Anda di halaman 1dari 25

ANALISIS JURNAL

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN TERAPI CAIRAN INFUS HANGAT DAN


BLANKET WARMER PADA PASIEN HIPOTERMI POST ANESTESI REGIONAL
DI RUANG IBS RSUD WONOSARI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Kezya Priska Kambu 23160001
Lisa Kosaplawan 23160033
Stevany B Tupamahu 23160056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM PROFESI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2023/2024
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan

BAB II LAMPIRAN JURNAL

BAB III PEMBAHASAN (ANALISIS)

A. Nama Peneliti

B. Tempat dan waktu penelitian

C. Metode penelitian

D. Hasil penelitian

E. Korelasi antara isi jurnal dengan teori

F. Korelasi antara isi jurnal dengan realita klinis

G. Analisis SWOT

H. Analisis PICO

I. Implikasi keperawatan

J. Manfaat jurnal

DAFTARPUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasca operasi merupakan periode yang rawan dalam menghadapi komplikasi

pasca operasi. Selama periode ini pasien berada di ruang pemulihan dan dilakukan

observasi terhadap fungsi sirkulasi, respirasi, dan kesadaran. Pada periode ini tubuh

pasien mengalami pemulihan dari akibat anestesi yang menurunkan metabolisme dan

suhu tubuh (Awwaliyah, 2020).

Perawatan pasien pasca bedah dapat menjadi kompleks akibat perubahan

fisiologis yang mungkin terjadi, diantaranya komplikasi perdarahan, irama jantung

tidak teratur, gangguan pernafasan, sirkulasi, pengontrolan suhu (hipotermi), serta

fungsi-fungsi vital lainnya seperti fungsi neurologis, integritas kulit dan kondisi luka,

fungsi genito-urinaria, gastrointestinal, keseimbangan cairan dan elektrolit serta rasa

nyaman (Triyanto, 2022).

Salah satu penyebab kejadian hypotermia adalah tindakan anestesi dan

pembedahan. Hipotermi adalah dimana suhu tubuh kurang dari normal atau kurang dari

36°C. Berdasarkan faktor faktor tertentu, pasien yang menjalani operasi mengalami

resiko terjadinya hipotermi, Hipotermi berdampak negatif pada pasien, hipotermi dapat

berdampak resiko perdarahan meningkat, iskemia miokardium, pemulihan pasca

anestesi yang lebihlama, gangguan penyembuhan luka, sertadapat meningkatkan resiko

infeksi (Fitrianingsih, 2021). Turunnya suhu tubuh akan mempengaruhi kerja banyak

organ yang lainnya. Kondisi ini menimbulkan gangguan fungsi tubuh, kerusakan

system organ bahkan menimbulkan kematian. Hipotermi terjadi karena efek dari obat

anestesi. Obat anastesi menekan metabolisme oksidatif yang menghasilkan panas

tubuh, sehingga menurunkan suhu tubuh (Dafriani, 2021).


Anestesi adalah tindakan untuk membantu pasien tidak merasa sakit selama

prosedur medis dilakukan. Ada dua jenis anestesi yang umum di gunakan yakni anestesi

spinal (regional anestesi) dan anestesi umum (general anestesi). Anestesi spinal adalah

prosedur yang dilakukan dengan cara menyuntikkan obat anestestik lokal ke dalam

ruang subarakhnoid dan mencegah permulaan konduksi rangsang syaraf dengan

menghambat aliran ion dengan meningkatkan ambang eksitasi elektron, memperlambat

perambatan rangsang syaraf, menurunkan potensi aksi dan menghambat depolarisasi

(Fitrianingsih et al. 2021).

Komplikasi yang sering terjadi selama proses pemulihan di ruang pemulihan

salah satunya adalah hipotermi. Hipotermi ini disebabkan karena tindakan anastesi

salah satunya yaitu anastesi spinal. Efek samping dari penggunaan teknik anestesi

spinal yaitu terjadinya gangguan fungsi termoregulasi yaitu menurunnya ambang

vasokontriksi yang disebabkan karena anestesi spinal menghasilkan blok simpatis,

relaksasi otot, dan blok sensoris terhadap reseptor suhu perifer sehingga menghambat

respon kompensasi terhadap suhu. Kasus hipotermi akibat anestesi spinal pada pasien

post operasi disebabkan oleh banyak faktor, faktor-faktor tersebut antara lain adalah

indeks massa tubuh dan lama operasi (Syulce Luselya, 2023).

Untuk penanganan hipotermia pada pasien post operasi agar tidak menggigil

melebihi batas aman maka digunakanlah alat yaitu blanket warmer. Blanket Warmer

merupakan suatu alat untuk menjaga kestabilan suhu tubuh pasien ketika pasien

mengalami hypothermia. Alat ini pada dasarnya memanfaatkan panas yang dialirkan

dengan menggunakan blower sebagai media penghantar panas sehingga kondisi pasien

tetap terjaga dalam keadaan hangat diharapkan dapat terjaga suhu tubuh tetap normal,

hal inilah yang menjadi alasan digunakan blanket warmer dalam penanganan pasien

post operasi untuk meningkatkan suhu tubuh pasien (Rositasari, 2017).


Terdapat beberapa tindakan keperawatan untuk mencegah hipotermia dengan

memberikan penghangatan secara internal. Tindakan penghangatan secra eksternal

aktif diantaranya pemberian selimut elektrik dan heater. Sedangkan secara eksternal

pasif dengan menggunakan selimut katun. Penghangatan secara internal antara lain

dengan meberikan cairan infus hangat dengan airway humidification (Awwaliyah et al.

2020). Pemberian cairan infus hangat dan selimut elekrtik hangat merupakan

kombinasi penghangatan dari dalam dan luar tubuh. Cairan infus hangat masuk ke

pembuluh darah dan selimut elektrik hangat memberikan penghangatan terhadap

reseptor kulit terutama pada daerah dengan densitas reseptor terbesar seperti leher, dada

dan tangan. Pemberian cairan infus hangat dan selimut elektrik hangat mengurangi

pengeluaran panas dengan mempertahankan panas secara konduksi (Aprianti et al.

2022).

