Anda di halaman 1dari 5

DINAS KESEHATAN KABUPATEN ALOR

UPT PUSKESMAS KENARILANG


Jln. Slamet Riyadi No.08 Kec.Teluk Mutiara - 85814

KERANGKA ACUAN
NOMOR PUSK.045/ADM.I/KA/OOO/2019

PELACAKAN PASIEN PUTUS BEROBAT


DI UPT PUSKESMAS KENARILANG

I. Pendahuluan
Tuberkulosis ( TB ) merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia terutama
negara yang sedang berkembang. Merupakan laporan dari WHO Global Report tahun
2014, saat ini Indonesia menempati urutan ke 5 di dunia sebagai penyumbang penderita
Tuberkulosis setelah Negara India, China, Nigeria dan Pakistan.
Pengobatan TB membutuhkan waktu yang lama, sehingga dimungkinkan
pasien tidak patuh dalam menelan obat, disamping masih adanya stigma tentang TB, serta
terbatasnya informasi pelayanan dan pengobatan TB di masyarakat.

Untuk menanggulangi masalah tersebut peran masyarakat sebagai kader dan


petugas di unit pelayanan kesehatan terdepan sangatlah penting. Diharapkan dengan
aktifnya kader dan petugas dalam pendampingan di masyarakat, akan menurunkan angka
drop-out dan meningkatkan kesembuhan serta penemuan kasus TB di wilayahnya.

II. Latar Belakang


Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular kronis yang telah lama di kenal
oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis bakteri ini
mampu bertahan dan berkembang dalam suhu lembab. Penyebaran penyakit ini melalui
dahak (droplet) orang yang telah terinfeksi basil TB (Depkes RI, 2006). Kasus
tuberkulosis tidak hanya ditemukan di Indonesia bahkan banyak negara besar yang
mengalaminya, menunjukkan bahwa TB merupakan penyakit dunia yang masih sulit
untuk dikendalikan
(Depkes RI, 2006).
Menurut hasil Laporan Riskesdas (2010), angka kesakitan Tuberkulosis Paru
menyebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Periode PrevalanceTuberkulosis Paru
pada tahun 2009/2010 (725 per100.000 penduduk) pengakuan responden dengan
pemeriksaan dahak dan foto paru. Salah satu indikator yang digunakan untuk
pengendalian TB adalah Case Detection Rate (CDR), jumlah pasien baru BTA Positif
yang ditemukan 2dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA Positif yang
diperkirakan terdapat di wilayah tersebut. Penemuan kasus TB (CDR) di Indonesia
selalu mengalami peningkatan, tercatat sejak tahun 2006 sampai 2010 (kecuali tahun
2007) Indonesia telah mencapai dan mampu mempertahankan target yaitu capaian
nasional tahun 2010 sebesar 78,3% (Kemenkes, 2010).
Berdasarkan hasil Riskesdas 2013, ada tiga kabupaten/kota dengan jumlah penderita
tertinggi dalam <1 tahun terakhir adalah Sumba Barat (1,2 ‰), Sumba Timur (0,7 ‰)
dan Sumba Tengah (0,7 ‰) dan dalam > 1 tahun terakhir adalah Nagekeo (2,3 ‰),
Sumba Tengah (2 ‰) dan Kabupaten Kupang (1,9 ‰), sementara tiga kabupaten/kota
dengan pengobatan tertinggi adalah Sumba Barat (62,9 %), Sumba Timur (52,7 %) dan
Timor Tengah Utara (50,5 %).

Berdasarkan data yang masuk dari Kab/Kota pada tahun pada tahun 2015 bahwa
kasus baru BTA + di tahun 2015 adalah sebesar 347 (6,78 per 100.000) artinya dalam
100.000 penduduk terdapat 7 orang penderita TB Paru sedangkan pada tahun 2014
sebesar 210 kasus ( per 100.000 penduduk) berarti terjadi peningkatan kasus. Tahun
2015 ditargetkan turun menjadi 170/100.000 penduduk.Berdasarkan Angka Kasus TB
Paru seluruhnya (Case Notification rate) pada tahun 2015 sebanyak 4.789 kasus (93,53
per 100.000 penduduk), berarti terjadi penurunan CNR dibandingkan tahun 2014
sebanyak 5.007kasus (99,41 per 100.000) penduduk). Berarti pada tahun 2015 ini dalam
setiap 100.000 penduduk terdapat penderita TB paru (untuk semua tipe) sebanyak 93
orang, dimana kasus tertinggi adalah jenis kelamin laki-laki.

