Anda di halaman 1dari 17

UNTAD

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN MELALUI MEDIA


CERAMAH TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP
MASYARAKAT MENGENAI PERNIKAHAN DINI
DI KAMPUNG LERE PALU

NASKAH PUBLIKASI

NILOVAR AMIR ADNAN


N 101 18 065

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU

JANUARI 2022
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN MELALUI MEDIA


CERAMAH TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP
MASYARAKAT MENGENAI PERNIKAHAN DINI
DI KAMPUNG LERE PALU

Yang diajukan oleh :

Nilovar Amir Adnan


N 101 18 065

Telah disetujui oleh :

Pembimbing Skripsi

dr. I Putu Fery Immanuel White, Sp.OG Tanggal Januari 2022


NIP. 198409302018031001
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN MELALUI MEDIA
CERAMAH TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT
MENGENAI PERNIKAHAN DINI DI KAMPUNG LERE PALU
Nilovar Amir Adnan* I Putu Fery Immanuel White **
* Mahasiswa Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Tadulako
**Dosen Departemen Obstetri Dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas
Tadulako
ABSTRAK
Pendahuluan: Pernikahan dini ialah pernikahan pada remaja dibawah usia 20
tahun yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan.
Ketidakamanan kehidupan hunian sementara, kelaparan dan kemiskinan ekstrem
mendorong orang tua untuk menikahkan anak perempuan mereka di usia muda
dengan harapan melindungi mereka dari bahaya. Penyuluhan kesehatan
merupakan salah satu bentuk pencegahan terhadap masyarakat untuk tidak
melakukan pernikahan dini akibat dampak dari bencana alam. Melalui penyuluhan
kesehatan dengan metode ceramah di kawasan kampung Lere diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan dan sikap masyarakat serta menjadi garda terdepan
untuk tidak mendukung terjadinya pernikahan dini.

Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan melalui media


ceramah terhadap pengetahuan dan sikap masyarakat mengenai pernikahan dini.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode Quasi eksperimen dengan


rancangan Pre Test Post Test Control Group Design. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah simple random sampling dengan jumlah sampel
penelitian yaitu 70 orang yang dibagi dalam dua kelompok yakni kontrol dan
eksperimen. Uji komparatif dua kelompok dilakukan dengan menggunakan uji
Wilcoxon.

Hasil: Pada analisis data yang dilakukan kelompok kontrol memiliki pengetahuan
baik yaitu (31,4%) dan kelompok eksperimen yaitu (45,8%). Sementara itu,
kelompok kontrol memiliki sikap cukup yaitu (61,3%) dan kelompok eksperimen
yaitu (80,6%). Hasil uji komparatif antara Pre-test dan Post test dengan
pengetahuan didapatkan nilai p = 0,000. Pada uji komparatif Pre-test dan Post test
dengan sikap didapatkan nilai p = 0,012. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan antara dua kelompok yang diuji.

Kesimpulan: Ada pengaruh penyuluhan melalui media ceramah terhadap tingkat


pengetahuan dan sikap tentang pernikahan dini di kampung Lere Kecamatan Palu
Barat.

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Penyuluhan, Ceramah, Pernikahan Dini


THE EFFECT OF HEALTH COUNSELING THROUGH LECTURE MEDIA
ON COMMUNITY KNOWLEDGE AND ATTITUDE TOWARDS EARLY
MARRIAGE IN LERE PALU VILLAGE
Nilovar Amir Adnan* I Putu Fery Immanuel White**
* Medical Student, Medical Faculty, Tadulako University
**Lecturer of Obstetrics and Gynecology Department, Medical Faculty, Tadulako
University
ABSTRACT
Introduction: Early marriage is a marriage for teenagers under the age of 20
who should not be ready to get married. Adolescence is also a period that is
vulnerable to the risk of pregnancy due to early marriage (young age). Health
education is a form of prevention for the community not to have early marriage
which is considered quite efficient. Through health counseling with the lecture
method in the Lere village area, it is hoped that it can increase the knowledge and
attitudes of the community so that they can be at the forefront to prevent early
marriage.

Objective: To find out the effect of health education through lectures media on
communty knowledge and attitudes about early marriage.

Method: This research applied a quasi-experimental method with a Pre Test Post
Test control group design. The sampling technique used simple random sampling
with a total sample of 70 people who were divided into two groups, namely
control and experimental group. Comparative test of two groups was carried out
using the Wilcoxon test.

