Anda di halaman 1dari 13

A.

CAIRAN DAN ELEKTROLIT


1. Volume dan distribusi cairan tubuh
a. Volume cairan tubuh
Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira-kira 60 % dari
berat badan pria dan 50 % dari berat badan wanita. Jumlah volume ini
tergantung pada kandungan lemak badan dan usia. Lemak jaringan sangat
sedikit menyimpan cairan, dimana lemak pada wanita lebih banyak dari pria
sehingga jumlah volume cairan lebih rendah dari pria. Usia juga berpengaruh
terhadap TBW dimana makin tua usia makin sedikit kandungan airnya.
b. Distribusi cairan
Cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen yaitu pada intraseluler
dan ekstraseluler. Cairan intraseluler kira-kira 2/3 atau 40 % dari BB,
sedangkan cairan ekstraseluler 20 % dari BB, cairan ini terdiri atas plasma
(cairan intravaskuler) 5 %, cairan interstisial (cairan di sekitar tubuh seperti
limfe) 10-15 % dan transeluler (misalnya, cairan serebrospinalis, sinovia, cairan
dalam peritonium, cairan dalam rongga mata, dan lain-lain ) 1-3 %.

2. Fungsi cairan
a. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperatur tubuh
b. Transport nutrien ke sel
c. Transport hasil sisa metabolisme
d. Transport hormon
e. Pelumas antar organ
f. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistem kardiovaskuler

3. Keseimbangan cairan
Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake atau masukan cairan dan pengeluaran
cairan. Pemasukan cairan berasal dari minuman dan makanan. Kebutuhan cairan
setiap hari antara 1.800-2.500 ml/hari. Sekitar 1.200 ml berasal dari minuman dan
1.000 ml dari makanan. Sedangkan pengeluaran cairan melalui ginjal dalam bentuk
urine 1.200 – 1.500 ml/hari, feses 100 ml, paru-paru 300-500 ml dan kulit 600-800
ml.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit


1
a. Usia
b. Temperatur lingkungan
c. Diet
d. Stres
e. Sakit

5. Pergerakan cairan tubuh


Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui tiga proses, yaitu :
a. Difusi : merupakan proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak
dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan.
Cairan dan elektrolit didifusikan sampai menenambus membran sel. Kecepatan
difusi dipengaruhi oleh ukuran molekul, konsenrasi larutan, dan temperatur.
b. Osmosis : merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membran
semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi
yang lebih tinggi yang sifatnya menarik.
c. Transpor aktif : partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi
karena adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung.

6. Pengaturan keseimbangan cairan


a. Rasa dahaga
Mekanisme rasa dahaga:
Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada akhirnya
menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat merangsang hipotalamus
untuk melepaskan substrat neural yang bertangguang jawab terhadap sensasi
haus.
Osmoreseptor di hipotalamus, mendeteksi peningkatan tekanan osmotik dan
mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensai rasa dahaga.
b. Anti Diuretik Hormon (ADH)
ADH di bentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis dari hipofisis
posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolaritas
dan penurunan cairan ekstrasel. Hormon ini meningkatkan reabsorpsi air pada
duktus koligentes, dengan demikian dapat menghemat air.
c. Aldosteron

2
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal
untuk meningkatkan absopsi natrium. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh
perubahan konsentrasi kalium, natrium serum dan sistem angiotensin renin serta
sangat efektif dalam mengendalikan hiperkalemia.
d. Prostaglandin
e. Glukokortikoid

7. Cara pengeluaran cairan


Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti :
a. Ginjal
Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter
darah untuk disaring setiap hari. Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam.
Pada orang dewasa produksi urine sekitar 1,5 lt/hari. Jumlah urine yang
diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron.
b. Kulit
Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang merangsang
aktivitas kelenjar keringat. Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari
aktivitas otot, temperatur lingkungan yang meningkat, dan demam. Disebut
juga Insesible Water Loss (IWL) sekitar 15-20 ml/24 jam.
c. Paru-paru
Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari. Meningkatnya cairan yang hilang
sebagai respons terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas akibat
pergerakan atau demam.
d. Gastrointestinal
Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap hari sekitar
100-200 ml. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 cc/kgBB/24
jam, dengan kenaikan 10 % dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1 derajat
celcius.

