syukra, 2015).
Penyakit yang timbul karena faktor lingkungan salah satunya adalah
penyakit tuberkulosis (TB). Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi
paling sering menyerang jaringan paru, disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Penyakit tuberkulosis (TB) paru ini dapat menyerang semua usia
dengan kondisi klinis yang berbeda-beda atau tanpa dengan gejala sama sekali
hingga manifestasi berat. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang masih
menjadi perhatian dunia. Sampai sekarang ini belum ada satu negara pun di dunia
yang bebas dari tuberkulosis (TB). Jumlah Angka kesakitan dan kematian yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis cukup tinggi. Pada tahun
2009 sekitar 1,7 juta orang meninggal karena menderita tuberkulosis (TB)
(600.000 diantaranya perempuan) sementara jumlah kasus baru tuberkulosis (TB)
sebanyak 9,4 juta (3,3 juta diantaranya perempuan). Sepertiga dari jumlah
penduduk di dunia sudah tertular dengan tuberkulosis (TB) di mana sebagian
besar penderita TB terjadi pada usia produktif 15-55 tahun (Kemenkes, 2011).
Di Indonesia angka prevalensi tuberkulosis ( TB) pada tahun 1990 sebesar
443 per 100.000 penduduk dan ditargetkan pada tahun 2015 harus menurun
menjadi 222 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2007 telah terjadi penurunan
prevalensi secara nasional sebesar 45% yaitu angka prevelensi TB tersebut telah
mencapai 244 per 100.000 penduduk. Sementara untuk angka kematian akibat
tuberkulosis (TB) pada tahun 1990 adalah sebesar 92 per 100.000 penduduk dan
terjadi penurunan menjadi 39 per 100.000 penduduk pada tahun 2007. Hal ini
menunjukkan secara nasional terjadi penurunan angka kematian sebesar 57%.
Pencapaian penurunan angka kematian dan kesakitan tuberkulosis (TB) ini masih
pada skala atau tingkat nasional karena apabila dicermati data-data pada tiap
kabupaten/kota dan provinsi maka masih terliha adanya kesenjangan atau
disparitas yang besar antar kabupaten/kota dan provinsi (Kemenkes, 2010).

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Surabaya tahun 2015 jumlah
kasus tuberkulosis (TB) paru di kota Surabaya adalah 4.019 kasus, sedangkan
jumlah kasus baru sebanyak 2.054 kasus. Kebutuhan pokok manusia adalah
tempat tinggal (rumah), serta kebutuhan sandang dan pangan. Rumah adalah
pengembangan kehidupan dan tempat untuk berkumpul semua anggota keluarga
untuk beraktivitas dan menghabiskan sebagian besar waktunya. Konstruksi rumah
serta keadaan lingkungan tempat tinggal yang tidak sesuai dan tidak memenuhi
syarat kesehatan merupakan faktor risiko terjadinya penularan berbagai macam
penyakit. Kriteria rumah sehat antara lain memenuhi kebutuhan fisiologis yaitu
penghawaan, pencahayaan, dan memiliki ruang gerak yang cukup untuk semua
anggota keluarga, serta terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
Rumah juga harus memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit
antar anggota keluarga dengan tersedianya air bersih, pengelolaan limbah dan
tinja rumah tangga, bebas vektor pembawa bibit penyakit seperti (tikus, kecoa,
dan lalat), kepadatan hunian yang tidak melebihi persyaratan, sinar matahari pagi
cukup menyinari ruangan, makanan dan minuman terhindar dari pencemaran,
selain itu rumah yang sehat juga harus memenuhi syarat pencegahan terjadinya
kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara
lain konstruksi yang tidak mudah rusak dan roboh, persyaratan garis sempadan
jalan, tidak mudah terbakar, dan tidak membuat penghuninya jatuh tergelincir
(Dinkes Riau, 2015).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1077/MENKES/PER/V/2011, beberapa penyakit seperti, Penyakit Paru Obstruktif
Kronis (PPOK), kanker paru, bronkhitis kronik, kematian Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR), kematian bayi usia kurang dari satu minggu, otitis media, ISPA,
tuberkulosis (TB), sering terjadi di lingkungan dan tempat dengan kualitas udara