Results: The results of the Wilcoxon comparative test statistical analysis between
Pre-test and Post-test with knowledge obtained p value = 0.000. In the
comparative pre-test and post-test with attitude, the p value = 0.012. This shows
that there is a difference between the two groups tested.
Conclusion: There is an effect of counseling through lectures media on the level
of knowledge and attitudes about early marriage in Lere village, West Palu
district.

Keywords: Knowledge, Attitude, Counseling, Lecture, Early Marriage


PENDAHULUAN
Pernikahan dini ialah pernikahan pada remaja dibawah usia 20 tahun yang
seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan. Masa remaja juga
merupakan masa yang rentan resiko kehamilan karena pernikahan dini (usia
muda). Diantaranya adalah keguguran, persalinan prematur, berat badan lahir
rendah (BBLR), kelainan bawaan, mudah terjadi infeksi, anemia pada kehamilan,
keracunan kehamilan dan kematian. Dampak dari pernikahan dini yang dilakukan
remaja yakni akan mengalami tekanan psikis yang berakibat pada pernikahannya
maupun kepada anaknya jika kelak ia memiliki anak. Lebih jauh lagi, pernikahan
dini akan mempengaruhi kualitas keluarga dan berdampak langsung pada
rendahnya kesejahteraan keluarga.1
Dalam konteks pernikahan dini, Indonesia merupakan salah satu negara di
kawasan Asia Pasifik dengan prevalensi pernikahan anak yang tinggi.2 Menurut
Statistik Indonesia & UNICEF (2016) menunjukkan bahwa prevalensi pernikahan
dini mencapai 22,82% pada tahun 2015, sedikit turun dari 24,17% pada tahun
2013.3
Menurut Human Right Watch (2015) menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan angka pernikahan dini setelah banjir tahun 2010 di Pakistan dan
gempa bumi di Haiti. Di Bangladesh dan Somalia, pada saat kekurangan pangan
dan kekeringan, anak perempuan sering dianggap sebagai 'beban' bagi rumah
tangga yang harus dibebaskan.4 Selain faktor ekonomi, kesejahteraan anak
perempuan selama/setelah bencana juga merupakan faktor yang mendorong
keputusan keluarga tentang pernikahan dini. Bukti dari negara lain, termasuk
Uganda, Kenya dan Afghanistan menunjukkan bahwa ketidakamanan kehidupan
hunian sementara, kelaparan dan kemiskinan ekstrem mendorong orang tua untuk
menikahkan anak perempuan mereka di usia muda dengan harapan melindungi
mereka dari bahaya.6
Penelitian mengenai pernikahan dini sangat perlu untuk dibahas dan
dilakukannya penyuluhan kesehatan. Melalui penyuluhan kesehatan dengan
metode ceramah ini, peneliti berharap dengan dilakukannya penelitian kesehatan
pada kawasan kampung Lere dapat meningkatkan pengetahuan dan
mengharapkan masyarakat dapat menjadi garda terdepan untuk tidak mendukung
terjadinya pernikahan dini.

METODE
Penelitian ini menggunakan metode Quasi eksperimen dengan rancangan
Two Group Pre Test Post Test. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini a
dalah simple random sampling dengan jumlah sampel penelitian yaitu 70 orang ya
ng dibagi dalam dua kelompok yakni kontrol dan eksperimen. Uji komparatif dua
kelompok dilakukan dengan menggunakan uji Wilcoxon.

HASIL
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Dan Jenis Kelamin
Tabel 1 Karakteristik Responden

Karakteristik Jumlah Presentasi (%)


Usia
27-39 tahun 19 (27,1)
40-49 tahun 30 (42,9)
50-61 tahun 21 (30)
Mean 44,6
Jenis Kelamin
Perempuan 35 (50)
Laki-laki 35 (50)
N 70 (100)

Berdasarkan tabel 1 memperlihatkan bahwa responden yang berpartisipasi


dalam penelitian yaitu sebanyak 70 orang (100%) dengan rentang usia berkisar 27
sampai 61 tahun. Dilihat dari jenis kelamin, perempuan dan laki-laki memiliki
jumlah yang sama yaitu dengan presentasi (50%).
Analisis Data
Tabel 5 Deskripsi Data Kelompok Eksperimen
Nilai
Variabel Percobaan
Mean Min. Maks.
Pre-test 2,88 1 1
Pengetahuan
Post-test 3,62 4 5
Pre-test 16,61 7 13
Sikap
Post-test 17,13 23 23
(Data Primer, 2021).

