Anda di halaman 1dari 9

AKHLAK

DALAM
KELUARGA
KELOMPOK 8 :
 Raafi Akbar Putra Purnomo
( 2003020027)
 Riski Setiawan
( 2003020014)
Urgensi Keluarga Dalam Hidup
Manusia
Secara sosiologis keluarga merupakan golongan masyarakat terkecil yang terdiri atas suami-istri-anak. Pengertian
demikian mengandung dimensi hubungan darah dan juga hubungan sosial. Dalan hubungan darah keluarga bisa dibedakan
menjadi keluarga besar dan keluarga inti, sedangkan dalam dimensi sosial keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang
diikat oleh saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi, sekalipun antara satu dengan lainnya tidak
terdapat hubungan darah.
Dalam suatu keluarga keutuhan sangat diharapkan oleh seorang anak, saling membutuhkan, saling membantu, dan lain-
lain, dapat mengembangkan potensi diri, dan kepercayaan pada diri anak. Dengan demikian diharapkan upaya orang tua
untuk membantu anak menginternalisasi nilai-nilai moral dapat terwujud dengan baik.
Sentralisasi nilai-nilai agama dalam proses internalisasi pendidikan agama pada anak mutlak dijadikan sebagai sumber
pertama dan sandaran utama dalam mengartikulasikan nilai-nilai moral agama yang dijabarkan dalam kehidupan
kesehariannya. Nilai-nilai agama sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan keluarga keluarga, agama yang
ditanamkan oleh orang tua sejak kecil kepada anak akan membawa dampak besar dimasa dewasanya, karena nilai-nilai
agama yang diberikan mencerminkan disiplin diri yang bernuansa agamis.
AKHLAK SUAMI ISTRI
a.Menempatkan kepribadian sebagai
suami/istri (Istri berpakaian untuk suami dan
sebaliknya)
b. Jangan menabur benih keraguan/kecurigaan
c. Menjaga hubungan dengan pihak lain
 Hak dan kewajiban Suami Istri dalam
islam:
- Suami istri hendaknya saling
menumbuhkan suasana mawwadah dan
warahmah (Ar-Rum:21)
- Hendaknya saling mempercayai dan
memahami sifat masing-masing (An-
Nisa:19, Al-Hujurat:10)
- Hendaknya menghiasi dengan pergaulan
yang harmonis (An-Nisa:19)
AKHLAK ORANG TUA
TERHADAP ANAK

Dalam ajaran Islam diatur bagaimana hubungan antara anak serta hak dan Julykewajiban masing-
masing. Orang tua harus mengikat hubungan yang harmonis dan penuh kasih sayang dengan
anak-anaknya. Sebaik-baik orang tua adalah orang tua yang e mampu
wed membuatthu anaknya
fri sat sun
menjadi generasi rabbani, yang memiliki akhlak dan adab seperti Rasulullah SAW. Poin yang
1 2 3 4 5
terpenting adalah teladan dari orang tuanya. .Keberhasilan anak bukan karena guru, tapi
dengan orang tuanya. Anak berprestasi bukan karena gurunya, tapi karena orang tuanya sudah
mencetak generasi yang seperti itu. Allah Swt berfirman 6 7dalam Al-Qur’an
8 9 Surat An-Nisa
10 11
:9: 12
‫شوـخـلشيكقـوـكـلوـاا شـقخوةل شـسيِذدـنـيةدا‬ ‫ضـععـةفا شـخاكـفـواا شـعشلخي ِيذـهخم شـفخلشيلتكقـواا ٱلـلش‬
‫يــمـخن شـخخليِذف ِيذـهخم كـذررـلـنيةة ِ ذيـــ‬‫ـلخو شتـشـرـكـكواا ِ ذـ‬13
‫لـليِذذـنـيشن ش‬14
‫لشيخخشش ٱ‬
15 ‫“ شوـخـ‬Dan
16 hendaklah
17 takut 18 19
(kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di
belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)-nya. 21 21 Oleh 22 sebab23 itu, 24 25
20
hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata
yang benar”. (QS. An-Nisa’:9) Ayat di atas mengisyaratkan kepada orang tua agar tidak
26 27 28 29 30 31
meninggalkan anak dalam keadaan lemah. Lemah dalam hal ini adalah lemah dalam segala
aspek kehidupan, seperti lemah mental, psikis, pendidikan, ekonomi terutama lemah iman
(spiritual). Anak yang lemah iman akan menjadi generasi tanpa kepribadian. Jadi, semua
orang tua harus memperhatikan semua aspek perkembangan anak, baik dari segi
Ada beberapa langkah yang dapat dilaksanakan oleh orang
tua dalam peranannya
mendidik anak, antara lain :

1. Orang tua sebagai 2. Orang tua sebagai 3. Orang tua sebagai


panutan. motivator anak. cermin utama anak.