4
dalam ruang yang tidak baik. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan menjadi masalah
kesehatan yang serius (Dinkes Surabaya, 2011). Dari Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia (2015) berbagai organ manusia, terutama paru-paru dapat
terserang tuberkulosis (TB). Penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi yang
berbahaya dan dapat menimbulkan kematian bila tidak diobati atau
pengobatannya tidak tuntas.
Di kota Surabaya terdapat 31 kecamatan, wilayah Surabaya Timur terdapat
7 kecamatan diantaranya Kecamatan Gubeng, Gunung Anyar,
Sukolilo,Tambaksari, Mulyorejo, Rungkut dan Tenggilis. Dari ketujuh kecamatan
tersebut terdapat kasus TB Paru yang cukup tinggi. Kecamatan Mulyorejo tahun
2014 kasus baru TB paru sebanyak 21 kasus dan meningkat pada tahun 2015
menjadi 34 kasus sedangkan untuk Kecamatan Rungkut tahun 2014 kasus baru
TB paru sebanyak 45 kasus dan meningkat pada tahun 2015 menjadi 52 kasus.
Kasus baru TB paru di Kecamatan Mulyorejo mengalami peningkatan yang lebih
banyak dibandingkan Kecamatan Tambak Sari dan Kecamatan Rungkut. Kasus
baru TB paru di Puskesmas Mulyorejo tahun 2014 adalah 19 kasus dan meningkat
pada tahun 2015 menjadi 33 kasus.
Berdasarkan observasi kondisi pemukiman di Kecamatan Mulyorejo
jumlahnya sangat padat dan sanitasinya kurang baik, hal tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit yang berbasis lingkungan. Kondisi fi
sik rumah masyarakat masih banyak yang tidak memenuhi persyaratan rumah
sehat diantaranya rumah terlalu sempit, penghuni rumah terlalu banyak,
ketersediaan ventilasi yang tidak sesuai dengan luas ruangan, kelembaban rumah
terlalu tinggi, dan ruangan di dalam rumah terlalu panas. Kondisi fisik rumah
yang tidak memenuhi persyaratan merupakan faktor risiko sumber penularan
berbagai penyakit, salah satunya adalah penyakit tuberkulosis (TB) paru. Dalam
hal ini penulis membuat laporan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan oleh
Puskesmas melalui pengkajian data yang telah dilaksanakan mahasiswa dengan
melihat hasil pencatatan dan pelaporan selama pelaksaaan praktek di Puskesmas.

1.1 Rumusan Masalah


Bagaimanakah analisa SWOT TBC di UPTD Pusekesmas Mulyorejo ?

5
1.2 Tujuan Umum
Agar mahasiswa memperoleh pengalaman dalam pelayanan kesehatan di
Puskesmas baik dari segi teori maupun operasionalnya.

1.3 Tujuan Khusus


Agar mahasiswa memperoleh kemampuan, ketrampilan dan pelayanan
tentang berbagai bentuk program pendidikan di Puskesmas sehingga
mahasiswa mampu mengaplikasikan teori yang diberikan dalam kuliah
dengan praktek lapangan melalui tahap-tahap:
a. Mengidentifikasi program puskesmas pecegahan penyakit menular
(P2M)
b. Mengidentifikasi Analisa Swot TBC

1.4 Manfaat Laporan Puskesmas

Agar dapat digunakan sebagaiu informasi tambahan mengenai Analisa


SWOT TBC puskesmas Mulyorejo

6
BAB 2
PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dilakukan tanggal 03 Februari 2020 sampai 09 Februari


2020, meliputi ketenagaan, sarana dan prasarana, metode, sumber keuangan, dan
pemasaran (marketing). Data yang didapat dianalisis menggunakan analisis
SWOT sehingga diperoleh beberapa rumusan masalah, kemudian dipilih satu
sebagai prioritas masalah.
3.1 Program Pencegahan Penyakit Menular
3.1.1 Tenaga dan Pasien (M1 - Man)
Analisa ketenagaan mencangkupi jumlah tenaga medis yang berada di
puskesmas Mulyorejo, data jumlah penderita TB dan jumlah sasaran kegiatan
program pemberantasan TB yang didapat pada laporan puskesmas.
1) Tenaga Pemberantas Penyakit TB

No Nama Jabatan Pendidikan

1 Dr. Riana Restuti Kepala Puskesmas FK UGM

3.1.2 Bangunan, Sarana dan Prasarana (M2/Material)


1. Lokasi
Lokasi puskesmas Mulyorejo Surabaya terletak dengan uraian
sebagai berikut. Di puskesmas Mulyorejo masih sudah terdapat ruang
khusus untuk pemeriksaan TB. Poli TB terletak di depan pintu masuk
puskesmas sebelah kiri, poli TB digunakan untuk pasien TB
mengambil obat.
2. Sarana dan Prasarana
Sudah ada pemeriksaan dahak gratis untuk pasien TB akan tetapi
pasien harus datang ke puskesmas.

3.3.3 Metode (M3/Methode)


Kegiatan Dalam Gedung

7
1. Penemuan penderita TB melalui Anamnase
2. Diagnosis melalui pemeriksaan Laboratorium
3. Pengobatan pada penderita TB
4. Pemantauan dan evaluasi
5. Mengadakan pencatatan dan pelaporan.
Kegiatan di Luar Gedung
1. Melakukan screning penderita TB melalui kader Poskeskel
2. Melakukan penyuluhan penderita TB

3.3.4 Pembiayaan (M4/Money)

Pembiayaan dana renovasi, sumber dana operasional Ruangan Poli


TB/ P2TB, alat kesehatan, fasilitas kesehatan bagi pasien, fasilitas bahan
habis pakai bagi pasien, dan fasilitas kesehatan bagi petugas kesehatan
berasal dari puskesmas yang diperoleh dari APBN (BOK) pemerintah.
3.3.5 Pemasaran (M5/Marketing)

1. Mengadakan kunjungan rumah pada penderita TB.


2. Pemberian susu khusus penderita TB.

8
BAB 3

ANALISA SWOT TBC

Identifikasi Situasi Ruangan TB di Puskesmas Mulyorejo Surabaya


Berdasarkan Pendekatan Analisis SWOT.
Dari hasil pengkajian dilakukan analisis SWOT berdasarkan sub sistem
meliputi : ketenagaan dan pasien, sarana prasarana, metode, keuangan, dan
pemasaran.

Tabel Analisa SWOT

NO ANALISIS SWOT BOBOT RATING BOBOT x RATING

1. M1 (KETENAGAAN)
Internal Factor (IFAS)

STRENGHT
1. Adanya koordinator dalam 0,2 2 0,4 S-W=
melaksanakan tugas dan 1.8-
tanggung jawab 1,3=0,5
2. Adanya mahasiswa S1 0,1 2 0,2
keperawatan yang praktek di
ruangan.
3. Jumlah tenaga : 4 orang 0,2 3 0,6
 1 dokter

 2 perawat

4. Tenaga medis sudah


mendapatkan pelatihan 0,2 3 0,6

TOTAL 1 1,8

9
WEAKNESS 1
1. Belum ada perawat S1 yang 0,5 2
menjadi tenaga P2TB 0,3
2. Sasaran yang diperoleh 0,3 1
puskesmas belum mencapai
target dari dinkes

TOTAL 1 1,3

Ekternal Faktor (EFAS)


OPPORTUNITY
1. Adanya kerjasama yang baik 0,1 4 0,4
antara puskesmas dengan
universitas terkait
2. Adanya kebijakan pemerintah 0,3 3 0,9
tentang profesionalisasi tenaga
kesehatan sesuai profesi
3. Adanya program akreditasi 0,2 3 0,6
puskesmas dari pemerintah
4. Adanya tempat pelayanan 0,2 3 0,6 O-T=
kesehatan selain puskesmas 2,8-2,0 =
(posyandu, puskeskel, pustu, 0,8
PKM PONED, BPS/DPS, dan
RB)
5. Adanya kerjasama yang baik 0,2 2 0,2
dengan kader-kader poskeskel

TOTAL 1 2,8

THREATENED
1. Ada tuntutan tinggi dari 0,4 2 0,8
masyarakat untuk pelayanan

10
yang lebih profesional
2. Makin tingginya kesadaran 0,3 2 0,6
masyarakat akan hukum
3. Makin tinggi kesadaran 0,3 2 0,6
masyarakat akan pentingnya
kesehatan

TOTAL 1 2.0

M2 (SARANA PRASARANA)
Internal Faktor (IFAS)
STRENGHT
1. Mempunyai sarana dan 0,5 2 1
prasarana yang memadai untuk
pasien dan tenaga kesehatan.
2. Semua sarana dan prasarana 0,5 2 1
sudah digunakan sesuai
kebutuhan ruangan..