Tabel 5 memperlihatkan bahwa hasil data kelompok eksperimen, terdapat


kesamaan nilai minimum dari variabel pengetahuan pada responden untuk pre-test
dan post-test; nilai maksimum dari variabel sikap pada responden untuk pre-test
dan post-test. Sementara itu, terdapat perbedaan nilai rata-rata (mean) variabel
pengetahuan pada kelompok eksperimen dimana pada nilai mean pre-test 2,88
sedangkan mean post-test 3,62; dan nilai minimum pre-test 1 sedangkan nilai
minimum post-test 5. Adapun pada variabel sikap dari kelompok eksperimen
terdapat perbedaan nilai rata-rata (mean) dimana pada mean pre-test 16,57 dan
mean post-test 16,80; serta nilai minimum pre-test 7 dan post-test memiliki
kesamaan yaitu 23.

Tabel 6 Deskripsi Data Kelompok Kontrol


Nilai
Variabel
Mean Min. Maks.

Pengetahuan 2,82 0 11

Sikap 15,8 4 22

(Data Primer, 2021).

Tabel 6 memperlihatkan bahwa hasil data kelompok kontrol menunjukkan


nilai rata-rata (mean) dari variabel pengetahuan pada kelompok kontrol yaitu 2,82;
nilai minimum 0; dan nilai maksimum 4. Adapun pada variabel sikap dari
kelompok kontrol menunjukkan nilai rata-rata (mean) yaitu 15,48; nilai minimum
11; dan nilai maksimum yaitu 22.

Tabel 7 Data Pre-Test Tingkat Pengetahuan Kelompok Eksperimen


Nilai
Frekuensi Persentase (%)
Pengetahuan
Baik 10 28,6%%
Cukup 12 34,3%
Kurang 13 37,1%
Jumlah 33 100%
(Data Primer, 2021).

Tabel 7 memperlihatkan bahwa distribusi responden berdasarkan hasil pre-


test pengetahuan dari kelompok eksperimen menunjukkan bahwa sebanyak 13
responden (37,1%) yang memiliki pengetahuan tentang pernikahan dini dalam
kategori yang kurang.

Tabel 8 Data Post-Test Tingkat Pengetahuan Kelompok Eksperimen


Nilai
Frekuensi Persentase (%)
Pengetahuan
Baik 16 45,8%
Cukup 18 51,4%
Kurang 1 2,8%
Jumlah 35 100%
(Data Primer, 2021).

Tabel 8 memperlihatkan bahwa distribusi responden berdasarkan hasil post-


test pengetahuan dari kelompok eksperimen menunjukkan bahwa sebanyak 16
responden (45,8%) memiliki tingkat pengetahuan tentang pernikahan dini dalam
kategori baik.
Tabel 9 Data Pre-Test Sikap Kelompok Eksperimen
Nilai
Frekuensi Persentase (%)
Sikap
Baik 3 9,7%
Cukup 19 61,3%
Kurang 9 29%
Jumlah 31 100%
(Data Primer, 2021).

Tabel 9 memperlihatkan bahwa distribusi responden berdasarkan hasil pre-


test sikap dari kelompok eksperimen menunjukkan bahwa sebanyak 19 responden
(61,3%) yang memiliki sikap tentang pernikahan dini dalam kategori yang cukup.

Tabel 10 Data Post-Test Sikap Kelompok Eksperimen


Nilai
Frekuensi Persentase (%)
Sikap
Baik 1 3,2%
Cukup 25 80,6%
Kurang 5 16,1%
Jumlah 31 100%
(Data Primer, 2021).

Tabel 10 memperlihatkan bahwa distribusi responden berdasarkan hasil


post-test sikap dari kelompok eksperimen sebagian besar menunjukkan bahwa
sebanyak 25 responden (80,6%) yang memiliki sikap tentang pernikahan dini
dalam kategori yang cukup.

