Anda di halaman 1dari 8

JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan)

Online ISSN: 2597-8594


Print ISSN: 2580-930X
Jurnal homepage: https://jik.stikesalifah.ac.id

Analisis Pelaksanaan Program Penanggulangan TB Paru pada Masa Pandemi


Covid-19 di Puskesmas Medaeng Sidoarjo
Mey Lia Nofianti1, Satriya Wijaya2
1, 2
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan,Universitas Nahdlatul Ulama, Jl. Raya Jemursari No. 57, Surabaya,
60237, Indonesia
Email: meylia103.km18@student.unusa.ac.id1, swijaya7@unusa.ac.id2

Abstrak
Pelaksanaan penanggulangan TB Paru pada masa pandemi Covid-19 dilakukan dengan menyiapkan tenaga kesehatan
yang telah diberi pelatihan khusus untuk pengobatan TB Paru, menyediakan fasilitas untuk implementasi dan
menyediakan alat untuk skrining dan tidak lanjut pasien, pelaksanaan program ini dilakukan di ruang terbuka dengan
memisahkan antara pasien TB dan pasien bukan TB. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan program
penanggulangan TB Paru pada masa pandemi Covid-19 di Puskesmas Medaeng Sidoarjo. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan jumlah partisipan 4 orang pemilihan partisipan dilakukan menggunakan purposive
sampling. Analisis data penelitian ini menggunakan model mils and huberman. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah dengan observasi, wawancara, FGD, dokumentasi dan telaah dokumen. Keabsahan dan validitas
data penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan
program penanggulangan TB Paru pada masa pandemi Covid-19 di Puskesmas Medaeng berdasarkan Sistem Input
masih belum dilakukan dengan baik. Sistem proses masih belum berjalan dengan optimal dan Otuput masih terdapat
beberapa kendala yang menyebabkan pelaksanaan program TB Paru tidak berjalan dengan optimal akibatnya capaian
penemuan kasus dan kesembuhan kurang dari target yang telah ditentukan. Simpulan pada penelitian ini adalah
pelaksanaan program penanggulangan TB Paru pada masa pandemi Covid-19 di Puskesmas Medaeng Sidoarjo belum
terlaksana dengan optimal. Diharapkan bagi kepala puskesmas dan penanggung jawab TB Paru hendaknya melakukan
evaluasi dan tindak lanjut terkait kendala yang membuat pelaksanaan program TB Paru tidak berjalan dengan optimal.
Kata kunci: TB Paru, Pelaksanaan Program TB, Covid-19

Analysis of the Pulmonary Tuberculosis Control Program Implementation During


Covid-19 at the Medaeng Sidoarjo Health Centre

Abstract
The implementation of pulmonary TB control during the Covid-19 pandemic was carried out by preparing health
workers who had been given special training for pulmonary TB treatment, providing facilities for implementation and
providing tools for screening and discontinuing patients, the implementation of this program was carried out in open
spaces by separating patients TB and non-TB patients. This study aims to analyze the pulmonary TB control program
during the Covid-19 pandemic at the Medaeng Sidoarjo Health Center. This research is qualitative research with the
number of participants 4 people, the selection of participants was carried out using purposive sampling. The data
analysis of this research used the mils and huberman model. Data collection techniques in this study were observation,
interviews, FGD, documentation and document review. The validity and validity of the data in this study uses the
triangulation technique of data sources. The results of this study indicate that the implementation of the pulmonary TB
control program during the Covid-19 pandemic at the Medaeng Health Center based on the Input System has not been
carried out properly. The process system is still not running optimally and Otuput there are still several obstacles that
cause the implementation of the Pulmonary TB program not to run optimally as a result the achievement of case finding
and cure is less than the predetermined target. The conclusion of this research is that the implementation of the
pulmonary TB control program during the Covid-19 pandemic at the Medaeng Sidoarjo Health Center has not been
carried out optimally. It is hoped that the head of the puskesmas and the person in charge of pulmonary TB should
evaluate and follow up on the obstacles that prevent the implementation of the pulmonary TB program from running
optimally.
Keywords: Pulmonary TB, TB Program Implementation, Covid-19

JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan) | April, 2023 Volume 7 No. 1


213
doi : http://dx.doi.org/10.33757/jik.v7i1.629
JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan)

PENDAHULUAN rapid antigen, belum dibentuk kader untuk kasus


TB Paru, kurangnya Komunikasi Informasi
Penyakit TB Paru sampai saat ini masih Edukasi (KIE) kepada pasien TB Paru tentang
menjadi masalah kesehatan masyarakat yang kepatuhan minum obat dan pengambilan obat
sangat penting dan serius di seluruh dunia. TB secara rutin di Puskesmas. Berdasarkan penelitian
Paru merupakan penyakit yang menyebabkan Damayanti dan Hikmah tahun 2017 tentang
kedaruratan global (Global Emergency) karena faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pada sebagian besar negara di dunia penyakit TB pengobatan pasien TB salah satunya adalah
Paru tidak dapat dikendalikan (WHO, 2019). terdapat hubungan yang signifikan antara
Menurut WHO, penurunan jumlah kasus dalam keteraturan berobat pasien TB Paru dengan
jumlah orang yang didiagnosis dan dilaporkan keberhasilan pengobatan (Damayanti, 2017)).
dengan TB Paru turun dari 7,1 juta menjadi 5,8 Dukungan keluarga juga memiliki pengaruh yang
juta pada tahun 2020, hal ini dikarenakan besar terhadap kepatuhan minum obat anti TB
berkurangnya akses untuk diagnosis dan (Wulandari, 2015). Tujuan penelitian ini adalah
pengobatan TB Paru. Indonesia merupakan negara untuk menganalisis pelaksanaan program
yang menduduki urutan ke-2 dengan jumlah kasus penanggulangan TB Paru pada masa pandemi
TB Paru terbanyak di dunia setelah India. Pada Covid-19 di Puskesmas Medaeng Sidoarjo.
tahun 2020 jumlah kasus yang ditemukan
sebanyak 351.936 kasus, menurun bila
METODE PENELITIAN
dibandingkan dengan kasus TB Paru pada tahun
2019 yaitu sebesar 568.987 kasus (Kemenkes RI, Tipe penelitian ini menggunakan
2020). pendekatan kualitatif deskriptif yang bertujuan
Angka keberhasilan pengobatan TB Paru untuk menganalisis pelaksanaan program
di Indonesia masih belum mencapai target yang penanggulangan TB Paru pada masa pandemi
ditentukan yakni 90%, penurunan yang terjadi di Covid-19 di Puskesmas Medaeng Sidoarjo.
tahun 2019, yaitu ketika pandemi Covid-19 Partisipan dalam penelitian ini dipilih
sedang dalam kondisi yang tak terduga, Indonesia menggunakan teknik purposive sampling.
juga memutuskan untuk lock down. Menurut Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas
Faradis dan Indarjo kebijakan dapat dijalankan Medaeng Sidoarjo. Teknik pengumpulan data
dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pada penelitian ini terdiri dari observasi,
pembuat kebijakan apabila implementor kebijakan wawancara, FGD, dokumentasi dan telaah
memiliki disposisi yang baik (Faradis, 2018). dokumen. Analisis data penelitian ini
Salah satu faktor keberhasilan program menggunakan model Mils and Huberman yaitu
penangulangan TB Paru adalah tersedianya dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan
sumber daya manusia yang cukup dan berkualitas kesimpulan. Keabsahan dan validitas data pada
(Muninjaya, 2011). penelitian ini menggunakan triangulasi sumber
Berdasarkan survei pendahuluan yang data.
dilakukan di Puskesmas Medaeng diketahui
bahwa pelaksanaan program penanggulangan TB HASIL DAN PEMBAHASAN
Paru selama pandemi di Puskesmas Medaeng
telah dilaksanakan dengan baik dengan upaya 1. Input
penemuan kasus menggunakan Tes Cepat a. Kebijakan program
Molokuler (TCM), melakukan pemantauan Kebijakan yang dijadikan acuan dalam
terhadap pasien TB melalui telepon, pelaksanaan program Penanggulangan TB Paru di
mengingatkan pasien untuk mengambil obatnya Puskesmas Medaeng sebelumnya mengacu pada
satu minggu sekali, namun hasil dari program PERMENKES No.67 Tahun 2016 namun terdapat
penanggulangan TB Paru masih belum maksimal. perubahan dari dinas kesehatan bahwa untuk
Diketahui dari pernyataan penanggung jawab TB tahun 2021 pelaksanaan program TB Paru didasari
Paru yaitu semenjak adanya pandemi Covid-19 oleh Peraturan Presiden No.67 Tahun 2021, dalam
setiap orang yang memiliki keluhan batuk dan hal ini Puskesmas Medaeng sudah
demam langsung diarahkan untuk pemeriksaan mengaplikasikan aturan tersebut dalam

JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan) | April, 2023 Volume 7 No. 1


214
doi : http://dx.doi.org/10.33757/jik.v7i1.629
JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan)

pelaksanaan program TB Paru, diantaranya adalah Berdasarkan hasil penelitian dapat


penyesuaian pelaksanaan program dengan diketahui bahwa dana yang digunakan untuk
kebijakan yang dijadikan acuan, kecukupan pelaksanaan program TB Paru di Puskesmas
sumber daya manusia kesehatan, kecukupan Medaeng berasal dari pemerintah, LSM dan
anggaran, sarana dan prasarana yang memadai organisasi resmi yang memang memiliki
serta alur penemuan dan pengobatan kasus yang kepentingan. Selama pandemi Covid-19
disesuaikan dengan kebijakan. Berdasarkan hasil Puskesmas Medaeng tidak membuat pengajuan ke
observasi yang dilakukan peneliti di Puskesmas LSM/ Organisasi resmi. Keterbatasan dana di
Medaeg Sidoarjo terkait penerapan kebijakan tahun 2021-2022 membuat pelaksanaan program
yang dijadikan acuan untuk pelaksanaan TB Paru TB Paru digabung dengan kegiatan HIV, hal ini
belum sesuai dengan Peraturan Persiden No. 67 terjadi karena terdapat pengurangan anggaran
Tahun 2021 karena belum terbentuk kerjasama untuk program TB di level kabupaten yang
antar lintas sektor dan belum ada kader TB di tiap diserahkan ke Puskesmas, meskipun demikian
wilayah kerja Puskesmas Medaeng Sidoarjo. pihak puskesmas tidak mengajukan dana ke LSM/
Organisasi resmi, hal ini dikarenakan pada saat itu
b. Sumber daya manusia pelaksana TB hanya fokus pada pandemi covid-
Berdasarkan hasil wawancara, jumlah 19. Akibatnya dana yang digunakan untuk
sumber daya manusia yang ada di Puskesmas program TB Paru pada masa pandemi Covid-19
Medaeng terdiri dari satu orang perawat, satu tidak terserap dengan baik. Hal ini sejalan dengan
orang analis dan satu orang dokter, hal ini penelitian yang dilakukan Ketersediaan dana
menunjukkan bahwa sumber daya manusia di merupakan faktor pendukung dalam terlaksananya
puskesmas medaeng sudah sesuai dengan sebuah kebijakan penanggulangan TB Paru
kebijakan yang dijadikan acuan. Namun untuk ketersediaan dana yang cukup akan menunjang
sumber daya manusia dari desa belum ada, proses kebijakan agar menjadi efektif dan efisien
terdapat kendala yang membuat masyarakat tidak (Faradis, 2018).
mau berpartisipasi. d. Sarana dan prasarana
Berdasarkan hasil observasi petugas Sarana dan prasarana di Puskesmas
pelaksanaan program penanggulangan TB Paru Medaeng untuk pelaksanaan program TB Paru
sudah mengikuti pelatihan di Dinas Kesehatan, pada masa pandemi Covid-19 kurang memadai,
dalam pelaksanaan program TB Paru selain alat untuk penemuan kasus hingga pengobatan
pelatihan kader merupakan komponen yang sudah dicukupi oleh dinas kesehatan namun untuk
penting, di Puskesmas Medaeng Sidoarjo masih alat Tes Cepat Molekuler (TCM) masih belum
belum memiliki kader TB dikarenakan dari pihak tersedia di Puskesmas Medaeng Sidoarjo.
desa tidak mau menganggarkan dana/ honor untuk Berdasarkan hasil observasi sarana dan prasarana
kader. Hal ini membuat pelaksanaan program di Puskesmas Medaeng belum memadai
penanggulangan TB di Puskesmas Medaeng tidak dikarenakan masih belum ada alat TCM sehingga
berjalan dengan optimal. Hal ini sejalan dengan petugas laboratorium perlu mengirim dahak ke
penelitian yang dilakukan oleh (Feronika, 2021) puskesmas yang sudah tersedia alat TCM.
tentang hubungan peran kader TB dalam Ketersediaan sarana dan prasarana
investigasi kontak dengan penemuan kasus TB merupakan salah satu faktor yang dapat
yaitu terdapat hubungan antara peran kader TB mempengaruhi hasil dari kegiatan program
dalam investigasi kontak dengan penemuan kasus penanggulangan TB Paru. Hal ini sejalan dengan
TB secara dini di masyarakat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Aryani, 2018))
penelitian yang dilakukan oleh (Aryani, 2018) Ketersediaan sarana dan prasarana yang cukup
bahwa terdapat hubungan yang bermakna terkait akan menunjang proses pelaksanaan program agar
pelatihan petugas TB Paru dengan penemuan efektif dan efisien, sehingga suatu program akan
penderita TB Paru. Petugas TB yang sudah menjadi terhambat jika sarana dan prasarana yang
mengikuti pelatihan mempunyai peluang 5,84 kali ada tidak memadai. Salah satu faktor penting
lebih besar untuk menemukan penderita TB Paru dalam pelaksanaan penanggulangan TB Paru,
dibanding petugas yang belum pelatihan. untuk mendukung keberhasilan program tersebut,
c. Dana dengan adanya dana, sarana dan prasarana yang
cukup maka kegiatan penanggulangan TB Paru

JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan) | April, 2023 Volume 7 No. 1


215
doi : http://dx.doi.org/10.33757/jik.v7i1.629
JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan)

akan berjalan dengan baik (Faizah, 2019). Sistem ingin mengambil obat TB, dengan begitu pasien
input pelaksanaan program penanggulangan TB akan diarahkan ke ruang TB untuk menemui
Paru pada masa pandemi Covid-19 di Puskesmas penanggung jawab TB dan mengambil obatnya.
Medaeng Sidoarjo belum sesuai dengan peraturan Namun masih banyak pasien yang tidak teratur
presiden No. 67 Tahun 2021. Hal ini menghambat dalam pengambilan obat dikarenakan pekerjaan
berjalannya proses pelaksanaan program atau hal lainnya.
penanggulangan TB Paru pada masa pandemi Ketidakteraturan pasien dalam mengambil
Covid-19. obat akan membuat pasien tidak berhasil
2. Proses menjalani pengobatan. Hal ini sejalan dengan
a. Kegiatan penemuan kasus TB Paru pada masa penelitian yang dilakukan oleh (Noviasari,
pandemi Covid-19 Saraswati dan Martini, 2010) tentang faktor-faktor
Penemuan kasus TB Paru berdasarkan yang berhubungan dengan kesembuhan pasien TB
Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2021 dilakukan Paru menunjukkan bahwa terdapat hubungan
menggunaan 2 cara yaitu secara aktif dan pasif. keteraturan pengobatan dengan kesembuhan
Berdasarkan hasil penelitian petugas TB Paru di pasien, pasien yang tidak teratur dalam meminum
Puskesmas Medaeng Sidoarjo penemuan kasus obat memiliki risiko 7,7 kali menjadi tidak
selama pandemi hanya dilakukan secara pasif sembuh dibanding sembuh. Penelitian
dengan melakukan pemeriksaan kepada pasien (Khairunnisa, 2018) menunjukkan bahwa terdapat
yang datang ke pusksmas dan memiliki gejala TB, pengaruh antara kepatuhan meminum obat pasien
dikarenakan kondisi yang tidak memungkinkan TB Paru dengan Kesembuhan Pasien TB Paru.
selama pandemi dan belum terbentuknya kader c. Kegiatan pengawasan meminum obat kasus
TB. Hal tersebut membuat petugas TB menjadi TB Paru pada masa pandemi Covid-19
kesulitan dalam melakukan pelacakan kasus dan Menurut Kementerian Kesehatan RI tahun
penyuluhan secara aktif. Penemuan kasus yang 2019 sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan
dilakukan hanya secara pasif membuat rendahnya seperti bidan di desa, perawat, sanitarian dan lain-
angka penemuan kasus TB Paru pada masa lain. Namun bila tidak ada petugas kesehatan yang
pandemi Covid-19. memungkinkan, PMO dapat berasal dari anggota
Hal ini sejalan dengan penelitian Mardiana keluarga. Berdasarkan hasil penelitian diketahui
dan Ulfa (11) kurangnya jumlah sumber daya bahwa pengawasan meminum obat kepada pasien
manusia merupakan salah satu faktor penyebab TB dilakukan oleh keluarga terdekat namun bila
rendahnya angka penemuan kasus TB Paru. memungkinkan petugas TB akan mengingatkan
Penelitian (Tuharea, Suparwati dan Sriatmi, 2014) melalui telepon/whatsapp. Pengawasan meminum
menunjukkan bahwa rendahnya angka penemuan obat di Puskesmas Medaeng masih belum berjalan
kasus TB Paru di Puskesmas Kota Semarang dengan optimal masih banyak pasien yang tidak
disebabkan karena penemuan kasus hanya teratur dalam mengambil dan meminum obat
dilakukan secara pasif, peralatan yang kurang dikarenakan pekerjaan dan kurangnya
lengkap sehingga dahak harus dikirim ke pengawasan PMO dari keluarga. Hal ini
puskesmas lain dan membutuhkan waktu untuk dikarenakan belum ada peran kader dalam
memberitahukan hasil laboratorium. pengawasan meminum obat di wilayah kerja
b. Kegiatan pengobatan kasus TB Paru pada Puskesmas Medaeng Sidoarjo. Peran kader
masa pandemi Covid-19 kesehatan dalam pengawasan meminum obat
Dalam mendukung program eliminasi TB sangat penting untuk keteraturan pasien dalam
2030 Obat Anti Tuberculosis (OAT) disediakan meminum obat. Namun karena di wilayah
secara gratis bagi penderita dewasa maupun anak. Puskesmas Medaeng belum ada kader TB yang
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terbentuk membuat kegiatan pengawasan
jadwal pengambilan obat dan penyetokan obat meminum obat hanya dilakukan oleh keluarga
dilakukan oleh penanggung jawab TB Paru. pasien, keluarga yang menjadi PMO harus aktif
Untuk ketersediaan OAT di Puskesmas Medaeng dalam mengingatkan pasien dalam meminum
Sidoarjo selalu tersedia karena OAT selalu obat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
disediakan oleh Dinas Kesehatan. Pasien yang dilakukan oleh (Kartikasari, Rejeki dan Wuryanto,
akan mengambil obat juga diberikan kemudahan 2012) bahwa terdapat hubungan peran keluarga
dengan melapor ke pusat informasi (security) sebagai PMO dengan kepatuhan minum obat

JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan) | April, 2023 Volume 7 No. 1


216
doi : http://dx.doi.org/10.33757/jik.v7i1.629
JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan)

