Pada penelitian ini, peneliti melakukan penelitian di salah satu Wilayah Kerja Puskesmas
Kediri II yaitu di Banjar Carik Padang Desa Nyambu terletak di Kecamatan Kediri, Kabupaten
Tabanan, Provinsi Bali. Luas wilayahnya adalah 70 Ha. Adapun batasan-batasan wilayah Banjar
Carik Padang yaitu sebelah utara adalah Banjar Dakdakan, sebelah selatan adalah Banjar Nyambu.
Di Banjar Carik Padang Desa Nyambu terdapat posbindu yang sudah berjalan aktif selama 2 tahun.
Kunjungan yang dilakukan puskesmas saat posbindu setiap 1 bulan sekali. Banjar Carik Padang
dipimpin oleh kepala dusun dan kelian adat serta dibantu oleh beberapa perangkat lain yang
meningkatkan status kesehatan masyarakat di banjar carik padang, memiliki fasilitas seperti balai
banjar yang digunakan sebagai tempat berkumpulnya anggota masyarakat untuk melakukan
musyawarah atau kegiatan lainnya seperti : seka truna, PKK, posyandu balita, posyandu lansia dan
Posbindu PTM. Posyandu balita, posyandu lansia dan posbindu PTM dilaksanakan di banjar setiap
satu bulan sekali dengan melibatkan petugas dari UPT Kesmas Kediri II dan kader kesehatan yang
Posbindu PTM di Banjar Carik Padang masih dikatakan kurang dalam kehadiran masyarakat
usia produktif untuk mengikuti Posbindu PTM setiap bulannya, dimana sosialisasi tentang Posbindu
PTM sudah dilakukan oleh petugas kesehatan namun respon dari aparat desa atau para masyarakat
masih belum bagus. Jumlah penduduk di Banjar Carik Padang Desa Nyambu yang tercatat tahun
2018 sebanyak 631 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki di Banjar Carik Padang berjumlah 327 jiwa
dan perempuan berjumlah 304 jiwa dengan 117 KK. Jumlah masyarakat usia produktif yang ada di
Banjar Carik Padang sebanyak 388 jiwa dan yang dijadikan responden sebanyak 80 sampel.
Karakteristik sampel hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 8 s/d 25 April 2019
Tabel 4.1
Distribusi Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin
No Umur Frekuensi %
1. Laki-laki 36 10.0
2. Perempuan 44 36.3
Total 80 100.0
Tabel 4.1 menunjukan bahwa jumlah responden didominasi oleh perempuan yaitu sebanyak
44 (55.0%) responden.
Tabel 4.2
Distribusi Karakteristik Umur
No Umur Frekuensi %
1. 17-25 Tahun 8 10.0
2. 26-35 Tahun 29 36.3
3. 36-45 Tahun 31 38.8
4. 46-55 Tahun 12 15.0
Total 80 100.0
Tabel 4.2 menunjukan bahwa jumlah responden yang paling banyak yaitu umur 36-45 tahun
sebanyak 31 (38.8%) responden, dimana usia tersebut merupakan masa usia dewasa akhir dan
paling sedikit yaitu 17-25 tahun sebanyak 8 (10.0%) responden, dimana usia tersebut merupakan
Tabel 4.3
Distribusi Karakteristik Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Frekuensi %
1. Tidak Sekolah 3 3.8
2. Tamat SD 33 41.3
3. Tamat SMP 29 36.3
4. Tamat SMA 11 13.8
5. Tamat Akademik/PT 4 5.0
Total 80 100.0
Tabel 4.3 menunjukan bahwa jumlah responden yang paling banyak yaitu yang
berpendidikan SD sebanyak 33 (41.0%) responden dan pendidikan yang paling sedikit yaitu yang
Tabel 4.4
Distribusi Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pekerjaan
No Pekerjaan Frekuensi %
1. Tidak Bekerja 6 7.5
2. Petani 12 15.0
3. Pensiun 0 0.0
4. Buruh 36 45.0
5. PNS 7 8.8
6. Wiraswasta 19 23.8
Total 80 100.0
Tabel 4.4 menunjukan bahwa jumlah responden yang paling banyak yaitu yang memiliki
pekerjaan buruh sebanyak 36 (45.0%) responden dan yang paling sedikit yaitu tidak bekerja
Variabel yang diukur pada penelitian ini adalah tingkat kepatuhan masyarakat usia produktif
dalam pemanfaatan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular dengan menggunakan intrumen
pengumpulan data yaitu kuesioner tingkat kepatuhan Posbindu PTM yang berisi 25 butir soal.