Tabel 11 Data Tingkat Pengetahuan Kelompok Kontrol


Nilai
Frekuensi Persentase (%)
Pengetahuan
Baik 11 31,4%%
Cukup 9 25,7%
Kurang 15 42,9%
Jumlah 35 100%
(Data Primer, 2021).

Tabel 11 memperlihatkan bahwa distribusi responden berdasarkan hasil


pengetahuan dari kelompok kontrol sebagian besar menunjukkan bahwa sebanyak
15 responden (42,9%) yang memiliki pengetahuan dalam kategori yang kurang.

Tabel 12 Data Sikap Kelompok Kontrol


Nilai
Frekuensi Persentase (%)
Sikap
Baik 0 0
Cukup 19 61,3%
Kurang 12 38,7%
Jumlah 31 100%
(Data Primer, 2021).

Tabel 12 memperlihatkan bahwa distribusi responden berdasarkan hasil


sikap dari kelompok kontrol sebagian besar menunjukkan bahwa sebanyak 19
responden (61,3%) yang memiliki sikap dalam kategori yang cukup.

Tabel 13 Hasil Uji Hipotesis


Uji Wilcoxon Signed
Variabel Keterangan
Ranks Test
Ada
Pengetahuan
Sig. 0,000 perbedaan
Ada
Perilaku
Sig. 0,012 perbedaan
(Data Primer, 2021).

Tabel 13 memperlihatkan bahwa berdasarkan hasil analisis mengunakan uji


Wilcoxon diatas dapat dilihat bahwa nilai sig. adalah sebesar 0,000 < 0,05 yang
artinya terdapat perbedaan hasil dari pretest dan posttest pada pengetahuan. Hasil
ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan antara sebelum dan
setelah pemberian penyuluhan kesehatan tentang pernikahan dini pada warga
kampong Lere melalui media ceramah.
Sementara itu, hasil analisis mengunakan uji Wilcoxon juga dapat dilihat
bahwa nilai sig. 0,012 < 0,05 yang artinya terdapat perbedaan hasil dari pretest
dan posttest pada sikap. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sikap
antara sebelum dan setelah pemberian penyuluhan kesehatan tentang pernikahan
dini pada warga kampong Lere melalui media ceramah. kata lain H0 pada
penelitian ini ditolak dan H1 diterima.

PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan dengan memberikan penyuluhan menggunakan media
ceramah terkait pernikahan dini yang dilakukan secara langsung pada kelompok
eksperimen. Kemudian dilakukan pembagian kuesioner secara langsung.
Pembagian secara langsung dilakukan pada kelompok eksperimen sebanyak 35
orang dan pada kelompok kontrol sebanyak 35 orang pada untuk kuesioner
pengetahuan. Namun, pada kuesioner sikap yang mengisi secara lengkap pada
kelompok eksperimen sebanyak 31 orang dan pada kelompok kontrol sebanyak 31
orang. Responden pada penelitian ini adalah warga kampung Lere kecamatan Palu
Barat. Total responden yang mengisi kuesioner pada penelitian ini yaitu sebanyak
70 orang pada kuesioner tingkat pengetahuan, sedangkan pada kuesioner sikap
yang mengisi dengan lengkap hanya sebanyak 62 orang.
Upaya promotif dalam bidang kesehatan berperan dalam meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk dapat melakukan upaya-upaya kesehatan secara
mandiri melalui pendidikan kesehatan. Jadi upaya promotif pada hakekatnya
merupakan salah satu bentuk proses pembelajaran, karena upaya tersebut
bertujuan untuk merubah perilaku masyarakat menuju pola hidup sehat.
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan untuk
mengembangkan pengertian yang benar dan sikap positif dari individu atau
kelompok terhadap kesehatan dengan cara hidup sehat sebagai bagian dari cara
hidupnya sehari-hari atas kesadaran dan kemauan sendiri. Penyuluhan yang
dilakukan adalah dengan cara memberikan pesan, menanamkan keyakinan
sehingga masyarakat tidak hanya tahu, sadar dan mengerti, tetapi juga mau dan
bisa melakukan apa yang dianjurkan yang berhubungan dengan kesehatan.
Penyuluhan kesehatan dapat dilakukan di sekolah-sekolah dan dapat juga
dilakukan dilapangan.7
Pada analisis data yang dilakukan, distribusi responden hasil pre-test
tingkat pengetahuan dari kelompok eksperimen menunjukkan bahwa sebanyak 10
responden (28,6%) memiliki pengetahuan tentang pernikahan dini dalam kategori
baik. Sementara itu, terdapat 12 responden (34,3%) yang memiliki pengetahuan
tentang pernikahan dini dalam kategori yang cukup. Dan terdapat 13 responden
(37,1%) yang memiliki pengetahuan tentang pernikahan dini dalam kategori yang
kurang. Berdasarkan hasil post-test pengetahuan dari kelompok eksperimen
menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan responden yang terlibat dalam
penelitian ini berada pada kategori tinggi. Berdasarkan hasil pengetahuan dari
kelompok kontrol menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan dalam kategori yang kurang. Dengan demikian data tersebut
menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan responden yang terlibat
dalam penelitian ini pada kelompok eksperimen setelah post-test berada pada
kategori tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol.
Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu
usia. Usia dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, karena semakin
bertambahnya usia maka semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikir
seseorang sehingga pengetahuan yang diperoleh pun semakin baik. Faktor lainnya
yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang adalah tingkat pendidikan,
pengalaman, informasi, lingkungan budaya, dan sosial ekonomi. Berdasarkan
prinsip penyusunan media bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia
diterima atau ditangkap melalui panca indra. Semakin banyak indra yang
digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula
pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Untuk itu, media video yang
menstimulasi dua indra yaitu penglihatan dan pendengaran akan dapat
memberikan pengetahuan yang semakin jelas kepada sasaran.8
Keberhasilan penyuluhan kesehatan dalam upaya meningkatkan kesehatan,
tergantung pada media yang digunakan oleh penyuluh untuk menciptakan peran
serta masyarakat, dalam hal ini media yang digunakan yaitu media ceramah.
Media akan membantu dalam pendidikan kesehatan masyarakat, karena pesan-
pesan kesehatan dapat disampaikan secara lebih jelas sehingga sasaran
(masyarakat) akan menerima pesan tersebut dengan jelas dan tepat.7
Pada analisis bivariat, uji perbandingan menggunakan uji Wilcoxon Signed
Ranks Test menunjukkan nilai sig < 0,05 yang artinya terdapat perbedaan hasil
dari pretest dan posttest pada pengetahuan. Oleh karena itu, terdapat perubahan
pada tingkat pengetahuan warga kampung Lere kecamatan Palu Barat. Hasil
tersebut dapat dilihat dari analisis data uji wilcoxon yang menunjukkan bahwa
nilai sig. 0,000 < 0,05, dengan kata lain H0 pada penelitian ini ditolak dan Hα
diterima. Berdasarkan hal tersebut, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan hasil dari sebelum mendapatkan penyuluhan (pretest) dan setelah
dilakukan penyuluhan (posttest) dengan menggunakan media ceramah terhadap
pengetahuan tentang pernikahan dini di kampung Lere Kecamatan Palu Barat. Hal
tersebut dapat diasumsikan bahwa, penyuluhan tentang pernikahan dini yang
diberikan dapat tersampaikan dengan baik kepada subjek, sehingga terjadi
peningkatan kategori pengetahuan warga.
Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Hernowo dkk (2020) bahwa setelah diberikan pre-test responden kemudian
diberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan melalui dua metode. Kelompok
pertama diberikan pendidikan kesehatan dengan metode ceramah sedangkan
kelompok kedua menggunakan metode video. Pada hasil penelitian, diungkapkan
bahwa kedua metode efektif meningkatkan pengetahuan dengan perbedaan yang
tidak signifikan pada peningkatan pengetahuan antara kedua kelompok.9
Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Guspita
(2017) bahwa metode ceramah sangatlah efektif dilaksanakan sebagai metode
