Anda di halaman 1dari 8

Literatur Review: Peberian Terapi External Cooling Pasien Demam Akibat Sepsis Berat Atau Syok

Sepsis Di Intalasi Gawat Darurat

Ni Nyoman Ayu Komalasari


STIKes Wira Medika Bali

ABSTRAK

Telah dilakukan sistematik review terhadap dua artikel dengan topik mengenai pemberian terapi
external cooling pasien demam akibat sepsis berat atau syok sepsis di intalasi gawat darurat. Tujuan
sistematik review ini dibuat adalah untuk meningkatkan pemahaman mengenai manfaat pemberian
terapi external cooling pasien demam akibat sepsis berat atau syok sepsis di intalasi gawat darurat.
Demam pada pasien dengan sepsis berat atau syok sepsis dapat menyebabkan dysregulated respon inflamasi.
Metode literature review ini adalah mengumpulkan dan melakukan analisa textbook dan artikel yang terkait
pemberian terapi external cooling pada pasien demam dengan penyebab sepsis berat atau syok sepsis. Sumber
literature review dari textbook dan artikel elektronik seperti ScienceDirect, World Health Organisation, Google
Scholar, PubMed dan ClinicalKey dengan kriteria textbook dan artikel yang dipublikasi selama periode 2000-
2015. Pemberian terapi external cooling pada pasien demam akibat sepsis berat atau syok sepsis dilakukan
dengan menggunakan cooling blankets atau selimut air-circulating cooling, seka (sponge baths), water blankets
atau wraps ice packs, atau cooling pads dengan kecepatan pendinginan sampai dengan 1,5οC per jam untuk
mencapai target temperatur 33 OC atau 32-34 OC. Kondisi pasien di observasi agar tidak terjadi shivering dan
dilakukan pemeriksaan elektrolit, BGA dan EKG setiap 6 jam. Observasi ketat dilakukan untuk mencegah
terjadinya efek samping dari eksternal cooling. External cooling salah satu terapi yang memberikan efek
protektif dengan memodulasi respon inflamasi dan mensupresi reaksi inflamasi.

Kata Kunci: Demam, Instalasi Gawat Darurat, Sepsis, External Cooling

ABSTRACT

There has been a systematic review of four articles on the topic of External cooling therapy in febrile
patients due to severe sepsis or septic shock The systematic aim of this review was to improve
understanding of the treatment of External cooling therapy in febrile patients due to severe sepsis or septic
shock in emergency departments. Fever in patients with severe sepsis or septic shock can cause dysregulated
inflammatory responses. Method literature review this is to collect and do textbook analysis and related articles
giving therapy external cooling on patient fever with cause severe sepsis or septic shock. Source literature review
from the textbook and article electronic as ScienceDirect, World Health Organization, Google Scholar, PubMed
and ClinicalKey with textbook criteria and the article published for period 2000- 2015. External cooling therapy in
febrile patients due to severe sepsis or septic shock is done by using cooling blankets or blanket-circulating
cooling water, wipe (sponge baths), water blankets or wraps ice packs or cooling pads with cooling speeds of up
to 1,5°C per hour to reach a temperature target of 33°C or 32-34°C. Conditions patients in the observation that
no occur shivering and do examination electrolyte, BGA and ECG every 6 hours. Tight observation is done to
prevent side effects from external cooling. External cooling is one of the therapies that provide protective effects
by modulating the inflammatory response and suppressing inflammatory reactions.

Keywords: Fever, Emergency Department, Septic, External Cooling

1
PENDAHULUAN setiap kenaikan 1οC temperatur, meningkatkan
kebutuhan oksigen (oxygen demand) dan
Demam atau fever adalah peningkatan vassopressor sehingga akan menstimulasi
suhu tubuh ≥38,3OC dari suhu normal. Deman pengeluaran respon inflamasi yang semakin
atau fever ini bukan merupakan penyakit akan banyak, menstimulasi produksi apoptosis yang
tetapi merupakan suatu gejala yang mendasari merupakan jalan untuk terjadi kerusakan sel
penyakit tertentu. Adanya demam atau fever ini pada organ tubuh, meningkatkan kerusakan
menunjukkan adanya respon tubuh terhadap protein (denaturasi protein) dan degradasi
infeksi (Launey et al, 2011). Ketika demam atau organ intraseluler. Kerusakan organ tersebut
fever ini disebabkan oleh infeksi maka pasien bisa terjadi di otak, ginjal, jantung yang akhirnya
akan didiagnosa dengan sepsis. Sepsis terjadi multiple organ disfunction yang
merupakan respon sistemik tubuh terhadap menyebabkan kematian langsung (Schortgen,
infeksi yang dimanifestasikan dengan penyakit 2012; Zaaqoq & Yende, 2013; Shime et al, 2013;
yang terus berkembang atau berkelanjutan dari Huet et al, 2007).
abnormalitas tanda vital ringan sampai kolaps
kardiovaskuler (Saltzberg, 2013). Pasien dengan Demam dengan tanda syok tersebut
sepsis berat 90% pasti deman atau fever dan merupakan gejala umum yang diperlihatkan di
10-20% mengalami hipotermia sehingga pasien unit gawat darurat dan memerlukan penilaian
demam pada sepsis merupakan tanda dan penanganan secara tepat. Salah satu
perburukan outcome yang berhubungan penanganan demam pada pasien septis berat
dengan peningkatan mortalitas 40-60% atau syok sepsis yang dianjurkan adalah
(Schortgen, 2012). External cooling (Saltzberg, 2013). External
cooling merupakan salah satu terapi untuk
Demam merupakan respon alami dari menurunkan efek atau komplikasi yang serius
dalam tubuh yang bermanfaat dalam melawan dari demam pada pasien sepsis. External
infeksi akan tetapi demam ini juga dapat cooling merupakan salah satu pilihan yang
membahayakan tubuh apabila tidak dikontrol. dapat digunakan untuk mengontrol demam
Demam atau fever akan mengaktivasi leukosit pada pasien dengan sepsis tanpa mengekspos
dan produksi pyrogenic cytokines termasuk pasien dengan efek samping dari obat
interleukin (IL-1β, THFα, IFNλ dan protaglandin antipiretik seperti peningkatan resiko
E2) untuk menormalkan pusat thermoregulator. perdarahan dan toksisitas pada ginjal maupun
Akan tetapi pada pasien demam dengan sepsis hati. Eksternal cooling yang dilakukan selama 24
berat atau syok sepsis terjadi stress atau jam dengan mempertahankan suhu tubuh
kerusakan sistem thermoregulasi maka terjadi antara 32 OC dan 34 OC pada pasien syok sepsis
kegagalan kompensasi dan induksi patogen atau sepsis berat dapat berefek pada lima area
semakin menyebabkan dysregulated respon pokok patofisiologi syok sepsis akibat demam
inflamasi. Adanya kolap mikro sirkulasi maka seperti pertama, menghambat inflamasi dengan
organ dan jaringan akan mengalami kerusakan mengurangi pengeluaran mediator inflamasi.
karena penurunan pengiriman oksigen dan Kedua, menghambat apoptisis dengan
nutrisi baik ke organ maupun jaringan. mempengaruhi ekspresi gen. Ketiga, dengan
Ditambah lagi adanya demam pada sepsis akan eksternal cooling akan menghambat
meningkatkan metabolisme rate 6-7% pada tromboxane A2 yang menstimulasi agregrasi

2
dan adhesi leukosit dimana keduanya Metode
berkontribusi dalam pembentukan
mikrotrombin. Keempat, menurunkan Metode yang digunakan dalam
kecepatan metabolisme 6-7% setiap 1 OC literature review ini adalah mengumpulkan dan
penurunan suhu tubuh dengan penurunan melakukan analisa textbook dan artikel yang
produksi energi, konsumsi oksigen dan produksi
karbondioksida. Kelima, menghambat terkait dengan pemberian terapi external
pertumbuhan bakteri dan endotoksin. Selain itu cooling pada pasien demam dengan penyebab
eksternal cooling juga dapat menurunkan sepsis berat atau syok sepsis. Sumber literature
cardiac output dan meningkatkan vaskular tone
review ini diperoleh dari textbook dan artikel
(Schortgen, 2012; Johansen et al, 2015; Russell,
2012). elektronik seperti ScienceDirect; World Health
Penggunaan eksternal cooling pada Organisation, Google Scholar, PubMed dan
pasien sepsis berat atau syok sepsis ini telah ClinicalKey dengan kriteria textbook dan artikel
dilakukan beberapa penelitian. Berdasarkan yang dipublikasi selama periode 2000-2015.

RCTs Schortgen et al (2012) menyatakan Hasil

bahwa external cooling ini aman, dapat Apabila ada pasien datang dengan
menurunkan penggunaan vasopressor dan deman ke unit gawat darurat maka dilakukan
menurunkan mortalitas awal pasien dengan triage untuk mendeteksi awal adanya sepsis
syok septik. Diperkuat penelitian Johansen et atau syok sepsis dengan memeriksa heart rate,
al (2015) yang menyatakan dengan mild respirasi rate, suhu tubuh dan saturasi
hipotermia maka akan meningkatkan fungsi oksigen. Masing- masing aitem pemeriksaan
coagulopaty pada pasien sepsis syok, dimana tersebut mempunyai score apabila pada
efek positif hal tersebut adalah akan pasien didapatkan nilai ≥2 maka segera
meningkatkan survival pada pasien. konfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium

Akan tetapi pemberian eksternal terutama pemeriksaan darah lengkap untuk

cooling ini juga terdapat beberapa efek mengetahui jumlah leukosit dalam darah.

samping pada pasien sepsis dengan demam Apabila jumlah leukosit didalam darah

antara lain menggiggil, peningkatan produksi (>12.000/mm3) atau leukopenia (jumlah

laktat dan terjadinya aritmia (Sadaka et al, leukosit <4000/mm3) maka kemungkinan

2013). Oleh karena itu berdasarkan ulasan pasien mengalami sepsis atau jika disertai

diatas akan dibahas lebih detail terkait hipotensi mungkin terjadi syok sepsis. Jika

intervensi pemberian external cooling pada sudah demikian maka tindakan yang dilakukan

pasien demam dengan sepsis berat atau syok adalah menurunkan demam pasien untuk

3
mencegah perburukan outcome dengan mempertahankan tekanan perfusi otak dan
memberikan terapi salah satunya adalah MAP.
external cooling. Setelah proses rewarming selesai maka
External cooling adalah terapi untuk tetap dilakukan observasi secara ketat untuk
menurunkan suhu tubuh sampai 33 OC atau mencegah terjadinya efek samping dari
32-34 OC. Sebelum pelaksanaan pemberian eksternal cooling. Dalam proses ini yang
terapi tersebut harus dilakukan pemeriksaan menjadi catatan adalah semua harus
secara lengkap mulai PTT APTT, BGA, EKG dan dipersiapkan sebelum cooling dilakukan,
elektrolit. Setelah semua hasil pemeriksaan ditentukan lama atau durasinya, metode yang
diketahui dan normal maka proses induksi akan dilakukan dan proses rewarming tidak
cooling dapat dimulai dengan menggunakan boleh dilakukan secara cepat untuk menjaga
cooling blankets atau selimut air-circulating hemodinamik tetap stabil.
cooling, seka (sponge baths), water blankets Pembahasan
atau wraps ice packs, atau cooling pads
Pada pasien demam dengan sepsis
dengan kecepatan pendinginan sampai
pemberian terapi external cooling masih
ο
dengan 1,5 C per jam untuk mencapai target
kontroversial atau menjadi perdebatan
O O
temperatur 33 C atau 32-34 C. Pada saat
terutama belum diketahui efek hipotermia
proses ini di observasi kondisi pasien agar
terhadap sepsis secara jelas. Beberapa
tidak terjadi shivering dan dilakukan
penelitian menyebutkan External cooling
pemeriksaan elektrolit, BGA dan EKG setiap 6
dengan mild hipotermia direkomendasikan
jam. Apabila telah dilakukan external cooling
untuk pasien dengan post-resusitasi yang
selama 24 jam atau lebih segera rewarming
terbukti meningkatkan neurologis outcome
dengan kecepatan 0,2οC-0,33οC per jam
dan menurunkan mortalitas (Saltzberg, 2013;
selama 8 jam atau > 12 jam dengan diikuti
Pil Rim et al, 2012; Li et al, 2015). Berdasarkan
pemeriksaan laboratorium, vital sign, EKG
Blair et al menyatakan bahwa external cooling
dan pencegahan terjadinya shivering. Saat
merupakan terapi yang tepat untuk demam
rewarming harus dilakukan monitoring secara
pada pasien sepsis. Diperkuat oleh RCTs
hati-hati pada pasien terutama jika terjadi
Schortgen (2012) dalam penelitiannya bahwa
hipotensi karena vasodilatasi pembuluh
external cooling (cooling blanket atau cold bed
darah, apabila diperlukan berikan support
sheets) untuk pasien demam dengan septik
hemodinamik dengan memberikan cairan,
syok berhubungan dengan penurunan
inotropik dan vasopresin untuk
vassopresor untuk mempertahankan MAP 65

