Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

KIMIA KLINIK

oleh :

Nama : Denda Febyana

Rosadi Nim : P07134122004A

Prodi : Ajeng Sarjana Terapan TLM

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
MATARAM TAHUN 2022/2023
Pemeriksaan Kimia Urine Metode Carik Celup

Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan
diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis
penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan
tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum.

Pemeriksaan makroskopik
Urinalisis dimulai dengan mengamati penampakan makroskopik: warna dan
kekeruhan. Urine normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai sedikit berkabut
dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin. Intensitas warna sesuai
dengan konsentrasi urine; urine encer hampir tidak berwarna, urine pekat berwarna
kuning tua atau sawo matang. Kekeruhan biasanya terjadi karena kristalisasi atau
pengendapan urat (dalam urine asam) atau fosfat (dalam urine basa). Kekeruhan juga
bisa disebabkan oleh bahan selular berlebihan atau protein dalam urine.
Volume urine normal adalah 750-2.000 ml/24hr. Pengukuran volume ini pada
pengambilan acak (random) tidak relevan. Karena itu pengukuran volume harus
dilakukan secara berjangka selama 24 jam untuk memperoleh hasil yang akurat.

Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan dapat mengindikasikan


kemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, darah di urin (hematuria), penyakit hati,
kerusakan otot atau eritrosit dalam tubuh. Obat-obatan tertentu juga dapat mengubah
warna urin. Kencing berbusa sangat mungkin mewakili jumlah besar protein dalam
urin (proteinuria).

Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urine adalah :


1. Merah:
a. Penyebab patologik: hemoglobin, mioglobin, porfobilinogen, porfirin.
b. Penyebab nonpatologik: banyak macam obat dan zat warna, bit, rhubab
(kelembak), senna.
2. Oranye:
a. Penyebab patologik: pigmen empedu.
b. Penyebab nonpatologik: obat untuk infeksi saliran kemih (piridium), obat
lain termasuk fenotiazin.
3. Kuning:
a. Penyebab patologik: urine yang sangat pekat, bilirubin, urobilin.
b. Penyebab nonpatologik: wotel, fenasetin, cascara, nitrofurantoin.
4. Hijau:
a. Penyebab patologik: biliverdin, bakteri (terutama Pseudomonas).
b. Penyebab nonpatologik: preparat vitamin, obat psikoaktif, diuretik.
5. Biru:
a. Penyebab patologik: tidak ada
b. Pengaruh obat: diuretik, nitrofuran.
6. Coklat:
a. Penyebab patologik: hematin asam, mioglobin, pigmen empedu.
b. Pengaruh obat: levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa.
7. Hitam atau hitam kecoklatan:
a. Penyebab patologik,melanin, asam homogentisat, indikans, urobilinogen,
methemoglobin.
b. Pengaruh obat levodopa, cascara, kompleks besi, fenol.
Pemeriksaan carik celup merupakan alat diagnostik dasar yang digunakan untuk
menentukan perubahan patologis dalam urin. Pemeriksaan carik celup ini ditandai
dengan melihat perubahan warna yang terjadi sesuai dengan keadaan urin yang
sebenarnya.

1. Urobilinogen
Tujuan : Untuk mengetahui adanya urobilinogen dalam urine.
Prinsip : Tes ini berdasarkan pada reaksi ehrlich, perubahan warna dari merah
jingga menjadi merah gelap. Urobilin bereaksi dengan Zink Acetat dalam larutan
amoniak membentuk garam Zink yang memberikan flouresensi hijau
Tes skrining urobilinogen didasarkan pada reaksi aldehid Erlich, dimana
urobilinogen beraksi dengan senyawa diazonium (p-dimethylaminobenzaldehyde)
dalam suasana asam membentuk warna merah azo. Namun, adanya bilirubin
dapat mengganggu pemeriksaan karena membentuk warna hijau.
2. Glukosa
Tujuan : Untuk mengetahui adanya glukosa dalam urine.
Prinsip : Oksidasi glukosa dikatalis oleh glukosa oksidase menjadi hidrogen
peroksida, hidrogen peroksida yang terbentuk kemudian dioksidasi oleh
chromogen dengan adanya peroksidase.
Metode strip reagen dinilai lebih bagus dibandingkan uji kimia basah tradisional
karena lebih spesifik untuk glukosa dan waktu pengujian relatif singkat. Strip
reagen untuk glukosa dilekati dua enzim, yaitu glukosa oksidase dan peroksidase,
serta zat warna (kromogen), seperti orto-tuluidin, kalium iodida, tetrametilbensidin
atau 4- aminoantipirin. Perubahan warna yang terjadi tergantung pada kromogen
yang digunakan dalam reaksi.
Selain menggunakan carik celup, pemeriksaan glukosa urine dapat menggunakan:
a. Metode Fehling Prinsip : Dengan pemanasan urine dalam suasana alkali,
glukosa akan mereduksi cupri sulfat menjadi cupro oksida. Pengendapan cupri
hidroksida dicegah dengan penambahan kalium natrium tartrate.
b. Metode Benedict Prinsip : Glukosa dalam urine akan mereduksi garam-garam
kompleks yang terdapat pada pereaksi benedict (ion cupri direduksi menjadi cupro)
dan mengendap dalam bentuk CuO dan Cu2O. Interpretasi hasil pada metode
Fehling dan Benedict: (-) : tetap biru, biru kehijauan. (+1) : hijau kekuning-kuningan
dan keruh (sesuai dengan 0,5 – 1 % glukosa) (+2) : kuning keruh (1 – 1,5 %
glukosa) (+3) : jingga atau warna lumpur keruh (2 – 3,5 % glukosa) (+4) : merah
bata (lebih dari 3,5 % glukosa).
3. Bilirubin
Tujuan : Untuk mengetahui adanya bilirubin dalam urine.
Prinsip : Reaksi azo coupling pada bilirubin dengan garam diazonium dalam
suasana agak asam membentuk azodye, perubahan warna dari coklat terang
menjadi merah. Bilirubin mereduksi FeCl3 menjadi senyawa warna hijau
(sebelumnya Bilirubin dalam urine diendapkan dengan larutan BaCl2).
Pemeriksaan rutin terhadap bilirubin urin dalam strip reagen menggunakan reaksi
diazo. Bilirubin bereaksi dengan garam diazoniu dalam suasana asam
menghasilkan azodye, dengan warna mulai dari coklat atau merah. Reaksi warna
strip reagen untuk bilirubin lebih sulit diinterpretasikan daripada reaksi strip reagen
untuk analit lainnya dan mudah dipengaruhi oleh pigmen lain yang ada dalam
urine.
4. Benda Keton
Tujuan : Untuk mengetahui adanya benda keton dalam urine.
Prinsip : Reaksi legais test nitroprusside asam asetat dalam suasana agak basa
bereaksi dengan nitro ferricanide menghasilkan perubahan warna dari coklat
menjadi ungu., atau Natrium nitroprusid akan bereaksi dengan asam aseto asetat
dan aseton dalam suasana basa akan membentuk senyawa berwarna ungu
Strip reagen berisi sodium nitroprusid (nitroferisianida) dan buffer basa yang
bereaksi dengan keton urine membentuk warna ungu atau merah marum. Sampel
urine untuk pemeriksaan benda keton adalah urine acak atau sewaktu. Hasil
pemeriksaan keton dilaporkan secara kualitatif (negatif, 1+, 2+, 3+) atau
semikuantitatif (negatif, 5, 15, 40, 80, 160 mg/dL)
5. pH
Tujuan : Untuk mengetahui pH urine.
Prinsip : Sistem 2 indikator, indikator methyl red dan brom thymol blue digunakan
untuk memberikan perubahan warna dari oranye menjadi hijau sampai biru.
Kebanyakan merk strip reagen menggunakan dua macam indikator (indikator
ganda), yaitu metil merah dan bromtimotil biru, dan bereaksi dengan ion H+
memberikan warna jingga, hijau, dan biru seiring dengan peningkatan pH. Strip
reagen mengukur rentang pH 5,0 sampai 9,0 dengan estimasi pengukuran 0,5
sampai 1, tergantung produsen strip reagen.
6. Darah Samar
Tujuan : Untuk mengetahui adanya darah dalam urine.
Prinsip : Tes ini berdasarkan pada aktivitas pseudo peroksidase dalam hemoglobin
dan myoglobin, chromogen teroksidasi oleh hydroperoksida yang terdapat pada
hemoglobin dan mengubah warna dari kuning menjadi biru.
Pemeriksaan dengan strip reagen mendeteksi eritrosit, hemoglobin bebas, maupun
mioglobin, namun reaksi sensitive terhadap hemoglobin dan mioglobin daripada
eritrosit. Pad reagen diresapi dengan kromogen tetrametilbenzidin dan peroksida.
Adanya eritrosit utuh akan memberikan reaksi berupa bintik – bintik hijau,
sedangkan hemoglobin bebas dan mioglobin akan memberikan warna hijau atau
hijau- biru tua.
7. Berat Jenis
Tujuan : Untuk mengetahui berat jenis urine.
Prinsip : Adanya ion dalam urine disebabkan oleh protein yang dilepaskan dari
polyelectrolyte. Proton yang disebabkan akan mengakibatkan penurunan pH dan
menghasilkan perubahan warna oleh bromthymol blue dari biru kehijauan menjadi
kuning kehijauan.
Penetapan berat jenis urin menggunakan strip reagen lebih praktis, cepat, dan
tepat daripada metode konvensional. Strip mengandung tiga bahan utama, yaitu
polielektrolit, substansi indkator dan buffer. Pembacaan dilakukan dalam interval
0,005 dari berat jenis 1,000 sampai 1,030. Urine yang mengandung glukosa atau
urea tinggi menyebabkan berat jenis cenderung tinggi dan protein sedang atau
ketoasidosis dapat menyebabkan berat jenis cenderung rendah.
8. Protein
Tujuan : Untuk mengetahui adanya protein dalam urine.
Prinsip : “Protein Error of Indicators” ketika pH menjadi konstan oleh adanya buffer,
indikator melepaskan ion H+ karena adanya protein dan mengubah warna dari
kuning menjadi biru kehijauan.
Metode yang digunakan dalam strip reagen untuk deteksi protein adalah
kolorimetri. Indikator yang digunakan pada berbagai strip reagen dan perubahan
warna yang dihasilkan dapat berbeda tergantung produsen strip reagen.
9. Nitrit
Tujuan : Untuk mengetahui adanya nitrit dalam urine.
Prinsip : Tes ini berdasarkan reaksi diazotasi dari nitrit dengan amonia aromatik
untuk menghasilkan garam diazonium, diikuti oleh reaksi azo coupling dan garam
diazonium dengan komponen aromatik pada reaksi. Produksi diazo menyebabkan
perubahan warna dari putih menjadi merah.
Dasar tes kimia nitrit adalah kemampuan bakteri tertentu untuk mereduksi nitrat
(NO3) menjadi nitrit (NO2). Nitrit terdeteksi oleh reaksi Greiss, dimana nitrit pada
pH asam bereaksi dengan amina aromatik (asam p-arsanilat atau sulfanilamide)
membentuk senyawa diazonium yang kemudian bereaksi dengan
tetrahidrobenzoquinolin menghasilkan warna azo yang merah muda (Strasinger
dan Lorenzo, 2008). Spesimen yang baik untuk pemeriksaan nitrit adalah urine
pagi pertama.
10. Leukosit
Tujuan : Untuk mengetahui adanya leukosit dalam urine.
Prinsip : Reaksi ini mengandung ester indoxil dan garam diazonium, diikuti oleh
reaksi azo coupling oleh amine aromatik, dengan pembentukan oleh esterase
leukosit dengan garam diazonium pada reaksi, hasil dari azodye menyebabkan
perubahan warna dari coklat menjadi ungu.
Uji strip reagen mendeteksi esterase leukosit yang ditemukan dalam granula
azurofilik leukosit granulositik (neutrofil, eosinofil dan basofil ), serta monosit dan
makrofag. Prinsipnya adalah aksi esterase leukosit memecah ester yang
diresapkan dalam pad reagen membentuk senyawa aromatik. Segera setelah
hidrolisis ester, reaksi azocoupling terjadi antara senyawa aromatik yang dihasilkan
dan garam azodium yang disediakan dalam pad tes menghasilkan warna azo dari
krem sampai ungu
11. Kreatinin
Prinsip : Kreatinin breaksi dengan indicator kreatinin dalam suasana alkali
membentuk kompleks warna purplish- brown. Itensitas warna yang terbentuk
setara dengan kadar kreatinin dalam urine.
12. Calsium
Prinsip : Adanya ion kalsium dalam urine bereaksi dengan OCPC (O-
Cresolphthalein complexon) membentuk kompleks warna orange-brown.
13. Mikroalbumin
Prinsip : Keberadaan Albumin dalam urine bereaksi dengan indicator metyl red dan
BTB, variasi ph sampai dengan 9 memberikan kombinasi warna pada kertas yang
mengandung indikator tersebut.

Anda mungkin juga menyukai