Berdasarkan hasil data observasi di ruang rawat Instalasi Bedah Sentra IBS

RSUD Wonosari. Alasan kami mengambil jurnal ini yaitu, masih banyak ditemukan

kejadian hipotermi pada pasien post operasi karenakan anestsi di ruang IBS RSUD

Wonosari. Intervensi yang diambil dalam jurnal ini yaitu, Terapi Cairan Infus Hangat

Dan Blanket Warmer. Terapi ini belum di temukan di ruang IBS RSUD Wonosari. Maka

dalam hal ini tujuan kami mengambil jurnal tersebut sebagai acuan untuk ditegakkan

terapi tersebut untuk pasien hipotermi post operasi di ruang IBS RSUD Wonosari.
B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari analisa jurnal ini adalah untuk mengetahui efektifitas

penggunaan terapi cairan infus hangat dan blanket warmer pada pasien hipotermi

post operasi. Kemudian salah satu tujuan analisa juga adalah agar intervensi ini

bisa menjadi bahan pertimbangan untuk bisa di gunakan di ruang instalasi bedah

sentral RSUD Wonosari agar dapat membantu para perawat dalam mengatasi

masalah hipotermia pada pasien post operasi.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk menambah pengetahuan terkait pentingnya menegakkan intervensi

efektifitas penggunaan terapi cairan infus hangat.

b. Untuk mencegah agar tidak terjadi komplikasi pada pasien yang mengalami

hipotermia post operasi.

c. Untuk meningkat suhu tubuh dan meningkatkan energi dalam kompartemen

termal pada perifer tubuh.


Vol.4 No.2Juli 2023 463
……………………………………………………………………………………………………...
EFEKTIFITAS PENGGUNAAN TERAPI CAIRAN INFUS HANGAT DAN BLANKET
WARMER PADA PASIEN HIPOTERMI POST ANESTESI REGIONAL DI IBS RSUD
KOTA TANGERANG

Oleh
Restu Gilang Ramadhan1, Wilis Sukmaningtyas2, Feti Kumala Dewi3
1,2,3Program Studi Keperawatan Anestesiologi Fakultas Kesehatan Universitas Harapan

Bangsa
Email: 1rgilang83@gmail.com

Abstrak
Hypothermia is a side effect that can occur following anesthesia. Lower than 36°C body
temperature is considered hypothermia. Those recovering from surgery that become hypothermic
will tickle as a system defense mechanism. Untreated hypothermia may result in abnormal
cardiac rhythms, tachypnea, haemorrhage, shock, increased blood loss, delayed wound healing,
and a longer hospital stay. By using a warmer blanket and giving a warm infusion liquid, non-
pharmacological treatments are taken using the heating method to prevent hypothermia in the
body. To determine the efficacy of using blanket warmers and warm infusion fluid
therapeutically on patients receiving post-regional anesthesia at IBS-RSUD Kota Tangerang.
Method: This study uses a one-group, quantitative quasi-experiment using with a single group
pre-post test design with 68 respondents as the sample. Patients undergoing surgery under
regional anesthesia who are adults (>18 years old), have a certain level of attentive mental
awareness, can communicate vocally, are not in a life-threatening condition, and are willing to
participate in the study are the requirements for inclusion. Following the process replies, the
researcher will take their body temperature in the recovery room, after which they will receive an
infusion of heated RL fluid or have a blanket warmer attached. In five minutes, fifteen minutes,
and thirty minutes following the administration of heated RL fluid and a heating blanket warmer,
the researchers once again measured the regional post-anesthesia temperature with a digital axile
thermometer. The researchers also considered the ethics of case studies, which included the
informed consent of the patient of less than 0.05 percent by considering human discretion and
dignity (respect for human dignity), protecting the privacy and confidentiality of the subject of
the study (respect for confidentiality), and acquiescence and respect for justice (respect for
justice), while considering the benefits and losses incurred. (balancing losses and benefits).
Results: There are meaningful changes in the administration of warm infusion warmers and
blanket warmers to the increase in the body temperature of patients with post-anesthesia post-
regional hypothermia in RSUD of Tangerang City, which demonstrate Wilcoxon's test. The
Wilcoxon match pair test obtained a p value < 0,05. Conclusion: There is a meaningful change in
the delivery of warmer blankets and hot infusion liquids to increase body temperature in patients
with hypothermia post regional anesthesia in the RSUD of Tangerang City
Kata Kunci: Heat Infusion Liquid, Blanket Warming, Regional Post Operation,
Hypothermia.

PENDAHULUAN tetapi pasien tetap dalam keadaan sadar. Oleh


Anestesi regional merupakan suatu sebab itu, teknik tidak memenuhi trias anestesi
metode yang lebih bersifat sebagai analgesik. karena hanya menghilangkan persepsi nyeri.
Anestesi regional hanya menghilangkan nyeri Anestesi regional digolongkan menjadi dua

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
464 Vol.4 No.2Juli 2023
………………………………………………………………………………………………………
yaitu anestesi spinal, anestesi epidural dan cairan untuk tranfusi dan cairan (Rewarming
anestesi kaudal (Kusumawati, 2019). technique), (Rositasari & Dyah, 2018).
Tindakan anestesi spinal terjadi blok pada Alat penghangat cairan/infus digunakan
sistem simpatis sehingga terjadi vasodilatasi secara perlahan. Kecuali jika tabung cairan
yang mengakibatkan perpindahan panas dari dihangatkan secara aktif (seperti pada
kompartemen sentral ke perifer, hal ini beberapa perangkat), cairan yang dihangatkan
menyebabkan hipotermia. Diperkirakan kembali kehilangan panas karena perlahan-
terdapat tiga penyebab terjadinya hipotermi lahan mengalir ke bawah, atau berada di dalam
pada anestesi spinal yaitu redistribusi panas tabung. Dan memasukan cairan yang dingin
internal dari kompartemen sentral ke perifer, dapat menyebabkan hipotermia.(Wax et al.,
hilangnya termoregulasi vasokontriksi 2018).
dibawah ketinggihan blok serta berubahnya
nilai ambang vasokontriksi dan nilai ambang Blanket warmer merupakan suatu alat
menggigil. (Pramono, 2018). untuk menjaga kestabilan suhu tubuh pasien
ketika mengalami hypothermia. Alat ini pada
Komplikasi yang dapat muncul setelah dasarnya memanfaatkan panas yang dialirkan
tindakan anestesi adalah hipotermi. Hipotermi dengan menggunakan blower sebagai media
dapat diartikan suhu tubuh kurang dari 36ºC. penghantar panas sehingga kondisi pasien
Pasien pasca bedah yang mengalami hipotermi tetap terjaga dalam keadaan hangat (Murray,
akan menggigil sebagai mekanisme 2012). Oleh karena itu dengan penggunaan
kompensasi tubuh terhadap hipotermi blanket warmer cairan intravena menjadi
(Suswita, 2019). Hipotermia apabila tidak hangat saat aliran tersebut masuk ke pembuluh
tertangani akan menyebabkan gangguan irama darah, percepatan peningkatan suhu tubuh
jantung, takipnea, perdarahan dan juga syok. lebih stabil dan kondisi pasien tetap terjaga
Selain itu terdapat efek samping lain yang dalam keadaan hangat sehingga diharapkan
termasuk peningkatan tingkat infeksi, dapat terjaga suhu tubuh tetap normal sehingga
peningkatan kehilangan darah, penyembuhan dapat meningkatkan laju metabolisme agen
luka yang tertunda dan peningkatan masa inap anastesi dan waktu pulih sadar akan lebih
di rumah sakit (Suindrayasa, 2019). cepat (Rositasari & Dyah, 2018).
Menurut Marta (2018), kejadian hipotermia
terjadi 60%- 90% dari keseluruhan pasien post METODE PENELITIAN
operasi yang menggunakan anestesi spinal. Desain penelitian merupakan bentuk
Menurut Fauzi Akbar (2019) kejadian rancangan yang digunakan dalam melakukan
hipotermi 33-65% dari keseluruhan post prosedur penelitian (Hidayat, 2019).
operasi dengan anastesi umum dan 33-56,7% Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dari keseluruhan post operasi dengan anastesi Quasi eksperimen dengan menggunakan
spinal di RSUD Karawang. bentuk rancangan one group pre-post test
design. Quasi eksperimen adalah sebuah studi
Untuk menjaga agar tubuh tidak eksperimental yang dalam mengontrol situasi
mengalami hipotermia maka dilakukan penelitian menggunakan cara non random.
Pendekatan non farmakologis dengan metode
penghangatan diantaranya dengan cara
pemakaian blanket warmer, humidifikasi HASIL DAN PEMBAHASAN
oksigen dan mengatur suhu lingkungan yang A. Hasil Penelitian
memadai, serta menggunakan penghangat 1. Analisis Univariat
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.4 No.2Juli 2023 465
……………………………………………………………………………………………………...
a. Pengukuran Suhu Sebelum dan Sesudah Analisis bivariat di gunakan untuk
Pemberian Blanket Warmer mencari pengaruh atau hubungan dari dua
Tabel 1. Distribusi suhu sebelum dan sesudah varibel yaitu untuk mencari pengaruh
pemberian blanket Warmer pada pasien post pemberian blanket warmer dan cairan infus
anaestesi regional di IBS RSUD Kota hangat terhadap pasien hipotermia post
Tangerang bulan Februari 2023 (n = 34 ) anestesi regional.
a. Pengaruh blanket warmer terhadap pasien
hipotermia post anestesi regional.
Sebelum menganalisa pengaruh dua
varibel terlebih dahulu dilakukan uji
kenormalitas data dengan Shaphiro-Wilk
karena jumlah sampel kurang dari 50.
Berdasarkan table 4.1 dapat digambarkan Tabel 3. Uji normalitas suhu badan sebelum
rata-rata suhu badan sebelum di berikan dan sesudah pemberian blanket warmer di IBS
blanket warmer 33.726 suhu terendah 32.3 RSUD Kota Tangerang bulan Februari 2023
tertinggi 35.4 dengan standar deviasi 0.644. (n= 34)
rata-rata suhu badan setelah di berikan blanket
warmer 34.953 suhu terendah 33.7 tertinggi
36.5 dengan standar deviasi 0.632. Selisih
suhu sebelum dan sesudah nilai terendah 0.8
tertinggi 2.3 dan rata-rata kenaikan suhu 1.226
dengan standar deviasi 0.334
b. Pengukuran Suhu Sebelum dan Sesudah Dari table 4.3 bisa diketahui bahwasanya data
Pemberian cairan infus hangat suhu badan sebelum dan sesudah blanket
Tabel 2. Distribusi suhu sebelum dan sesudah warmer berdistribusi normal karena p value >
pemberian cairan infus hangat pada pasien 0.005. Maka untuk mencari pengaruh blanket
post anestesi regional di IBS RSUD Kota warmer terhadap hipotermia pasien post
Tangerang bulan Februari 2023 (n = 34 ) anestesi regional maka dilakukan uji analisis
statistik Paired Samples Test dikarenakan hasil
uji normalitasnya berdistribusi normal.
Tabel 4. Efektifitas pemberian blanket warmer
terhadap hipotermia pasien post anestesi
regional di RSUD Kota Tangerang Bulan
Berdasarkan table 4.2 dapat digambarkan rata- Februari 2023 (n= 34)
rata suhu badan sebelum di berikan cairan
infus hangat 33.468 suhu terendah 31.7
tertinggi 34.6 dengan standar deviasi 0.775
rata-rata suhu badan setelah di berikan cairan
infus hangat 34.294 suhu terendah 32.8
tertinggi 35.2 dengan standar deviasi 0.716 Tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil uji Paired
Selisih suhu sebelum dan sesudah nilai Samples Test untuk variabel suhu badan
terendah 0.5 tertinggi 1.8 dan rata-rata sebelum dan sesudah pemberian blanket
kenaikan suhu 0.826 dengan standar deviasi warmer didapatkan nilai p value< 0,005 maka
0.267 Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada
2. Analisis Bivariat pengaruh yang bermakna pemberian blanket

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
466 Vol.4 No.2Juli 2023
………………………………………………………………………………………………………
warmer terhadap pasien hipotermia post B. Pembahasan
anestesi regional di RSUD Kota Tangerang. 1. Suhu tubuh sebelum pemberian blanket
warmer
b. Pengaruh pemberian cairan infus hangat Hasil penelitian table 4.1 menunjukkan rata-
terhadap pasien hipotermia post anestesi rata suhu tubuh 33.76 derajat celcius, hal ini
regional. bisa dikategorikan pasien dalam kondisi
Sebelum menganalisa pengaruh dua hipotermia. Hipotermia adalah pengeluran
varibel terlebih dahulu dilakukan uji panas akibat paparan terus menerus terhadap
kenormalitasan data dengan Shaphiro-Wilk dingin mempengaruhi kemampuan tubuh
karena jumlah sampel kurang dari 50. untuk memproduksi panas sehingga
Tabel 5. Uji normalitas suhu badan sebelum mengakibatkan hipotermia. Hipotermia
dan sesudah pemberian Cairan infus hangatdi merupakan suatu kondisi dimana suhu tubuh
IBS RSUD Kota Tangerang bulan Februari turun secara drastis dan dapat membahayakan
2023 (n= 34) orang yang mengalaminya. Normalnya, suhu
tubuh turun dibawah 35ºC. pada keadaan
hipotemia, suhu tubuh dapat terjadi di bawah
35ºC . Suhu tubuh antara 32-35°C
dikategorikan hipotermi ringan, kebanyakan
orang bila berada pada suhu ini akan
Dari table 4.5 bisa diketahui bahwasanya data
menggigil secara hebat, terutama di seluruh
suhu badan sebelum dan sesudah cairan infus
ekstremitas. Bila suhu lebih turun lagi, pasien
hangat berdistribusi tidak normal karena p
mungkin akan mengalami amnesia dan
value < 0.05. Maka untuk mencari pengaruh
disartria. Peningkatan kecepatan nafas juga
pemberian cairan infus hangatterhadap
mungkin terjadi (Cahyawati, 2019)
hipotermia pasien post anestesi regional maka
Hasil penelitin ini sejalan dengan yang
dilakukan uji analisis statistik wilcoxon match
dilakukan oleh Muchtar (2020) tentang
pair test dikarenakan hasil uji normalitasnya
pengaruhselimut elektrik terhadap peningkatan
berdistribusi tidak normal
suhutubuh pasien pasca sectio caesarea
Tabel 6. Efektifitas pemberian cairan infus yangmengalami hipotermi. Hasil
hangat terhadap hipotermia pasien post penelitianmenunjukkan rata-rata suhu tubuh
anestesi regional di RSUD Kota Tangerang pasienpasca sectio caesaria sebelum
bulan Februari 2023 (n= 34) penggunaanselimut elektrik adalah 33.7
derajat Celcius. Hasil penelitian yang sejenis
dilakukan oleh Yuliantini (2019) bahwasannya
pasien yang hipotermia paska operasi di
ruang recoveri room sebelum diberikan
blanket warmer suhu tubuh rata-rata 33.86
derjat celcius
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa hasil uji 2. Suhu tubuh setelah pemberian blanket
wilcoxon match pair test untuk variabel suhu warmer selama 30 Menit
badan sebelum dan sesudah pemberian cairan Hasil penelitian table 4.1 menujukkan suhu
infus hangat didapatkan nilai p value< 0,05 badan setelah di berikan blanket warmer rata-
maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada rata suhu badan menjadi 34.95 derajat celcius
pengaruh yang bermakna pemberian cairan ini artinya ada kenaikan sebesar 1.2 derajat
infus hangat terhadap pasien hipotermia post celcius dibandingkan dengan suhu badan
anestesi regional di RSUD Kota Tangerang. sebelumnya. Hal ini sesuai dengan penelitinya
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.4 No.2Juli 2023 467
……………………………………………………………………………………………………...
Muchtar (2020) menujukkan rata-rata suhu Suhu badan setelah intervensi rata-rata
setelah di berikan blanket warmer menjadi menjadi 34.294 derajat celcius. Hal ini sesuai
34.7 derjat celcius. Hasil penelitian yang dengan hasil penelitiannya Maulana, (2018).
sejenis dilakukan oleh Rositasari & Dyah, Bahwasanya suhu terendah setelah pemberian
(2017). Menunjukkan bahwa rata-rata suhu terapi cairan hangat 36,5ºC dan suhu tertinggi
tubuh pada kelompok pasien pasca sectio 37,0ºC dengan mean 36,71ºC dan standar
caesarea yang diberikan blanket warmer deviasi 0,18. Penelitian lain yang sejalan
sebelum diberikan blanket warmer adalah dilakukan oleh Aprianti (2022). Rata-rata nilai
34,39 ºC dan sesudah diberi blanket warmer suhu tubuh pada kelompok intervensi 1
naik menjadi sebesar 36,11 ºC. sebelum diberikan cairan infus 40 derajat
3. Efektifitas pemberian blanket warmer pada Celcius dansesudah diberikan cairan infus 40
pasien hipotermi post anestesi regional. derajat Celcius adalah 36.71 (SD=0.05). Rata-
Hasil uji statistik pada table 4.4 menunjukkan rata nilai suhu tubuh pada kelompok intervensi
p value < 0.05 (0.000) ini artinya ada 2 sesudah diberikan selimut elektrik hangat 44
pengaruh yang bermakna terkait pemberian derajat Celcius adalah 36.69 (SD=0.05).
blanket warmer terhadap pasien hipotermia Pemberian cairan infus hangat dapat
post anestesi regional di RSUD Kota digunakan sebagai metode yang efektif untuk
Tangerang, Penggunaan Blanketrol yang ada mencegah dan mengatasi mengigil pada klien
di blanket warmer mempunyai pengaruh yang teknik anestesi spinal. Hipotermia pasca bedah
lebih signifikan mengatasi hipotermi karena ternyata dapat diatasi secara efektif dan
alat ini memiliki materi penghantar air yang meyakinkan sejak 10 menit post pembedahan,
lebih efisien untuk perpindahan panas per unit dengan mengatur cairan intravena pada suhu
luas permukaan tubuh jika dibandingkan 37 ̊C melalui suatu alat penghangat cairan
dengan media udara (Yuliantini 2019). intravena (Suindrayasa, 2019).
4. Suhu tubuh sebelum pemberian cairan 6. Efektifitas pemberian cairan infus
infus hangat hangat terhadap hipotermia pasien post
Hasil penelitian pada table 4.5 mengambarkan anestesi regional.
suhu tubuh sebelum di berikan cairan infus Hasil penelitian pada tabel 4.6 menunjukkan
hangat rata-rata 33.46 derjat celcius. Hal ini ada pengaruh yang bermakna pemberian
sesuai dengan hasil penelitinya Aprianti cairan infus hangat terhadap pasien hipotermia
(2022) bahwasannya semua responden (100%) post anestesi regional di RSUD Kota
mengalami suhu tubuhdi bawah rentang Tangerang, yang ditandai dengan p value <
normal, baik padakelompok kontrol intervensi 0.05. Penelitian lain yang mendukung dari
1, intervensi 2dan intervensi 3. Begitu juga hasil penelitian ini dilakukan oleh Cahyawati
hasil penelitinya Maulana (2018) yang (2019) bahwasanya kelompok intervensi dan
dilakukan pada pasien paska operasi di ruang kelompok kontrol didapatkan nilai P<0.05
sadar RSI YATOFA Mataram menunjukkan yang berarti, terdapat perbedaan derajat
rata-rata suhu tubuh sebelum intervensi cairan menggigil antara kelompok intervensi yang
hangat sebesar 35 derjat celcius (hipotermia). menerima intervensi tambahan cairan
5. Suhu tubuh setelah dilakukan intravena hangat dibandingkan kelompok
pemberian cairan infus hangat selama 30 kontrol yang mendapatkan intervensi sesuai.
Menit Hasil penelitian ini didukung penelitian
Hasil penelitian pada tabel 4.5 menunjukkan sebelumnya menunjukan adanya peningkatan
ada kenaikan rata-rata suhu tubuh pasien suhu tubuh yang signifikan dan didapatkan
setelah di berikan cairan infus hangat dengan kejadian shivering sebanyak 2 pasien (3,9 %)
kenaikan suhu sebayak 1,8 derajat celcius. pada kelompok infus 40 derajat Celcius lebih

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
468 Vol.4 No.2Juli 2023
………………………………………………………………………………………………………
sedikit dibandingkan kelompok infus suhu 7.96410.27
ruangan 22 derajat Celcius sebanyak 8 pasien [3] Cahyawati, F. E. (2019). Pengaruh Cairan
(21,6%), Perbedaan signifikan ini ditunjukkan Intravena Hangat Terhadap Derajat
oleh p-value 0,021 (p<0.05) dikutip Menggigil Pasien Post Sectio Caesarea Di
oleh(Hidayat, 2018) RS PKU Muhammadiyah Gamping.
Jurnal Kebidanan, 8(2), 86.
PENUTUP https://doi.org/10.26714/jk.8.2.2019.86-
Kesimpulan 93
1. Rata-rata suhu badan sebelum di [4] Connell, J. J. O., & Regan, R. F. (2011).
berikan blanket warmer 33.726 suhu terendah Accidental Hypothermia & Frostbite:
32.3 tertinggi 35.4 dengan standar deviasi Cold – Related Conditions.
0.644. rata-rata suhu badan setelah di berikan [5] Depkes, R. I. (2009). (2009). Sistem
blanket warmer 34.953 suhu terendah 33.7 kesehatan nasional. chrome-
tertinggi 36.5 dengan standar deviasi 0.632. extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefind
Selisih suhu sebelum dan sesudah nilai mkaj/http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/26
terendah 0.8 tertinggi 2.3 dan rata-rata 16/4/Chapter 2.pdf
kenaikan suhu 1.226 dengan standar deviasi [6] Frca. (2003). No Title. 8–32. chrome-
0.334 extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefind
2. Rata-rata suhu badan sebelum di mkaj/http://eprints.umm.ac.id/54265/3/B
berikan cairan infus hangat 33.468 suhu AB 2.pdf
terendah 31.7 tertinggi 34.6 dengan standar [7] Guyton, H. (2008). (2008). FAKTOR-
deviasi 0.775 rata-rata suhu badan setelah di FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
berikan cairan infus hangat 34.294 suhu DENGAN HIPOTERMI PASCA
terendah 32.8 tertinggi 35.2 dengan standar GENERAL ANESTESI. 11th ed.
deviasi 0.716. Selisih suhu sebelum dan [8] Harahap, A. M., Kadarsah, R. K., &
sesudah nilai terendah 0.5 tertinggi 1.8 dan Oktaliansah, E. (2014). Angka Kejadian
rata-rata kenaikan suhu 0.826 dengan standar Hipotermia dan Lama Perawatan di
deviasi 0.267 Ruang Pemulihan pada Pasien Geriatri
3. Dalam pemberian terapi selama 30 Pascaoperasi Elektif Bulan Oktober
menit tehadap pasien hipotermi lebih efektif 2011–Maret 2012 di Rumah Sakit Dr.
meningkatkan suhu dengan menggunakan Hasan Sadikin Bandung. Jurnal Anestesi
terapi pemberian blanket warmer daripada Perioperatif, 2(1), 36–44.
menggunakan cairan infus hangat. https://doi.org/10.15851/jap.v2n1.236
[9] Hidayat. (2018). Perbandingan Ringer
DAFTAR PUSTAKA Laktat 40° C dengan Ringer Laktat pada
[1] Aprianti. (2022). Combination of Warm Suhu Kamar dalam Mencegah Shivering
Infusion Fluid and Warm Electric Blanket pada Seksio Sesarea dengan Anestesi
on the Body Temperature of Patients Spinal. 2018;1.
Post-Sectio Caesarea. [10] Hidayat, A. (2007). Riset Keperawatan
[2] Butwick, A. J., Lipman, S. S., & dan Teknik Penulisan Ilmiah. Salemba
Carvalho, B. (2007). Intraoperative forced Medika.
air-warming during cesarean delivery [11] Isro’in, C. H. R. (2014). Perempuan
under spinal anesthesia does not prevent Lebih Rentan Terserang Penyakit
maternal hypothermia. Anesthesia and Kardiovaskular. VII(1), 1–10.
Analgesia, 105(5), 1413–1419. [12] Kusumawati, T. (2019). (2019).
https://doi.org/10.1213/01.ane.000028616 PENGARUH ROM PASIF TERHADAP
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.4 No.2Juli 2023 469
……………………………………………………………………………………………………...
BROMAGE SCORE PASIEN PASKA [22] Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan
SPINAL ANESTESI. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
[13] Latief. (2010). HUBUNGAN Salemba Medika.
KETINGGIAN BLOK SPINAL ANESTESI [23] Pérez, A., Santamaria, E. K., Operario,
DENGAN KEJADIAN HIPOTENSI D., Tarkang, E. E., Zotor, F. B., Cardoso,
INTRA OPERATIF. S. R. de S. N., Autor, S. E. U., De, I.,
[14] Listyanawati. (2018). Efektifitas Selimut Dos, A., Vendas, O. D. E., Empresas, D.
Elektrik dalam Meningkatkan Suhu Tubuh A. S., Atividades, P. O., Artigo, N., Gest,
Pasien Post Seksio Sesarea yang G. N. R. M. D. E., Para, D. E. F.,
Mengalami Hipoterm. Miranda, S. F. da R., Ferreira, F. A. A.,
[15] Lopez, M. B. (2018). Postanaesthetic Oliver, J., Dario, M., … Volk, J. E.
shivering - from pathophysiology to (2017). No
prevention. Romanian Journal of 主観的健康感を中心とした在宅高齢者
Anaesthesia and Intensive Care, 25(1), における
73–81. 健康関連指標に関する共分散構造分析
https://doi.org/10.21454/rjaic.7518.251.xu Title. BMC Public Health, 5(1), 1–8.
m [24] Pradnyadewi, P. R. A. (2021). (2019).
[16] Maulana. (2018). PERBEDAAN ASUHAN KEPERAWATAN
EFEKTIVITAS TERAPI CAIRAN HIPOTERMIA PADA PASIEN DENGAN
HANGAT DAN SELIMUT BPH POST OPERATIF TURP DI
PENGHANGAT TERHADAP RUANG PEMULIHAN IBS RSUD
PERUBAHAN SUHU TUBUH PADA SANJIWANI GIANYAR. 9–25. chrome-
PASIEN PASCA OPERASI DI RUANG extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefind
PULIH INSTALASI BEDAH RSI mkaj/http://repository.poltekkes-
YATOFA. denpasar.ac.id/7602/3/BAB II Tinjauan
[17] Minarsih, R. (2013). Efektifitas Pustaka.pdf
pemberian elemen penghangat cairan [25] Pramono. (2017). Buku Ajar Anestesi ;
intravena dalam menurunkan gejala Jakarta. EGC.
hipotermi pasca bedah. chrome- [26] Roni Risdianto, A. (2021). EFEKTIFITAS
extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefind PEMBERIAN CAIRAN INFUS HANGAT
mkaj/https://media.neliti.com/media/publi TERHADAP KEJADIAN SHIVERING
cations/137665-ID-none.pdf PADA PASIEN POST OP TUR-PROSTAT
[18] Muchtar. (2021). Pengaruh Selimut Di Ruang Pulih Sadar RSI Siti Aisyah
Elektrik Terhadap Peningkatan Suhu Madiun.
Tubuh Pasien Post Sectio Caesaria Di https://www.mendeley.com/catalogue/62b
Kamar Bedah Rumah Sakit Awal Bros 3c2ed-5928-37c5-984d-
Pekanbaru. 2021. e747f4991f25/?utm_source=desktop&utm
[19] Murray. (2012). Blanket Warming: _medium=1.19.8&utm_campaign=open_c
Comfort and Safety. atalog&userDocumentId=%7B2958c2ed-
https://doi.org/10.1016/j.aorn.2008.07.024 5f50-47c4-a8b6-5c24dafa6310%7D
[20] Nayoko. (2016). PERBANDINGAN [27] Rositasari, S., & Dyah, V. (2017).
EFEKTIFITAS PEMBERIAN CAIRAN. Efektifitas Pemberian Blanket Warmer
1(1). Pada Pasien Pasca Sectio Caesaris Yang
[21] Notoatmodjo, S. (2014). Metodologi Mengalami Hipotermi Di RS PKU
Penelitian Kesehatan-Ed. Rev. Rineka Muhammadiyah Surakarta. Jurnal Ilmu
Cipta. Keperawatan Indonesia, 10(1), 107–120.
……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
470 Vol.4 No.2Juli 2023
………………………………………………………………………………………………………
[28] Sari, I. M. (2020). Pengaruh pemberian Cardiothoracic and Vascular Anesthesia,
hotpack terhadap peningkatan suhu tubuh 32(5), e4–e5.
pada pasien hipotermi paska general https://doi.org/10.1053/j.jvca.2018.04.030
anestesi. chrome- [36] Wijayanto. (2020). PENGARUH
extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefind ANESTESI REGIONAL DAN GENERAL
mkaj/http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/32 PADA SECTIO CESARIA PADA IBU
68/4/4.Chapter 2.pdf DENGAN PRE EKLAMPSIA BERAT
[29] Sorena, E., Slamet, S., & Sihombing, B. TERHADAP APGAR SCOR.
(2019). Efektifitas Pemberian Kompres [37] YULIANTINI. (2019). PERBEDAAN
Hangat Terhadap Suhu Tubuh Pada Anak PENGARUH BLANKET WARM
Dengan Peningkatan Suhu Tubuh Di DENGAN BLANKETROL TERHADAP
Ruang Edelweis Rsud Dr. M. Yunus SUHU TUBUH PADA PASIEN ANAK
Bengkulu. Jurnal Vokasi Keperawatan DENGAN HIPOTERMI POST OPERASI
(JVK), 2(1), 17–24. DI RUANG PICU RSUD DR.
https://doi.org/10.33369/jvk.v2i1.10469 MOEWARDI.
[30] Suswita, D. (2019). Efektifitas
Penggunaan Electricblanketpada Pasien
Yang Mengalami Hipotermi Post Operasi
Di Instalasi Bedah Sentral (Ibs) Rumah
Sakit Umum Daerah Palembang Bari
Tahun 2018. Jurnal Ilmiah Kesehatan,
8(1), 48–56.
https://doi.org/10.35952/jik.v8i1.137
[31] Swarjan. (2016). Metodologi Penelitian
Kesehatan (Edisi Revisi).
[32] The National Institute for Health and
Clinical Excellence, 2007. (2007). The
effects of crystalloid warming on maternal
body temperature and fetal outcomes: a
randomized controlled trial. Brazilian
Journal of Anesthesiology (English
Edition).
https://doi.org/10.1016/j.bjane.2018.09.00
7
[33] Thongsukh. (2018). Effect of Fluid Flow
Rate on Efficacy of Fluid Warmer: An In
Vitro Experimental Study. 2018;2018.
[34] Torossian, A., et al. (2018). Active
perioperative patient warming using a
self-warming blanket (BARRIER
EasyWarm) is superior to passive thermal
insulation: a multinationa.
[35] Wax, D. B., Tyson, W., & Smith, N.
(2018). Avoidance of Inadvertent
Hypothermia With a Fluid-
Warming/Infusion System. Journal of
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
BAB III

PEMBAHASAN

A. Nama Peneliti

Jurnal penelitian ini dilakukan oleh 3 orang peneliti yaitu Restu Gilang

Ramadhan, Wilis Sukmaningtyas dan Fety Kumala Dewi yang berasal dari

Universitas Harapan Bangsa.

Analisa: Penelitian ini sudah dilakukan oleh orang yang berlatar belakang

pendidikan kesehatan yang mana orang yang mewakili institut bidang kesehatan

keperawatan, selain itu nama yang yang dicantumkan sudah lengkap.

B. Tempat dan Waktu penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di ruang Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUD Kota

Tangerang.

2. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2023

Analisa: Peneliti tidak mencantumkan waktu secara jelas terkait waktu penelitian

C. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas penggunaan terapi cairan

infus hangat dan blanket warmer pada pasien hipotermi


Analisa: Tujuan penelitian ini sudah sesuai dengan judul dan permasalahan yang

dipaparkan di latar belakang penelitian. Selain itu, tujuan dalam penelitian ini

sudah tercapai yang mana hasil penelitian yang didapatkan menggambarkan tujuan

dari penelitian yang dilakukan.

D. Metode penelitian

Penelitian dalam jurnal adalah penelitian kuantitatif Quasi eksperimen dengan

menggunakan bentuk rancangan one group pre-post test design dan banyak sampel

34 orang.

E. Hasil penelitian

Hasil penelitian yang didapatkan dalam jurnal disajikan dalam tabel berikut:

Tabel Distribusi Pengukuran Suhu Sebelum dan Sesudah Pemberian Blanket


Warmer dan Cairan Infus Hangat (N=34)
Intervensi Variabel Min Max Mean Standar
deviasi
Suhu sebelum 32,3 35,4 33,726 0,644

Blanket Warmer Suhu sesudah 33,7 36,5 34,953 0,632

Selisih Pre-Post 0.8 2.3 1.226 0,334

Suhu sebelum 31,7 34,6 33,468 0,775

Cairan infus hangat Suhu sesudah 32,8 35,2 34,294 0,716

Selisih Pre-Post 0,5 1,8 0,826 0,267


Tabel Efektifitas Pemberian Blanket Warmer dan Cairan Infus Hangat pada
Hipotermi Pasien post anastesi Regional di RSUD Kota Tangerang (N=34)
Variabel Mean Standar p Value
deviasi
Suhu badan sebelum di berikan blanket warmer 33,726 0,644
0,000
Suhu badan sesudah di berikan blanket warmer 34,953 0,632

Suhu badan sebelum di berikan cairan infus hangat 33,468 0,775


0,000
Suhu badan sesudah di berikan cairan infus hangat 34,294 0,716

Analisa: Hasil penelitian dalam jurnal sudah ditampilkan oleh peneliti dengan

jelas dan mudah dipahami yang mana hasil data distribusi dan uji statistic yang

didapatkan dicantumkan dalam bentuk tabel dan dijabarkan oleh peneliti.

F. Korelasi antara isi jurnal dengan teori

Perubahan fisiologis pada tubuh pasien yang menjalani pembedahan dapat

berupa penurunan suhu tubuh atau hipotermia. Pasien pasca bedah yang

mengalami hipotermia akan menggigil sebagai mekanisme kompensasi tubuh

terhadap hipotermia. Shivering (menggigil) merupakan keadaan yang ditandai

dengan adanya peningkatan aktivitas muskuler yang sering terjadi setelah tindakan

anestesi, khususnya anestesi spinal pada pasien yang menjalani operasi (arifin, dkk

2012 dalam Wisnu, M & Imam, N 2022).

Blanket warmer lebih maksimal dalam penanganan hipotermia karena blanket

warmer menghasilkan panas yang dapat diatur dengan suhu tertentu sehingga
panas yang dihasilkan akan dialirkan ke tubuh pasien yang mengalami hipotermia

sehingga akan terjadi perpindahan panas dari blanket warmer ke dalam tubuh

pasien (Wariani, 2020).

Intervensi warmer blanket berpengaruh pada suhu tubuh pada pasien

hipotermi karena pada intervensi ini produksi panas tidak hanya berasal dari dalam

tubuh, namun penghantaran panas yang berasal dari luar juga ikut mempercepat

peningkatan suhu dalam tubuh (Wisnu, M & Imam, N 2022).

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dalam jurnal menunjukan

penggunaan blanket warmer dapat berpengaruh pada pasien hipotermi yang mana

dapat menghantarkan panas dan meningkatkan suhu tubuh pasien hal ini sejalan

dengan teori yang sudah dipaparkan di atas bahwa penghantar panas yang

dihasilkan blanket warmer dapat berpengaruh pada suhu tubuh. Peneliti juga

menyimpulkan bahwa pemberian terapi yang dilakukan selama 30 menit blanket

warmer lebih efektif dari pada cairan infus terhadap hipotermi pasien post anastesi

di RSUD Kota Tangerang.

G. Korelasi antara isi jurnal dengan realita klinis

Hipotermi merupakan kondisi yang sering terjadi setelah dilakukan tindakan

operasi dikarenakan pengaruh dari anastesi atau suhu ruang operasi yang mana

tubuh pasien menggigil dan suhu tubuh kurang dari 36’C. Hal ini jika tidak

ditangani maka akan beresiko pada keadaan pasien sehingga terjadi syok. Dalam

jurnal penelitian menunjukan keberhasilan atau keefektifan penerapan intervensi


nonfarmakologi pada pasien hipotermi dengan tindakan yang dilakukan yaitu

pemberian blanket warmer dan cairan infus dengan hasil yang menunjukan blanket

warmer lebih efektif terhadap pasien yang mengalami hipotermi.

Di RSUD Wonosari khususnya ruang Instalasi Bedah Sentral terdapat pasien

yang mengalami hipotermi dengan kondisi tubuh yang mengigil dan merasa

kedinginan setelah sadar di ruang observasi. Namun, di RSUD Wonosari untuk

Pasien yang mengalami hipotermia pada fase post operasi tindakan yang dilakukan

adalah pemberian selimut biasa dan tidak dilakukan pengecekan suhu tubuh atau

penanganan khusus sampai pasien sadar dan dikembalikan ke bangsal dengan

kondisi yang masih menggigil.

H. Analisis SWOT penerapan jurnal di klinik

Strength (kekuatan): Untuk menjaga agar tubuh tidak mengalami hipotermia

maka di lakukan pendekatan non farmakologi dengan metode penghangat yaitu

blanket warmer. Blanket warmer adalah suatu alat untuk menjaga kestabilan suhu

tubuh pasien. Blanket warmer pada dasarnya memanfaatkan panas yang di alirkan

sehingga kondisi pasien tetap terjaga dan penggunaan blanket warmer

mempercepat peningkatan suhu tubuh pasien lebih stabil.

Weaknes (kelemahan): Alat penghangat cairan digunakan secara perlahan

kecuali jika tabung cairan di hangatkan secara aktif (seperti pada beberapa

perangkat) cairan yang di hangatkan akan mengalir ke bawah atau berada di dalam

tabung dan memasukan cairan yang dingin dapat menyebabkan hipotermia.


Oppurtunity (peluang): Intervensi dalam jurnal belum di gunakan di ruang

instalasi bedah sentral RSUD Wonosari. Saat ini intervensi yang di gunakan untuk

mengatasi hipotermi pada pasien adalah pemberian selimut tipis biasa pada pasien.

Threated (Ancaman): Jika tidakan ini di abaikan atau tidak di lakukan maka akan

membahayakan nyawa pasien atau memperburuk kondisi pasien dimana pasien

bisa mengalami gangguan irama jantung, takipnea, perdarahan dan juga syok

I. Analisa PICO

Population: Masalah klinik dari jurnal yang di pilih adalah untuk mengetahui

keefektivan intervensi penggunaan terapi cairan infus hangat dan blanket warmer

pada pasien hipotermia post operasi. Populasi atau pasien pada jurnal ini adalah

pasien post operasi sebanyak 34 orang.

