A. Konsep Dasar
1. Pengertian
kenaikan suhu tubuh. “Kejang demam ialah bangkitan kejang yg terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal 38C) yang disebabkan oleh suatu proses
satu diantaranya adalah : “Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi
atau anak, biasanya terjadi pada umur 3 bulan sampai 5 tahun, berhubungan
dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau
penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur
kurang dari 4 minggu tidak termasuk. Kejang demam harus dapat dibedakan
(Mansjoer, 2011).
2. Etiologi
demam sering disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media,
tinbul pada suhu yang tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi
dehidrasi, intoksikasi air, atau demam tinggi. Kejang yang disebabkan oleh
1
gangguan metabolik bersifat reversibel apabila stimulus pencetusnya
3. Manifestasi klinis
Secara teoritis pada klien dengan Kejang Demam didapatkan data-data antara
lain klien kurang selera makan (anoreksia), klien tampak gelisah, badan klien
4. Patofisiologi
membran sel neuron dapat dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium dan
sangat sulit dilalui oleh ion natrium dan ion lain, kecuali ion clorida.
keadaan sebaliknya.
Dengan perbedaan jenis konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka
terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dan ini dapat
2
b. Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis,
keseimbangan dari membran dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari
ion kalium maupun ion natrium melalui membran tadi, dengan akibat
terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya
terjadi kejang.
tinggi rendahnya ambang kejang tersebut. Pada anak dengan ambang kejang
rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38 C, sedang pada ambang kejang
5. Pemeriksaan penunjang
3
3. Darah
a. Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N
< 200 mq/dl)
b. BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan
merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.
c. Elektrolit : K, Na
Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )
Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )
4. Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda
infeksi, pendarahan penyebab kejang.
5. Skull Ray :Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya
lesi
6. Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB
masih terbuka (di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus
untuk transiluminasi kepala.
6. Penatalaksanaan medic
1. Pengobatan
a. Pengobatan fase akut
Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah diazepam
yang diberikan melalui interavena atau indra vectal.
· Dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan).
· Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama
setelah 20 menit.
b. Turunkan panas
· Anti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis.
· Kompres air PAM / Os
c. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang
demam yang pertama, walaupun demikian kebanyakan dokter
melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai
meningitis, misalnya bila aga gejala meningitis atau bila kejang
demam berlangsung lama.
d. Pengobatan profilaksis
Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat
demam dan profilaksis terus menerus dengan antikanulsa setiap hari.
Untuk profilaksis intermitten diberikan diazepim secara oral dengan
dosis 0,3 – 0,5 mg/hgBB/hari.
e. Penanganan sportif
· Bebaskan jalan napas
· Beri zat asam
· Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
· Pertahankan tekanan darah
4
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
yang akurat dan lengkap sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat
kesehatan terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis (terapis)
Berdasarkan sumber data, data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung
dari klien, yaitu data tersebut diperoleh dari klien yang sadar maupun klien
kebersihan diri atau data tentang kesadaran. Data sekunder adalah data yang
diperoleh selain dari klien, seperti dari perawat, dokter, catatan perawat, serta
5
dari pemeriksaan seperti pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan
kejari tengah yang lainnya untuk normal atau tidaknya suatu organ tubuh.
Palpasi adalah jenis pemeriksaan fisik dengan cara meraba klien seperti
lokasi pada rongga abdomen untuk mengetahui lokasi nyeri atau untuk
6
1) Nama Pasien (initial), umur, jenis kelamin,agama, suku bangsa
dan alamat
dan bangsa
bangsa.
b. Kesehatan fisik
1) Pola nutrisi
disertai muntah. Perlu dikaji pola nutrisi sebelum sakit, porsi makan
2) Pola eliminasi
3) Pola tidur
Yang perlu dikaji meliputi jam tidur, waktu tidur dan lamanya
dan rambut
5) Pola aktifitas
1) Riwayat prenatal
2) Riwayat kelahiran
7
Kelahiran spontan atau dengan bantuan – bantuan, aterm atau
4) Tumbuh kembang
5) Imunisasi
badan meningkat
3) Pengobatan : Pada saat kejang segera diberi obat anti konvulsan dan
mengatasi kejang.
5) Riwayat psikologis
8
Reaksi pasien terhadap penyakit, kecemasan pasien dan orang tua
e. Pemeriksaan fisik
kebersihannya
Akut / Kronis
dikelompokkan. Pengelompokan data dapat dibagi atas data dasar dan data
khusus (Carpenito, 2012). Data dasar terdiri dari data fisiologis, data
psikologis, data sosial dan spiritual. Sedangkan data khusus adalah data yang
dan sebagainya.
9
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan
10
Tujuan : mencegah pasien jatuh.
Intervensi :
a. Manajemen lingkungan.
Memasang pengaman tempat tidur.
b. Manajemen kejang.
Longgarkan pakaian pasien.
c. Manajemen airway.
Berikan oksigen bila perlu
Monitor vital sign.
d. Pencegahan kejang.
Pasang side rail pada tempat tidur.
4. Pelaksanaan
sebelumnya dan disesuaikan dengan situasi secara cermat dan efisien. Dalam
yang sesuai dengan kebutuhan klien saat itu, tidak semata – mata berdasarkan
implementasi :
11
a. Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa
5. Evaluasi
meliputi pola pernafasan kembali efektif, suhu tubuh kembali normal, anak
cairan terpenuhi seimbang, tidak terjadi injury selama dan sesudah kejang dan
12
Evaluasi ini bersifat formatif, yaitu evaluasi yang dilakukan secara terus
menerus untuk menilai hasil tindakan yang dilakukan disebut juga evaluasi
tujuan jangka pendek. Dapat pula bersifat sumatif yaitu evaluasi yang
dilakukan sekaligus pada akhir dari semua tindakan yang pencapaian tujuan
jangka panjang.
pengukuran. Bila kriteria hasil telah dicapai, kata “ Sudah Teratasi “ dan
keperawatan.
3) Instruksi perawatan tidak selaras dengan kriteria hasil pada tahap tiga
empat.
13
DAFTAR PUSTAKA
14
Gaffar, La Ode Jumadi (2011), Pengantar Keperawatan Profesional, EGC,
Jakarta
Dosen Pembimbing :
Setianingsih,S.Kep.Ns.MPH
15
Di Susun Oleh:
SI KEPERAWATAN 2A
Pathway
16
Hambatan pada pusat pernafasan
Hipoksia
Sekret
Resiko jatuh Nyeri
17