Arrafi Insani, Atika Salsabila, Ayu Dinda Agustri, Intan Permata Sari, Lili Surya Pratiwi
Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara
ABSTRAK
Tuberkulosis menepati 10 penyebab kematian tertinggi di dunia dan hingga saat ini masih
menjadi prioritas masalah kesehatan di dunia. Indonesia masuk kedalam negara dengan kategori
HBC (high burden countirries dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 40/100.000 penduduk.
Pelaksanaan surveilans menjadi salah satu cara dalam mencegah dan mengurangi tingginya
kasus TB di masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui managemen surveilans
TB Paru di Puskesmas Sentosa Baru Medan Perjuangan. Penelitian ini merupakan studi kualitatif
yang dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2021. Lokasi penelitian di Puskesmas Sentosa Baru
Medan Perjuangan. Pengumpulan data primer menggunakan wawancara mendalam, dan data
sekunder menggunakan studi dokumen. Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber. Hasil
penelitian yang didapat dari faktor input menunjukkan bahwa masih kurangnya tenaga kader
dalam penemuan kasus TB Paru serta tidak terdapatnya alat transportasi yang mendukung
pelaksanaan surveilans. Proses surveilans dalam penemuan kasus TB Paru dilakukan baik secara
aktif maupun pasif, adapun angka CDR surveilans TB Paru masih sangat jauh dari target yang
diinginkan. Hasil output dari surveilans berupa pelaporan yang dilakukan kepada pemerintah
pusat, provinsi dan kota baik secara online maupun offline. Pihak puskesmas beserta tim
suveilans diharapkan dapat memaksimalkan penemuan kasus dengan menambah jumlah tenaga
kader untuk membantu menjaring kasus dilapangan serta melakukan pengadaan alat transportasi
demi mendukung kegiatan surveilans agar dapat berjalan secara efektif dan efisien.
PENDAHULUAN
HASIL
Mencukupi Tidak
Mencukupi
Petugas Pelaksana
1 Tenaga Dokter 2 2 √ -
Umum
2 Petugas Surveilans ( 1 1 √ -
S1 Kesehatan
Masyarakat)
3 Analis Kesehatan 2 1 √ -
JPG, Kepala Puskesmas Ada dokter untuk penentuan diagnose dan skrining, petugas TB
untuk merangkap sebagai pengelola program dan penemuan
kasus, analisis kesehatan juga ada untuk memeriksakan sputum
ya, perawat untuk injeksi TB MDR, ada juga bagian administrasi
untuk menginput pelaporan dan pencatatan, sudah cukup lah
menurut saya
SL, Petugas Surveilans Sudah tercukupi,sampai saat ini tercover dengan baik karena
sudah dibantu dengan kader. Dan untuk penemuan kasus
dilapangan kader lebih tau dan bisa mengedukasi seperti minum
obat atau memantau minum obat teratur
N, Pemegang Program Saya sendiri (perawat) dan juga analis, dua orang, biasanya
dokter juga ikut akan tetapi sedang sibuk melakukan vaksinasi,
sebenarnya yang khusus ngelakuin surveilan TB ini gak ada,
soalnya satu petugas surveilan ini mencakup semua
Y, Kader Penemuan Kasus Kurang lah saya rasa, karena saya sendiri, dulu ada beberapa
TB orang kader tetapi mereka takut karena ini kah berhubungan
langsung sama orang sakit jadi mereka gak jadi kader lagi
tinggal saya, seharusnya tiap desa ada kadernya tapi ini saya
sendiri.
Berdasarkan Matrik 1 yang diperoleh dari informan yang menyakan sumber daya
hasil wawancara mendalam dengan masih kurang terutama sumber daya dalam
informan menunjukkan bahwa menurut penemuan dan jejaring kasus TB.
informan sudah cukup namun terdapat
b Sumber Dana Puskesmas Sentosa Baru Medan
Perjuangan Tahun 2021
Matrik 2. Ketersediaan Sumber Dana
Pada Pelaksanaan Program TB di
Nama Informan Pernyataan
JPG, Kepala Puskesmas Saya pikir dukungan pemerintah sudah cukup baik, selama ini
sumber pendanaan ditanggung oleh pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.
RJ, Kepala Administrasi Kalau dari segi dana dari sebelum pandemi sampai pandemi itu
tidak berpengaruh sama sekali, karena dana tersebut dari pusat
dimana dana tersebut termasuk kedalam dana obat-obatan. Jadi
mereka gadak imbasnya dari pandemi ini, dimana soal
pembiayaan maupun dana tidak terganggu karna adanya covid
ini.
N, Pemegang Program Dukungan pemerintah sudah cukup, kami dana dari APBD ada,
dari organisasi swasta juga ada
Berdasarkan Tabel 3 didapat hasil studi prasaran yang tidak mencukupi atau tidak
dokumen ditemukan beberapa sarana terdapat pada Puskesmas Sentosa Baru
pendukung dalam keadaan yang tercukupi. Medan Perjuangan yaitu alat transportasi.