4. Orang tua sebagai


fasilitator anak.
AKHLAK
ANAK
TERHADAP
ORANG TUA

a. Kewajiban c. Berkata
kepada ibu b. Berbuat baik halus dan
kepada ibu dan ayah mulia kepada
ibu dan ayah
Membangun Keluarga
Sakinah

a. Memilih Kriteria Calon Suami atau Istri dengan Tepat


Agar terciptanya keluarga yang sakinah, maka dalam
menentukan kriteria suami maupun istri haruslah tepat.
Rasul Allâh SAW bersabda, “Perempuan dinikahi karena empat
faktor: Pertama, karena harta; Kedua, karena kecantikan;
Ketiga, kedudukan; dan Keempat, karena agamanya. Maka
hendaklah engkau pilih yang taat beragama, engkau pasti
bahagia.”
b. Dalam keluarga Harus Ada Mawaddah dan Rahmah.
Mawaddah adalah jenis cinta membara, yang menggebu-gebu
dan “nggemesi”, sedangkan rahmah adalah jenis cinta yang
lembut, siap berkorban dan siap melindungi kepada yang
dicintai. Rasa damai dan tenteram hanya dicapai dengan saling
mencintai. Maka rumah tangga muslim punya ciri khusus,
yakni bersih lahir baathin, tenteram, damai dan penuh hiasan
ibadah. Firman Allah SWT Surat Ar-Rum : 21 yang artinya :
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia
menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya
kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tandatanda bagi kaum yang berfikir”
c. Saling Menghargai Seorang suami atau istri hendaklah saling
menghargai:  Perkataan dan perasaan masingmasing  Bakat
dan keinginan masing-masing  Menghargai keluarga masing-
masing. Sikap saling menghargai adalah sebuah jembatan
menuju terkaitnya perasaan suami-istri.
Larangan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Al-Qur'an mengatakan bahwa hubungan itu didasarkan pada ketentraman, cinta tanpa syarat, kelembutan, perlindungan, dukungan, kedamaian,
kebaikan, kenyamanan, keadilan, dan belas kasih.
Kekerasan terhadap seorang perempuan juga dilarang karena bertentangan dengan hukum Islam, khususnya tentang kehidupan dan akal, dan perintah
Al-Qur'an tentang kebenaran dan perlakuan baik.
Kekerasan dalam rumah tangga dilihat dengan konsep kerugian (darar) dalam hukum Islam.
Ini termasuk kegagalan suami untuk memberikan kewajiban keuangan (nafkah) untuk istrinya, tidak hadirnya suami dalam waktu lama,
ketidakmampuan suami untuk memenuhi kebutuhan seksual istrinya, atau perlakuan sewenang-wenang anggota keluarga terhadap istri.
Hukum Islam tidak melegalkan kekerasan terhadap istri. Pemukulan terhadap istri yang berbuat nusyuz sebagaimana termuat dalam Q.S. al-Nisa‘ [4]:
34
“Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain
(perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang saleh adalah mereka
yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka).
Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur
(pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk
menyusahkannya. Sungguh, Allah Mahatinggi, Mahabesar.”

hendaknya dimaknai sebagai tindakan untuk memberi pelajaran, bukan untuk menyakiti bahkan berbuat kekerasan. Pemukulan yang dilakukan dalam
kasus nusyuz pada dasarnya tidak boleh melukai. Sementara tindakan suami yang memukul istri hingga luka atau kekerasan suami terhadap istri
dapat dinyatakan sebagai nusyuz suami terhadap istri. Sedangkan dalam hukum positif KDRT haruslah dihapus, terbukti dengan adanya UU
Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai