Menurut laporan Dikes NTB Tahun 2020, jumlah kasus DBD yang ditemukan
tahun 2020 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2019 terdapat 2.971 kasus
DBD dan meningkat 1,32 kali menjadi 3.919 kasus pada tahun 2020 dengan jumlah
meninggal 15 orang (CFR : 0,4%). Kasus terbanyak dilaporkan terjadi di Kota Mataram
yaitu sebanyak 769 orang dan terendah di Kabupaten Sumbawa Barat sebanyak 105
orang.
c. Mencatat/ mendata bila ada yang demam/ panas disekitar titik kejadian
d. Mengerahkan masyarakat untuk melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk
Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) secara serentak dan berkelanjutan.
1) Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
Kegiatan yang dilakukan setiap jadwal kegiatan posyandu selama 17 kali dalam
sebulan dan diluar dari kegiatan posyandu 6 kali dalam sebulan pada saat sebelum
musim penularan yang dilakukan secara bersama-sama dengan kader Jumantik.
Kegiatan tersebut dilakukan dengan mengunjungi rumah-rumah warga untuk
memeriksa tempat perindukan sarang nyamuk sekaligus pemeriksaan jentiknya dan
memberikan penyuluhan kepada warga dan mengajak untuk melakukan kegiatan
pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M+. Sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yaitu kegiatan memberantas jentik
nyamuk Aedes aegypti di tempat berkembangbiaknya dalam bentuk kegiatan 3M plus
(Menguras, Menutup, Mengubur) yakni menguras bak mandi, bak WC, menutup TPA
rumah tangga (tempayan, drum dan lain-lain) serta mengubur atau memusnahkan
barang-barang bekas (kaleng, ban dan lain-lain).
2) Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB)
Kegiatan pemeriksaan jentik berkala yang dilakukan ini termasuk pula dalam
kegiatan PSN karena kegiatan pemeriksaan jentik termasuk dalam kegiatan
pemberantasan sarang nyamuk untuk mengendalikan populasi nyamuk Aedes
aegypti. Kegiatan ini dilakukan oleh koordinator kesehatan lingkungan dan Jumantik
yang dilakukan 3 bulan sekali. Setiap setelah kegiatan koordinator kesling dan
Jumantik melaporkan hasil pemeriksaannya meliputi daftar rumah yang sudah
diperiksa dan rumah yang positif terdapat jentik kepada koordinator program P2 DBD
untuk dihitung Angka Bebas Jentik (ABJ). Untuk sasaran pemeriksaan jentik tersebut
umumnya masih diprioritaskan pada rumah tangga, sedangkan tatanan yang lainnya
masih hanya sebagian kecil saja. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) merupaka kegiatan pemeriksaan atau
penagamatan dan pemberantasan vektor penular DBD pada tempat penampungan air
dan tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti untuk mengetahui adanya
jentik nyamuk. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui 3M. Secara keseluruhan kegiatan
pemeriksaan jentik berkala di Puskesmas sudah sesuai dengan Juklak/Juknis dari
modul Pelatihan Bagi Pengelola Pengendalian Penyakit DBD bahwa kegiatan
tersebut dilakukan 3 bulan sekali dengan sasaran Rumah/bangunan, sekolah dan
fasilitas kesehatan di desa/kelurahan endemis dan sporadis pada tempat-tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti di 100 sampel yang dipilih secara acak.
Namun untuk sasaran pemeriksaan jentik di puskesmas masih memprioritaskan pada
rumah tangga saja, sedangkan tatanan yang lainnya seperti rumah ibadah, bangunan
sekolah dan fasilitas kesehatan masih hanya sebagian kecil dilakukan pemeriksaan
dikarenakan jumlah tenaga yang terbatas dalam kegiatan tersebut.