TOTAL 1 2,0
S-W=
WEAKNESS 2,0-1= 1
1. Masih terdapatnya program- 0,2 2 0,4
program rutin yang tidak
terlaksana.
2. Komputer untuk menyimpan 0,3 2 0,6
data tentang laporan P2TB jadi
satu dengan administrasi dan
yang lain

TOTAL 1 1

11
Ekternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
1. Adanya bantuan dari dinkes 0,5 3 1,5
dalam pengadaan sarana dan
prasarana
2. Adanya kerjasama puskesmas 0,5 2 1,0
dengan lintas sektoral
(puskeskel dan dinkes)

TOTAL 1 2,5

THREATENED
1. Adanya tuntutan tinggi dari 1 2 2
masyarakat untuk memberikan
sarana dan prasarana yang
memadai. O-T=

TOTAL 1 2 2,5-2=0,5

3. M3-METODE
Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
1. Adanya program kegiatan 0,25 4 1 S–W
P2TB yang sudah terencana per 2,5– 1 =

12
tahunnya 1,5
2. Adanya Pembinaan 0,25 2 0,5
Poskeskel 0,25 2 0,5
3. Kunjungan Rumah bagi
penderita TB 0,25 2 0,5
4. Adanya penyuluhan tentang
TB 1 2,5

TOTAL

0,1 1 1
WEAKNESS
1. Pelaksanaan program
kegiatan P2TB belum ada Tim 0,1 1 1
sehingga pelaksanaannya belum
optimal.
2. Pendokumentasian kegiatan 1 1
P2TB belum optimal.

TOTAL
0,4 3 1,2
Ekternal Faktor (EFAS) O-T=
OPPORTUNITY 2,8-2,5=
1. Adanyan asupan dana dari 0,2 2 0,4 0,3
pemerintah untuk setiap
kegiatan P2TB
2. Adanya mahasiswa S1
keperawatan melaksanakan 0,2 2 0,4
praktek keperawatan komunitas
dan keluarga. 0,2 4 0,8
3. Ada dukungan dari kelurahan
setempat

13
4. Ada kerjasama yang baik
dengan kader-kader puskeskel 1 2,8

TOTAL
0,5 3 1,5

THREATENED
1. Ada tuntutan tinggi dari
0,5 2 1,0
masyarakat untuk pelayanan
yang lebih profesional.
2. Tingkat pengetahuan
masyarakat yang tinggi akan
1 2,5
kesehatan

TOTAL
4. M4 (MONEY)
a. Internal Faktor
(IFAS)
STRENGTH 0,3 3 0,9 S-W
1. Dana operasional Ruangan 3–2
P2TB diperoleh dari APBN 0,3 3 0,9 =1
2. Dana fasilitas kesehatan
diperoleh dari APBN 0,2 3 0,6
3. Dana operasional kegiatan P2TB
diperoleh dari APBN 0,2 3 0,6
4. Dana kesejahteraan pegawai
dari APBN
1 3
TOTAL
WEAKNESS 1 2 2
1. Sistem administrasi terpusat
1 2
TOTAL

14
b. Ekternal Faktor
(EFAS) 1 3 3 O-T=
OPPORTUNITY 3-2=1
1. Adanya dana tambahan dari jasa
tindakan 1 3
.
TOTAL

1 2 2
TREATHENED
1. Alokasi dana untuk penunjang
fasilitas kesehatan belum 1 2
optimal
TOTAL
5. M5 (Marketing)
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
1. Adanya fasilitas gratis dari 0,5 3 1,5 S-W=
puskesmas 2,8-3=
2. Adanya variasi karakteristik dari 0,3 3 0,9 -0,2
pasien (JPS, umum, ASKES,
ASKIN, jamkesda)
3. Penderita TB yang periksa di 0,2 2 0,4
puskesmas mendapatkan
pengobatan gratis

TOTAL 1 2,8

WEAKNESS
1. Adanya jumlah 1 3 3
kunjungan yang tidak merata
TOTAL 1 3

15
b. Ekternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
1. Mahasiswa S1 Keperawatan 0,5 3 1,5 O-T=
Praktik Manajemen 2,5-2=0,5
2. Kerjasama yang baik antara 0,5 2 1
mahasiswa dengan petugas
medis dan non medis

TOTAL 1 2,5

TREATHENED
1. Adanya peningkatan standart 0,5 2 1,0
masyarakat yang harus
dipenuhi
2. Persaingan puskesmas (P2K) 0,5 2 1,0
dalam memberikan pelayanan

TOTAL 1 2,0

Diagram Layang

16
BAB 5
PEMBAHASAN
1.1 Identifikasi Masalah
Setelah dilakukan analisis situasi dengan menggunakan pendekatan
SWOT maka kelompok dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

17
1. Ketenagaan (M1)
a. Adanya koordinator dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab di
P2TB.
b. Belum terbentuk tim P2TB di puskesmas
2. Sarana Dan Prasarana (M2)
a. Ada ruangan khusus menangani P2TB
b. Komputer untuk menyimpan data tentang laporan P2TB jadi satu dengan
administrasi dan yang lain
3. Metode (M3)
a. Pendokumentasian kegiatan P2TB belum optimal.
4. Money (M4)
a. Sistem administrasi terpusat
5. Marketing (M5)
a. Adanya jumlah kunjungan yang tidak merata

BAB 7
PLAN OF ACTION
No. Masalah Tujuan Program/Kegiatan Indikator
Keberhasila
1. M1 (Ketenagaan)
1. Adanya 1 koordinator Meningkatnya - Kepala - T

18
dalam melaksanakan pelayanan puskesmas aga P2TB
tugas dan tanggung kesehatan mengajukan mengatakan
jawab program P2TB khususnya permohonan kepada puas dengan
program P2TB institusi/ dinas adanya
2. Belum ada perawat
dengan adanya kesehatan agar kesempatan
S1 yang menjadi
kesempatan tenaga P2TB bisa pelatihan da
tenaga P2TB.
untuk menempuh menempuh pendidikan
pendidikan yang pendidikan yang
- I
lebih tinggi dan lebih tinggi
tusi lebih
mendapat gaji
- Kepala memberhatik
sesuai dengan
puskesmas kesejahteraa
standart
mengajukan Tenaga P2TB
pendidikannya
permohonan kepada untuk
institusi/ dinas peningkatan
kesehatan agar lebih kinerja Tena
memperhatikan P2TB
kesejahteraan tenaga
P2TB

2. M2 (Material) Diharapkan - Kepala Mengikuti prose


Komputer untuk puskesmas puskesmas tindakan sesuai
menyimpan data tentang menyediakan mengajukan SOP yang telah
laporan P2K jadi satu komputer untuk permohonan kepada dibuat
dengan administrasi dan menyimpan data institusi/ dinas
yang lain tentang kesehatan agar
laporanP2K diadakanya
komputer khsusus
P2TB sehingga
ketika akan
menginput data
P2TB akan
terwujudnya sarana
dan prasarana yang

19
memadai

3. M-3(method) Diharapkan Laporan kegiatan Laporan kegiata


1. Masih terdapatnya tenaga P2TB harian, mingguan dan harian, minggua
program-program dapat melengkapi bulanan P2TB dapat dan bulanan P2T
rutin instalansi P2TB dokumentasi terpenuhi secara terdokumentasi
yang tidak optimal tentang data maksimal secara baik
kegiatan P2TB
2. Pendokumentasia
meliputi
n
pelacakan
kegiatan instalansi diagnosa,
P2TB belum pengobatan
optimal. sampai
pemantauan dan
evaluasi untuk
pendataan yang
lebih akurat dan
penanganan lebih
cepat serta
meminimalkan
kesalahan
4. Tidak ada kunjungan Puskesmas Kunjungan rumah dan Terdeteksiny
rumah dari pihak termasuk tenaga pemberian bantuan penderita
puskesmas terhadap P2TB dapat P2TB meliputi secara lengka
penderita P2TB melakukan penyuluhan ,
buruk kunjungan rumah pemberian susu
kepada penderita
yang Drop out
saja

