Anda di halaman 1dari 8

BAB IV PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pengambilan data telah dilakuan pada tanggal 6 hingga 26 Juli 2023


secara online melalui pengisian google form oleh partisipan penelitian
sebanyak 90 mahasiswa Keperawatan Fikes Universitas Jenderal
Soedirman angkatan 2021.
1. Gambaran Karakteristik Partisipan
Karakteristik partisipan bertujuan untuk menjelaskan dan memuat
informasi data demograsi meliputi usia, jenis kelamin, dan kegiatan diluar
perkuliahan. Berikut ini disajikan hasil statistic deskriptif dalam bentuk
distribusi frekuensi dan persentase (%).
Tabel 4.1 Gambaran Karakteristik Partisipan (n=90)
Karakteristik Partisipan Frekuensi Persentase (%)
Usia
1. 19 tahun 27 30.00
2. 20 tahun 49 54.45
3. 21 tahun 12 13.33
4. 22 tahun 1 1.11
5. 23 tahun 1 1.11
Total 90 100
Jenis Kelamin
1. Laki-laki 9 10.00
2. Perempuan 81 90.00
Total 90 100
Kegiatan non akademik
1. Ada 69 76.67
2. Tidak Ada 21 23.33
Total 90 100

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa mayoritas partisipan yaitu berusia 20


tahun (54,4%), berjenis kelamin perempuan (90%), dan memiliki aktivitas
diluar perkuliahan (76,7%).

19
20

2. Gambaran WLB mahasiswa keperawatan


Berikut ini disajikan hasil statistik deskriptif untuk menunjukkan
gambaran Work Life Balance mahasiswa keperawatan
Tabel 4.2 Gambaran WLB mahasiswa keperawatan (n=90)
Kategori WLB Frekuensi (n) Presentasi (%)
WIPL 40 44.44 %
PLIW 26 28.9 %
WPLE 18 20 %
Balance 6 6.67 %

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa mahasiswa keperawatan dengan kategori


WIPL berjumlah 40 orang (44.44%), PLIW 26 orang (28.90%), WPLE 18
orang (20%), dan partisipan yang tidak cenderung pada ketiganya atau
balance sebanyak 6 orang (6.67%). Dalam tabel ini, mayoritas mahasiswa
keperawatan berada pada kategori WIPL.

Tabel 4.3 Gambaran WLB berdasarkan jenis kelamin

Karakteristik Kategori WLB


Partisipan WIPL PLIW WPLE Balance
Laki-laki 22.22 % 55.56 % 22.22 % 0
Perempuan 46.91 % 25.93 % 19.75 % 7.41 %

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki dengan kategori WIPL


sebanyak 2 partisipan (22.22 %), PLIW sebanyak 5 partisipan (55.56%),
21

WPLE sebanyak 2 partisipan (22.22 %), dan kategori Balance tidak ada.
Sedangkan pada perempuan, mahasiswa dengan kategori WIPL sebanyak
38 partisipan (46.91%), PLIW sebanyak 21 partisipan (25.93 %), WPLE
sebanyak 16 partisipan (19.75 %), dan kategori Balance sebanyak 6
partisipan (7.41 %).
Tabel 4.4 Gambaran WLB berdasarkan kegiatan non akademik
Karakteristik Kategori WLB
Partisipan WIPL PLIW WPLE Balance
Ada 42.03 % 30.43 % 21.74 % 5.80 %
Tidak Ada 52.39 % 23.80 % 14.29 % 9.52 %

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa mahasiswa dengan kegiatan non akademik


kategori WIPL sebanyak 29 partisipan (42.03 %), PLIW sebanyak 21
partisipan (30.43%), WPLE sebanyak 15 partisipan (21.74%), dan kategori
Balance sebanyak 4 partisipan (5.80%). Sedangkan pada mahasiswa yang
tidak mengikuti kegiatan non akademik kategori WIPL sebanyak 11
partisipan (52.39%), PLIW sebanyak 5 partisipan (23.80%), WPLE
sebanyak 3 partisipan (14.29%), dan kategori Balance sebanyak 2
partisipan (9.52%).
22

B. Pembahasan

1. Karakteristik Partisipan
Pada tabel 4.1 digambarkan usia partisipan berada pada rentang 19
sampai dengan 23 tahun, yang mana menurut Depkes RI (2009)
merupakan kategori usia remaja akhir. Usia remaja akhir memiliki ciri-ciri
diantaranya kestabilan fisik dan psikis, Peningkatan cara pikir secara
realistis, dan memiliki sikap pandang yang baik, lebih matang dan siap
dalam menghadapi masalah atau tekanan, mampu menguasai perasaan atau
emosional, identitas seksual sudah terbentuk, memiliki perhatian terhadap
lambang-lambang kematangan. Oleh karenanya, mahasiswa dengan
rentang usia ini memiliki kemampuan yang bagus untuk menyeimbangkan
kegiatan perkuliahan serta aktivitas di luar itu.
Pada tabel 4.1, mayoritas partisipan berjenis kelamin Perempuan
sebanyak 81 mahasiswa (90%), sebaliknya partisipan laki-laki hanya
berjumlah 9 orang (10%). Hal ini dikarenakan jumlah stastitika mahasiswa
keperawatan di Universitas Jenderal Soedirman angkatan 2021 didominasi
oleh perempuan. Menurut Rollinson & Kish (2017) dalam Rahmawati,
Sukmaningtyas & Muti (2021) menyebutkan bahwa mayoritas perawat
adalah berjenis kelamin perempuan, hal ini berdasarkan munculya profesi
perawat yang diinisiasi oleh seorang perempuan pada zaman dahulu dan
memiliki peran sebagai pemberi asuhan keperawatan atau care taking
secara tradisional baik pada keluarga maupun masyarakat.
Pada karakteristik partisipan yang memiliki kegiatan non akademik,
didapatkan hasil pada kategori WIPL sebanyak 29 partisipan (42.03%),
PLIW sebanyak 21 partisipan (30.43%), WPLE sebanyak 15 partisipan
(21.74%), dan kategori balance sebanyak 4 partisipan (5.80%). Sedangkan
pada partisipan yang tidak mengikuti kegiatan non akademik didapatkan
hasil pada kategori WIPL sebanyak 11 partisipan (52.39%), PLIW
23

sebanyak 5 partisipan (23.80%), WPLE sebanyak 3 partisipan (14.29%),


dan kategori Balance sebanyak 2 partisipan ( 9.52%). Kegiatan non
akademik yang dimaksud antara lain HIMA,BEM, UKM, kepanitiaan,
serta kegiatan lain seperti membantu orang tuanya berdagang dan
pekerjaan part-time lainnya. Ini dikarenakan mahasiswa angkatan 2021
sedang dalam masa aktif jabatan dalam organisasi dan kegiatan UKM
lainnya. Sebagian besar mahasiswa angkatan 2021 menempati posisi posisi
penting baik dalam organisasi serta UKM yang menjadikan tanggung
jawab mereka lebih besar dibandingkan dengan angkatan lain yang lebih
rendah. Ada beberapa mahasiswa yang juga memiliki perkerjaan
sampingan dan menghasilkan uang namun mereka tetap bisa menjalani
perkuliahan dengan baik.

2. Gambaran Work-Life Balance Mahasiswa Keperawatan


Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa berada dalam
WLB kategori WIPL yaitu sebanyak 40 mahasiswa (44.4 %). Dari 40
mahasiswa tersebut, mayoritas berusia 20 tahun (47.5%), dengan jumlah
perempuan sebanyak 38 (95%), dan laki-laki 2 mahasiswa (5%).
Persentase mahasiswa yang memiliki kegiatan non akademik adalah 72.5
% dan yang tidak memiliki kegiatan no akademik sebanyak 27.5 %.
Analisis terhadap partisipan dengan WLB kategori WIPL didapatkan hasil
dengan jumlah tertinggi pada item nomor 7 (P7) yaitu “saya tetap dapat
menjalankan aktivitas pribadi meskipun dengan kesibukan belajar/kuliah”
, dan item nilai terendah didapatkan pada pertanyaan nomor 5 (P5) yaitu
“kebutuhan pribadi saya tidak terganggu dengan aktivitas perkuliahan
saat ini”. Hal tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki
aktivitas non akademik merasa bahwa dengan berkuliah dan aktif dalam
kegiatan non akademik mengakibatkan berkurangnya waktu terhadap
keluarga, sahabat, dan untuk sekedar menjalankan hobi. Namun hal ini
24

diperkuat dengan item pertanyaan nomor 9 (P9) yaitu “Saya semangat


untuk belajar efektif dalam menyelesaikan program studi” yang mana ini
merupakan pernyataan favourable dalam kuisioner ini. Artinya, meskipun
dengan kesibukan kuliah, mahasiswa tetap semangat menyelesaikan studi
dan tidak keberatan dengan berkurangnya waktu untuk kegiatan pribadi.
Berdasarkan tabel 4.2 menerangkan bahwa mayoritas partisipan berada
pada dimensi WIPL dengan karakteristik partisipan mayoritas berusia 20
tahun sebanyak 54.4 %. Menurut Erikson (2010), pada usia 20-30 tahun
merupakan usia yang berada pada tahapan intimacy vs isolation. Tahapan
tersebut merupakan tahap perkembangan dimana seseorang membutuhkan
orang dekat atau menjalin hubungan kedekatan dengan seseorang yang
dianggap mampu memberikan rasa aman dan bahagia pada individu
tersebut (Caesari et al., 2019). Pada usia 20 tahun merupakan usia
peralihan dari masa remaja menuju dewasa awal, dimana mereka
membutuhkan jati diri yang dapat digali dengan menjalin hubungan erat
dengan keluarga, lawan jenis, serta sahabat. Hal ini dapat diperoleh dari
kegiatan aktivitas perkuliahan ataupun diluar perkuliahan seperti aktivitas
organisasi yang menghubungkan dengan banyak orang yang bertujuan
untuk menambah relasi pertemanan atau rekan kerja dengan yang lainnya.
Maka tidak heran pada usia tersebut menduduki peringkat tertinggi pada
kategori usia yang berhubungan dengan Work Life Balance, dimana
mereka mencari keseimbangan dalam hidupnya antara perkuliahan dan
organisasi (Ibrahim, 2022).
Berdasarkan hasil penelitian ini, perempuan mayoritas berada pada
kategori WIPL sedangkan laki-laki cenderung pada kategori PLIW. Zahro
(2008) dalam Atamimi (2014) menerangkan bahwa peran gender
berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar dan yang mendominasi
adalah perempuan. Perempuan lebih cenderung berprestasi dibandingkan
25

dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan seorang perempuan memiliki


kepribadian yang terbilang rapi ketika belajar serta memiliki motivasi yang
kuat untuk meningkatkan atau mempertahankan prestasi. Berbanding
terbalik dengan laki-laki yang cenderung memiliki sikap acuh dan sedikit
malas untuk belajar. Namun, kesiapan untuk menghadapi tantangan
kesuksesan laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Hal
tersebut dikarenakan perempuan lebih mempersiapkan segala sesuatunya
dengan cara aktif untuk belajar seperti biasanya.

Hal ini sejalan dengan Gulian (2005) yang menjelaskan bahwa aliran
darah dalam otak pada perempuan lebih banyak 15% dibandingkan laki-
laki, dan ada lebih banyak pusat otak perempuan yang bercahaya
dibanding laki-laki. Kemampuan interpersonal pada perempuan biasanya
cenderung lebih baik daripada laki-laki. Perempuan dapat lebih mudah
dalam bercerita untuk mengekspresikan emosi kepada orang terdekatnya,
perempuan juga lebih menyukai membangun hubungan pertemanan atau
sosial dibanding laki-laki. Nilai yang lebih tinggi juga ditemukan pada
perempuan pada dimensi hubungan dengan orang lain (Christy and Yan,
2020). Maka dapat disimpulkan bahwa perempuan mempunyai pandangan
yang luas dan kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi, sehingga disini
perempuan lebih cenderung pada kategori WIPL.

Pada karakteristik partisipan yang mengikuti kegiatan non akademik


dan yang tidak mengikuti, keduanya mayoritas berada pada kategori
WIPL. Ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai ada atau
tidaknya kegiatan non akademik yang diikuti. Hal tersebut sesuai dengan
hasil uji hipotesis pada penelitian (Rene dan Wahyuni, 2018) yang
menyebutkan bahwa WLB tidak berpengaruh signifikan terhadap
komitmen organisasi. Menurut (Haryanti & Santoso, 2020) mahasiswa
yang memeiliki kesibukan dan aktif mengikuti organisasi di kampus
26

kemungkinan besar akan mengalami permasalahan dalam dirinya atau


yang sering disebut dengan konflik peran. Mahasiswa yang merasa
kewalahan dengan berbagai aktivitas lain bisa menjadi hambatan untuk
dirinya dalam menangani konflik peran sehingga sulit untuk mengatur
waktu antara aktivitas pribadi dengan perkuliahannya. Dengan adanya
hambatan tersebut dapat mengakibatkan menurunnya prestasi akademik
dan konsentrasi kuliahnya. Berbeda dengan mahasiswa yang merasa tidak
terbebani dengan berbagai aktivitas, mereka akan cenderung mampu
menjalankan kedua peran tersebut dan mampu menangani konflik peran.
Ini berarti, WLB pada mahasiswa lebih cenderung pada cara mahasiswa
untuk mengatasi konflik-konflik yang terjadi pada kehidupan-
perkuliahannya.

C. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu: peneliti kesulitan dalam proses
penyebaran kuisioner karena menggunakan link google form dan penyebaran
link tersebut disebarkan melalui grup whatsapp angkatan sehingga peneliti
tidak dapat memotivasi masing-masing partisipan untuk berpartisipasi aktif
dalam penelitian ini. Kedua, dalam penelitian ini kuisioner hanya
menggunakan kuisioner WLB dimana kuisioner ini tidak dapat dijadikan acuan
untuk mendapatkan hasil yang akurat mengenai WLB mahasiswa. Diperlukan
tambahan kuisioner tambahan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi
WLB mahasiswa.

Anda mungkin juga menyukai