e. Petugas Puskesmas:petugas DBD, promkes, surveilas melakukan penyuluhan dan
Bersama kader juga melakukan abatisasi
1) Abatisasi Selektif
Abatisasi Selektif adalah kegiatan pemeriksaan tempat penampungan air (TPA) baik
didalam maupun diluar rumah pada seluruh rumah dan bangunan di desa/kelurahan
endemis dan sporadik dan penaburan bubuk abate (larvasida) yang dilaksanakan 4
siklus (3 bulan sekali) dengan menaburkan larvasida pada TPA yang ditemukan
jentik. Pemberian serbuk abate dilakukan dua sampai tiga bulan sekali, dengan
takaran 10 gr abate untuk 100 liter air atau 2,5 gram altosoid untuk 100 liter air.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah diperoleh bahwa kegiatan abatisasi selektif
yang dilakukan yaitu bersamaan ketika pemeriksaan jentik dalam rangka PSN dan
PE. Apabila ditemukan jentik pada tempat penampungan yang tidak dapat dikuras
dan tempat penampungan yang tidak dapat dijangkau petugas puskesmas atau kader
harus menaburkan bubuk abate ke tempat tersebut. Pembagian abate kepada
masyarakat yang dilakukan oleh petugas puskesmas sebagai koordinator Kesling pada
saat kegiatan penyuluhan atau PSN. Dan abate juga diberikan kepada Jumantik untuk
diberikan kepada masyarakat pada kegiatan pemeriksaan jentik. Terkadang
persediaan abate di puskesmas terbatas dikarenakan untuk pemberian abate kepada
jumantik secara tidak terjadwal dan tidak ditentukan jumlahnya tetapi tidak dalam
jumlah yang banyak. Pembagian abate dengan terkoordinasi tersebut dapat menjadi
lebih efisien karena baik kader atau petugas dapat menggunakannya sesuai dengan
kebutuhan keadaan wilayahnya. Untuk keseluruhan kegiatan abatisasi selektif sudah
sesuai dengan prosedur yang dilaksanakan 4 siklus (3 bulan sekali) dengan
menaburkan larvasida pada TPA yang ditemukan jentik. Terjadinya kasus DBD
bukan hanya tergantung pada keberadaan jentik, tetapi masih banyak faktor-faktor
lain yang memiliki pengaruh dalam menurunkan kasus DBD adalah kepadatan
nyamuk dewasa penyebab DBD, kualitas pemukiman penduduk, curah hujan, iklim,
temperature dan kepadatan penduduk.
2) Penyuluhan Kesehatan
Berdasarkan hasil wawancara yang telah diperoleh bahwa kegiatan penyuluhan yang
dilakukan oleh puskesmas terdiri dari kegiatan yang sifatnya tidak terprogram dan
terprogram. Penyuluhan yang tidak terprogram yaitu penyuluhan yang dilakukan pada
saat PSN atau PE karena penyuluhan tersebut tidak memerlukan anggaran dan
sifatnya lebih door to door secara langsung. Sedangkan penyuluhan yang terprogram
yaitu penyuluhan yang memerlukan anggaran khusus karena harus mengumpulkan
orang banyak seperti penyuluhan dilakukan untuk murid SD dan penyuluhan juga
diadakan pada kegiatan posyandu. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
Penyuluhan kesehatan adalah penyampaian materi mengenai situasi DBD di
wilayahnya dan cara-cara pencegahan DBD yang dapat dilaksanakan oleh individu,
keluarga dan masyarakat disesuaikan dengan kondisi setempat oleh petugas
kesehatan/kader atau Pokja DBD Desa/kelurahan dengan tujuan agar masyarakat
berpartisipasi aktif dalam pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD. Kegiatan
penyuluhan dilakukan oleh tenaga puskesmas sebagai koordinator Promosi Kesehatan
dengan sasaran kegiatan penyuluhan adalah TK, SD, Posyandu dan masyarakat
umum. Sasaran yang lain masih dapat diketahui perubahan perilakunya pada saat
kegiatan PSN. Untuk indikator hasil dari kegiatan penyuluhan kesehatan berdasarkan
Juklak/Juknis seperti Modul Pelatihan Bagi Pengelola Pengendalian Penyakit Demam
Berdarah Dengue bahwa untuk target kegiatan penyuluhan kesehatan ialah adanya
peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat 100% .