Di antaranya sarana teknologi seperti
Matrik 3. Ketersediaan Sarana dan
perangkat komputer dan program aplikasi,
Prasarana Pada Pelaksanaan Program
serta sarana pelaksanaan di lapangan seperti
TB di Puskesmas Sentosa Baru Medan
pedoman pelaksana. Adapun sarana dan
Perjuangan Tahun 2021
JPG, Kepala Puskesmas Sarana dan prasarana sudah lengkap, kita punya komputer,
laboratorium, alat komunikasi, pedoman pelaksana, sama
transportasi
N, Pemegang Program Komputer, alat komunikasi, dan pedoman pelaksana sudah ada,
tapi kalau untuk kendaraan kita masih pakai punya sendiri,
punya petugas nya milik pribadi lah
JPG, Kepala Puskesmas Ada pastinya hubungan kerja sama dengan lintas sektor, dengan
kecamatan, kelurahan, Rumah Sakit Haji Medan (untuk
pemeriksaan sampel lebih lanjut) , sama dengan Dinas
Kesehatan Kab/Kota dan Provinsi yang pastinya sudah tentu
hubungan kerja sama secara otomatis.
N, Pemegang Program Ada, lintas sektor dari kelurahan ada, dari kepling ada, rumah
sakit juga ada unuk rujukan rumah sakit
Berdasarkan Matrik 4 yang diperoleh dari yang ada di Kecamatan Medan Perjuangan
hasil wawancara mendalam dengan serta Rumah Sakit Haji untuk pemeriksaan
informan menyatakan bahwa Puskesmas spesimen.
Sentosa Baru Medan Perjuangan melakukan
2 PROSES
kerja sama dengan lintas sektor. Adapun
sektor yang bekerja sama dengan Puskesmas a Pengumpulan Data
Sentosa Baru Medan Perjuangan yaitu Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, Dinas
Kesehatan Kota Medan, dengan kelurahan
Matrik 5. Metode Pelaksanaan Surveilans Perjuangan
di Puskesmas Sentosa Baru Medan
Nama Informan Pernyataan
JPG, Kepala Puskesmas Keduanya, akan tetapi aktif lebih difokuskan, karena
melacak langsung ke lapangan dengan melibatkan kader,
istilahnya penemuan/pelacakan kasus. Kader terlebih dulu
turun kemudian konfirmasi ke petugas TB untuk selanjutnya
petugas TB turun ke lapangan dan didampingi kader.
ND, Pemegang Program TB Aktif dan pasif, akan tetapi lebih difokuskan ke aktif
YT, Kader TB Ya, tentang pengertian apa itu penyakit TB, gejalanya,cara
pengobatannya, bagaimana mengahadapi orang yang terkena
TB, cara buat pelaporan, dan bagai mana cara mengahadapi
masyarakat di lapangan.
ND, Pemegang Program TB iya, tapi biasanya hanya untuk pihak keluarga aja, meskipun
begitu kadang dilakukan juga massal yang biasanya 2 bulan
sekali. Akan tetapi, selama pandemic hal ini tentu tidak boleh.
ND, Pemegang Program TB Biasanya banyak yang memeriksa, akan tetapi semenjak
pandemi menurun mungkin mereka pada takut untuk di
bilang COVID-19, dikarenakan masih kurang kesadaran.
SL, Petugas Surveilans Hambatannya,masyarakat jadi lebih takut dan apabila batuk
mereka takut untuk berobat karena takut positif COVID-19,
padalah mereka TB
YT, Kader TB Ada, menyulitkan karna masyarakat jadi takut untuk periksa
karena takut di bilang COVID-19 dan saya menjadi kurang
turun kelapangan. Sulit untuk di follow-up
JPG, Kepala Puskesmas Dilakukan oleh tenaga administrasi dan setiap bulan
dilakukan pelaporan secara online ke Kementerian Kesehatan
RI dan Dinas Kesehatan Provinsi serta dilakukan pelaporan
secara manual ke Dinas Kesehatan Kota Medan
ND, Pemegang Program TB laporan dilakukan setiap bulanya, dan dilakukan secara
online langsung ke Kemenkes, yang dinas kota nya bisa
langsung ngintip dari data yang kami kirim.
b Penemuan Kasus
Hasil wawancara menunjukan bahwa
pelaksanaan pelaporan biasanya dilakukan Tabel 4. Cakupan Penemuan Pasien Baru
sebulan sekali secara online ke Kemenkes TB BTA positif (CDR) di Puskesmas
Provinsi serta Dinas Kesehatan Kota Medan Sentosa Baru Medan Perjuangan
yang meliputi jumlah pasien yang dirawat di
fasilitas puskesmas.