pasien TB Paru. Peran keluarga akan No Variabel Hasil Isu


meningkatkan kepatuhan minum obat pasien TB /Sub Penelitian Strategis
Paru sehingga diharapkan keluarga ikut Variabel
berpartisipasi dalam pengawasan minum obat 3. Dana Dana untuk Dana
pasien. Peran PMO berhubungan dalam program TB program
keberhasilan pengobatan pasien hal ini dibuktikan Paru sudah TB Paru
dengan nilai p-value: 0,000(p ≤ 0,05), semakin cukup namun tahun 2021-
baik peran PMO maka keberhasilan pengobatan untuk tahun 2022
semakin meningkat dan sebaliknya jika semakin 2021-2022 terbatas.
buruk peran PMO semakin kecil peluang memang
keberhasilan pengobatan TB Paru. terbatas. Dana
Sistem proses pelaksanaan program TB didapatkan
penanggulangan TB Paru pada masa pandemi dari
Covid-19 tidak berjalan dengan baik, akibatnya pemerintah
target penemuan pasien, angka pasien yang dan sponsor
diobati dan pasien yang sembuh sangat dari organisasi
kecil/kurang dari target yang telah ditentukan. resmi.
4. Sarana Sarana dan Sarana dan
dan prasarana prasarana
3. Isu Strategis prasaran untuk di
Tabel 1. Isu Strategis a peaksanaan Puskesmas
No Variabel Hasil Isu program TB medaeng
/Sub Penelitian Strategis sudah masih
Variabel disediakan belum
1. Kebijak Kebijakan Penerapan oleh Dinas memadai,
an pelaksanaan kebijakan Kesehatan. alat TCM
program penanggulanga masih Mulai dari masih
penangg n TB Paru di belum peralatan belum
ulangan Puskesmas sesuai untuk tersedia di
TB Paru Medaeng dengan penemuan Puskesmas
Sidoarjo peraturan kasus hingga Medaeng.
merujuk pada yang pengobatan
Peraturan dijadikan pasien.
Presiden acuan. 5. Penemu Penemuan Penemuan
No.67 Tahun an kasus kasus TB Paru kasus TB
2021 tentang TB Paru di Puskesmas Paru pada
Penanggulang pada Medaeng masa
an masa dilakukan pandemi
Tuberculosis. pandemi secara pasif Covid-19
2. Sumber Jumlah Jumlah Covid- dan aktif masih
Daya Sumber Daya Sumber 19 namun karena belum
Manusia Manusia di Daya pandemi optimal.
Puskesmas Manusia Covid-19 dan
Medaeng dari desa belum ada
Sidoarjo sudah (kader TB) kader TB
cukup namun, masih petugas TB
untuk sumber belum ada. hanya fokus
daya manusia penemuan
dari desa kasus secara
(kader TB) pasif.
masih belum
ada.

JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan) | April, 2023 Volume 7 No. 1


217
doi : http://dx.doi.org/10.33757/jik.v7i1.629
JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan)

No Variabel Hasil Isu No Variabel Hasil Isu


/Sub Penelitian Strategis /Sub Penelitian Strategis
Variabel Variabel
6. Pengoba Pengobatan Pengobatan SDM untuk
tan kasus TB Paru kasus TB PMO.
Kasus di Puskesmas paru pada