f. Fogging Fokus
Foging merupakan langkah- langkah rangkaian tindakan atau kegiatan yang
terstruktur dan berkesinambungan sebagai panduan bagi pelaksanaan kegiatan Foging
Fokus. Tujuannya adalah memutuskan mata rantai penularan penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD), membunuh nyamuk dewasa sebagai vector penyebab DBD,
dan blokir area/ titik focus radius 100-200 meterkegiatan fogging fokus dilakukan
oleh tenaga penyemprot dari dinas kesehatan turun ke wilayah yang akan di fogging
bersama petugas puskesmas apabila hasil dari kegiatan PE positif yang dilaporkan
petugas puskesmas atau jumantiknya. Sedangkan menurut juklak/juknis dari modul
Pelatihan Bagi Pengelola Pengendalian Penyakit DBD semestinya terdapat petugas
atau tenaga lain yang telah dilatih yang berada di suatu puskesmas agar pelaksanaan
fogging fokus dapat berjalan maksimal, tidak tersedianya tenaga fogging tersebut
dikarenakan pelaksanaan untuk kegiatan fogging fokus masih dilaksanakan oleh
Dinas Kesehatan. Dalam hal ini yang dilakukan fogging fokus adalah hanya rumah
yang terkena DBD dan rumah/bangunan sekitarnya dalam radius 100 sampai 200 m
dari rumah penderita DBD dan rumah/bangunan sekitarnya hal tersebut sesuai dengan
juklak/juknis yang telah ditentukan. Fogging fokus ini hanya memberantas nyamuk
dewasa dan tidak sampai pada sarangnya (jentik-jentik nyamuk). Hal ini sesuai
dengan penelitian lain yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
fogging fokus dengan kejadian DBD. Mengingat pentingnya pencegahan dan
pemberantasan penyakit DBD maka perlu diadakan upaya-upaya seperti
meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa penanggulangan DBD bukan hanya
dengan penyemprotan/pengasapan, dengan insektisida yang dilakukan sesuai dengan
prosedur sehingga tidak terjadi resistensi nyamuk terhadap insektisida, dan
menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk
(PSN).
g. Foging Fokus akan dilaksanakan bila terdapt 3 suspesk atau DBD disatu wilayah
yang dilengkapi/didukung dengan hasil Laboratorium
h. Foging Fokus akan dilakukan bila Angka bebas Jentik (ABJ) pada lokasi foging focus
sudah 100% bebas jentik dengan radius 100-200 meter dari titik kasus DBD
i. Foging Fokus akan dilaksanakan setelah Kaling/Kadus/Kades membuat surat
pernyataan yang menyatakan bahwa diwilayahnya memang benar ada kasus DBD dan
telah melakukan PSN-DBD secara serentak dengan masyarakatnya
j. Sebelum dilakukan Foging petugas harus mengumumkan kepada masyarakat untuk
mnutup makanan/minumam, mematikan kompr, mengeluarkan burung, membuka
pintu rumah
k. Setelah dilakukan Foging Fokus, masyarakat diharapkan melaksanakan PSN-DBD
secara berkelanjutan minimal seminggu sekali melalui Gerakan 3M-Plus yaitu :
Menguras, dan menyikat tempat-tempat penampungan air, Menutup rapat tempat
penampungan ar, Mengubur atau mendaur ulang kembali/kaleng/botol/ban bekas
yang dapat menampung air hujan serta melindungi diri dari gigitan nyamuk aedes
aegypti.
B. Tuberkulosis (TB)
1. Pendahuluan
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium tuberculosis) sebagian besar kuman TB menyerang paru tetapi dapat
juga mengenai organ tubuh lainnya. Kuman ini berbentuk batang mempunyai sifat
khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula
sebaga Basil Tahan Asam (BTA) kuman TB sepat mati dengan sinar matahari
langsung. Tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan
lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama
beberapa tahun. Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu
batuk atau bersin penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet
(percikan dahak) Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada
suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalua droplet tersebut
terhirup kedalam saluran pernafasan. Setelah kumat TB masuk kedalam tubuh
manusia melalui pernafasan, kuman Tb tersebut dapat menyebar dari paru kebagian
tubuh lainnya. Melalui system peredaran darah, system limfe, saluran nafas atau
penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang
penderita ditentukan oleh banyanya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin
tinggi derajat positif hasil dahak, makin menular penderita tersebut.
4. Pengobatan Tuberkulosis
Peinsip pengobatan adalah Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa
jenis, dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, sepaya semua kuman
(termasuk kuman persiter) dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan dosis tahap
lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kososng. Apabila
paduan obat yang digunakan tidak adekuat (jenis, dosis, dan jangka waktu
pengobatan) kuman TB akan berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten).
Untuk menjamin kepatuhan penderita menelan obat. Pengobatan perlu dilakukan
dengan penawasan langsung (DOT= Directy Observed Trearment) oleh seorang
Pengawas Menelan OBAT (PMO). Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu
tahap insentif dan lanjutan.
a. Pemantauan Kemajuan Hasil Pengobatan TB Pada Orang Dewasa
Pemantauan dilaksanakan dengan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis.
Pemeriksaan dahak secara mikroskopis lebih baik dibandingkan dengan
pemeriksaan radiologis dalam memantau kemajuan pengobatan. Laju Endap
Darah (LED) tidak dapat dipakai untuk memantau kemajuan pengobatan. Untuk
memantau kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan specimen sebanyak dua
kali (sewaktu dan pagi). Hasil pemeriksaan dinayatakan negative bila ke 2
spesimen tersebut negative. Bila salah satu specimen positif, maka hasil
pemeriksaan ulang dahak tersebut dinyatakan positif.
b. Tata Laksana Penderita Yang Berobat Tidak Teratur
Seorang penderita kadang kadang berhenti minum obat sebelum masa pengobatan
selesai. Hal ini dapat terjadi karena penderita belum memahami bahwa obat harus
ditelan seluruhnya dalam waktu yang telah ditetapkan. Petugas kesehatan harus
mengusahakan agar penderita yang putus berobat tersebut kembali ke unit UPK.
Pengobatan yang diberikan tergantung pada tipe penderita, lamanya pengobatan
sebelumnya, lamanya putus berobat, dan bagaimana hasil pemeriksaan dahak
sewaktu dia kembali berobat.
c. Pengobatan TB Berbasis Komunikasi
Agar pengobatan TB ekeftif, setiap dosis yang diminum pasien harus diamati
langsung oleh orang lain. Program telah menetapkan untuk memperkenalkan
pengobatan TB berbasis komunikasi, dimana pengobatan diamati oleh seseorang
yang tinggal didekat rumah pasien. Aturan dan instruksi yang berlaku dalam
program TB Nasional untuk keadaan tersebut harus dipatuhi dengan ketat.
Penggunaan paket kombinasi dosis tetap (KDT) harus diawasi oleh tenaga
professional kesehatan yang terlatih atau tenaga terlatih yang dapat diberikan
kepada pasien difasilitas pelayanan kesehatan.
5. Penyuluhan Tuberkulosis
Penyuluhan TB perlu dilakukan karena masalah TB banyak berkaitan dengan masalah
pengetahuan dan perilaku masyarakat. Tujuan penyuluhan adalah untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan peranserta masyarakat dalam penanggulangan
TB. Penyuluhan Tb dapat dilakukan dengan menyampaikan pesan penting secara
langsung ataupun menggunakan media.Penyuluhan langsung bisa dilakukan
perorangan dan kelompok, sedangkan penyuluhan tidak langsung dengan
menggunakan media, dalam bentuk bahan cetak seperti leaflet atau spanduk, media
masa seperti koran, majalah. Dalam program penanggulangan TB, penyuluhan
langsung perorangan sangat penting artinya untuk menentukan keberhasilan
pengobatan penderita. Penyuluhan ini ditunjukkan kepada suspek, penderita dan
keluarganya, supaya penderita menjalani pengobatan secara teratur sampai sembuh.
a. Penyuluhan Langsung Perorangan
Penyuluhan langsung perorangan lebih besar kemungkinan untuk berhasil
disbanding dengan cara penyuluhan melalui media. Dalam penyuluhan langsung
perorangan, unsur yang terpenting yang harus diperhatikan adalah membina
hubungan baik antar petugas kesehatan (dokter, perawat,dll) dengan penderita.
Penyuluhan ini dapat dilakukan dirumah, di puskesmas, posyandu, sesuai
kesempatan yang ada atau sesuai pemegang program. Supaya komunikasi dengan
penderita bisa berhasil, petugas harus menggunakan Bahasa yang sederhana yang
dapat dimengerti oleh penderita. Gunakan istilah-istilah setempat yang sering
dipakai dimasyarakat untuk penyakit TB dan gejala-gejalanya. Supaya
komunikasi berhasil petugas harus melayani penderita secara ramah dan
bersahabat, penuh simpati, mendengar keluhan- keluhan mereka. Serta tunjukkan
perhatian terhadap kesejahteraan dan kesembuhan mereka. Dengan demikian,
penderita mau bertanya tentang hal-hal yang masih belum dimengerti. Penyuluhan
langsung perorangan ini dapat dianggap berhasil bila :
Penderita bisa menjelaskan secara tepat tentang riwayat pengobatan
sebelumnya
Penderita dating berobatsecara teratur sesuai jadwal pengobatan
Anggota kelurga penderita dapat menjaga dan melindungi kesehatannya
b. Penyuluahan Kelompok
Penyakit menular termasuk TB bukan hanya merupakan masalah bagi penderita,
tetapi juga masalah bagi masyarakat, oleh karena itu keberhasilan
penanggulangan TB sangat tergantung tingkat kesadaran dan partisipasi
masyarakat. Pesan- pesan penyuluhan melalui melalui media masa akan
menjangkau masyarakat umum. Penyampaian pesan TB perlu menghitungkan
kesiapan unit pelayanan, obat tersedia dan tenaga yang terlatih.
PENANGGULANGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
DENGAN PENGOBATAN EKSTRAK BUAH JAMBU BIJI