8. Pengaturan elektrolit
a. Natrium (sodium)
Merupakan kation paling banyak dalam cairan ekstrasel. Na+ mempengaruhi
keseimbanagan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. Sodium diatur

3
oleh intake garam, aldosteron dan pengeluaran urine. Normalnya sekitar 135-
148 mEq/lt.
b. Kalium (potassium)
Merupakan kation utama cairan intrasel. Berfungsi sebagai excitability
neuromuskuler dan kontraksi otot. Diperlukan untuk pembentukan glikogen,
sintesa protein, pengaturan keseimbanagan asam basa, karena ion K+ dapat
diubah menjadi ion hidrogen (H+). Nilai normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
c. Kalsium
Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, konduksi jantung, pembekuan
darah, serta pembentukan tulang dan gigi. Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur
oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormon paratiroid mengabsorpsi kalisum
melalui gastrointestinal, sekresi melalui ginjal. Hormon thirocalcitonin
menghambat penyerapan Ca+ tulang.
d. Magnesium
Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat penting untuk
aktivitas enzim, neurochemia, dan muscular excibility. Nilai normalnya sekita
1,5-2,5 mEq/lt.
e. Klorida
Terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel, normalnya sekitar 95-105 mEq/lt.
f. Bikarbonat
HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan
ekstrasel dan intrasel. Biknat diatur oleh ginjal.
g. Fosfat
Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Berfungsi untuk
meningkatkan kegiatan neuromuskular, metabolisme karbohidrat, pengaturan
asam basa. Pengaturan oleh hormon paratiroid.

9. Masalah keseimbangan cairan


a. Hipovolumik
Adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstraseluler (CES) dan
dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal,
pendarahan sehingga menimbulkan syok hipovolumik. Hipovolumik yang
berlangsung lama dapat menimbulkan gagal ginjal akut.

4
b. Hipervolemi
Adalah penambahan/kelebihan volume CES dapat terjadi pada saat :
Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air.
Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air
Kelebihan pemberian cairan
Perpindahan cairan interstisial ke plasma

10. Ketidakseimbangan asam basa


a. Asidosis respiratorik : disebabkan karena kegagalan sistem pernapasan dalam
membuang CO2 dari cairan tubuh. Kerusakan pernapasan, peningkatan PCO2
arteri di atas 45 mmHg dengan penurunan PH < 7,35.
b. Alkalosis respiratorik : disebabkan karena kehilangan CO2 dari paru-paru pada
kecepatan yang lebih tinggi dari produksinya dalam jaringan. Hal ini
menimbulkan PCO2 arteri < 35 mmHg, PH > 7, 45.
c. Asidosis metabolik : terjadi akibat akumulasi abnormal fixed acid atau
kehilangan basa. PH arteri < 7,35, HCO3 menurun di bawah 22 mEq/lt.
d. Alkalosis metabolik : disebabkan oleh kehilangan ion hidrogen atau
penambahan basa pada cairan tubuh. Bikarbonat plasma meningkat > 26 mEq/lt
dan PH arteri > 7,45.
NILAI-NILAI NORMAL
JENIS CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Nilai normal dalam tubuh
- Potasium [K+] 3.5 – 5 mEq/L
- Sodium [Na+] 135 – 145 mEq/L
- Kalsium [Ca2+] 8.5 – 10.5 mg/dl (4.5 – 5.8 mEq/L)
- Magnesium [Mg2+] 1.5 – 2.5 mEq/L
- Fosfat [PO42-] 2.7 – 4.5 mg/dl
- Klorida [Cl-] 98 – 106 mEq/L
- Bikarbonat [HCO3] 24 – 28 mEq/L

5
B. NUTRISI

a. PENGERTIAN
Nutrisi adalah zat dalam makanan yang dibutuhkan organisme untuk dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik sesuai dengan fungsinya. Nutrisi di peroleh dari hasil
pemecahan makanan oleh sistem pencernaan dan seringkali di sebut dengan istilah sari-
sari makanan.

Nutrisi terbagi dalam 2 golongan, yaitu makronutrisi dan mikronutrisi.


a. Makronutrisi adalah adalah nutrisi yang di butuhkan tubuh dalam jumlah yang besar
dan biasanya berfungsi sebagai sumber energi. Yang termasuk makronutrisi adalah:
 Karbohidrat. contoh makanan sumber karbohidrat: beras, gandum, singkong,
kentang, dll
 Protein. Contoh makanan sumber protein: susu, telur, daging, ikan, kacang-
kacangan, dll
 Lemak. Contoh makanan sumber lemak: susu, telur, kacang-kacangan, kelapa, dll

b. Mikronutrisi adalah nutrisi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit dan
berfungsi untuk mendukung proses metabolisme tubuh. yang termasuk kedalam
mikronutrisi adalah:
 Vitamin. Contoh makanan sumber vitamin: Buah-buahan, sayur-sayuran, dll
 Mineral. Contoh makanan sumber minderal: buah-buahan, sayur-sayuran, dll
 Air. Air di temukan dalam bentuk sejatinya atau dalam semua jenis bahan pangan
meski dalam kosentrasi yang sedikit.

Zat gizi mempunyai fungsi penting yang antara satu dengan yang lainnya saling
mendukung dan bekerja sama untuk tetap menjaga agar tubuh dapat memperoleh
pasokan yang di butuhkan. Beberapa jenis nutrisi dapat menjadi penganti bagi yang
lainnya. Meski hal ini tidak dianjurkan oleh pakar kesehatan. Kebutuhan nutrisi harus di
penuhi oleh nutrisi yang bersangkutan. Untuk menghindari hal-hal yang tidak di
inginkan. Berikut ini adalah beberapa fungsi nutrisi bagi tubuh.

b. Jenis-jenis Nutrisi :
a. Karbohidrat
b. Protein
c. Lemak
d. Vitamin
e. Mineral dan Air

c. Fungsi Nutrisi adalah:


a. Sumber energi
b. Pendukung dan pengatur proses metabolisme
c. Menjaga keseimbangan metabolisme
d. Pembentuk sel-sel jaringan tubuh
6
e. Memperbaiki sel-sel yang rusak
f. Mempertahankan fungsi organ tubuh, dll

d. Cara pemberian Nutrisi


ada 2 cara, yaitu dengan cara enteral dan parenteral.
a. Nutrisi Enteral
Nutrisi enteral adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral, formula nutrisi diberikan melalui
tube ke dalam lambung (gastric tube), nasogastrik tube (NGT), atau jejunum dapat
secara manual maupun dengan bantuan pompa mesin (At Tock, 2007).
b. Nutrisi Parenteral
Nutrisi parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan
langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaaan (Wiryana,
2007).
Nutrisi parenteral diberikan apabila usus tidak dipakai karena suatu hal,
misalnya: malformasi kongenital intestinal, enterokolitis nekrotikans, dan distress
respirasi berat.
Nutrisi parsial parenteral diberikan apabila usus dapat dipakai, tetapi tidak
dapat mencukupi kebutuhan nutrisi untuk pemeliharaan dan pertumbuhan ( Setiati,
2000).

e. Gangguan pemenuhan Nutrisi


 Gangguan Ingesti
 Gangguan Sekresi
 Gangguan Absorbsi
 Gangguan Transportasi/distribusi
 Gangguan Metabolisme

C. MOBILISASI

a. PENGERTIAN
Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) adalah kemampuan seseorang untuk berjalan
bangkit berdiri dan kembali ke tempat tidur, kursi, kloset duduk, dan sebagianya
disamping kemampuan mengerakkan ekstermitas atas.