penyuluhan. Dalam penelitiannya, diketahui bahwa remaja yang mengikuti
penyuluhan kesehatan dengan tema HIV dan AIDS mengalami peningkatan
pengetahuan setelah mendapatkan penyuluhan dengan metode ceramah. Hal
tersebut dikarenakan remaja ini merasa lebih baik dan lebih percaya mendapatkan
penjelasan dari narasumber mengenai materi yang sedang disuluhkan. Mereka
dapat bertanya pula setelah dilakukan ceramah kesehatan tersebut.10
Peningkatan pengetahuan pada penelitian in terjadi karena penyuluhan
yang dilakukan dapat menarik perhatian sehingga menstimulasi lebih banyak
indra dan mampu memberikan hasil yang lebih optimal. Metode ceramah telah
dianggap sebagai metode yang baik dan dapat diterima dengan baik oleh sasaran.
Metode ini cocok untuk sasaran baik yang berpendidikan tinggi maupun
berpendidikan rendah. Selain itu, metode ceramah merupakan metode yang sudah
sering dan juga metode ini dapat dilakukan dengan jumlah peserta yang cukup
banyak.11 Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hernowo dkk
(2020) menjelaskan bahwa metode ceramah akan menjadi efektif saat digunakan
untuk pemberian intervensi dengan pendekatan kelompok. Keberhasilan dari
metode ceramah ditentukan oleh bagaimana penguasaan materi oleh penceramah.
Data dari penelitian yang telah dilakukan, metode ceramah terbukti
meningkatkan pengetahuan responden.9
Pada analisis data yang dilakukan. distribusi responden hasil pre-test dan
post-test sikap dari kelompok eksperimen menunjukkan bahwa 19 responden
(61,3%) dan 25 responden (80,6%) memiliki sikap tentang pernikahan dini dalam
kategori cukup. Begitupun dengan hasil sikap dari kelompok kontrol
menunjukkan bahwa sebanyak 19 responden (61,3%) memiliki sikap tentang
pernikahan dini dalam kategori cukup. Dengan demikian data tersebut
menunjukkan bahwa tingkat sikap dari seluruh responden yang terlibat dalam
penelitian ini berada pada kategori tinggi.
Ada dua faktor yang mempengaruhi sikap, yaitu faktor intrinsik individu
diantaranya kepribadian, intelegensi, bakat, minat, perasaan, serta kebutuhan dan
motivasi seseorang dan faktor ekstrinsik antara lain adalah faktor lingkungan,
pendidikan, ediologi, ekonomi, dan politik. Selain itu ada berbagai faktor yang
mempengaruhi pembentukan sikap diantaranya pengalaman pribadi, kebudayaan
orang lain, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama,
serta emosi dalam diri individu.11
Perbedaan dalam sikap ini terbentuk melalui pengalaman pribadi yang
terjadi secara tiba-tiba atau mengejutkan yang meninggalkan kesan paling
mendalam pada jiwa seseorang. Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang
terjadi berulang-ulang dan terus-menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap
ke dalam individu dan mempengaruhi terbentuknya sikap. Kemudian, dalam
pembentukan sikap pengaruh orang lain sangat berperan, misalnya dalam
kehidupan masyarakat yang hidup di pedesaan, mereka akan mengikuti apa yang
diberikan oleh tokoh masyarakat. Kebudayaan juga memiliki pengaruh yang besar
dan media masa elektronik maupun media cetak terhadap pembentukan opini dan
kepercayaan seseorang.11
Pada analisis bivariat, uji perbandingan mengunakan Wilcoxon Signed
Ranks Test dilihat bahwa nilai sig < 0,05 yang artinya terdapat perbedaan hasil
dari pretest dan posttest pada sikap. Oleh karena itu, terdapat perubahan sikap
pada warga kampung Lere Palu Barat. Hasil tersebut dapat dilihat dari analisis
data uji wilcoxon yang menunjukkan bahwa nilai sig. 0,012 < 0,05, dengan kata
lain H0 pada penelitian ini ditolak dan Hα diterima. Berdasarkan hal tersebut, hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil dari sebelum
mendapatkan penyuluhan (pretest) dan setelah dilakukan penyuluhan (post-test)
dengan menggunakan media ceramah terhadap sikap tentang pernikahan dini di
Kampung Lere Kecamatan Palu Barat.
Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Irfan
dan Harmawati (2018) bahwa hasil sikap remaja tentang pernikahan dini di
SMP Negeri 6 Mejene setelah dilakukan penyuluhan (post-test), diperoleh
responden dengan sikap kategori baik dan ada perbedaan antara sikap
remaja sebelum diberikan penyuluhan dengan setelah diberikan penyuluhan.12
Menurut Azwar (2013) sikap seseorang dipengaruhi oleh pengalaman
pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa,
lembaga pendidikan dan lembaga agama serta emosional. Pembentukan sikap
dipengaruhi oleh proses belajar, di mana belajar berarti berubah.12 Tujuan belajar
adalah menimbulkan perubahan disalah satu atau lebih ranah (bidang, domain)
yaitu ranah kognitif, afektif, psikomotor dan interaktif sesuai dengan tujuan
belajar. Sikap tidak berdiri sendiri tapi dapat terbentuk dari pengetahuan dan
pengalaman yang diperoleh seseorang dari luar. Perubahan sikap diperoleh
melalui proses belajar.Sikap diperoleh lewat pengalaman akan menimbulkan
pengaruh langsung terhadap perilaku. Pengaruh langsung tersebut lebih berupa
perilaku yang akan direalisasikan hanya apabila kondisi dan situasi yang
memungkinkan. Dalam interaksi ini individu membentuk pola sikap tertentu
terhadap objek psikologis yang dihadapinya.10
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, karena sampel
dari penelitian ini hanya berasal dari satu lokasi di Kota Palu Provinsi Sulawesi
Tengah, maka temuan ini tidak dapat digeneralisasikan ke masyarakat wilayah
lain yang memiliki karakteristik epidemiologi yang berbeda-beda. Kedua,
penelitian ini memiliki sampel yang relatif kecil dibandingkan penelitian lain
sehingga mungkin dapat menyebabkan hasil yang kurang baik. Adapun kelebihan
dari penelitian ini adalah tidak mempunyai batasan yang ketat terhadap pemilihan
sampel dan dapat mengontrol ancaman-ancaman validitas