Berdasarkan dari jumlah responden sebanyak 80 orang, didapatkan tingkat kepatuhan responden
Tabel 4.5
Tingkat kepatuhan responden berdasarkan tingkat kepatuhan masyarakat usia produktif dalam
pemanfaatan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular di Banjar Carik Padang Desa Nyambu
No Tingkat Kepatuhan Frekuensi %
1. Patuh 20 25.0
2. Kurang Patuh 26 32.5
3. Tidak Patuh 34 42.5
Total 80 100.0
Tabel 4.5 menunjukan bahwa, responden dengan tingkat kepatuhan patuh sebesar 20
(25.0%) responden, kurang patuh 26 (32.5%) responden, tidak patuh 34 (42.5%) responden.
4.1.4 Hasil tabel silang antara tingkat kepatuhan masyarakat dalam pemanfaatan pos pembinaan
Tabel 4.6
Tabel silang antara tingkat kepatuhan masyarakat dalam pemanfaatan pos pembinaan terpadu penyakit
tidak menular di Banjar Carik Padang Desa Nyambu
Tingkat Kepatuhan Total
Karakteristik Patuh Kurang Patuh Tidak Patuh
Responden
F % F % F % F %
Jenis Kelamin
Laki-laki 1 11 13.8 6 7.5 19 23.8 36 45.0
Perempuan 10 13.1 16 20.0 18 22.5 44 55.0
80 100
Umur
17-25 Tahun 3 3.8 0 0.0 5 6.2 8 10.0
26-35 Tahun 6 7.5 10 12.5 13 16.2 29 36.2
36-45 Tahun 9 11.2 8 10.0 14 16.8 31 38.8
46-55 Tahun 2 2.5 5 6.2 5 6.2 12 15.0
80 100
Pendidikan
Tidak Sekolah 1 1.2 1 1.2 1 1.2 3 3.8
Tamat SD 5 6.3 12 15.0 16 20.0 33 41.2
Tamat SMP 9 11.2 8 10.0 12 15.0 29 36.2
Tamat SMA 3 3.8 5 6.2 3 3.8 11 13.8
Tamat Akademik/PT 2 2.5 0 0.0 2 2.5 4 5.0
80 100
Pekerjaan
Tidak Bekerja 1 1.2 3 33.8 2 2.5 6 7.5
Petani 3 3.8 5 6.2 4 50.0 12 15.0
Pensiun 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0
Buruh 7 8.8 13 16.2 16 20.0 36 45.0
PNS 3 3.8 1 1.2 3 3.8 7 8.8
Wiraswasta 6 7.5 4 5.0 9 11.2 19 23.8
80 100
Tabel 4.6 menunjukan bahwa dari keseluruhan responden berdasarkan karakeristik usia 15-
kelamin perempuan di dapatkan sebagian besar tidak patuh sebanyak 19 (23.8%) responden, tingkat
kepatuhan berdasarkan karakteristik umur 36-45 sebagian besar tidak patuh sebanyak 14 (16.8%)
responden, tingkat kepatuhan berdasarkan karakteristik pendidikan SD sebagaian besar tidak patuh
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dapat diuraikan dalam pembahasan hasil
pembinaan terpadu penyakit tidak menular didapatkan hasil sebagian besar responden dengan
katagori tidak patuh dalam pemanfaatan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular sebanyak
34 (42.5%) responden, dikarenakan masyarakat masih memiliki pengetahuan yang kurang tentang
pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular, dan peran kader yang masih kurang dalam
mengingatkan kegiatan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular karena masih merangkap
menjadi kader balita. Dalam penelitian ini masyarakat yang tdiak patuh dikarenakan masyarakat
masih tidak tahu tentang pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular, manfaatn dan tujuan dari
adanya pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular, sehingga pengetahuan masyarakat dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular masih kurang,
didukung dari hasil sebaran data kuesiner pada item pengetahuan yang berjumlah 5 soal didapatkan
jumlah tertinggi pada soal nomor 4 tentang tujuan diselenggarakannya pos pembinaan terpadu
penyakit tidak menular membina masyarakat dalam bidang kesehatan fisik dan spiritual yaitu
sebanyak 40 (53%) yang menjawab ragu-ragu dan pada soal nomor 3 tentang kegiatan pos
