Anda di halaman 1dari 12

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-

Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

GAMBARAN PERILAKU PENDERITA TB PARU DALAM


PENCEGAHAN PENULARAN TB PARU DI KABUPATEN KLATEN

Hertian Ilham Hutama, Emmy Riyanti, Aditya Kusumawati Bagian


Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Diponegoro
Email : ilhamhertian@gmail.com

Abstract: Disease of pulmonary tuberculosis in klaten regency has increased


from year 2014- 2017. Efforts to the prevention of disease pulmonary
tuberculosis is an important thing to reduce the rate of death caused by disease
pulmonary tuberculosis. This Research aims to understand the description about
the behavior of TB patients pulmonary in prevent transmission of pulmonary
tuberculosis in Klaten regency. The kind of research used is descriptive with the
approach cross-sectional study. The population is a whole tb patients lungs in 3
working areas of public health service in klaten regency. The sample of the 50
respondents tb patients pulmonary a total of sampling in accordance with set
criteria. Data analysis using analysis univariat the research results show
characteristics of respondents pulmonary tuberculosis 26 % was 46-55 years, 70
% men, 46 % senior high school education, 34 % work laborers, 94 % income
less than Rp 1.660.000. Variable knowledge 62% good , 66 % good attitude , the
availability of medicines 76 % available , accessibility of to health facilities 56 %
difficult , the facilities and infrastructures 66 % enough. Variable family
encouragement, support health workers, and support friend each of 54 % good.
Behavior variable prevent transmission of pulmonary tuberculosis 62 % good.

Keywords : Behavior , Pulmonary TB Patients , Prevent of Transmission

Pendahuluan wanita sebesar 34%, dan anak-anak


Tuberkulosis (TB) merupakan sebesar 10%.
1

salah satu penyakit penyebab utama Prevalensi TB di Indonesia


morbiditas, mortalitas, dan kecacatan mengalami peningkatan signifikan dari
5
di dunia. Berdasarkan data Global 272 per 100.000 penduduk pada tahun
Tuberculosis Report, kasus TB paru di 2013 menjadi 647 per 100.000
dunia mengalami peningkatan yang 2
penduduk pada tahun 2014. Kasus
signifikan sejak tahun 2012-2015. tuberkulosis di Indonesia mengalami
Pada tahun 2012 diperkirakan terdapat peningkatan dari tahun 2012 – 2015,
8,6 juta kasus TB di dunia, pada tahun meskipun mengalami penurunan pada
2013 sebanyak 9 juta, dan pada tahun tahun 2013. Kasus tuberkulosis tahun
2014 sebanyak 9,6 juta penduduk 2012 sebesar 202.301 kasus, tahun
dunia terinfeksi bakteri TB. Pada tahun 2013 sebesar 196.310 kasus, tahun
2015, jumlah kasus TB di dunia 2014 sebesar 324.539 kasus,
kembali mengalami peningkatan sedangkan kasus tuberkulosis tahun
3
hingga 10,4 juta kasus, dimana 2015 sebesar 330.910 kasus.
berdasarkan karakteristik jenis kelamin Berdasarkan data Kemenkes RI,
kasus TB terbanyak pada pria yaitu menurut karakteristik kelompok usia
sebesar 56%, kemudian diikuti dengan menunjukkan bahwa 83,3%kasus
tuberkulosis di Indonesia terjadi pada

491
4914
kelompok usia produktif (15 – 64 Menurut penelitian oleh Paul et all
4
tahun). Penderita tuberkulosis lebih (2015) menyatakan 99% responden
dominan pada kaum laki-laki pernah mendengar tentang TB dan
dibandingkan perempuan. Hal ini tahu bahwa TB merupakan salah satu
terjadi karena laki-laki lebih mudah penyakit yang menular. Mayoritas
kontak dengan faktor risiko TB serta responden tahu bahwa TB dapat
kepeduliannya terhadap pemeliharaan ditularkan selama pengobatan dan
3
kesehatan lebih rendah. sebagian menyatakan bahwa
Dari 34 provinsi di Indonesia, tiga malnutrisi, lingkungan yang tidak sehat
provinsi dengan jumlah kasus dan ketidaksadaran menjadi faktor
6
tuberkulosis tertinggi yaitu Jawa Barat, resiko untuk terjadinya TB.
Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Kasus Berdasarkan studi pendahuluan
tuberkulosis di Jawa Tengah sebanyak yang telah dilakukan bulan Maret
35.531 kasus dengan kasus TB BTA 2018, kasus penyakit TB Paru di
positif sebanyak 18.806 kasus. wilayah Puskesmas Manisrenggo,
Kabupaten/kota dengan jumlah kasus Puskesmas Wedi, dan Puskesmas
TB tertinggi di Jawa Tengah pada Jogonalan cukup tinggi tiap tahunnya,
tahun 2015 adalah Kabupaten Hasil wawancara peneliti dengan
3
Semarang (2.827 kasus). pemegang data TB Paru di tiga
Kabupaten Klaten adalah salah Puskesmas tersebut, didapatkan
satu kabupaten dengan kasus TB Paru warga yang terkena penyakit TB Paru
yang terus mengalami kenaikan tiap tidak tahu mengenai penyakit
tahunnya, dari tahun 2014 sampai tuberkulosis, cara penularan, dan
2017. Kabupaten Klaten dengan kasus tindakan pencegahan. Masih banyak
TB tertinggi berada di wilayah warga mengatakan bahwa tidak terlalu
Puskesmas Manisrenggo, Puskesmas mempedulikan tentang tindakan
Jogonalan, dan Puskesmas Wedi. pencegahan penyakit TB Paru karena
Jumlah kasus TB Paru di beranggapan selama mereka tidak
Kabupaten Klaten dari hasil studi berinteraksi dengan penderita TB
pendahuluan yang telah dilakukan Paru, mereka tidak tertular penyakit TB
pada bulan Maret 2018, data yang Paru.
didapatkan dari Dinkes Klaten kasus Berdasarkan latar belakang ini
TB Paru di Kabupaten Klaten tiap peneliti ingin mengetahui gambaran
tahunnya mengalami kenaikan. Pada perilaku penderita TB Paru dalam
tahun 2014 terdapat 549 kasus, lalu pencegahan penularan TB Paru di
tahun 2015 meningkat menjadi 670 wilayah Tiga Puskesmas Kabupaten
kasus dan terus mengalami kenaikan Klaten
meningkat sampai di tahun 2017
5
dengan kasus sebesar 964 kasus. METODE PENELITIAN
Berdasarkan hasil studi pendahuluan, Jenis penelitian yang digunakan
diketahui dari 32 puskesmas yang adalah deskriptif dengan pendekatan
tersebar di Kabupaten Klaten, terdapat cross-sectional study. Populasi adalah
tiga wilayah kerja Puskesmas dengan seluruh penderita TB Paru di 3 wilayah
kasus TB Paru tertinggi diantaranya kerja Puskesmas Kabupaten Klaten.
Puskesmas Manisrenggo dengan 23 Jumlah sampel 50 responden
kasus TB Paru, Puskesmas Wedi penderita TB Paru dengan teknik total
dengan 18 kasus, dan Puskesmas sampling sesuai dengan kriteria yang
Jogonalan dengan 16 kasus pada ditentukan.
tahun 2017.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian
No Variabel Frekuensi Presentase (%)
1. Usia Responden
Kanak-kanak (5-11 tahun) 3 6,0
Remaja awal (12-16 tahun) 0 0
Remaja akhir (17-25 tahun) 6 12,0
Dewasa awal (26-35 tahun) 12 24,0
Dewasa akhir (36-45 tahun) 9 18,0
Lansia awal (46-55 tahun) 13 26,0
Lansia akhir (56-65 tahun) 4 8,0
Manula (≥66 tahun) 3 6,0
2. Jenis Kelamin
Laki-laki 35 70,0
Perempuan 15 30,0
3. Pendidikan Terakhir
SD 10 20,0
SMP 17 34,0
SMA 23 46,0
4. Pekerjaan
Tidak bekerja 8 16,0
Ibu rumah tangga 1 2,0
Buruh 17 34,0
Pedagang 7 14,0
Wiraswasta 8 16,0
Karyawan Swasta 9 18,0
5. Pendapatan
<1660000 47 94,0
>=1660000 3 6,0
6. Pengetahuan
Kurang baik 19 38,0
Baik 31 62,0
7. Sikap
Kurang baik 17 34,0
Baik 33 66,0
8. Ketersediaan Obat
Tidak tersedia 12 24,0
Tersedia 38 76,0
9. Akses Fasilitas Kesehatan
Sulit diakses 29 58,0
Mudah diakses 21 42,0

10. Sarana Prasarana


Kurang cukup 17 34,0
Cukup 33 66,0
11. Dukungan Keluarga
Buruk 23 46,0
Baik 27 54,0
12. Dukungan Petugas Kesehatan
No Variabel Frekuensi Presentase (%)
Buruk 23 46,0
Baik 27 54,0
13. Dukungan Teman
Buruk 23 46,0
Baik 27 54,0
14. Perilaku
Buruk 19 38,0
Baik 31 62,0
TOTAL 50 100,0

Pembahasan penderita TB Paru yang sebagian


1. Usia besar berjenis kelamin laki-laki
Orang yang produktif tersebut disebabkan oleh
memiliki resiko 5-6 kali untuk konsumsi rokok setiap harinya
mengalami kejadian TB Paru, hal dimana rokok menjadi salah satu
ini karena pada kelompok usia faktor penyebab terjadinya TB
produktif setiap orang akan Paru. Responden laki-laki telah
cenderung beraktivitas tinggi, sejak lama merokok, bahkan
sehingga kemungkinan terpapar masih terdapat responden yang
bakteri mycobacterium sudah terdiagnosis positif TB Paru
tuberculosis lebih besar, selain itu tetap merokok dalam
bakteri tersebut akan aktif kembali kesehariannya. Sudah hal yang
dalam tubuh yang cenderung umum bahwa masyarakat
7
terjadi pada usia produktif. kecanduan untuk menghisap
Melihat kondisi saat penelitian tembakau, sehingga kebiasaan
sebagian besar responden dengan merokok sangat sulit untuk
usia produktif terpapar langsung dihentikan.
dengan lingkungan yang berisiko Pada responden
menimbulkan penyakit TB Paru perempuan yang positif TB Paru
seperti terpapar dengan debu di kemungkinan terpapar bakteri
lingkungan kerja, polusi dan mycobacterium tuberculosis
bertemu dengan banyak orang. didapatkan dari lingkungan sekitar
Sehingga responden pada usia yang memiliki sanitasi dan hygiene
produktif lebih mudah terserang yang kurang baik seperti menjadi
penyakit TB Paru karena aktivitas perokok pasif. Sebagai perokok
yang tinggi berpengaruh terhadap pasif dapat meningkatkan risiko
kemungkinan terpapar bakteri terinfeksi bakteri mycobacterium
mycobacterium tuberculosis. tuberculosis.
9

2. Jenis Kelamin 3. Pendidikan Terakhir


Pada laki-laki penyakit TB Tinggi rendahnya
Paru lebih tinggi, karena rokok dan pendidikan masyarakat dapat
minuman alkohol dapat berpengaruh dalam pengambilan
menurunkan sistem pertahanan keputusan responden seperti
tubuh. Sehingga wajar jika patuh untuk minum obat, patuh
perokok dan peminum beralkohol dalam melaksanakan hal-hal yang
sering disebut sebagai agen dari dapat mencegah penularan TB
8
penyakit TB Paru. Pada dan lain-lain. Tingkat pendidikan
kenyataannya, di lapangan
yang relatif rendah pada penderita
TBC paru menyebabkan mudahnya masuk ke dalam tubuh
keterbatasan informasi tentang responden.
gejala dan pengobatan TBC
10
paru. Mayoritas responden 5. Pendapatan
memiliki pendidikan Pendapatan merupakan
SMA/sederajat yang artinya penghasilan berupa uang yang
mayoritas responden dapat diterima atau dihasilkan oleh
dengan baik menerima segala anggota keluarga. Dalam
informasi mengenai TB Paru. Hal penelitian ini mayoritas responden
ini dapat dibuktikan dengan berpenghasilan dibawah UMR
perilaku mayoritas responden 94% dan responden yang
sudah baik dalam mengatasi berpenghasilan UMR atau diatas
penyakit TB Paru. Responden UMR hanya sedikit sebesar 6%.
dengan pendidikan SMA yang Pendapatan seseorang ditentukan
terkena penyakit TB Paru dapat dari pekerjaan yang dijalankan
dengan mudah mengubah pola oleh orang tersebut. Bila
pikirnya untuk hidup yang lebih seseorang tidak bekerja, maka
baik dengan meningkatkan derajat tidak ada pendapatan bagi dirinya
kesehatannya. Responden untuk memenuhi kebutuhan
dengan pendidikan SMA akan sandang dan pangan. Hal ini
lebih mudah untuk mengikuti dapat memicu penurunan
arahan dari petugas kesehatan kekebalan tubuh individu akibat
untuk setiap proses pengobatan tidak terpenuhi gizi secara optimal,
dan hal-hal yang harus dihindari sehingga dapat meningkatkan
untuk mencegah penularan risiko individu terkena TB Paru
penyakit TB Paru. atau memperparah kondisi
penderita TB Paru. Hal ini sejalan
4. Pekerjaan dengan penelitian yang dilakukan
Mayoritas responden yang Suryo, J (2008) yang menyatakan
bekerja sebagai buruh memiliki bahwa pendapatan keluarga yang
mobilitas yang tinggi. Pekerjaan akan mempunyai dampak
sebagai buruh biasanya sering terhadap pola hidup sehari-hari
berpindah-pindah lokasi atau dalam hal konsumsi makanan,
lingkungan kerja yang mana pemeliharaan kesehatan, dan
kondisi dilingkungan kerja juga mempengaruhi terhadap
dapat mempengaruhi kesehatan kepemilikan rumah (kontruksi
para responden. Apabila rumah). Kepala keluarga yang
lingkungan kerja responden mempunyai pendapatan dibawah
memiliki hygiene dan sanitasi yang UMR akan mengkonsumsi
buruk dapat membawa dampak makanan dengan kadar gizi yang
negatif bagi responden karena tidak sesuai dengan kebutuhan
lingkungan yang memiliki hygiene bagi setiap anggota keluarga
sanitasi buruk akan menjadi sehingga mempunyai status gizi
tempat perkembangbiakkan yang yang kurang dan akan
baik untuk bakteri. Terlebih lagi memudahkan untuk terkena
bila responden tidak menjaga penyakit infeksi diantaranya TBC
11
hygiene sanitasi dirinya sendiri, Paru.
maka bakteri yang ada pada
lingkungan dengan hygiene
sanitasi buruk dapat dengan
6. Pengetahuan 8. Ketersediaan Obat
Pengetahuan adalah suatu Responden yang positif
informasi yang dipahami dan terkena penyakit TB Paru akan
diketahui oleh responden bergantung pada obat-obatan
mengenai definisi TB Paru, efek selama 6 bulan secara rutin tanpa
samping, penyebab TB Paru, cara jeda. Ketersediaan obat bagi
penularan TB Paru, kebiasaan penderita TB Paru adalah wajib
memperburuk penderita TB Paru, untuk proses penyembuhan agar
tanda tanda menderita TB paru, penderita terbebas 100% dari
TB Paru dapat menular, bakteri mycobacterium
pencegahan penularan TB Paru, tuberculosis. Mayoritas responden
tindakan mencegah penularanTB dalam penelitian ini memiliki
Paru, dan tindakan yang dilakukan ketersediaan obat yang baik.
jika batuk selama satu bulan. Responden dan keluarga selalu
Pengetahuan adalah salah satu berusaha menyediakan obat
kunci yang penting untuk sesuai aturan dokter, sehingga
membangun perilaku individu responden tidak sampai kehabisan
12
kearah yang lebih baik. Dalam persediaan obat di rumah.
penelitian ini diketahui bahwa
sebagian besar responden 9. Aksesbilitas ke fasilitas kesehatan
memiliki pengetahuan yang baik Aksesbilitas merupakan
mengenai TB Paru yaitu sebesar ukuran kemudahan meliputi jarak,
62%. Hasil penelitian ini sejalan waktu, dan kondisi jalan dalam
dengan penelitian Sarmen dkk melakukan perpindahan antara
(2017) yang menunjukkan bahwa tempat atau kawasan dari sebuah
pengetahuan pasien TB Paru sistem. Aksesbilitas ke fasilitas
terhadap upaya pengendalian TB kesehatan dalam penelitian ini
Paru yang dilakukan di yaitu kemudahan pasien untuk
Puskesmas Sidomulyo Kota mendapatkan pelayanan
Pekanbaru cukup baik sebesar kesehatan dan pengobatan
13
51,6%. tersebut didapatkan di Puskesmas
atau Rumah Sakit Rujukan.
7. Sikap Berdasarkan dari hasil penelitian
Sikap yang terbentuk ini diketahui bahwa aksesbilitas ke
bergantung pada persepsi fasilitas kesehatan sulit untuk
seseorang dalam diakses sebanyak 58%. Hasil
menginterpretasikan sesuatu dan penelitian ini sejalan dengan
bertindak atas dasar hasil penelitian yang dilakukan oleh
interpretasi yang diciptakannya. Chairani dkk (2017) menyatakan
Salah satu faktor yang responden TB Paru di wilayah
mempengaruhi dalam Puskesmas Binanga Kabupaten
pembentukan sikap adalah Mamuju yang sulit mengakses
pengetahuan yang dimiliki fasilitas kesehatan sebanyak
seseorang, semakin tinggi tingkat 15
67,7% . Tingkat kesulitan dalam
pengetahuan yang dimiliki mengakses ke fasilitas kesehatan
seseorang akan memberi memiliki resiko yang lebih besar
kontribusi pada terbentuknya sikap dalam penularan TB Paru apabila
14
yang baik. dibandingkan dengan responden
yang memiliki kemudahan dalam
16
mengakses fasilitas kesehatan.
tidak saling pinjam alat mandi dan
10. Sarana Prasarana tidak menggunakan alat makan
Hasil penelitian bersamaan.Dukungan dari
menunjukkan bahwa sebagian keluarga yang baik dan positif
besar sarana prasarana pada adalah dengan berpartisipasi
responden dengan TB Paru penuh pada proses pengobatan
adalah cukup atau terpenuhi, yaitu dimana pencegahan penularan
sebesar 66%. Namun, terdapat termasuk didalamnya, hal-hal
salah satu aspek dimana sarana tersebut seperti: mengatur pola
prasarana masih kurang cukup makan yang sehat, istirahat cukup,
terpenuhi yaitu tempat tidur pribadi kebersihan diri dan lingkungan,
responden TB Paru dimana masih pengambilan obat-obatan dan
terdapat 62% responden TB Paru pendampingan keluarga
.20