TB Paru Medaeng masa 4. Output
Pada dilakukan oleh pandemi Berdasarkan hasil penelitian peneliti
Masa penanggung Covid-19 menyusun isu strategis untuk dilakukan FGD
Pandemi jawab TB, tidak dengan seluruh partisipan penelitian. Setelah
Covid- pasien TB berjalan melakukan FGD peneliti merumuskan
19 hanya perlu dengan rekomendasi untuk penyempurnaan pelaksanaan
menunjukkan baik program TB paru pada masa pandemi Covid-19 di
kartu berobat dikarenaka Puskesmas Medaeng Sidoarjo diantaranya adalah:
dan menemui n a. Kebijakan program penanggulangan TB Paru
penanggung pengawasa Penyesuaian kebijakan dengan
jawab TB n meminum pelaksanaan program TB sangat peting dilakukan
namun obat dari untuk keberhasilan program. Sebaiknya para
terkadang pihak petugas TB Paru mengadakan rencana tindak
pasien masih puskesmas lanjut untuk menyesuaikan pelaksanaan TB Paru
sering tidak dengan Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2021.
terlambat berjalan b. Sumber daya manusia
dalam dengan Sumber daya manusia merupakan faktor
pengambilan baik, penting dalam pelaksanan program
obat. kurangnya penanggulangan TB. Untuk penyempurnaan
penyuluhan tatalaksana TB Paru pada masa pandemi Covid-19
/edukasi di Puskesmas Medaeng diupayakan pihak dari
terhadap puskesmas melakukan pertemuan lintas sektor
pasien TB agar desa dapat mengupayakan dana untuk kader
Paru. TB Paru agar pelaksanaan program TB Paru
7. Pengaw Pengawasan Pengawasa berjalan dengan optimal.
asan meminum obat n meminum c. Dana
Meminu TB Paru di obat kasus Ketersediaan dana merupakan faktor
m Obat Puskesmas TB Paru di penting keberlangsungan program TB, banyaknya
TB Paru Medaeng Puskesmas
petugas yang terpapar Covid-19 sehingga petugas
Pada dilakukan oleh Medaeng harus isolasi dirumah, akibatnya dana yang
Masa keluarga belum digunakan untuk program TB Paru tidak terserap
Pandemi terdekat berjalan
secara maksimal. Dalam hal ini sebaiknya petugas
Covid- namun bila dengan melakukan penyerapan dana secara keseluruhan
19 memungkinka baik karena untuk program TB agar pelaksanaan program TB
n penanggung petugas TB
berjalan dengan lancar.
jawab TB akan Paru tidak
d. Sarana dan prasarana
mengingatkan selalu
Keterbatasan alat dari dinas kesehatan
lewat mengingatk
telepon/whatsa an pasien, membuat Puskesmas harus melakukan upaya
untuk mengirimkan dahak di hari yang sama ke
pp. petugas
Puskesmas yang memiliki alat TCM dengan
hanya
mengngatk demikian penemuan kasus TB Paru pada masa
an ketika pandemi Covid-19 di Puskesmas Medaeng tetap
berjalan dengan efektif dan optimal.
sempat,
serta e. Kegiatan penemuan kasus TB Paru pada masa
kurangnya pandemi Covid-19

JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan) | April, 2023 Volume 7 No. 1


218
doi : http://dx.doi.org/10.33757/jik.v7i1.629
JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan)

Penemuan kasus TB Paru merupakan pasien yang akan mengambil dan meminum obat
kegiatan yang penting dalam mencapai target agar petugas bisa mengingatkan melalui
program TB Paru. Penemuan kasus lebih baik telepon/whastapp.
dilakukan secara pasif dan aktif supaya capaian
program TB Paru dapat memenuhi target yang UCAPAN TERIMAKASIH
ditentukan.
f. Kegiatan pengobatan kasus TB Paru pada masa Saya ucapkan terimakasih kepada Prodi
pandemi Covid-19 Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kesehatan,Universitas Nahdlatul Ulama dan pihak
Pengobatan TB Paru merupakan langkah
Puskesmas Medaeng Sidoarjo yang telah
yang sangat penting dalam target eliminasi TB
membantu dalam penelitian ini.
2030. Dalam hal ini sebaiknya pemegang
program melakukan penyuluhan dan edukasi
secara aktif kepada masyarakat terkait pentingnya DAFTAR PUSTAKA
mengambil dan meminum obat TB Paru tepat Aryani E, Maryati H. Analisis Pelaksanaan
waktu bagi kesembuhan pasien. Penanggulangan Tb Paru Di Wilayah
g. Kegiatan pengawasan meminum obat pada Kerja Puskesmas Cipaku Tahun 2017.
masa pandemi Covid-19 Hearty. 2018;6(1).
Pengawasan meminum obat TB Paru Damayanti DA, Hikmah F. Analisis Faktor-Faktor
merupakan faktor yang sangat penting dalam yang Mempengaruhi Keberhasilan
proses kesembuhan pasien. Dalam hal ini petugas Pengobatan Pasien Tuberkulosis Paru
TB sebaiknya membuat daftar list pasien yang Studi kasus Rumah Sakit Paru Jember.
mengambil obat dan meminum obat, untuk Pros Semin Rekam Med Dan Inf Kesehat.
mengingatkan pasien dengan telepon/whatsapp 2017;119–30.
agar tidak ada pasien yang terlewat dalam Faizah IL, Rahajo BB. Penanggulangan
mengambil dan meminum obat TB dan Tuberkulosis Paru dengan Strategi DOTS
mengupayakan pembentukan kader TB Paru di (Directly Observed Treatment Short
setiap wilayah kerja Puskesmas Medaeng Sidoarjo course). Kesehat Masy. 2019;3(3):430–41.
agar angka keberhasilan pengobatan dan Faradis NA, Indarjo S. Implementasi Kebijakan
kesembuhan pasien TB Paru meningkat. Permenkes Nomor 67 Tahun 2016 tentang
Penanggulangan Tuberkulosis. HIGEIA
SIMPULAN (Journal Public Heal Res Dev.
2018;2(2):307–19.
Berdasarkan penelitian tentang analisis
pelaksanaan program penanggulangan TB Paru Feronika YF. Hubungan Peran Kader
pada masa pandemi Covid-19 di Puskesmas Tuberkulosis dalam Investigasi Kontak
Medaeng Sidoarjo dapat disimpulkan bahwa: Dengan Penemuan Kasus Tuberkulosis
Sistem input, dan proses untuk pelaksanaan Baru Di Wilayah Kerja Puskesmas
program penanggulangan TB Paru pada masa Sukorambi Kabupaten Jember. Kesehatan.