KESIMPULAN
Ada pengaruh penyuluhan melalui media ceramah terhadap tingkat pengetahuan
dan sikap tentang pernikahan dini di kampung Lere Kecamatan Palu Barat.

DAFTAR PUSTAKA
1. Elprida, R. S., Nunung, N. Analisis Dampak Pernikahan Dini Terhadap
Psikologis Remaja. Jurnal Pekerjaan Sosial. 2020. 3(1):29-38.
2. Dewi, L. P. R. K., Dartanto, T.. Natural disasters and girls vulnerability: is
child marriage a coping strategy of economic shocks in Indonesia. An
International Interdisciplinary Journal for Research, Policy and Care. 2018.
14(1):1-12.
3. Badan Pusat Statistik dan UNICEF. Progress on pause : an analysis of child
marriage data in Indonesia. Jakarta:BPS;2016

4. Human Rights Watch.Marry before your house is swept away: Child marriage
in Bangladesh;2015. Retrieved from Human Right Watch
website:https://www.hrw.org/sites/default/files/report_pdf/bangladesh0615_w
eb.pdf

5. Plan International. Double Jeopardy: Adolescent Girls and


Disasters;2013.Retrieved from Plan International website: https://plan-
international.org/double-jeopardy-adolescent-girls-anddisaster’s

6. Kristianto, J., Maryani, Y., Setiawaty, N., Sofian, R. Smart dental box sebagai
media penyuluhan untuk peningkatan pengetahuan dan perilaku kesehatan gigi
mulut. Jurnal Kesehatan. 2020. 14(1).

7. Waryana, W., Sitasari, A., Febritasanti, D. W. Intervensi media video


berpengaruh pada pengetahuan dan sikap remaja putri dalam mencegah
kurang energi kronik. AcTion: Aceh Nutrition Journal. 2019. 4(1).

8. Hernowo, K. Y., Wulandari, I. S. M. Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa


Universitas Advent Indonesia Mengenai TBC Melalui Pendidikan Kesehatan
Dengan Metode Ceramah Dan Video. CHMK Nursing Scientific Journal.
2020. 4(3):296-302.

9. Guspita. Efektivitas Promosi Kesehatan Menggunakan Metode Ceramah


Tentang HIV/AIDS terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja di SMK Tritech
Informatika dan SMK Namira Tech Nusantara Medan Tahun 2016. Jurnal
Ilman. 2017. 33-40.

10. Notoadmojo, S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta;2014

11. Irfan., Harmawati. Pengaruh Penyuluhan terhadap Tingkat Pengetahuan dan


Sikap Remaja tentang Pernikahan Dini. J-HEST. 2018. 1(1);65-75.

12. Azwar, S. Sikap manusia: teori dan pengukurannya, edisi ke-1. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar;2013

Anda mungkin juga menyukai