pembinaan terpadu penyakit tidak menular dilaksanakan 1 bulan sekali hanya sekitar 39 (51%)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia yang diperoleh melalui indera pendengaran
dan penglihatan, pengetahuan seseorang terhadap onjek mempunyai intensitas atau tingkat yang
erat kaitannya dengan pendidikan seseorang dengan pendidikan formalnya yang tinggi bila
dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah, namun perlu ditekankan
bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah.
Berdasarkan penelitian Astuti (2016) yang menyatakan Keaktifan masyarakat mengikuti pos
pembinaan terpadu penyakit tidak menular dipengaruhi oleh factor-faktor pengetahuan masyarakat
mengikuti posbindu penyakit tidak menular, dukungan dari keluarga, peran kader, jarak rumah dan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Idayani (2015) tentang hubungan antara
pengetahuan dan sikap masyarakat dengan keaktifan masyarakat tehadap pemanfaatan posbindu
penyakit tidak menular di desa windan makamhaji kaptasura, menyatakan hasil penelitian didapat
bahwa pengetahuan masyarakat tentang posbindu penyakit tidak menular termasuk katagori kurang
yang sebagian besar 34 masyarakat (48.57%) adalah masyarakat yang tidak memiliki kemampuan
untuk memperoleh informasi tentang posbindu dan manfaatnya. Hal ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor seperti masyarakat kurang berusaha untuk mencari informasi kesehatan, masyarakat
tidak memiliki pengalaman pribadi dalam mengikuti posbindu atau masyarakat sendiri tidak berbagi
cerita dengan masyarakat lain yang sudah memiliki pengalaman dalam mengikuti posbindu.
Faktor lain yang mempengaruhi masyarakat tidak patuh dalam pemanfaatan layanan
kesehatan posbindu penyakit tidak menular yaitu peran kader yang masih kurang mengingatkan
kegiatan posbindu penyakit tidak menular, didapatkan dari hasil sebaran data kuesioner pada peran
kader yang berjumlah soal didapatkan jumlah tertinggi pada soal nomor 21 tentang kader memberi
informasi tentang adanya kegiatan posbindu penyakit tidak menular, hanya sekitar 38 responden
(50%) menjawab tidak setuju atau tidak pernah memberikan informasi dan soal nomor 25 tentang
kader mengingatkan saya untuk selalu hadir dikegiatan posbindu yaitu sebanyak 36 responden
(47.4%) menjawab tidak setuju atau tidak pernah mengingatkan untuk hadir. Kader masyarakat
merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting dalam pelayanan kesehatan
dimasyarakat (Rizkinuary, 2014). Penelitian ini sependapat dengan penelitian Eka (2015), hasil
penelitian menunjukan bahwa peran kader merupakan variabel yang paling signifikan terhadap
pemanfaatan posbindu penyakit tidak menular dengan P=0,000. Masyarakat yang tidak
memanfaatan posbindu penyakit tidak menular lebih besar proporsinya pada masyarakat yang
menyatakan kader tidak berperan (98.8%) dibandingkan dengan masyarakat yang menyatakan
kesehatan posbindu penyakit tidak menular di Banjar Carik Padang Desa Nyambu masih kurang
dari target pencapaian cakupan pelayanan kesehatan yaitu 70% dilihat dari kehadiran masyarakat
yang tidak memanfaatkan layanan kesehatan posbindu penykit tidak menular berjumlah 32
masyarakat (42.1%) yang tidak patuh mengikuti posbindu penyakit tidak menular. Banyaknya
masyarakat yang tidak memanfaatakan layanan kesehatan posbindu penyakit tidak menular sangat
karakteristik jenis kelamin didapatkan sebagian besar karakteristik yang berjenis kelamin laki-laki