tidak disediakan tempat tidur


pribadi. Hal ini sejalan dengan 12. Dukungan petugas kesehatan
penelitian Nugraini dkk (2015) Petugas kesehatan
yang menunjukkan bahwa sarana cenderung lebih banyak
dan prasarana yang digunakan melakukan upaya rehabilitatif
untuk menunjang dalam terhadap pasien. Upaya preventif
penemuan kasus, pengobatan, maupun promotif yang dilakukan
serta pencegahan penularan petugas kesehatan terhadap
penyakit TB Paru masihlah masyarakat luas masih terbilang
17
kurang. minim. Dukungan yang diberikan
Perilaku penderita dalam petugas kesehatan terhadap
penanganan serta pencegahan pasien TB Paru hanya mengenai
salah satunya dipengaruhi oleh hal-hal yang berkaitan untuk
faktor predisposisi yaitu sarana penyembuhan setelah terkena
dan prasarana yang mendukung penyakit TB Paru, tetapi hal-hal
atau yang memfasilitasi atau informasi mengenai
18
penderita. Dalam proses pengetahuan penyakit TB Paru
penyembuhan penyakit TB Paru tidak tersampaikan dengan
beberapa pihak terlibat yaitu salah baik.Upaya preventif dan promotif
satunya adalah keluarga sebagai dalam menangani penyebaran
PMO dimana ketersediaan sarana suatu penyakit adalah upaya yang
prasana juga menunjang peran mutlak untuk dilakukan.
19
serta dari PMO. Hal ini tidak Pengetahuan mengenai suatu
begitu menjadi kendala dilihat dari penyakit, dalam hal ini khususnya
hasil penelitian yang menunjukkan TB Paruharus disampaikan
sarana dan prasarana sudah dengan jelas kepada responden
cukup terpenuhi bagi penderita TB maupun masyarakat luas.
Paru di Klaten.
13. Dukungan Teman
11. Dukungan Keluarga Beberapa responden yaitu
Bentuk dari dukungan penderita TB Paru memilih untuk
keluarga yang dapat dilakukan tidak memberitahukan mengenai
dalam proses pencegahan penyakitnya kepada teman dan
penularan adalah dengan selalu lingkungan untuk menghindari
mengingatkan pasien untuk diskriminasi dari masyarakat
memakai masker, menyediakan sehingga dukungan teman
tempat tidur pribadi, menjadi PMO, menjadi kurang. Dukungan
emosional kepada penderita SIMPULAN DAN SARAN
berupa pemberian semangat dan Saran
kehadiran dari teman untuk 1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten
mendengarkan keluh kesah akan Klaten
memiliki dampak positif terhadap Perlu adanya perhatian dari Dinas
aspek kesehatan, psikologis, Kesehatan terhadap penderita TB
21
social serta pekerjaan. Paru di Kabupaten Klaten, melalui
pemberian informasi tentang
14. Perilaku Responden pencegahan penularan TB Paru
Terdapat 3 faktor yang baik secara langsung maupun
memengaruhi perilaku antara lain melalui media lain seperti leaflet
factor predisposisi (lingkungan, dan poster.
pengetahuan, sikap dan tindakan 2. Bagi Puskesmas
masyarakat), factor pemungkin Gambaran perilaku penderita TB
(keterjangkauan fasilitas Paru dapat dijadikan data dasar
pelayanan kesehatan masyarakat) mengenai berbagai faktor resiko
dan factor penguat (dukungan penyakit TB Paru yang dapat
lingkungan, tokoh masyarakat dan terjadi di wilayah kerja puskesmas.
22
petugas kesehatan). Perilaku Puskesmas diharapkan dapat
pencegahan TB Paru dapat membuat program untuk
diwujudkan dalam bentuk tindakan mencegah penularan TB Paru
keseharian penderita dalam seperti melakukan survey rumah
pencegahannya.Hasil penelitian sehat secara rutin, melakukan
menunjukkan perilaku yang baik pengecekan kesehatan bagi
pada beberapa item dan juga masyarakat yang memiliki faktor
terdapat beberapa item dengan resiko tertular TB Paru dan
perilaku yang kurang baik. melakukan penyuluhan tentang
Perilaku responden yang pencegahan penularan TB Paru
baik dalam 3 hal yaitu membuka kepada masyarakat.
pintu setiap pagi, mencuci tangan 3. Bagi peneliti lain
dengan sabun, dan mencuci Bagi peneliti selanjutnya,
tangan dengan air mengalir diharapkan peneliti lain dapat
merupakan suatu kebiasaan mengembangkan kembali
masyarakat yang sudah melekat penelitian terkait TB Paru. Selain
baik sebelum responden itu, lingkup penelitian ini hanya
menderita TB Paru, sehingga saat terbatas pada tiga wilayah kerja
responden menderita TB Paru, puskesmas Kabupaten Klaten,
perilaku itu masih tetap dilakukan. sehingga diharapkan peneliti lain
Selain itu, hampir seluruh dapat memperluas lingkup
responden menyadari bahwa penelitian perilaku pencegahan
sirkulasi udara dalam penularan TB Paru.
ruangan/kamar responden juga 4. Bagi penderita TB Paru
sangat berpengaruh terhadap Penderita TB Paru diharapkan
penularan TB Paru, maka hampir dapat meningkatkan kesadaran
seluruh responden membuka untuk mengubah gaya hidupnya
jendela kamar setiap pagi dan menjadi lebih sehat dan penderita
telah memiliki ventilasi pada diharapkan dapat menjaga dan
kamar. menerapkan perilaku hidup bersih
dan sehat di lingkungan sekitarnya
untuk mencegah penularan
penyakit TB Paru. Penderita TB Keperawatan. Jakarta:
Paru juga diharapkan dapat Salemba Medika; 2009.
konsisten dalam menjalani proses 13. Sarmen RD, Hajar S, Suyanto.
pengobatan agar penderita TB Gambaran Pengetahuan Dan
Paru dapat sembuh total. Sikap Pasien TB Paru
TerhadapUpaya Pengendalian
DAFTAR PUSTAKA TB di Puskesmas Sidomulyo
1. World Health Organization. Kota Pekanbaru. Jom FK.
Global Tuberculosis Report 2017;4(1).
2015. Switzerland; 2016. 14. Astuti S. Hubungan Tingkat
2. World Health Organization. Pengetahuan dan Sikap
Global Tuberculosis Report Masyarakat Terhadap Upaya
2017. Jenewa; 2015. Pencegahan Penyakit
3. Sekretariat Jendral Kemenkes Tuberkulosis di RW 04
RI. Profil Kesehatan Indonesia Kelurahan Lagoa Utara. 2013.
2015. Jakarta; 2016. 15. Chairani M, Mariana D. Faktor
4. RI Kemenkes. Petunjuk Teknis Risiko Kejadian Tuberkulosis
Manajemen TB. Jakarta; 2016. Paru di Wilayah Kerja
5. Klaten DKK. Data Kasus TB Puskesmas Binanga
Paru Tahun 2014-2017 Kabupaten Mamuju. J Penelit
Kabupaten Klaten. Klaten; Kesehat Suara Forikes.
2017. 2017;8(3):140-145.
6. Paul et all. Knowledge and 16. Rukmini D. Faktor-Faktor Yang
attitude of key community Berpengaruh Terhadap
members towards tuberculosis. Kejadian TB Paru Dewasa di
BMC Public Heatlh. 2015:5. Indonesia (Analisis Data Riset
7. Andayani S, Astuti Y. Prediksi Kesehatan Dasar Tahun 2010).
Kejadian Penyakit Tuberkulosis Bul Penelit Sist Kesehat. 2011.
Paru Berdasarkan Usia di 17. Nugraini K, Cahyati W, Farida
Kabupaten Ponorogo Tahun E. Evaluasi Input Capaian Case
2016-2020. Indones J Heal Sci. Detection Rate (CDR) Tb Paru
2017;1(2):29-33. Dalam Program
8. Naga S. Buku Panduan Penanggulangan Penyakit Tb
Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Paru (P2TB) Puskesmas Tahun
Jogjakarta: Diva Press; 2012. 2012 (Studi Kualitatif Di Kota
9. Kolappan, Subramani. Semarang). Unner J Public
Association between biomas Heal. 2015;4(2):143-152.
fuel and pulmonary 18. Notoatmodjo S. Promosi
tuberculosis : a nested case Kesehatan Teori Dan Aplikasi.
control study. Tuberc Res Cent. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
2009;64. 19. Maria C, Sukartiningsih, Laka
10. Departemen K. Pedoman Y, Gunawan Y. Pengalaman
Penanggulangan Tuberkulosis. Keluarga Sebagai PMO dalam
Jakarta; 2009. Pengobatan TB di Puskesmas
11. Suryo J. Herbal Penyembuh Nggoa Kabupaten Sumba
Gangguan Pernafasan. PT Timur. J Kesehat Prim.
Bentang Pustaka; 2010. 2016;1(1):16-27.
12. Effendy F dan M. Keparawatan 20. Septia A, Rahmalia S, Sabrian
Kesehatan Komunitas Teori F. Hubungan Dukungan
Dan Praktik Dalam Keluarga Dengan Kepatuhan
Minum Obat Pada Penderita Tb
Paru. Jom PSIK. 2014;1(2):1-
10.
21. Nurbani, Farah. Dukungan
Sosial Pada ODHA. e-journal
Univ Gunadarma. 2006.
22. Notoatmodjo S. Ilmu Kesehatan
Masyarakat: Ilmu & Seni.
Jakarta: Rineka Cipta; 2011.

500
5005

Anda mungkin juga menyukai