2019 - -
2018 50 75
2017 48 75
2016 57.42 75
Hasil studi dokumen mengenai penemuan sedangkan target yang diinginkan adalah
suspek TB pada SP2TP Puskesmas Sentosa sebesar 75%. Studi dokumen juga
Baru Tahun 2020 menunjukan bahwa belum menunjukan bahwa ada penurunan yang
mencapai target. Angka Case Detection Rate signifikan di tahun 2020 dibandingkan
(CDR) didapatkan sebesar 14.1%, tahun-tahun sebelumnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah mendapatkan dukungan yang baik dalam
dilakukan bahwa Puskesmas Sentosa Baru penanggulangan TB Paru. Keterbatasan
Medan Perjuangan telah melakukan kerja kerjasama lintas sektor dan masyarakat
sama dengan berbagai lintas sektor. Adapun menjadi salah satu faktor yang dapat
Puskesmas Sentosa Baru Medan Perjuangan mempengaruhi kegiatan promosi kesehatan
melakukan kerja sama dengan Dinas yang akan berdampak pada rendahnya
Kesehatan Kota dan Provinsi secara linear penemuan penderita TB (Wijayanti 2016).
atau langsung. Kerja sama dengan pihak di Hal ini didukung oleh (Aryani and Maryati
tiap kelurahan untuk penemuan kasus, RS 2018) selain kerja sama dengan masyarakat,
Haji untuk pemeriksaan spesimen atau komitmen pemerintah juga dibutuhkan
sputum. Sejalan dengan (Chomaerah 2018) dalam melibatkan pada pemegang kebijakan
kerja sama lintas sektor dilakukan dengan dalam memberi prioritas untuk
camat, lurah serta tokoh agama untuk penanggulangan TB Paru.
2 PROSES (Aryani and Maryati 2018) di wilayah
puskesmas Cipaku dimana pelaksanaan
Proses adalah kumpulan bagian atau penemuan TB lebih difokuskan secara pasif.
elemen yang terdapat dalam sistem yang Meskipun begitu, menurut (Tuharea,
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi Suparwati, and Sriatmi 2014) menunjukan
keluaran yang direncanakan (Aryani and bahwa rendahnya penemuan kasus TB paru
Maryati 2018). Studi ini menjabarkan proses di puskesmas Semarang karena hanya
menjadi tiga bagian antara lain difokuskan secara pasif.
pengumpulan data, penyuluhan, dan b. Penyuluhan
hambatan.
Hasil studi menunjukan bahwa ada
penyuluhan yang diselenggarakan oleh
a Pengumpulan Data
pihak puskesmas. Hal ini juga dikonfirmasi
Hasil studi menunjukan bahwa kegiatan
langsung oleh pasien TB yang kami
pengumpulan data atau surveilan lebih
wawancarai. Pelaksanaan penyuluhan biasa
difokuskan melalui secara aktif dan
dilakukan langsung terhadap pasien dan juga
dilakukan paling tidak empat kali dalam
dilakukan secara masal. Meskipun begitu
sebulan yang dibantu oleh kader terlatih.
pelaksanaan secara masal tidak dilakukan
Penjaringan secara aktif dilakukan di
lagi selama pandemi. Jarangnya penyuluhan
lingkungan yang terlapor ada kasus TB,
ini akan beresiko pada keadaan kurangnya
sedangkan kegiatan surveilans pasif yaitu
pengetahuan masyarakat mengenai TB
puskesmas melakukan pemeriksaan pada
sehingga bisa mengakibatkan kurangnya
orang yang datang ke puskesmas untuk
kesadaran masyarakat akan pemriksaan TB
mengecek kesehatan.
(Tuharea, Suparwati, and Sriatmi 2014).
. Hasil studi ini berbeda dengan strategi
penemuan kasus TB berdasarkan Depkes c. Hambatan Pelaksanaan Surveilans
yaitu melalui pasif, pemeriksaan terhadap Selama Pandemi COVID-19
pasien TB dilakukan pada keluarga dengan Hasil wawancara didapatkan bahwa ada
gejala sama. Hal ini dikarenakan penemuan hambatan dalam pelaksanaan surveilans
aktif dianggap tidak efektif biaya karena selama pandemi. Hasil wawancara
memerlukan dana yang besar (Santoso menunjukan bahwa warga takut untuk
2005). Seperti studi yang dilakukan oleh melakukan pemeriksaan TB diakibatkan
takut untuk dianggap sebagai posistif bisa melakukan promosi dengan media masa
COVID-19. Hal ini bisa terjadi dikarenakan seperti iklan kemasyarakatan. Hal ini perlu
kurangnya edukasi mengenai TB selama dilakukan dikarenakan TB sendiri
pandemi sehingga kurangnya juga merupakan salah satu penyakit menular
pemahaman masyarakat. Oleh sebab itu, yang menjadi prioritas nasional untuk
perlunya tetap melakukan promosi mengenai program pengendalian penyakit (Ramadhini
TB, meski tidak secara masal. Pemerintah and Yunizar 2020).