Anda di halaman 1dari 10

ANALISA JURNAL KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

“EFFECTS OF TARGET TEMPERATURE MANAGEMENT ON THE OUTCOME OF SEPTIC


PATIENTS WITH FEVER DI RUANG PARKIT RSPAU DR. S. HARDJOLUKITO
YOGYAKARTA“

PROGRAM STUDI NERS ANGGKATAN XIV


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2020
BAB I
LATAR BELAKANG

Sepsis adalah SIRS (Syatemic Inflammatory Response Syndrome) atau sindrom


respon inflamasi sistemik, berhubungan dengan infeksi bakteri, tidak harus terdapat
bakteriemia sehingga terdapat respon inflamas atau infeksi. Sepsis berat adalah sepsis
yang berkaitan dengan disfungsi organ, kelainan hipoperfusi, atau hipotensi. Sepsis
merupakan respon host terhadap infeksi yang bersifat sistemik dan merusak yang
dapat mengarah pada sepsis berat akan dicurigai mengalami disfungsi organ karena
infeksi dan syok septik karena hipotensi. Data mengenai sepsis Di Indonesia pada
tahun 1966, sejumlah 4.774 pasien dibawa ke rumah sakit pendidikan Surabaya, dan
504 pasien terdiagnosis sepsis, dengan rasio kematian 70,2%. Studi di salah satu
rumah sakit Yogyakarta ada 631 kasus sepsis pada tahun 2007 dengan rasio kematian
sebesar 48,86%
Tujuan

1.Mengetahui keaslian metode penelitian yang digunakan


dalam penelitian “Effects Of Target Temperature
Management On The Outcome Of Septic Patients With
Fever”
2.Menganalisa penelitian “Effects Of Target Temperature
Management On The Outcome Of Septic Patients With
Fever””
Introductoin
Sepsis tetap menjadi masalah kesehatan yang signifikan yang dapat memicu kematian tinggi
dan biaya perawatan kesehatan yang mahal. penyakit ini dapat berkembang menjadi sepsis
berat, syok septik, atau bahkan sindrom disfungsi organ multipel (MODS). Hipertermia (> 38 0C)
dan hipotermia (<36 0C) adalah manifestasi klinis utama untuk pasien dengan sepsis. Yang et
al. menunjukkan bahwa mengendalikan demam ke kisaran yang lebih rendah 36.0 0C – 37.5 0C
dapat menyebabkan efek berbahaya pada pasien dengan syok septik refraktori dengan
peningkatan sel darah putih dan neutrofil, yang menyiratkan penurunan kapasitas anti-infeksi
ketika dibandingkan dengan mengendalikan dengan kisaran yang lebih tinggi yaitu 37,0C –
38.0C. Uji klinis terkontrol secara acak di puskesmas, pengendalian demam menggunakan
pendingin eksternal dianggap aman dan dapat dilakukan mengurangi persyaratan vasopresor
dan mortalitas dini pada pasien demam syok septik yang membutuhkan vasopresor. Sampai
saat ini, masih ada beberapa perselisihan tentang kontrol suhu untuk pasien septik dengan
demam. Dalam penelitian ini, kami bertujuan untuk mengidentifikasi kisaran suhu yang mungkin
bermanfaat bagi pasien septik setelah manajemen suhu target.
Methode

Pasien septik dengan suhu inti ≥ 39.0C dirawat di ICU Rumah Sakit Afiliasi Kedua
Universitas Soochow dan Rumah Sakit Afiliasi Taicang dari Universitas Soochow dari
Juni 2015 hingga Juli 2016 dimasukkan dalam penelitian ini. Semua pasien
menandatangani formulir persetujuan. Protokol penelitian Disetujui oleh Komite Etik
Rumah Sakit Afiliasi Kedua Universitas Soochow dan Rumah Sakit Afiliasi Taicang
dari Universitas Soochow. Pengelompokan Pasien didiagnosis dengan sepsis dengan
suhu inti ≥ 39 0C secara acak dibagi menjadi dua kelompok inklusi dan eksklusi
dengan kelompok yang mencapai kisaran "suhu rendah" (36,5 0C – 38 0C) dan grup
yang mencapai kisaran "suhu tinggi" (38.5 0C – 39.5 0C) dengan metode fisik
termasuk selimut pendingin aliran air dan paket es. Target suhu inti tercapai dalam 6
jam pasca perawatan dan dipertahankan selama 24 jam. Semua pemantauan suhu
inti dilakukan melalui metode suhu rektal atau darah seperti yang dijelaskan
sebelumnya.
Resuld

Karakteristik Pasien secara total 63 pasien (pria: 48, wanita: 15, usia rata-rata:
58,54 ± 16,82 thn) dilibatkan dalam penelitian ini, di antaranya 31 pasien
ditugaskan ke kelompok LT dan 32 pasien ditugaskan ke kelompok HT. Selama
24 jam manajemen suhu, tidak ada kejadian aritmia jantung parah atau luka
tekanan yang terlihat pada masing-masing kelompok. Delapan kasus
menunjukkan menggigil, yang dimitigasi setelah terapi sedatif. Perubahan Suhu
dan Hemodinamik di Setiap Titik Waktu. Sebelum kontrol suhu, tidak ada
perbedaan statistik yang terlihat pada suhu inti, detak jantung, rata-rata arteri
tekanan (MAP), tekanan vena sentral (CVP), volume stroke (SV), curah jantung
(CO), volume end-diastolik global (GEDV), dan indeks resistensi vaskular sistemik
(SVRI). Dalam 24 jam setelah kontrol suhu, suhu inti, detak jantung, SV, danCO
dalam kelompok LT secara statistik lebih rendah daripada kelompok HT ( • <0,05).
discusion

Demam adalah respons fisiologis adaptif terhadap infeksi dan


merupakan tanda klinis penting pada pasien dengan sepsis. Terapi
perlindungan organ, manajemen suhu tubuh telah banyak digunakan
dalam pengobatan demam. Studi klinis sebelumnya melaporkan bahwa
manajemen suhu tubuh dapat mempengaruhi kelangsungan hidup
pasien dengan sepsis. Peres Bota et al. menemukan bahwa pasien
dengan syok septik bergabung risiko prognosis akan menjadi buruk.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kadar asam laktat darah pada
pasien dengan suhu tinggi lebih rendah daripada pasien rawat inap
dengan suhu lebih rendah setelah manajemen suhu selama 24 jam.
pembahasan

Pada penelitian dengan judul “Effects of target temperature


management on the outcome of septic pateients with fever”.
Managemen suhu efektif dapat menurunkan suhu tubuh pada
penderita sepsis dengan hipertermi.
Managemen suhu merupakan metode yang digunakan pada
penelitian tersebut dari sekian macam-macam metode yang lain.
Dengan metode fisik termasuk selimut pendingin aliran air dan
paket es, target suhu inti tercapai dalam 6 jam pasca perawatan
dan di pertahankan selama 24 jam. Semua pemantauan suhu inti
dilakukan melalui metode suhu rektal atau darah seperti yang
dijelaskan.
kesimpulan

Manajemen suhu efektif diberikan pada pasien sepsis


dengan hipertermi. Hal ini aman dilakukan jika sesuai
dengan prosedur yang sudah diterapkan. Manfaat dari
adanya manajemen suhu dapat menurunkan suhu tubuh
pada penderita sepsis dengan hipertermi.
Saran

1.Bagi pasien : walaupun orang awam, diharapkan pasien dapat


mengetahui manfaat adanya manajemen suhu tubuh.
2.Bagi perawat : diharapkan dapat mengetahui manfaat dari manajemen
suhu tubuh untuk menurunkan suhu tubuh pada sepsis dengan hipertermi.
Sehingga sewaktu-waktu ketika menjumpai kasus pasien sepsis dengan
hipertermi dapat dilakukan. .
3.Bagi RS : diharapkan dapat menjadi masukan dan dapat dijadikan Standar
Operasional Prosedur (SOP) tentang manajemne suhu tubuh pada sepsis
dengan hipertermi. Sehingga pada pasien dengan sepsis dengan hipertermi
dapat diberikan intervensi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai