Anda di halaman 1dari 14

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti melakukan penelitian di salah satu Wilayah Kerja Puskesmas

Kediri II yaitu di Banjar Carik Padang Desa Nyambu terletak di Kecamatan Kediri, Kabupaten

Tabanan, Provinsi Bali. Luas wilayahnya adalah 70 Ha. Adapun batasan-batasan wilayah Banjar

Carik Padang yaitu sebelah utara adalah Banjar Dakdakan, sebelah selatan adalah Banjar Nyambu.

Di Banjar Carik Padang Desa Nyambu terdapat posbindu yang sudah berjalan aktif selama 2 tahun.

Kunjungan yang dilakukan puskesmas saat posbindu setiap 1 bulan sekali. Banjar Carik Padang

dipimpin oleh kepala dusun dan kelian adat serta dibantu oleh beberapa perangkat lain yang

mempunyai tugas masing-masing untuk mengkoordinasikan kegiatan yang bertujuan untuk

meningkatkan status kesehatan masyarakat di banjar carik padang, memiliki fasilitas seperti balai

banjar yang digunakan sebagai tempat berkumpulnya anggota masyarakat untuk melakukan

musyawarah atau kegiatan lainnya seperti : seka truna, PKK, posyandu balita, posyandu lansia dan

Posbindu PTM. Posyandu balita, posyandu lansia dan posbindu PTM dilaksanakan di banjar setiap

satu bulan sekali dengan melibatkan petugas dari UPT Kesmas Kediri II dan kader kesehatan yang

berasal dari masyarakat dan telah mendapatkan pelatihan.

Posbindu PTM di Banjar Carik Padang masih dikatakan kurang dalam kehadiran masyarakat

usia produktif untuk mengikuti Posbindu PTM setiap bulannya, dimana sosialisasi tentang Posbindu

PTM sudah dilakukan oleh petugas kesehatan namun respon dari aparat desa atau para masyarakat

masih belum bagus. Jumlah penduduk di Banjar Carik Padang Desa Nyambu yang tercatat tahun

2018 sebanyak 631 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki di Banjar Carik Padang berjumlah 327 jiwa
dan perempuan berjumlah 304 jiwa dengan 117 KK. Jumlah masyarakat usia produktif yang ada di

Banjar Carik Padang sebanyak 388 jiwa dan yang dijadikan responden sebanyak 80 sampel.

Pengambilan sampel mengguunakan metode simple random sampling.

4.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik sampel hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 8 s/d 25 April 2019

adalah sebagai berikut.

Tabel 4.1
Distribusi Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin
No Umur Frekuensi %
1. Laki-laki 36 10.0
2. Perempuan 44 36.3
Total 80 100.0

Tabel 4.1 menunjukan bahwa jumlah responden didominasi oleh perempuan yaitu sebanyak

44 (55.0%) responden.

Tabel 4.2
Distribusi Karakteristik Umur
No Umur Frekuensi %
1. 17-25 Tahun 8 10.0
2. 26-35 Tahun 29 36.3
3. 36-45 Tahun 31 38.8
4. 46-55 Tahun 12 15.0
Total 80 100.0

Tabel 4.2 menunjukan bahwa jumlah responden yang paling banyak yaitu umur 36-45 tahun

sebanyak 31 (38.8%) responden, dimana usia tersebut merupakan masa usia dewasa akhir dan
paling sedikit yaitu 17-25 tahun sebanyak 8 (10.0%) responden, dimana usia tersebut merupakan

masa remaja akhir.

Tabel 4.3
Distribusi Karakteristik Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Frekuensi %
1. Tidak Sekolah 3 3.8
2. Tamat SD 33 41.3
3. Tamat SMP 29 36.3
4. Tamat SMA 11 13.8
5. Tamat Akademik/PT 4 5.0
Total 80 100.0

Tabel 4.3 menunjukan bahwa jumlah responden yang paling banyak yaitu yang

berpendidikan SD sebanyak 33 (41.0%) responden dan pendidikan yang paling sedikit yaitu yang

berpendidikan tidak sekolah sebanyak 3 (3.8%) responden.

Tabel 4.4
Distribusi Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pekerjaan
No Pekerjaan Frekuensi %
1. Tidak Bekerja 6 7.5
2. Petani 12 15.0
3. Pensiun 0 0.0
4. Buruh 36 45.0
5. PNS 7 8.8
6. Wiraswasta 19 23.8
Total 80 100.0

Tabel 4.4 menunjukan bahwa jumlah responden yang paling banyak yaitu yang memiliki

pekerjaan buruh sebanyak 36 (45.0%) responden dan yang paling sedikit yaitu tidak bekerja

sebanyak 6 (7.5%) responden.


4.1.3 Hasil Penelitian Berdasarkan Variabel Penelitian

Variabel yang diukur pada penelitian ini adalah tingkat kepatuhan masyarakat usia produktif

dalam pemanfaatan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular dengan menggunakan intrumen

pengumpulan data yaitu kuesioner tingkat kepatuhan Posbindu PTM yang berisi 25 butir soal.

Berdasarkan dari jumlah responden sebanyak 80 orang, didapatkan tingkat kepatuhan responden

dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.5

Tingkat kepatuhan responden berdasarkan tingkat kepatuhan masyarakat usia produktif dalam
pemanfaatan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular di Banjar Carik Padang Desa Nyambu
No Tingkat Kepatuhan Frekuensi %
1. Patuh 20 25.0
2. Kurang Patuh 26 32.5
3. Tidak Patuh 34 42.5
Total 80 100.0

Tabel 4.5 menunjukan bahwa, responden dengan tingkat kepatuhan patuh sebesar 20

(25.0%) responden, kurang patuh 26 (32.5%) responden, tidak patuh 34 (42.5%) responden.
4.1.4 Hasil tabel silang antara tingkat kepatuhan masyarakat dalam pemanfaatan pos pembinaan

terpadu penyakit tidak menular berdasarkan karakteristik masyarakat.

Tabel 4.6
Tabel silang antara tingkat kepatuhan masyarakat dalam pemanfaatan pos pembinaan terpadu penyakit
tidak menular di Banjar Carik Padang Desa Nyambu
Tingkat Kepatuhan Total
Karakteristik Patuh Kurang Patuh Tidak Patuh
Responden
F % F % F % F %
Jenis Kelamin
Laki-laki 1 11 13.8 6 7.5 19 23.8 36 45.0
Perempuan 10 13.1 16 20.0 18 22.5 44 55.0

80 100
Umur
17-25 Tahun 3 3.8 0 0.0 5 6.2 8 10.0
26-35 Tahun 6 7.5 10 12.5 13 16.2 29 36.2
36-45 Tahun 9 11.2 8 10.0 14 16.8 31 38.8
46-55 Tahun 2 2.5 5 6.2 5 6.2 12 15.0
80 100
Pendidikan
Tidak Sekolah 1 1.2 1 1.2 1 1.2 3 3.8
Tamat SD 5 6.3 12 15.0 16 20.0 33 41.2
Tamat SMP 9 11.2 8 10.0 12 15.0 29 36.2
Tamat SMA 3 3.8 5 6.2 3 3.8 11 13.8
Tamat Akademik/PT 2 2.5 0 0.0 2 2.5 4 5.0

80 100
Pekerjaan
Tidak Bekerja 1 1.2 3 33.8 2 2.5 6 7.5
Petani 3 3.8 5 6.2 4 50.0 12 15.0
Pensiun 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0
Buruh 7 8.8 13 16.2 16 20.0 36 45.0
PNS 3 3.8 1 1.2 3 3.8 7 8.8
Wiraswasta 6 7.5 4 5.0 9 11.2 19 23.8

80 100

Tabel 4.6 menunjukan bahwa dari keseluruhan responden berdasarkan karakeristik usia 15-

59 tahun sebanyak 80 responden. Berdasarkan tingkat kepatuhan berdasarkan karakteristik jenis

kelamin perempuan di dapatkan sebagian besar tidak patuh sebanyak 19 (23.8%) responden, tingkat
kepatuhan berdasarkan karakteristik umur 36-45 sebagian besar tidak patuh sebanyak 14 (16.8%)

responden, tingkat kepatuhan berdasarkan karakteristik pendidikan SD sebagaian besar tidak patuh

sebanyak 16 (20.0%) responden, tingkat kepatuhan berdasarkan karakteristik pekerjaan buruh

sebagian besar tidak patuh sebanyak 16 (20.0%) responden.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dapat diuraikan dalam pembahasan hasil

penelitian sebagai berikut:

a) Tingkat Kepatuhan Masyarakat Usia Produktif dalam Pemanfaatan Pos Pembinaan

Terpadu Penyakit Tidak Menular

Berdasarkan hasil penelitian tingkat kepatuhan masyarakat dalam pemanfaatan pos

pembinaan terpadu penyakit tidak menular didapatkan hasil sebagian besar responden dengan

katagori tidak patuh dalam pemanfaatan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular sebanyak

34 (42.5%) responden, dikarenakan masyarakat masih memiliki pengetahuan yang kurang tentang

pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular, dan peran kader yang masih kurang dalam

mengingatkan kegiatan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular karena masih merangkap

menjadi kader balita. Dalam penelitian ini masyarakat yang tdiak patuh dikarenakan masyarakat

masih tidak tahu tentang pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular, manfaatn dan tujuan dari

adanya pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular, sehingga pengetahuan masyarakat dalam

memanfaatkan pelayanan kesehatan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular masih kurang,

didukung dari hasil sebaran data kuesiner pada item pengetahuan yang berjumlah 5 soal didapatkan

jumlah tertinggi pada soal nomor 4 tentang tujuan diselenggarakannya pos pembinaan terpadu

penyakit tidak menular membina masyarakat dalam bidang kesehatan fisik dan spiritual yaitu

sebanyak 40 (53%) yang menjawab ragu-ragu dan pada soal nomor 3 tentang kegiatan pos
pembinaan terpadu penyakit tidak menular dilaksanakan 1 bulan sekali hanya sekitar 39 (51%)

responden yang masih menjawab ragu-ragu.

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia yang diperoleh melalui indera pendengaran

dan penglihatan, pengetahuan seseorang terhadap onjek mempunyai intensitas atau tingkat yang

berbeda-beda (Notoatmodjo, 2011). Berdasarkan teori Notoatmodjo (2011), pengetahuan sangat

erat kaitannya dengan pendidikan seseorang dengan pendidikan formalnya yang tinggi bila

dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah, namun perlu ditekankan

bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah.

Berdasarkan penelitian Astuti (2016) yang menyatakan Keaktifan masyarakat mengikuti pos

pembinaan terpadu penyakit tidak menular dipengaruhi oleh factor-faktor pengetahuan masyarakat

mengikuti posbindu penyakit tidak menular, dukungan dari keluarga, peran kader, jarak rumah dan

kesibukan yang tidak dapat ditinggalkan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Idayani (2015) tentang hubungan antara

pengetahuan dan sikap masyarakat dengan keaktifan masyarakat tehadap pemanfaatan posbindu

penyakit tidak menular di desa windan makamhaji kaptasura, menyatakan hasil penelitian didapat

bahwa pengetahuan masyarakat tentang posbindu penyakit tidak menular termasuk katagori kurang

yang sebagian besar 34 masyarakat (48.57%) adalah masyarakat yang tidak memiliki kemampuan

untuk memperoleh informasi tentang posbindu dan manfaatnya. Hal ini dapat disebabkan oleh

beberapa faktor seperti masyarakat kurang berusaha untuk mencari informasi kesehatan, masyarakat

tidak memiliki pengalaman pribadi dalam mengikuti posbindu atau masyarakat sendiri tidak berbagi

cerita dengan masyarakat lain yang sudah memiliki pengalaman dalam mengikuti posbindu.

Faktor lain yang mempengaruhi masyarakat tidak patuh dalam pemanfaatan layanan

kesehatan posbindu penyakit tidak menular yaitu peran kader yang masih kurang mengingatkan
kegiatan posbindu penyakit tidak menular, didapatkan dari hasil sebaran data kuesioner pada peran

kader yang berjumlah soal didapatkan jumlah tertinggi pada soal nomor 21 tentang kader memberi

informasi tentang adanya kegiatan posbindu penyakit tidak menular, hanya sekitar 38 responden

(50%) menjawab tidak setuju atau tidak pernah memberikan informasi dan soal nomor 25 tentang

kader mengingatkan saya untuk selalu hadir dikegiatan posbindu yaitu sebanyak 36 responden

(47.4%) menjawab tidak setuju atau tidak pernah mengingatkan untuk hadir. Kader masyarakat

merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting dalam pelayanan kesehatan

dimasyarakat (Rizkinuary, 2014). Penelitian ini sependapat dengan penelitian Eka (2015), hasil

penelitian menunjukan bahwa peran kader merupakan variabel yang paling signifikan terhadap

pemanfaatan posbindu penyakit tidak menular dengan P=0,000. Masyarakat yang tidak

memanfaatan posbindu penyakit tidak menular lebih besar proporsinya pada masyarakat yang

menyatakan kader tidak berperan (98.8%) dibandingkan dengan masyarakat yang menyatakan

kader berperan aktif (2.0%).

Peneliti berpendapat bahwa tingkat kepatuhan masyarakat dalam pemanfaatan layanan

kesehatan posbindu penyakit tidak menular di Banjar Carik Padang Desa Nyambu masih kurang

dari target pencapaian cakupan pelayanan kesehatan yaitu 70% dilihat dari kehadiran masyarakat

yang tidak memanfaatkan layanan kesehatan posbindu penykit tidak menular berjumlah 32

masyarakat (42.1%) yang tidak patuh mengikuti posbindu penyakit tidak menular. Banyaknya

masyarakat yang tidak memanfaatakan layanan kesehatan posbindu penyakit tidak menular sangat

berpengaruh dalam masalah kesehatan yang tidak terpantau.

b) Gambaran tingkat kepatuhan masyarakat usia produktif dalam pemanfaatan pos

pembinaan terpadu penyakit tidak menular berdasarkan karateristik masyarakat


Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat kepatuhan masyarakat berdasarkan

karakteristik jenis kelamin didapatkan sebagian besar karakteristik yang berjenis kelamin laki-laki

didapatkan sebagian besar tidak patuh sebanyak 19 (23.8%) responen. Menurut Yorita (2015),

wanita pada umumnya berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan pria, hal ini dapat dilihat dari

presentasi pria dan wanita serta ratio jenis kelamin dari penduduk pria dan wanita. Berdasarkan

teori Harianto (2014) menyatakan bahwa secara umum angka mordibitas pada perempuan lebih

tinggi dan perempuan lebih cendrung merasakan sakit, sehingga harus lebih banyak berkonsultasi

dengan pihak kesehatan untuk pemeriksaan fisiknya. Sejalan dengan penelitian Astuti (2013) bahwa

perempuan cendrung mempunyai prilaku yang tinggi untuk mengikuti posbindu karena perempuan

lebih tekun dan senang berkumpul dengan teman seusianya, sedangkan laki-laki mempunyai prilaku

mengikuti kegiatan posbindu yang rendah karena laki-laki secara psikologis cepat bosan dan

memilih untuk bekerja.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat kepatuhan masyarakat berdasarkan

karakteristik usia didapatkan sebagian besar yang berumur 36-45 tahun didapatkan sebagian besar

tidak patuh sebanyak 14 (16.8%) responden. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Purdiyani (2016), tentang pemanfaatan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular

oleh wanita dalam rangka mencegah penyakit tidak menular di wilayah kerja puskesmas cilongok 1.

Hasil penelitian didapatkan bahwa umur rata-rata responden adalah 43 tahun. Usia merupakan salah

satu faktor predisposisi yang berperan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Semakin cukup

umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

memanfaatkan pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2011).

Sebagian besar kebiasaan masyarakat yaitu bekerja dan berdasarkan hasil interaksi,

kebanyakan masyarakat di banjar carik padang tidak mengonsumsi makanan cepat saji yang mana

makanan tersebut dapat memicu terjadinya penyakit tidak menular. Berdasarkan kebiasaan tersebut
masyarakat dapat hidup sehat dan mampu berperan aktif dalam kehidupan namun faktor usia

mengakibatkan terjadinya penurunan fungsi fisiologis sehingga penyakit tidak menular banyak

terjadi pada masyarakat. Pemeliharaan kesehatan masyarakat harus ditunjukkan agar tetap hidup

sehat dan produktif. Posbindu penyakit tidak menular adalah untuk masyarakat di wilayah kerja

tertentu yang digerakkan oleh masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Faktor usia

mempengaruhi masyarakat untuk memanfaatkan posbindu.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat kepatuhan masyarakat berdasarkan

karakteristik pendidikan didapatkan sebagian besar yang pendidikan tamat SD didapatkan sebagian

besar tidak patuh sebanyak 16 (20.0%) responden. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang

termasuk juga prilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam motivasi untuk sikap serta

berperan dalam membangun kesehatan Notoatmodjo (2011). Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan Yusman (2016), pada 76 masyarakat yang membahas tentang

pengetahuan masyarakat tentang posbindu dengan kepatuhan berkunjung di wilayah kerja

puskesmas rancah kabupaten ciamis. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pendidikan

masyarakat sebagian besar tamat SD yaitu sebanyak 98 orang (50.5%). Berdasarkan hasil interaksi

dengan masyarakat kebanyakan masyarakat di banjar carik padang berpendidikan tamat SD karena

dulu masyarakat lebih memilih untuk bekerja. Pendidikan terkait dengan kemampuan seseorang

menyerap informasi serta menggali gejala penyakit sehingga memiliki keinginan untuk

memanfaatkan pelayanan kesehatan dan aktif berperan mengatasi masalah kesehatannya.

Berdasarkan penelitian diatas peneliti berasumsi bahwa seseorang dengan pendidikan rendah lebih

banyak yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hal ini dikarenakan pendidikan yang

rendah cendrung menyebabkan pengetahuan yang rendah pula tentang pentingnya kesehatan.

Mereka kurang memahami tentang manfaat pelayanan kesehatan dan kondisi yang ada pada dirinya

yang mengharuskan agar mereka segera mengakses pelayanan kesehatan.


Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat kepatuhan masyarakat berdasarkan

karakteristik pekerjaan didapatkan sebagian besar sebagai buruh didapatkan sebagian besar tidak

patuh sebanyak 16 (20.0%) responden. Berdasarkan teori Mubarak (2013) menyatakan lingkungan

pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara

langsung maupun tidak langsung. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Wahyudi (2014), tentang kepatuhan posbindu penyakit tidak menular yang

menyatakan bahwa ketidakaktifan masyarakat karena masyarakat mayoritas masih bekerja dan

masyarakat juga mengatakan tidak ingin bergantung pada orang lain. Didukung oleh penelitian

Astuti (2017) yang mengatakan bahwa ketidakaktifan masyarakat karena masyarakat mayoritas

masih bekerja dan ingin mempunyai suber daya sendiri. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Wahyudi (2014) menjelaskan bahwa pekerjaan tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap pemanfaatan pelayanan posbindu. Peneliti berasumsi bahwa pekerjaan

seseorang dapat menentukan tingkat kepatuhan dalam pemanfaatan layanan posbindu karena dilihat

dari pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan.

Peneliti berpendapat bahwa tingkat kepatuhan masyarakat dalam pemanfaatan pos

pembinaan terpadu penyakit tidak menular berdasarkan karakteristik jenis kelamin bahwa

masyarakat dengan jenis kelamin laki-laki masih kurang tanggap dalam kegiatan pemeriksaan

kesehatan seperti posbindu penyakit tidak menular. Dilihat dari karakteristik usia bahwa usia sangat

mempengaruhi masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dimana Semakin cukup

umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

memanfaatkan pelayanan kesehatan. Dilihat dari karakteristik pendidikan bahwa tingkat pendidikan

masyarakat sangat bepengaruh dalam tingkat pemanfaatan posbindu penyakit tidak menular

dikarenakan pendidikan yang rendah cendrung menyebabkan pengetahuan yang rendah pula

tentang pentingnya pelayanan kesehatan. Dilihat dari karakteristik pekerjaan yang masih sebagian
besar bekerja sebagai buruh sehingga pekerjaan dapat menentukan tingkat kepatuhan dalam

pemanfaatan posbindu penyakit tidak menular karena dilihat dari pekerjaan yang tidak bisa

ditinggalkan.

4.3 Keterbatasan Peneliti

Menurut Nursalam (2008), keterbatasan adalah suatu kendala yang mungkin mengurangi

kesimpulan secara umum dalam suatu penelitian.

Dalam penelitian ini masih terdapat adanya keterbatasan, keterbatasan tersebut diantaranya adalah:

1. Penelitian ini tidak melakukan pendekatan secara komprehensif kepada calon responden

yang menyebabkan calon rsponden tidak tahu akan di adakan penelitian secara langsung

kerumah-rumah sehingga terjadi penolakan menjadi responden.

2. Peneliti menemukan kendala dalam penelitian ini yaitu adanya masyarakat yang sulit

memahami pertanyaan yang peneliti tanyakan sehingga pertanyaan tersebut dibacakan

berulang kali.

3. Peneliti tidak bisa melakukan penelitian selama 1 hari dan harus melakukan kunjungan

beberapa kali untuk menyelesaikan penelitian.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan khusus penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1) Berdasarkan variabel penelitian tingkat kepatuhan masyarakat dalam pemanfaatan layanan

kesehatan posbindu penyakit tidak menular, sebagaian besar masyarakat tidak patuh dalam

pemanfaatan posbindu penyakit tidak menular sebanyak 42.5% (34 responden).

2) Berdasarkan gambaran tingkat kepatuhan dalam pemanfaatan posbindu penyakit tidak menular

berdasarkan karakteristik masyarakat menunjukan hasil sebagian besar masyarakat dengan

tingkat kepatuhan tidak patuh paling banyak dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 19

responden (23.8%), tingkat kepatuhan berdasarkan karakteristik usia 36-45 tahun sebagian besar

tidak patuh sebanyak 14 responden (16.8%), tingkat kepatuhan berdasarkan karakteristik

pendidikan SD sebagian besar tidak patuh sebanyak 16 responden (20.0%), dan tingkat

kepatuhan dengan karakteristik pekerjaan buruh sebagian besar ttidak patuh sebanyak 16

responden (20.0%).

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan:

1) Bagi Kepala UPT Kesmas Kediri II

Diharapkan agar meningkatkan fungsi informasi dan sosialisasi terkait pemanfaatan

posbindu penyakit tidak menular di Banjar Carik Padang Desa Nyambu.

2) Bagi Kader Kesehatan Banjar Carik Padang


Diharapkan kepada kader agar sosialisasi kembali atau memberi pengarahan saat jadwal

posbindu penyakit tidak menular agar masyarakat hadir dalam kegiatan posbindu penyakit

tidak menular.

3) Masyarakat Banjar Carik Padang

Diharapkan kepada masyarakat agar lebih bisa memanfaatkan layanan kesehatan yang sudah

tersedia di banjar, mengingat manfaat posbindu dapat meningkatkan status kesehatan

masyarakat.

4) Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar meningkatkan tokoh masyarakat sebagai

pendamping saat melakukan prosedur pendekatan dalam komunitas sebelum melakukan

penelitian.

Anda mungkin juga menyukai