didapatkan sebagian besar tidak patuh sebanyak 19 (23.8%) responen. Menurut Yorita (2015),
wanita pada umumnya berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan pria, hal ini dapat dilihat dari
presentasi pria dan wanita serta ratio jenis kelamin dari penduduk pria dan wanita. Berdasarkan
teori Harianto (2014) menyatakan bahwa secara umum angka mordibitas pada perempuan lebih
tinggi dan perempuan lebih cendrung merasakan sakit, sehingga harus lebih banyak berkonsultasi
dengan pihak kesehatan untuk pemeriksaan fisiknya. Sejalan dengan penelitian Astuti (2013) bahwa
perempuan cendrung mempunyai prilaku yang tinggi untuk mengikuti posbindu karena perempuan
lebih tekun dan senang berkumpul dengan teman seusianya, sedangkan laki-laki mempunyai prilaku
mengikuti kegiatan posbindu yang rendah karena laki-laki secara psikologis cepat bosan dan
karakteristik usia didapatkan sebagian besar yang berumur 36-45 tahun didapatkan sebagian besar
tidak patuh sebanyak 14 (16.8%) responden. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Purdiyani (2016), tentang pemanfaatan pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular
oleh wanita dalam rangka mencegah penyakit tidak menular di wilayah kerja puskesmas cilongok 1.
Hasil penelitian didapatkan bahwa umur rata-rata responden adalah 43 tahun. Usia merupakan salah
satu faktor predisposisi yang berperan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Semakin cukup
umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
Sebagian besar kebiasaan masyarakat yaitu bekerja dan berdasarkan hasil interaksi,
kebanyakan masyarakat di banjar carik padang tidak mengonsumsi makanan cepat saji yang mana
makanan tersebut dapat memicu terjadinya penyakit tidak menular. Berdasarkan kebiasaan tersebut
masyarakat dapat hidup sehat dan mampu berperan aktif dalam kehidupan namun faktor usia
mengakibatkan terjadinya penurunan fungsi fisiologis sehingga penyakit tidak menular banyak
terjadi pada masyarakat. Pemeliharaan kesehatan masyarakat harus ditunjukkan agar tetap hidup
sehat dan produktif. Posbindu penyakit tidak menular adalah untuk masyarakat di wilayah kerja
tertentu yang digerakkan oleh masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Faktor usia
karakteristik pendidikan didapatkan sebagian besar yang pendidikan tamat SD didapatkan sebagian
besar tidak patuh sebanyak 16 (20.0%) responden. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang
termasuk juga prilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam motivasi untuk sikap serta
berperan dalam membangun kesehatan Notoatmodjo (2011). Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Yusman (2016), pada 76 masyarakat yang membahas tentang
puskesmas rancah kabupaten ciamis. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pendidikan
masyarakat sebagian besar tamat SD yaitu sebanyak 98 orang (50.5%). Berdasarkan hasil interaksi
dengan masyarakat kebanyakan masyarakat di banjar carik padang berpendidikan tamat SD karena
dulu masyarakat lebih memilih untuk bekerja. Pendidikan terkait dengan kemampuan seseorang
menyerap informasi serta menggali gejala penyakit sehingga memiliki keinginan untuk
Berdasarkan penelitian diatas peneliti berasumsi bahwa seseorang dengan pendidikan rendah lebih
banyak yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hal ini dikarenakan pendidikan yang
rendah cendrung menyebabkan pengetahuan yang rendah pula tentang pentingnya kesehatan.
