Mata Ajar
Dosen : Juniarsih
DISUSUN OLEH :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
B. Dasar IO
Kita dapat terinfeksi IO, dan "dites positif" untuk IO tersebut, walaupun tidak
mengalami penyakit tersebut. Misalnya, hampir setiap orang dengan HIV akan
menerima hasil tes positif untuk sitomegalia (Cytomegalovirus atau CMV). Tetapi
penyakit CMV itu sendiri jarang dapat berkembang kecuali bila jumlah CD4 turun di
bawah 50, yang menandakan kerusakan parah terhadap sistem kekebalan. Untuk
menentukan apakah terinfeksi IO, darah dapat dites untuk antigen (potongan kuman
yang menyebabkan IO) atau untuk antibodi (protein yang dibuat oleh sistem
kekebalan untuk memerangi antigen). Bila antigen ditemukan artinya terinfeksi.
Ditemukan antibodi berarti pernah terpajan infeksi. Mungkin pernah menerima
imunisasi atau vaksinasi terhadap infeksi tersebut, atau sistem kekebalan anda
mungkin telah "memberantas" infeksi dari tubuh, atau mungkin terinfeksi. Jika
terinfeksi kuman yang menyebabkan IO, dan jika jumlah CD4 cukup rendah
sehingga memungkinkan IO berkembang, dokter akan mencari tanda penyakit aktif.
Tanda ini tergantung pada jenis IO.
Orang yang tidak terinfeksi HIV dapat mengalami IO jika sistem
kekebalannya rusak. Misalnya, banyak obat yang dipakai untuk mengobati kanker
dapat menekan sistem kekebalan. Beberapa orang yang menjalani pengobatan kanker
dapat mengalami IO. HIV memperlemah sistem kekebalan, sehingga IO dapat
berkembang. Jika anda terinfeksi HIV dan mengalami IO, mungkin AIDS.
C. Jenis – jenis IO
Ada beberapa jenis IO yang paling umum, yaitu :
1) Kandidiasis (Thrush)
Kandidiasis adalah infeksi oportunistik yang sangat umum pada orang dengan
HIV. Infeksi ini disebabkan oleh sejenis jamur yang umum, yang disebut kandida.
Jamur ini, semacam ragi, ditemukan di tubuh kebanyakan orang. Sistim kekebalan
tubuh yang sehat dapat mengendalikan jamur ini. Jamur ini biasa menyebabkan
penyakit pada mulut, tenggorokan dan vagina. Infeksi oportunistik ini dapat
terjadi beberapa bulan atau tahun sebelum infeksi oportunistik lain yang lebih
berat. Pada mulut, penyakit ini disebut thrush.
Bila infeksi menyebar lebih dalam pada tenggorokan, penyakit yang timbul
disebut esofagitis. Gejalanya adalah gumpalan putih kecil seperti busa, atau bintik
merah. Penyakit ini dapat menyebabkan sakit tenggorokan, sulit menelan, mual,
dan hilang nafsu makan. Kandidiasis berbeda dengan sariawan, walaupun orang
awan sering menyebutnya sebagai sariawan. Kandidiasis pada vagina disebut
vaginitis. Penyakit ini sangat umum ditemukan. Gejala vaginitis termasuk gatal,
rasa bakar dan keluarnya cairan kental putih.
Pengobatan Kandidiasis : Sistem kekebalan tubuh yang sehat dapat menjaga
supaya kandida tetap seimbang. Bakteri yang biasa ada di tubuh juga dapat
membantu mengendalikan kandida. Beberapa antibiotik membunuh bakteri
pengendali ini dan dapat menyebabkan kandidiasis. Mengobati kandidiasis tidak
dapat memberantas raginya. Pengobatan akan mengendalikan jamur agar tidak
berlebihan. Pengobatan dapat lokal atau sistemik. Pengobatan lokal diberikan
pada tempat infeksi. Pengobatan sistemik mempengaruhi seluruh tubuh. Banyak
dokter lebih senang memakai pengobatan lokal terlebih dahulu. Ini menimbulkan
lebih sedikit efek samping dibanding pengobatan sistemik. Selain itu risiko
kandida menjadi resistan terhadap obat lebih rendah. Obat-obatan yang dipakai
untuk memerangi kandida adalah obat antijamur. Hampir semua namanya diakhiri
dengan '-azol'.
a. olesan
b. supositoria yang dipakai untuk mengobati vaginitis
c. cairan lozenge yang dilarutkan dalam mulut
Kotrimoksazol adalah obat yang paling efektif melawan PCP. Obat ini juga
murah, dan dipakai dalam bentuk pil, tidak lebih dari satu pil sehari. Namun,
bagian SMX dari kotrimoksazol merupakan obat sulfa dan hampir separo orang
yang memakainya mengalami reaksi alergi, biasanya ruam kulit, kadang-
kadang demam. Sering kali, bila penggunaan kotrimoksazol dihentikan sampai
gejala alergi hilang, lalu penggunaan dimulai kembali, masalah alergi tidak
muncul lagi. Reaksi alergi yang berat dapat diatasi dengan cara desensitisasi.
Pasien mulai dengan dosis obat yang sangat rendah dan kemudian
meningkatkan dosisnya hingga dosis penuh dapat ditahan. Mengurangi dosis
dari satu pil sehari menjadi tiga pil seminggu mengurangi masalah alergi
kotrimoksazol, dan tampak sama berhasilnya. Karena masalah alergi yang
disebabkan oleh kotrimoksazol serupa dengan efek samping dari beberapa obat
antiretroviral, sebaiknya penggunaan kotrimoksazol dimulai seminggu atau
lebih sebelum mulai ART. Dengan cara ini, bila alergi muncul, penyebabnya
dapat lebih mudah diketahui.
5) Toksoplasmosis
6) Tuberkulosis (TB)
A. Pencegahan IO
B. Pengobatab IO
Infeksi oportunistik adalah infeksi yang disebabkan oleh organisme yang biasanya
tidak menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang normal, tetapi
dapat menyerang orang dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk. Ada beberapa jenis IO
yang paling umum yaitu Kandidiasis (Thrush), Virus Sitomegalia (CMV), MAC
(Mycobacterium Avium Complex), PCP (Pneumonia Pneumocystis), Tuberkulosis
(TB), Toksoplasmosis.
Mengurangi risiko infeksi baru dengan tetap menjaga kebersihan dan menghindari
sumber kuman yang diketahui yang menyebabkan IO. Cara terbaik untuk mencegah IO
adalah untuk memakai ART. Pengobatan infeksi oportunistik pada Odha tidak dapat
dipisahkan dengan pemberian ARV. Pemilihan obat antimikroba idealnya disesuaikan dengan
diagnosis dan patogen penyebab infeksi
DAFTAR PUSTAKA
https://alilanthoq.wordpress.com/2010/06/30/apa-itu-infeksi-oportunistik/. Diakses
pada tanggan 20 mei 2017