 Sistem Tubuh Yang Berperan dalam Kebutuhan Aktivitas

1. Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi mekanis
untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai
tempat penyimpanan mineral khususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan
setup saat susuai kebutuhan, fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel
darah, dan fungsi pelindung organ-organ dalam.

7
Terdapa tiga jenis tulang, yaitu tulang pipih seperti tulang kepala dan pelvis,
tulang kuboid seperti tulang vertebrata dan tulang tarsalia, dan tulang panjang
seperti tulang femur dan tibia. Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada
kedua ujung dan menyempit di tengah. Bagian ujung tulang panjang dilapisi
kartilago dan secara anatomis terdiri dari epifisis, metafisis, dan diafisis. Epifisis
dan metafisis terdapat pada kedua ujung tulang dan terpisah dan lebih elastic pada
masa anak-anak serta akan menyatu pada masa dewasa.
2. Otot Tendon
Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak
sesuai dengan keinginan. Otot memiliki origo dan insersi tulang, serta dihubungkan
dengan tulang melalui tendon yang bersangkutan, sehingga diperlukan
penyambungan atau jahitan agar dapat berfungsi kembali.
3. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang.
Ligament bersifat elastic sehingga membantu fleksibilitas sendi dan mendukung
sendi. Ligamen pada lutut merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu
jika terputus akan mengakibatkan ketidakstabilan.
4. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan modula spinalis) dan
sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki
somatic dan otonom. Bagian somatic memiliki fungsi sensorik dan motorik.
Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat seperti pada fraktur tulang belakang
dapat menyebabkan kelemahan secara umum, sedangkan kerusakan saraf tepi
dapat mengakibatkan terganggunya daerah yang diinervisi, dan kerusakan pada
saraf radial akan mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik pada daerah
radial tangan.

5. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat
segmentasi dari rangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar segmen dan
berbagai derajat pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya
sendi synovial yang merupakan sendi kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh
kartilago artikuler, ruang sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan synovial.
Selain itu, terdapat pula sendi bahu, sendi panggul, lutut, dan jenis sendi lain
sepertii sindesmosis, sinkondrosis dan simpisis.

b. Kebutuhan Mobilisasi dan Imobilisasi


e. Kebutuhan Mobilitas
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak
secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
guna mempertahankan kesehatannya.

8
1. Jenis Mobilitas

 Mobilitas Penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara


penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi social dan menjalankan
peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunteer
dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
 Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara
bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area
tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cidera atau patah tulang dengan
pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat mengalamai moblitas sebagian pada
ekstremitas bawah karena kehilangan control motorik dan sensorik.
 Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
trauma reversible pada sistem musculoskeletal, contohnya adanya dislokasi
sendi dan tulang.
 Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh
rusaknya sistem saraf yang reversible. Contohnya terjadinya hemiplegia karena
stroke, paraplegi karena cidera tulang belakang, poliomyelitis karena
terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.

c. Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas


Mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya:
 Gaya Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi mobilitas seseorang karena
berdampak pada kebiasaan atau perilaku sehiari-hari.
 Proses Penyakit/Cidera. Hal dapat mempengaruhi mobilitas karena dapat
berpengaruh pada fungsi sistem tubuh. Seperti, orang yang menderita fraktur
femur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas bagian
bawah.
 Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki
kemampuan mobiltas yang kuat. Begitu juga sebagliknya, ada orang yang
mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat dan budaya yang dilarang
untuk beraktivitas.
 Tingkat Energi untuk melakukan mobilitas diperlukan energy yang cukup.
 Usia dan Status Perkembangan. Terdapat kemampuan mobilitas pada tingkat
usia yang berbeda.

f. Kebutuhan Imobilitas
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat
bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas),
misalnya mengalami trauma tulang belakang, cidera otak berat disertai fraktur pada
ekstremitas, dan sebagainya.

9
1. Jenis imobilitas

 Imobilitas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan


tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada
pasien hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan tekanan di daerah
paralisis sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengubah
tekanan.
 Imobilitas intelektual, merupakan keadaan dimana mengalami keterbatasan
berpikir, seperti pada pasien yang mengalami gangguan otak akibat suatu
penyakit.
 Imobilitas emosional, yakni keadaan ketika mengalami pembatasan secara
emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri.
Seperti keadaan stress berat karena diamputasi ketika mengalami kehilangan
bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling dicintai.
 Imobilitas sosial, yakni keadaan seseorang yang mengalami hambatan dalam
berinteraksi karena keadaan penyakitnya sehingga dapat mempengaruhi
perannya dalam kehidupan sosial.

d. Perubahan Sistem Tubuh Akibat Imobilitas


Dampak dari imobilitas dalam tubuh dapat mepengaruhi sistem tubuh. Seperti
perubahan pada metabolisme tubuh, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,
gangguan dalam kebutuhan nutrisi, gangguan fugsi gastrointestinal, perubahan
sistem pernafasan, perubahan kardiovaskuler, perubahan sistem musculoskeletal,
perubahan kulit, perubahan eliminasi (buang air besar dan kecil), dan perubahan
perilaku.

D. ELIMINASI BAB DAN BAK

a. Pengertian
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin
atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila
kandung kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses
eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.

b. Gangguan eliminasi urine


Gangguan eliminasi urin adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
atau berisiko mengalami disfungsi eliminasi urine. Orang yang mengalami
gangguan eliminasi urin akan dilakukan kateterisasi urine.

c. Masalah – masalah dalam eliminasi urine

10
a. Retensi, yaitu adanya penumpukan urine didalam kandung kemih
danketidak sanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.
b. Inkontinensi urine, yaitu ketidaksanggupan sementara atau permanen otot
sfingter eksterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih.
c. Enuresis, Sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pada malam hari
(nocturnal enuresis), dapat terjadi satu kali atau lebih dalamsemalam.
d.Urgency, adalah perasaan seseorang untuk berkemih.
e.Dysuria, adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih
f.Polyuria, Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal,seperti
2.500 ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan.
g.Urinari suppresi, adalah berhenti mendadak produksi urine

d. Etiologi
a.Intake cairan Jumlah dan type makanan
b.Aktivitas
c.Obstruksi
d.Infeksi
e.Kehamilan
f. Penyakit; pembesaran kelenjar ptostat
g.Trauma sumsum tulang belakang
h.Operasi pada daerah abdomen bawah, pelviks, kandung kemih,urethra.
i. Umur
j. Penggunaan obat-obatan
e. Tanda dan Gejala
Retensi Urin
1). Ketidak nyamanan daerah pubis.
2). Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.
3). Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.
4). Meningkatnya keinginan berkemih dan resah
5). Ketidaksanggupan untuk berkemih
Inkontinensia urin
1). pasien tidak dapat menahan keinginan BAK sebelum sampai di WC
2). pasien sering mengompol

11
f. Pemeriksaan penunjang
1.Pemeriksaan USG
2.Pemeriksaan foto rontgen
3.Pemeriksaan laboratorium urin dan feses

g. Masalah eliminasi fekal


a . Konstipasi, yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran
feses yang sulit, keras, dan mengejan.
b. Impaction, merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga
tumpukan feses yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan.
c. Diare, merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak
berbentuk.
d. Inkontinensia fecal, yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan
udara dari anus, BAB encer dan jumlahnya banyak.
e. Flatulens, yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus
meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar
melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus).
f. Hemoroid, yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa
internal atau eksternal.

g. Gangguan Eliminasi Fekal


a.Pola diet tidak adekuat/tidak sempurna
b. Cairan
c. Meningkatnya stress psikologis
d. Kurang aktifitas, kurang berolahraga, berbaring lama
e. Obat – obatan

12
BUKTI PENGUMPULAN RESUME

Nama :

Nim :

Prodi :

Keterangan:

Mengetahui

Dosen Pembimbing Mahasiswa

( ) ( )

13

Anda mungkin juga menyukai