Mereka kurang memahami tentang manfaat pelayanan kesehatan dan kondisi yang ada pada dirinya
karakteristik pekerjaan didapatkan sebagian besar sebagai buruh didapatkan sebagian besar tidak
patuh sebanyak 16 (20.0%) responden. Berdasarkan teori Mubarak (2013) menyatakan lingkungan
pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Wahyudi (2014), tentang kepatuhan posbindu penyakit tidak menular yang
menyatakan bahwa ketidakaktifan masyarakat karena masyarakat mayoritas masih bekerja dan
masyarakat juga mengatakan tidak ingin bergantung pada orang lain. Didukung oleh penelitian
Astuti (2017) yang mengatakan bahwa ketidakaktifan masyarakat karena masyarakat mayoritas
masih bekerja dan ingin mempunyai suber daya sendiri. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wahyudi (2014) menjelaskan bahwa pekerjaan tidak mempunyai pengaruh yang
seseorang dapat menentukan tingkat kepatuhan dalam pemanfaatan layanan posbindu karena dilihat
pembinaan terpadu penyakit tidak menular berdasarkan karakteristik jenis kelamin bahwa
masyarakat dengan jenis kelamin laki-laki masih kurang tanggap dalam kegiatan pemeriksaan
kesehatan seperti posbindu penyakit tidak menular. Dilihat dari karakteristik usia bahwa usia sangat
umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
memanfaatkan pelayanan kesehatan. Dilihat dari karakteristik pendidikan bahwa tingkat pendidikan
masyarakat sangat bepengaruh dalam tingkat pemanfaatan posbindu penyakit tidak menular
dikarenakan pendidikan yang rendah cendrung menyebabkan pengetahuan yang rendah pula
tentang pentingnya pelayanan kesehatan. Dilihat dari karakteristik pekerjaan yang masih sebagian
besar bekerja sebagai buruh sehingga pekerjaan dapat menentukan tingkat kepatuhan dalam
pemanfaatan posbindu penyakit tidak menular karena dilihat dari pekerjaan yang tidak bisa
ditinggalkan.
Menurut Nursalam (2008), keterbatasan adalah suatu kendala yang mungkin mengurangi
Dalam penelitian ini masih terdapat adanya keterbatasan, keterbatasan tersebut diantaranya adalah:
1. Penelitian ini tidak melakukan pendekatan secara komprehensif kepada calon responden
yang menyebabkan calon rsponden tidak tahu akan di adakan penelitian secara langsung
2. Peneliti menemukan kendala dalam penelitian ini yaitu adanya masyarakat yang sulit
berulang kali.
3. Peneliti tidak bisa melakukan penelitian selama 1 hari dan harus melakukan kunjungan
BAB V
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan khusus penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
kesehatan posbindu penyakit tidak menular, sebagaian besar masyarakat tidak patuh dalam
2) Berdasarkan gambaran tingkat kepatuhan dalam pemanfaatan posbindu penyakit tidak menular
tingkat kepatuhan tidak patuh paling banyak dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 19
responden (23.8%), tingkat kepatuhan berdasarkan karakteristik usia 36-45 tahun sebagian besar
pendidikan SD sebagian besar tidak patuh sebanyak 16 responden (20.0%), dan tingkat
kepatuhan dengan karakteristik pekerjaan buruh sebagian besar ttidak patuh sebanyak 16
responden (20.0%).
5.2 Saran
posbindu penyakit tidak menular agar masyarakat hadir dalam kegiatan posbindu penyakit
tidak menular.
Diharapkan kepada masyarakat agar lebih bisa memanfaatkan layanan kesehatan yang sudah
masyarakat.
penelitian.