pandemi Covid-19 di Puskesmas Medaeng 2021;
Sidoarjo belum terlaksana dengan baik. Kartikasari D, Rejeki S, Wuryanto E. Hubungan
Rekomendasi untuk penyempurnaan peran keluarga sebagai pengawas minum
kasus TB Paru pada masa pandemi Covid-19 obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat
diataranya adalah penyesuaian pelaksanaan pada penderita tuberkulosis paru di
program dengan kebijakan, mengupayakan Puskesmas Kedungwuni II kabupaten
pembentukan kader TB, memaksimalkan dana Pekalongan. J Ilmu Keperawatan.
yang diberikan oleh pemerintah untuk program 2012;5(1):71–9.
TB Paru, mengirim dahak tidak lebih dari satu Kementerian kesehatan RI. Strategi Nasional
hari, pelaksanaan penemuan kasus secara aktif Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia
dan pasif, melakukan penyuluhan kepada pasien 2020-2024. Pertem Konsolidasi Nas
TB Paru terkait pentingnya mengambil obat tepat Penyusunan STRANAS TB. 2020;135.
waktu, untuk mempermudah pengawasan Khairunnisa T, Siagian M, Ginting R. Faktor-
meminum obat petugas TB perlu membuat list Faktor Yang Mempengaruhi Kesembuhan

JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan) | April, 2023 Volume 7 No. 1


219
doi : http://dx.doi.org/10.33757/jik.v7i1.629
JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan)

Pasien Tuberculosis Paru Di Wilayah


Kerja Puskesmas Kabupaten Langkat
Tahun 2018. 2018;4002:9–17.
Mardiana, Ulfa SL. Implementasi Penemuan
Kasus TB Paru dalam Penanggulangan
Tuberkulosis di Puskesmas Karangmalang
Kota Semarang. Indones J Public Heal
Nutr. 2021;1(1):31–41.
Noviasari DN, Saraswati LD, Martini. Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kesembuhan PenderitaTuberkulosis Paru.
J Kesehat Masy. 2010;6(1).
Rye A, Djam Y, Hadiwijoyo Y. Penderita Tb Paru
Di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah
Factors That Have Influence of Case
Detection Pulmonary Tb. 2009;25(2):59–
68.
Tuharea R, Suparwati A, Sriatmi A. Analisis
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Implementasi Penemuan Pasien Tb Paru
dalam Program Penanggulangan Tb di
Puskesmas Kota Semarang Analysis on
Factors Associated with the
Implementation of the Pulmonary Center
in Semarang. J Manaj Kesehat Indones.
2014;02(02):168–78.
WHO. Are Updated Every Year . for the
Tuberculosis. 2019. 1–2 p.
Wulandari D. Analisis Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kepatuhan Pasien
Tuberkulosis Paru Tahap Lanjutan Untuk
Minum Obat di RS Rumah Sehat Terpadu
Tahun 2015. J Adm Rumah Sakit.
2015;2(1):17–28.

JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan) | April, 2023 Volume 7 No. 1


220
doi : http://dx.doi.org/10.33757/jik.v7i1.629

Anda mungkin juga menyukai