Anda di halaman 1dari 6

Nama : Siti Nuraini

NIM : A2A022171

Tugas Biostatistik

 Penjelasan :
Sesuai dengan tabel yang ada pada jurnal tersebut dapat di jelaskan bahwa
tingkat pengetahuan sebelum diberikan edukasi. Berdasarkan tabel diatas didapatkan
bahwa sebagian besar (65 %) dari responden memiliki tingkat pengetahuan cukup.
Data tersebut didukung dengan data tabel diatas bahwa sebagian besar (65 %) dari
responden di Kelurahan Pojok Kota Kediri tahun 2021 berusia 41-60 tahun. Pada
kondisi diatas memberikan informasi tingkat pengetahuan masyarakat Kelurahan
Pojok Kota Kediri dalam kurun waktu tersebut berada pada tingkat pengetahuan
cukup. Sedangkan usia rata-rata responden di Kelurahan Pojok Kota Kediri tahun
2021 berada pada rentang usia 41 – 60 tahun atau dikenal dengan istilah pra lansia.
Sebagian besar (65%) atau sebanyak 13 responden sebelum diberikan
pendidikan kesehatan Covid-19 memiliki tingkat pengetahuan berada pada kategori
cukup. Hampir seluruhnya (80%) atau sebanyak 16 responden setelah diberikan
pendidikan kesehatan Covid-19 memiliki tingkat pengetahuan berada pada kategori
baik. Ada pengaruh pendidikan kesehatan Covid-19 Terhadap Tingkat pengetahuan
masyarakat di Kelurahan Pojok Kota Kediri tahun 2021.

 Komentar :
Saya sebagai mahasiswa menyatakan bahwa pengetahuan dan pendidikan
tentang kesehatan sangatlah penting, dengan adanya penelitian ini dan data responden
yang tercantum pada jurnal tersebut kita jadi tau bahwa ternyata di suatu daerah atau
bahkan di Indonesia masih krisis tentang pengetahuan kesehatan. Pada data responden
di tampilkan ternyata hanya sebanyak 13 responden yang mengetahui apa itu covid-19
sebelum di beri pendidikan kesehatan. Sehingga sebagai mahasiswa yang merupakan
generasi penerus bangsa perlu mengencarkan atau aktif memberikan pendidikan
kesehatan terutama di daerah terpencil dan lansia.
 Penjelasan : (Sofingi et al., 2018)
Dari Tabel 1.2 di atas menunjukkan bahwa untuk pengetahuan tentang gizi
sebelum pelatihan memiliki rerata 4.50 dan setelah pelatihan memiliki rerata 4.467.
Hal ini tidak menunjukkan peningkatan rerata. Hasil uji statistik yakni uji T tes
menunjukkan nilai p = 0.586 (p > 0.05) yang bermakna bahwa tidak ada perbedaan
rerata pengetahuan tentang gizi sebelum dengan setelah perlakuan. Sedangkan untuk
pengetahuan tentang kolaborasi sebelum pelatihan memiliki rerata 8.75 dan setelah
pelatihan memiliki rerata 10.67. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan rerata.
Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0.008 (p < 0.05) yang menunjukkan ada
perbedaan rerata pengetahuan tentang kolaborasi sebelum dengan setelah perlakuan
pada kelompok uji coba modul.
 Komentar :
Pendidikan kesehatan sangat penting untuk menunjang program-program
kesehatan yang lain. Pendidikan merupakan „behavioral investment‟ jangka panjang.
artinya pendidikan kesehatan baru dapat dilihat beberapa tahun kemudian. Dalam
waktu yang pendek (immediate impact) pendidikan kesehatan hanya menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat. Pengetahuan kesehatan akan
berpengaruh pada perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari
pendidikan kesehatan. Penelitian ini masih mempunyai berbagai keterbatasan yakni
jumlah informan yang juga sebagai responden belum mewakili seluruh profesi yang
bekerja di Puskesmas lokasi penelitian, sehingga hasilnya belum mampu
direpresentasikan sebagai hasil pada tingkat Puskesmas di Kabupaten Jeneponto.
 Penjelasan : (Vidya Anggraini et al., n.d.)
Hasil uji chi-square menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara pelayanan
kesehatan di tempat bersalin dengan pilihan tempat bersalin (p Value = 0.443; =
0.05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden menganggap
penting mendapatkan fasilitas kesehatan yang berkualitas di tempat bersalin, yakni
sebanyak 64 orang (51%) dan hanya sebanyak 1 orang (1%) yang menganggap faktor
fasilitas kesehatan di tempat bersalin sangat tidak penting dalam pemilihan tempat
bersalin. Selain itu, sebagian besar respoden lebih memilih fasilitas konsultasi
tambahan sebagai fasilitas kesehatan yang dipertimbangkan dalam pilihan tempat
bersalin, yaitu sebanyak 39 orang (31%).
 Komentar :
Dari 125 responden didapatkan bahwa 57 orang memilih rumah sakit sebagai
pilihan tempat bersalin, baik Rumah Sakit Ibu dan Anak, Rumah Sakit Anak dan
Bersalin, Rumah Sakit Bersalin, ataupun Rumah Sakit Umum dan 68 orang yang
memilih non rumah sakit, baik klinik bersalin, puskesmas, ataupun bersalin di rumah
dengan bidan. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan beberapa faktor yang
mempengaruhi Ibu memilih tempat bersalin dengan pemilihan tempat bersalin, yaitu
fasilitas kesehatan di tempat bersalin. Faktor-faktor yang tidak berhubungan dengan
pemilihan tempat bersalin diantaranya jarak tempat bersalin dengan rumah. Hal ini
disebabkan Ibu tidak terlalu mempermasalahkan jarak karena saat ini kendaraan
umum sudah banyak tersedia dan mudah didapatkan.
 Penjelasan : (Iklim et al., n.d.)
Grafik 3 didapatkan rata-rata kecepatan angin pertahun tahun 2010 – 2014
tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 5.2 knot, sedangkan rata-rata kecepatan
angin terendah terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 2.9 knot. Pada penelitian ini
didapatkan tidak ada hubungan antara kasus diare dengan iklim (suhu udara dan
kecepatan angin), hal ini tidak sesuai dengan Setiono, dkk, 1998, akibat suhu
meningkat akan menimbulkan penyakit menular seperti demam berdarah dengue dan
cholera. 4 Menurut penelitian secara time series dari kejadian diare di Pulau Fiji tahun
1978 – 1992 menyatakan secara statistik ada hubungan yang signifikan akibat
perubahan suhu bulan (diperkirakan kenaikan 3% dalam kejadian diare per
peningkatan suhu 10C. 3 Peneliti lain dengan studi time series yang dilakukan Alonso,
et al, terlihat pada tahun 1980 sampai 1990 telah terjadi peningkatan temperatur
sehingga musim kemarau bertambah panjang dan lama di Meksiko, hal ini telah
mengakibatkan kematian yang banyak dikarenakan diare.
 Komentar :
Penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain, data kasus diare yang
digunakan adalah data hasil rekapitulasi laporan Dinkes DKI Jakarta yang validitas
dan akurasinya bisa saja kurang terjamin karena belum tentu setiap Puskesmas
melaporkan kejadian secara rutin setiap bulan tersebut.
 Penjelasan :
Faktor risiko yang dominan menyebabkan kejadian ISPA pada balita di
Argodadi dan Argorejo yaitu adanya anggota keluarga yang merokok (58,3%), tidak
membuka jendela (62,5%), ibu memasak di dapur sambil mengasuh anak (54,2%),
membuang ludah sembarangan (100%), memasak menggunakan bahan bakar kayu
(62,5%), sedangkan kebiasaan membuka jendela pada pagi hari dan menutup mulut
waktu batuk begitu mempengaruhi. Kebiasaan merokok antara perokok dan bukan
perokok dalam keluarga berhubungan erat terhadap kejadian ISPA balita. kejadian
ISPA pada balita karena kebiasaan anggota keluarga yang merokok sebesar 58,3%.
 Komentar:
Penelitian menunjukkan faktor risiko lingkungan dan perilaku berhubungan
dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sedayu II. Diharapkan
masyarakat memperbaiki kondisi lingkungan rumah penderita agar intensitas
pencahayaan dan suhu rumah memenuhi syarat di Wilayah Kerja Puskesmas Sedayu
II Bantul Yogyakarta 166 kesehatan dan pihak puskesmas untuk merubah perilaku
masyarakat untuk menghindarkan dan mencegah kejadian ISPA pada masa yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2021). Update perkembangan covid-19, BNPB : Jakarta.

Ditjen PL Dirjen P2MPL. 2003. Prosedur Kerja Surveilans Faktor Risiko Penyakit Menular Dalam
Intensifikasi Pemberantasan Penyakit Menular Terpadu Berbasis Wilayah: Khusus Faktor
Risiko Lingkungan dan Perilaku Penyakit ISPA, Malaria, TBC, Campak, Difteri, Pertusis
Tetanus, Polio dan Hepatitis B. Departemen Kesehatan RI. Jakarta
Sofingi, I., Program Doktor Fakultas Kesehatan Masyarakat UNHAS Makassar, M., Keperawatan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar, D., Togo-togo Kabupaten Jeneponto, P.,
Kesehatan Kabupaten Jeneponto, D., & Binamu Kota Kabupaten Jeneponto, P. (2018). PENGARUH
PELATIHAN TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG GIZI BURUK DAN INTER-PROFESSIONAL
COLLABORATION PETUGAS PUSKESMAS. 11. https://doi.org/10.24252/jkesehatan.v11i1.5030
Vidya Anggraini, N., Apriyanti, E., Nia Agustian, A., Fathmanda, M., Keperawatan Fatmawati, A., PPNI
Jawa Barat, Stik., & Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, U. (n.d.). Pelayanan dan fasilitas
kesehatan, biaya persalinan, dan kebijakan di tempat bersalin mempengaruhi ibu dalam memilih
tempat bersalin di Kelurahan Kemiri Muka, Kecamatan Beji, Depok Kontak. Journal of Health,
Education and Literacy (J-Healt. https://doi.org/10.15294/kemas.v14i3.1562

Link jurnal:
https://jurnal.stikesbethesda.ac.id/index.php/jurnalkesehatan/article/download/
243/183/1648
https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/kesehatan/article/download/5030/5181/
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK/article/download/1556/1355
https://ojs.unsulbar.ac.id/index.php/j-healt/article/download/607/340/
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/download/2823/2879

Anda mungkin juga menyukai