20
KEBIJAKAN DAN STRATEGI UPTD PUSKESMAS MULYOREJO

Kebijakan UPT

a. Dalam pemberantasan TB Paru mengikuti Program Nasional Strategi

21
DOTS.
b. Untuk penyakit lainnya sesuai dengan Standart Pelayanan Minimal dan
SOP
c. Standar pelayanan setara dengan Rumah Sakit Type C

Strategi (ANALISA SWOT/Strength,Weakness, Opportunities, Threats)


Strategi sebagai berikut :
1.  Kekuatan (Strenght) untuk mengembangkan Rumah Sakit Paru Surabaya :

1. Sarana yang ada sudah memadai, terdapat lahan seluas 1,3 ha. Bangunan
1950 m2 dan ruang-ruangan untuk rawat inap.
2. Bantuan pemerintah (APBD) memenuhi peralatan-peralatan medis dan
menambah /merenovasi sarana-sarana bangunan.
3. Uji coba rawat inap sejak Juni 1999 (SK Uji Coba Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi Jawa Timur) terlihat jumlah penderita yang dirawat
makin bertambah setiap bulan.
4. Penetapan dari Gubernur Jawa Timur sebagai Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) per Januari 2010.
5. Surat izin penyelenggaraan Rumah Sakit Khusus Paru Surabaya nomor :
P2T/1/03.26/XI/2010 dari Gubernur Jawa Timur.
6. Sertifikat Akreditasi Rumah Sakit Paru Surabaya Nomor : KARS-
SERT/551/IV/2012.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : HK.03.05/I/1775/12 tentang
Penetapan Kelas Rumah Sakit Khusus Paru Surabaya Provinsi Jawa
Timur.

2. Kelemahan (Weakness) yang menghambat pengembangan :


SDM yang belum memadai / optimal karena masih kurangnya tenaga ahli dan
kurangnya keterampilan SDM yang sudah ada, hal ini bisa diatasi dengan
mengirimkan SDM yang sudah ada ke pelatihan/seminar/kursus untuk menambah
ketrampilan SDM RS Paru Surabaya, dan menjalin kerja sama dengan Sekolah
Perawat/Akademi Perawat sebagai tempat praktek siswa/mahasiswa  dan lain-lain.
3. Peluang (Opportunities) yang memungkinkan untuk pengembangan :

1. Wilayah Surabaya Utara merupakan daerah terpadat penduduknya dari 5


wilayah yang ada di kota Surabaya  (17.000 jiwa / Km2).
2. Di wilayah Surabaya Utara belum ada RSU milik pemerintah, yang ada
baru 1 RS BUMN dan 2 RS Swasta. Dengan standart rumusan Hill Burton
yaitu 4,5 tempat tidur/Rs/ 1000 populasi, dirasakan ketiga RS yang ada
diwilayah Surabaya tersebut belum cukup untuk menampung kebutuhan

22
tempat tidur rumah sakit dari seluruh masyarakat.
3. Transportasi yang mudah tidak menjadi kendala bagi pasien yang hendak
berobat.
4. Keberadaan RS Paru Surabaya semakin diminati masyarakat dalam hal ini
dapat dilihat dari kunjungan berobat jalan maupun rawat inap yang makin
meningkat.

4. Sebagai ancaman (Threats) pada pengembangan RS Paru Surabaya adalah :

 Harus mampu bersaing dengan RS Pemerintah milik Pemkot (RS


Soewandi), RS BUMN dan RS Swasta di wilayah Surabaya Utara baik
dalam segi mutu pelayanan, efisiensi dan efektisitas pelayanan.
 Tarif layanan belum ditetapkan oleh DPRD Propinsi Jatim, masih
mengacu pada Pola Tarif yang lama tetapi tetap harus bisa memberikan
pelayanan yang sesuai standar.
 Pengelolaan SDM harus optimal dengan semakin banyaknya kunjungan
pasien

23
24

Anda mungkin juga menyukai