4
mmHg dalam 12-24 jam setelah pemberian pengeluaran radikal bebas yang dapat
dan menurunkan mortalitas pasien demam merusak sel, sehingga dengan eksternal
dengan syok sepsis. cooling maka akan menstimulasi pengeluarkan
Penelitian lain oleh Huet et al anti oksidan endogen yang dapat mengurangi
(2010) menyatakan durasi kerusakan jumlah radikal bebas sehingga dapat
sirkulasi dapat dikurangi ketika pasien mencegah oksidasi sel-sel yang menyebabkan
dilakukan treatment external cooling sampai kerusakan sel di organ. Ketiga, membloks
normothermia (36OC). Terapi ini bermanfaat apoptosis dan terjadinya disfungsi
untuk pasien dengan sepsis dengan mencegah mitokondria. Pada iskemia yang telah
terjadinya koagulasi, terbukti dalam penelitian terreperfusi maka sel-sel akan mengalami
Johansen et al (2015) yang menyatakan bahwa recovery dengan variasi derajat, ada yang
mild hipotermia dapat meningkatkan menjadi nekrosis atau mengalami kematian sel
fungsional coagulopathy pasien demam (apoptosis). Sehingga dengan terapi
dengan sepsis atau syok sepsis yang secara hipotermia maka akan memblok lebih awal
otomatis dapat meningkatkan survival pasien. tahapan apoptosis dan waktu untuk
Pemberian eksternal cooling pada pemberian terapi terbatas (ada terapeutik
pasien demam dengan sepsis juga window) untuk mencegah sampai terjadi
memberikan manfaat antara lain adalah kematian sel-sel tersebut (Pil Rim et al, 2012;
pertama, memberikan efek protektif dengan Russel et al, 2012).
memodulasi respon inflamasi dan mensupresi Selain itu pemberian external cooling
reaksi inflamasi. Reaksi inflamasi yang dimulai juga mempengaruhi patofisiologi syok sepsis
1 jam dan bertahan selama 5 hari setelah yang lain seperti sebagai anti trombotik,
pengeluaran endotoksin, dimana agen anti menurunkan metabolisme tubuh dan
inflamasi akan mengeluarkan mediator yang menghambat pertumbuhan bakteri atau toksin.
menstimulasi inflamasi dan respon immune Anti trombotik ini dapat terjadi jika terdapat
yang akan memperparah inflamasi sehingga hambatan terhadap thromboxane A2 yang
dengan external cooling jika respon menjadi menstimulasi agregrasi platelet dan adhesi
terkontrol dan adaptif akan menjadi protektif leukosit yang keduanya dalam sepsis
agen yang mensupresi agen proinflamasi dan berkontribusi dalam pembentukan protombine.
faktor antiinflamasi. Kedua, menurunkan Disamping itu sintesis koagulasi juga berkurang
produksi radikal bebas. Adanya inflamasi pada suhu 33OC atau dibawahnya (Johnsen et
dalam tubuh maka tubuh akan menstimulasi al, 2015). Dibuktikan oleh RCTs Johnsen et al