Berdasarkan laporan TB dari seksi P2PM Dinkes Provinsi NTT tahun 2017 terdapat
856 suspek TB paru, laki-laki berjumlah 451 orang dan perempuan berjumlah 405
orang. Sedangkan jumlah penderita TB paru yang terdeteksi positive menderita TB paru
berjumlah 156 orang, laki-laki berjumlah 92 orang dan perempuan berjumlah 64 orang.
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan di puskesmas kenarilang, pada
tahun 2018 terdapat 23 kasus TB paru, laki-laki berjumlah 12 orang, dan perempuan
berjumlah 11 orang, sedangkan jumlah pasien yang putus minum obat di tahun 2018
berjumlah 4 orang.
Kegagalan dalam suatu proses pengobatan TB Paru dikarenakan pasien kurang
kooperativ dalam mengkonsumsi obat. Hal ini menyebabkan kasus TB mangkir dapat
meningkatkan dan oleh sebab itu maka perlu di lakukan pelacakan kepada pasien yang
putus berobat.

III. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Menurunkan resiko penularan penyakit Tuberculosis sehingga menguarangi
penemuan kasus baru penderita Tuberculosis Paru.

2. Tujuan Khusus
a. Melacak keluarga pasien yang terduga Tuberculosis Paru.
b. Memutuskan mata rantai penularan penyakit Tuberculosis Paru.

IV. Kegiatan Pokok Dan Rincian Kegiatan


NO KEGIATAN POKOK RINCIAN KEGIATAN
1 Pelacakan Pasien Putus Berobat - Memperkenalkan diri ke
keluarga pasien
- Penyuluhan
- Pemeriksaan kesehatan
- Mengevaluasi kegiatan

V. Cara Melaksanakan Kegiatan


1) Petugas mendata pasien-pasien yang berhenti ambil obat Tuberculosisi Paru;
2) Petugas membawa Surat Tugas dan Format Pelacakan
3) Petugas melapor ke Kepala Desa/Lurah untuk menyampaikan maksud dan tujuan
kunjungan yaitu melakukan Pelacakan pasien Tuberculosis Paru.
4) Petugas memberikan penyuluhan tentang Penyakit Tuberculosisi Paru dan
resiko berhenti minum obat Tuberculosisi Paru serta proses penularan Penyakit
Tuberculosis kepada keluarga dan pasien Tuberculosisi Paru yang berhenti ambil
obat
5) Petugas kemudian melakukan identifikasi kontak serumah pasien dan
menentukan tindak lanjut terhadap kontak yang memiliki gejala Tuberkulosis
( TB )
6) Petugas menganjurkan kepada pasien yang berhenti ambil obat untuk periksa
kembali ke puskesmas
7) Petugas melaporkan kepada penanggung jawab Program perihal hasil pelacakan
8) Penanggung jawab P2 TB menindaklanjuti dengan memantau apakah pasien yang
telah dilacak, kembali berobat atau tidak

VI. Manfaat
1. Mengetahui keluarga pasien terkontaminasi atau tidak
2. Memutus rantai penularan penyakit TB

VII. Sasaran
Seluruh pasien tuberculosis Paru yang putus Minum obat.

VIII. Jadwal Kegiatan


LURAHA/ BULAN
NO Ket
DESA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Tel. Kenari
Kegiatan
2. Kai. Barat
Pelacakan
3. A. Buom
di lakukan
4. Binongko
setiap
5. Motongbang
bualan
6. K. Kota
jika di
7. Wetabua
temukan
8. Nusa Kenari
adanya
9. Lendola
pasien
10. Air Kenari
yang
11. Kai. Tengah
putus
12. Kai. Timur
minum
13. Kel. Mutiara
obat.
14. Welai Barat
IX. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
Evaluasi dilakukan setelah kegiatan kunjungan rumah berlansung.
X. Pencatata Pelaporan
Sistem pencacatan dan pelaporan digunakan untuk evaluasi kemajuan pengobatan
Tuberculosis Paru. Sistem pencatatan dan pelaporan dicacat di register.

Kepala UPT Puskesmas Kenarilang

Mathilda Kaesan, Amd.Keb


NIP. 19660329 199003 2 002

Anda mungkin juga menyukai