KERANGKA ACUAN
NOMOR PUSK.045/ADM.I/KA/OOO/2019
I. Pendahuluan
Tuberkulosis ( TB ) merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia terutama
negara yang sedang berkembang. Merupakan laporan dari WHO Global Report tahun
2014, saat ini Indonesia menempati urutan ke 5 di dunia sebagai penyumbang penderita
Tuberkulosis setelah Negara India, China, Nigeria dan Pakistan.
Pengobatan TB membutuhkan waktu yang lama, sehingga dimungkinkan
pasien tidak patuh dalam menelan obat, disamping masih adanya stigma tentang TB, serta
terbatasnya informasi pelayanan dan pengobatan TB di masyarakat.
Berdasarkan data yang masuk dari Kab/Kota pada tahun pada tahun 2015 bahwa
kasus baru BTA + di tahun 2015 adalah sebesar 347 (6,78 per 100.000) artinya dalam
100.000 penduduk terdapat 7 orang penderita TB Paru sedangkan pada tahun 2014
sebesar 210 kasus ( per 100.000 penduduk) berarti terjadi peningkatan kasus. Tahun
2015 ditargetkan turun menjadi 170/100.000 penduduk.Berdasarkan Angka Kasus TB
Paru seluruhnya (Case Notification rate) pada tahun 2015 sebanyak 4.789 kasus (93,53
per 100.000 penduduk), berarti terjadi penurunan CNR dibandingkan tahun 2014
sebanyak 5.007kasus (99,41 per 100.000) penduduk). Berarti pada tahun 2015 ini dalam
setiap 100.000 penduduk terdapat penderita TB paru (untuk semua tipe) sebanyak 93
orang, dimana kasus tertinggi adalah jenis kelamin laki-laki.
Berdasarkan laporan TB dari seksi P2PM Dinkes Provinsi NTT tahun 2017 terdapat
856 suspek TB paru, laki-laki berjumlah 451 orang dan perempuan berjumlah 405
orang. Sedangkan jumlah penderita TB paru yang terdeteksi positive menderita TB paru
berjumlah 156 orang, laki-laki berjumlah 92 orang dan perempuan berjumlah 64 orang.
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan di puskesmas kenarilang, pada
tahun 2018 terdapat 23 kasus TB paru, laki-laki berjumlah 12 orang, dan perempuan
berjumlah 11 orang, sedangkan jumlah pasien yang putus minum obat di tahun 2018
berjumlah 4 orang.
Kegagalan dalam suatu proses pengobatan TB Paru dikarenakan pasien kurang
kooperativ dalam mengkonsumsi obat. Hal ini menyebabkan kasus TB mangkir dapat
meningkatkan dan oleh sebab itu maka perlu di lakukan pelacakan kepada pasien yang
putus berobat.
III. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Menurunkan resiko penularan penyakit Tuberculosis sehingga menguarangi
penemuan kasus baru penderita Tuberculosis Paru.
2. Tujuan Khusus
a. Melacak keluarga pasien yang terduga Tuberculosis Paru.
b. Memutuskan mata rantai penularan penyakit Tuberculosis Paru.
VI. Manfaat
1. Mengetahui keluarga pasien terkontaminasi atau tidak
2. Memutus rantai penularan penyakit TB
VII. Sasaran
Seluruh pasien tuberculosis Paru yang putus Minum obat.