5
(2015) pada 100 orang pasien yang terbagi akibat neuroexcitatory dapat dicegah. Ketiga,
dalam kelompok kontrol dan kelompok menghambat pertumbuhan bakteri dan
intervensi atau diberi external cooling produksi toksin sehingga tidak memperparah
didapatkan hasil bahwa pada kelompok keadaan infeksi.
pemberian hipotermia atau external cooling Terakhir pemberian external cooling ini
fungsi coagulopaty meningkat selama proses pada beberapa penelitian juga dinyatakan
hipotermia yang hasilnya sangat berbeda pada menurunkan dosis vassopresor untuk
kelompok kontrol. mempertahankan MAP 65 mmHg dalam 12 dan
Pengaruh external cooling pada 24 jam. Berdasarkan RCTs yang mengevaluasi
patofisiologi syok selanjutnya adalah penurunan keamanan dan efficacy cooling pada pasien
Ο
kecepatan metabolisme 6-7% untuk setiap 1 C demam dengan syok sepsis didapatkan bahwa
pengurangan temperatur yang akan penelitian yang dilakukan pada 200 orang
mengurangi kebutuhan oksigen, terdapat dengan pembagian kelompok intervensi dan
persediaan phospate dan energi serta kelompok kontrol (tanpa cooling) diperoleh
mencegah produksi laktat dan terjadinya hasil bahwa cooling aman untuk digunakan
asidosis sehingga mencegah perburukan injury (tidak ada efek samping yang terjadi),
ketika supplay oksigen berkurang atau mengurangi dosis pemberian vasopressors,
terhambat. Kedua, menghambat menstimulasi pengembalian keadaan seperti
neuroexcitotoxicity. Adanya iskemik jaringan semula dan mengurangi angka mortlitas selama
akibat hipoperfusi juga akan menstimulasi 14 hari (Russell, 2012; Moore et al, 2011).
pengeluaran asam amino excitatory dan Simpulan
glutamat yang dapat menyebabkan
Demam atau fever bukan merupakan
excitotoxicity. Dimana adanya penurunan ATP
suatu penyakit akan tetapi suatu tanda dari
akan menstimulasi pengeluaran glutamat dan
penyakit tertentu. Adanya demam atau fever
tertumpuknya ion calsium didalam sel sehingga
ini menunjukkan adanya respon tubuh
sel menjadi hiperexcitability (kerusakan
terhadap infeksi dan merupakan gejala utama
excitotoxic) yang dapat menyebabkan cedera
pasien sepsis. Demam atau fever akan
lebih lanjut dan kematian sel setelah reperfusi
mengaktivasi leukosit dan produksi pyrogenic
dan normalisasi kadar glutamat. Dengan terapi
cytokines termasuk interleukin (IL-1β, THFα,
hipotermia maka akan mengurangi pengeluaran
IFNλ dan protaglandin E 2) untuk
asam amino excitatory dan meningkatkan
menormalkan pusat thermoregulator. Akan
transporter glutamat sehingga kerusakan
tetapi pada pasien demam dengan sepsis

6
berat atau syok sepsis terjadi stress atau bebas, menghambat agregrasi platelet,
kerusakan sistem thermoregulasi maka menurunkan kecepatan metabolisme dan
terjadi kegagalan kompensasi dan induksi menghambat pertumbuhan endotoksin
patogen semakin menyebabkan dysregulated sehingga dapat meningkatkan outcome
respon inflamasi. Ditambah lagi adanya pasien demam dengan sepsis dan
demam pada sepsis akan meningkatkan menurunkan angka mortalitasnya.
metabolisme rate 6-7% pada setiap kenaikan
1οC temperatur, meningkatkan kebutuhan Daftar Pustaka
oksigen (oxygen demand) dan vassopressor Jaitovich. (2013). Fever Control Using External
sehingga akan menstimulasi Cooling in Septic Shock. American
pengeluaran respon inflamasi yang semakin Journal Of Respiratory And Critical Care
banyak, menstimulasi produksi apoptosis Medicine, 1273.
yang merupakan jalan untuk terjadi
Kupchik. (2009). Development and
kerusakan sel pada organ tubuh,
Implementation of a Therapeutic
meningkatkan kerusakan protein (denaturasi
Hypothermia Protocol. Critical
protein) dan degradasi organ intraseluler.
Care Medicine, 37(7), 279-284. doi:
Kerusakan organ tersebut bisa terjadi di otak,
10.1097/CCM.0b013e3181aa61c5
ginjal, jantung yang akhirnya terjadi multiple
organ disfunction yang menyebabkan Shime. (2013). Does Cooling Really
kematian langsung. Improve Outcomes in Patients with
Untuk itu di perlukan penilaian dan Septic Shock? American Journal Of
penanganan secara tepat. Salah satu
Respiratory And Critical Care
penanganan demam pada pasien sepsis berat
Medicine, 187, 1274-1276.
atau syok sepsis yang dianjurkan adalah
External cooling. External cooling merupakan Young, & Saxena. (2014). Fever
salah satu terapi untuk menurunkan efek Management in Intensive Care
atau komplikasi yang serius dari demam pada Patients with Infections. Critical
pasien sepsis. External cooling ini Care, 18, 206.
memberikan efek protektif dengan Zaaqoq, & Yende. (2013). A Touch of
memodulasi respon inflamasi dan mensupresi Cooling may help. Journal Club
reaksi inflamasi, menghambat pembentukan Critique, 17, 307.
apoptosis, menghambat terbentuknya radikal

7
8

Anda mungkin juga menyukai