Intervension: Penggunaan cairan infus hangat dan blanket warmer sebagai

tindakan nonfarmakologi untuk membantu mengatasi kejadian hipotermia pada

pasien post operasi.

Comparasion: Pada jurnal yang di pilih yaitu efektivitas penggunaan cairan infus

hangat dan blanket warmer untuk mengatasi hipotermia pada pasien post anastesi

regional merupakan sebuah penelitian yang di lakukan oleh Gilang, dkk tahun

(2023) penelitian yang sama di lakukan juga oleh Henny, dkk (2023) yang

menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan dalam penggunaan terapi

tersebut dan dapat mengatasi hipotermia.


Outcome: penggunaan terapi cairan infus hangat dan blanket warmer berdasarkan

hasil dari jurnal tersebut menyatakan bahwa ada pengaruh dan bisa mengatasi

hipotermi pada pasien operasi. Namun pada jurnal tersebut juga di jelaskan bahwa

ternyata penggunaan blanket warmer lebih efektif dari pada penggunaan cairan

infus hangat. Hal ini juga di dukung oleh penelitian yang di lakukan oleh Pratama,

Yoga (2022) dimana penggunaan blanket warmer sangat efektif dalam

memberikan kehangatan. Blanket warmer di rancang menggunakan sensor suhu

udara yang di hasilkan oleh pemanas yang di alirkan menuju selimut dan ketika di

lakukan pemakaian selimut tersebut pada pasien dapat membantu enghangatkan

pasien dengan hipotermia.

J. Implikasi Keperawatan

Sebagai perawat dalam menghadapi kasus seperti yang terdapat di instalasi

bedah sentral yaitu hipotermia, maka kita harus :

1. Perawat sebagai edukator

Perawat sebagai edukator di harapkan mampu dalam melakukan edukasi

kepada pasien dengan cara yang kreatif dan di sesuaikan dengan kemampuan

dengan setiap pasien. Dalam memberikan edukasi kepada pasien hipotermia

maka perawat harus mampu untuk memberikan informasi yang dapat di

pahami misalnya menggunakan bahasa indonesia yang mudah di mengerti

tentang bagaimana cara untuk menghangatkan diri misalnya menggunakan

selimut.
2. Perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan

Perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan tidak hanya di dukung oleh

keterampilan yang mencukupi dala merawat pasien, namun juga melibatkan

karakter yang wajib ada pada diri seorang perawat yang caring. Misalnya pada

pasien hipotermi kita sebagai pemberi pelayanan kesehatan maka yang perlu

di lakukan adalah memberikan lingkungan yang nyaman bagi pasien,

menyiapkan lingkungan yang hangat dan memberikan selimut yang cukup

tebal pada pasien.

3. Perawat sebagai fasilitator

Perawat sebagai fasilitator diharapkan mampu memberikan solusi pada

permasalahan yang di hadapi pasien. Misalnya pada pasien hipotermi kita

sebagai fasilitator harus mampu menyipakan fasilitas yang dapat membantu

memberikan kehangatan dan mengatasi masalah pasien.

K. Manfaat Jurnal

Berikut ini manfaat jurnal ini bagi mahasiswa dan pihak runah sakit.

1. Bagi mahasiswa

Manfaat yang dapat di ambil oleh mahasiswa pada jurnal tersebut adalah

mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang intervensi yang di berikan

pada pasien hipotermia yang di mana sebagai perawat kita mampu

memberikan intervensi pada pasien hipotermia yaitu dengan penggunaan

cairan infus hangat dan blanket warmer.


2. Bagi RSUD Wonosari

Pada jurnal tersebut manfaat bagi rumah sakit adalah pihak rumah sakit dapat

menjadikan intervensi tersebut sebagai bahan pertimbangan untuk persediaan

di ruang instalasi bedah sentral agar dapat membantu para perawat untuk

mengatasi masalah hipotermia yang sering di alami oleh pasien post operasi.
DAFTAR PUSTAKA

Aprianti, Tri Nova, Ta’adi Ta’adi, Arwani Arwani, Roro Sri Endang Pujiastuti, and
Mardiyono Mardiyono. 2022. “Combination of Warm Infusion Fluid and Warm
Electric Blanket on the Body Temperature of Patients Post-Sectio Caesarea.” Media
Keperawatan Indonesia 5(3):222. doi: 10.26714/mki.5.3.2022.222-230.
Awwaliyah, Shabirina, Moh. Zainol Rachman, and Ernawati Naya. 2020. “Pengaruh
Pemberian Infus Hangat Terhadap Stabilitas Suhu Tubuh Pada Pasien Post Operasi
General Anestesi Effect of Warmed Infusion To Body Temperature Stability on Post
Surgery Patient With General Anesthesia in Recovery Room Rsu.” Jurnal
Keperawatan Terapan (e-Journal) 06(1):36–42.
Dafriani, Putri, Harinal Afri Resta, and Akhrijun Tanjung. 2021. “Efektifitas Penggunaan
Selimut Hangat Dibandingkan Selimut Biasa Terhadap Peningkatan Suhu Pada Pasien
Post Operasi Di RSUD Sawahlunto.” Jurnal Kesehatan Medika Saintika 12(1):9–15.
Fitrianingsih, Rumantika, and Asmat Burhan. 2021. “Efek Hypotermia Pasca General
Anestesi: A Scoping Review.” Jurnal Seminar Nasional Penelitian Dan Pengabdian
Kepada Masyarakat (October):547–57.
Pratama, Yoga. 2022. Blanket Warmer dilengkapi Monitoring Suhu Tubuh. Thesis
Rositasari, Shinta, and Vitri Dyah. 2017. “Efektifitas Pemberian Blanket Warmer Pada
Pasien Pasca Sectio Caesaris Yang Mengalami Hipotermi Si RS PKU Muhammadiyah
Surakarta.” Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia 10(1):107–20.
Syulce Luselya Tubalawony*, Alisye Siahaya. 2023. “Jurnal Keperawatan.” 15:331–38.
Triyanto, Adiratna Sekar Siwi, and Maya Safitri. 2022. “Hubungan Jenis Anestesi Dengan
Angka Kejadian Hipotermi Di Ruang Pulih Sadar RSUD Jend . A . Yani.” 610–14.
Wariani. 2020. Efektifitas Penggunaan Blanket Warmer Terhadap Suhu pada pasien
Shivering post spinal anastesi replacement ekstermitas bawah.
Wisnu, M dan Imam, N. 2022. Pengaruh Terapi Warmer Blanket Terhadap Suhu Tubuh
Pada Pasien Post Operasi Multiple Odontektomi Di Recovery Room IBS Rumah Sakit
Gigi dan Mulut Soelastri Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai