Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1. Gambaran Tempat Penelitian


Rumah Perlindungan Sosial ODHA merupakan bentuk pelayanan sosial
yang berupaya untuk memulihkan dan mengembangkan aspek fisik, psikis,
spiritual dan relasi sosial sehingga ODHA mampu melaksanakan fungsi sosialnya
di lingkungan keluarga dan masyarakat secara wajar.
Pelayanan sosial ODHA melalui Rumah perlindungan sosial ini dirintis dan
dikembangkan oleh Panti Sosial Bina Laras “Phala Marta” Sukabumi yang
merupakan Unit Pelaksana Teknis Kementrian Sosial RI dan mulai beroperasional
tahun 2009 yang pelaksanaannya berada dibawah koordinasi Direktorat
Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial.

IV.1.1. Sarana dan Prasarana


Rumah Perlindungan Sosial “Phala Marta” berlokasi di Kampung
Cikiwul Tonggoh Desa Sekarwangi Kecamatan Cibadak Sukabumi dengan luas
lahan ± 3 Ha. Sarana dan Prasarana yang berada di Rumah Perlindungan Sosial
“Phala Martha” diantaranya :
1. Gedung kantor
2. Asrama putera dan puteri
3. Ruang perawatan
4. Poliklinik
5. Ruang bimbingan keterampilan dan peralatannya
6. Ruang pertemuan
7. Lahan untuk keterampilan, perikanan, peternakan dan bercocok tanam
8. Lapangan olahraga
9. Wisma tamu
10. Alat transportasi

35
36

IV.1.2. Visi dan Misi


1. Visi Rumah Perlindungan Sosial Phala Marta
Terwujudnya kelembagaan yang professional, bermutu dan
terpadu dalam memberikan perlindungan dan pelayanan sosial orang
dengan HIV dan AIDS.
2. Misi Rumah Perlindungan Sosial Phala Marta
a. Mengembangkan kemampuan operasional dibidang administrasi,
program teknis dan kompetensi sumber daya manusia
b. Mewujudkan upaya perlindungan dan pelayanan sosial orang
dengan HIV dan AIDS serta mengurangi dampak permasalahan
orang dengan HIV dan AIDS
c. Pengembangan sistem informasi dan percontohan pelayanan sosial
orang dengan HIV dan AIDS dalam bentuk rumah perlindungan
sosial.
d. Membentuk dan memperkuat jejaring kemitraan guna
mewujudkan pola pelayanan sosial yang terpadu
e. Membentuk dan menumbuhkan peran serta keluarga dan
masyarakat dalam mendukung upaya perlindungan dan pelayanan
sosial orang dengan HIV dan AIDS.

IV.1.3. Dasar Hukum


1. Undang- undang RI Nomor 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan
sosial
2. Peraturan presiden RI nomor 75 tahun 2006 tentang komisi
penanggulangan AIDS Nasional
3. Keputusan menteri koordinator bidang kesejahteraan rakyat nomor
9/KEP/MENKO/KESRA/VI/1994 tentang strategi nasional
penanggulangan AIDS di Indonesia
4. Lampiran surat keputusan menteri koordinator bidang kesejahteraan
rakyat / ketua/ komisi penanggulangan AIDS Nasional nomor 07/
KEP/ MENKO/ KESRA/ III/ 2007- 2010
37

5. Surat keputusan direktur jenderal pelayanan dan rehabilitasi sosial


nomor 39/ PRS- 5/KEP/ VIII/2009 tentang penunjukkan panti sosial
bina laras “Phala Marta” Sukabumi Jawa Barat Sebagai uji coba panti
sosial penyandang masalah kesejahteraan sosial orang dengan HIV
dan AIDS.

IV.2. Hasil Penelitian


IV.2.1. Data Umum
IV.2.1.1. Usia Responden

Tabel 4. Tabel Distribusi Umur Responden

Umur Frekuensi Persen


22 1 4.2
23 1 4.2
26 2 8.3
27 2 8.3
29 1 4.2
30 4 16.7
31 6 25.0
32 2 8.3
33 1 4.2
35 1 4.2
36 1 4.2
37 1 4.2
39 1 4.2
Total 24 100.0

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan distribusi usia responden berkisar


antara usia 22 – 39 tahun. Responden tebanyak adalah responden dengan usia 31
tahun, yaitu sebanyak 6 orang (25%).
38

IV.2.1.2. Jenis Kelamin

Tabel 5. Tabel Distribusi Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Frekuensi Persen


Laki- laki 17 70.8
Perempuan 7 29.2
Total 24 100.0

Berdasarkan tabel 5 jumlah responden terbanyak adalah jenis kelamin


laki- laki yaitu sebanyak 17 orang (70,8%) dan responden wanita sebanyak 7
orang (29,2%).

IV.2.1.3. Pendidikan Terakhir

Tabel 6. Tabel Distribusi Status Pendidikan Terakhir Responden

Pendidikan Terakhir Frekuensi Persen


Tidak sekolah 1 4.2
Tamat SD/ SMP/ SMA 20 83.3
Perguruan Tinggi 3 12.5
Total 24 100.0

Berdasarkan tabel 6 status pendidikan terakhir responden terbanyak


adalah tamat SD/ SMP/ SMA yaitu sebanyak 20 orang (83,3%) , responden
dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi sebanyak 3 orang (12,5%) dan
responden tidak sekolah sebanyak 1 orang (4,2%).

IV.2.1.4. Status Pekerjaan


Tabel 7. Tabel Distribusi Status Pekerjaan Responden

Status Pekerjaan Frekuensi Persen


Bekerja 8 33.3
Tidak Bekerja 16 66.7
Total 24 100.0
39

Berdasarkan tabel 7 bahwa responden dengan jumlah terbanyak adalah


responden dengan status tidak bekerja yaitu sebanyak 16 orang (66,7%) dan
responden yang bekerja sebanyak 8 orang (33,3%).

IV.2.1.5. Cara Terinfeksi HIV


Tabel 8. Tabel Distribusi Cara Responden Terinfeksi HIV

Cara Terinfeksi HIV Frekuensi Persen


Jarum suntik 15 62.5
Lainnya non jarum suntik 9 37.5
Total 24 100.0

Berdasarkan tabel 8 menunjukkan jumlah responden terbanyak adalah


yang terinfeksi HIV melalui jarum suntik yaitu sebanyak 15 orang (62,5%) dan
responden yang terinfeksi HIV lewat non jarum suntik adalah sebanyak 9 orang
(37,5%).

IV.2.1.6. Jenis Obat ARV

Tabel 9. Tabel Distribusi Jenis Obat ARV yang Dikonsumsi Responden

Jenis Obat ARV Frekuensi Persen


3TC + d4T + Evafirenz 1 4.2
3TC + TDF + Evafirenz 4 16.7
3TC + TDF + Nevirapine 5 20.8
AZT + 3TC + Nevirapine 5 20.8
AZT + 3TC +Efavirenz 9 37.5
Total 24 100.0

Berdasarkan tabel 9 jenis obat ARV terbanyak yang dikonsumsi oleh


responden adalah jenis ARV AZT + 3TC + Efavirenz yaitu sebanyak 9 orang
(37,5%).
40

IV.2.1.7. Lama minum obat ARV


Tabel 10. Tabel Distribusi Lama Minum Obat ARV

Lama minum obat ARV Frekuensi Persen


6- 9 bulan 8 33.3
9- 12 bulan 5 20.8
> 12 bulan 11 45.8
Total 24 100.0

Berdasarkan tabel 10 bahwa responden terbanyak telah minum obat


> 12 bulan yaitu sebanyak 11 orang (45,8%) dan responden lainnya selama 9- 12
bulan 5 orang (20,8%) dan 8 orang (33,3%) selama 6- 9 bulan.

IV.2.2. Analisis Univariat


Analisis univariat digunakan untuk melihat gambaran distribusi
frekuensi dari setiap variabel yang diteliti, yaitu meliputi tingkat kepatuhan,
tingkat pengetahuan dan tingkat dukungan keluarga.

IV.2.2.1. Pengetahuan
Distribusi kategori pengetahuan responden adalah sebagai berikut :
Tabel 11. Tabel Distribusi Kategori Pengetahuan Responden :

Pengetahuan Frekuensi Persen


Baik 15 62.5
Buruk 9 37.5
Total 24 100.0

Berdasarkan tabel 11 tingkat pengetahuan responden dinilai baik yaitu


sebanyak 15 orang (62,5%) dan dinilai buruk yaitu sebanyak 9 orang (37,5%).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, sebagian besar ODHA di Rumah
Perlindungan Sosial “Phala Martha” Sukabumi memiliki tingkat pengetahuan
yang baik. Pengetahuan mengenai obat ARV ini mereka dapatkan dari dokter
yang memberikan mereka obat di rumah sakit yang mereka kunjungi dan juga dari
edukasi serta konseling pihak Rumah Perlindungan Sosial “Phala Martha”.
41

IV.2.2.2. Dukungan Keluarga


Distribusi tingkat dukungan keluarga responden adalah sebagai
berikut :
Tabel 12. Tabel Distribusi Dukungan Keluarga

Dukungan Keluarga Frekuensi Persen

dukungan keluarga buruk 7 29.2


dukungan keluarga baik 17 70.8

Total 24 100.0

Berdasarkan tabel 12 menunjukkan jumlah terbanyak dukungan baik


dari keluarga responden yaitu sebanyak 17 orang (70,8%) dan responden dengan
dukungan keluarga buruk yaitu sebanyak 7 orang (29,%). Sebagian besar ODHA
memiliki tingkat dukungan baik dari pihak keluarganya, mereka mendapatkan
bermacam dukungan seperti bantuan finansial yang cukup, dukungan informasi,
dukungan berupa semangat dan dukungan berupa nasehat. Namun bagi 7 orang
ODHA dengan dukungan keluarga buruk biasanya adalah karena telah dibuang
atau tidak dianggap keluarga karena memiliki penyakit mematikan, pihak
keluarga sudah meninggal dan juga pihak keluarga yang malu terhadap ODHA.

IV.2.2.3. Kepatuhan
Distribusi tingkat kepatuhan responden adalah sebagai berikut :
Tabel 13. Tabel Distribusi Kepatuhan Responden

Kriteria Frekuensi Persen


Patuh 9 37.5
Tidak patuh 15 62.5
Total 24 100.0

Berdasarkan tabel 13 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden


tidak patuh terhadap jadwal minum obat Antiretroviral (ARV), yaitu sebanyak 15
orang (62,5%) dan sebesar 9 orang (37,5%) responden yang patuh terhadap
42

jadwal minum obat ARV. Menurut penelitian yang dilakukan, ketidakpatuhan


yang dilakukan responden paling banyak adalah karena merasa bosan dan lupa
sehingga melewatkan jadwal minum obat antiretroviral. Alasan lain responden
tidak patuh minum ARV adalah karena sebagian responden masih dalam
pengaruh obat lain, adanya rasa khawatir terhadap efek samping,merasa tidak
nyaman setelah minum ARV, merasa ARV adalah racun di dalam tubuh, jumlah
ARV yang dinilai terlalu banyak, sudah merasa sembuh, mengantuk atau tertidur
saat jadwal minum ARV dan tidak ingin dirinya diketahui orang lain bahwa
sedang konsumsi ARV.

IV.2.3. Analisa Bivariat


Analisis bivariat digunakan untuk melihat gmbaran dari hubungan antara
tingkat kepatuhan dan tingkat pengetahuan pada Orang dengan HIV dan AIDS
(ODHA) di Rumah Perlindungan Sosial “Phala Martha” Sukabumi.

Tabel 14. Hubungan antara Pengetahuan dengan Tingkat Kepatuhan pada ODHA
di Rumah Perlindungan Sosial “Phala Martha” Sukabumi, Jawa Barat.

Kepatuhan P
Kategori Total Value
Pengetahuan Patuh Tidak patuh
N % N % N %
Baik 9 60 6 40 15 100 0,007
Buruk 0 0 9 100 9 100
Total 9 15 24 100

Berdasarkan Tabel 14 bahwa dari 15 orang responden yang masuk


kategori pengetahuan baik terdapat 9 orang (60 %) yang patuh terhadap
pengobatan ARV dan terdapat 6 orang (40%) yang tidak patuh terhadap
pengobatan ARV dan dari 9 orang (100%) dengan pengetahuan buruk seluruhnya
tidak patuh terhadap pengobatan ARV.
Berdasarkan hasil uji Chi Square tabel 14 didapatkan nilai expected salah
satu sel kurang dari nilai 5 (p < 5) pada tabel 2 x 2, sehingga pengujian dilakukan
dengan uji Fisher’s Exact Test. Dari pengujian Fisher’s Exact Test didapatkan
nilai P = 0,007 karena faktor peluang kurang dari 0,05 maka hasil tersebut
43

bermakna terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan responden dengan


tingkat kepatuhan minum obat ARV pada responden.

Tabel 15. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kepatuhan pada
ODHA di Rumah Perlindungan Sosial “Phala Martha” Sukabumi, Jawa Barat.

Kepatuhan
Kategori
Total
Dukungan Patuh Tidak Patuh P Value
Keluarga
N % N % N %
Buruk 2 28,6% 5 71,4 7 100 0,669
Baik 7 41,2% 10 58,8 17 100
Total 9 15 24 100

Berdasarkan tabel 15 bahwa dari 7 orang jumlah responden dengan


dukungan keluarga buruk , terdapat 2 orang (28,6%) responden yang patuh
terhadap pengobatan Antiretroviral (ARV) dan sebanyak 5 orang (71,4%)
responden yang tidak patuh terhadap pengobatan Antiretroviral (ARV).
Sedangkan dari 17 orang responden dengan dukungan keluarga baik terdapat 7
orang (41,2%) yang patuh terhadap pengobatan Antiretroviral (ARV) dan
sebanyak 10 orang (58,8%) responden yang tidak patuh terhadap pengobatan obat
Antiretroviral (ARV).
Berdasarkan tabel 15 analisis menggunakan uji Chi Square didapatkan
bahwa terdapat dua sel yang memiliki nilai expected kurang dari 5, sehingga
kemudian dilakukan penilaian menggunakan Fisher’s Exact Test karena tabel
yang digunakan berbentuk 2 x 2. Nilai yang didapatkan dari hasil Fisher’s Exact
Test adalah 0,669 yaitu lebih besar dari nilai expected ( harapan). Sehingga dari
uji tersebut nilai 0,669 bermakna tidak ada hubungan antara tingkat kepatuhan
minum obat dengan tingkat dukungan sosial keluarga.

IV.3. Pembahasan
44

IV.3.1. Hubungan antara Pengetahuan dengan Tingkat Kepatuhan pada


ODHA di Rumah Perlindungan Sosial “Phala Martha” Sukabumi,
Jawa Barat.
Kepatuhan atau adherence mengacu pada tingkah laku pasien dalam
melaksanakan perintah dan saran pengobatan yang diberikan oleh dokter.
Kepatuhan terhadap pengobatan medis adalah kepatuhan terhadap pengobatan
yang ditentukan. Jika pasien tidak melakukan apa yang diperintahkan oleh dokter,
maka perilaku tersebut disebut non- adherence atau ketidakpatuhan (Smet, B.,
1994).
Pengetahuan minim yang dimiliki oleh responden mengenai pengobatan
yang sedang dijalani menjadi salah satu faktor terjadinya ketidakpatuhan.
Kurangnya pengetahuan menjadi salah satu kondisi yang berhubungan dengan
rendahnya kepatuhan terhadap prilaku kesehatan (Ni H, 1999).
Banyak pasien dengan penyakit kronis mengalami defisit pengetahuan
tentang pengobatannya (Blanchard, 1990).
Dari hasil penelitian ini, didapatkan bahwa sebagian besar responden
memiliki tingkat pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 15 orang (62,5%), hal ini
ditunjukkan dari hasil kuesioner yang dilakukan bahwa rata- rata responden
mengetahui mengenai obat Antiretroviral (ARV) atau obat yang mereka minum.
Responden yang memiliki pengetahuan baik, sebagian besar patuh terhadap
pengobatan ARV (60%) dan sebaliknya, responden dengan pengetahuan buruk
seluruhnya tidak patuh terhadap jadwal pengobatan ARV yang sedang
dijalaninya. Menurut analisis yang dilakukan, didapatkan hasil yang bermakna (p
= 0,007) pada tabel 14 antara tingkat pengetahuan responden dengan kepatuhan
minum obat ARV yang sedang mereka jalani. Semakin baik pengetahuan
mengenai ARV pada responden, semakin baik pula tingkat kepatuhan minum
ARV pada responden. Sesuai dengan penelitian Baptiste tahun 2008, bahwa
ketidakpatuhan yang dilakukan oleh responden adalah dengan melewati jadwal
minum obat ARV dari jadwal yang telah ditentukan atau tidak meminum obat
ARV sama sekali dalam satu hari atau lebih
Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Bamberger, et al. pada tahun 2000 dengan jumlah pasien sebanyak 75 orang
45

dengan menggunakan kuesioner dan self report didapatkan 26 % tidak patuh


dengan instruksi yang sudah diberikan pihak medis. Bamberger, et al menyatakan
bahwa pasien cenderung menjadi patuh terhadap terapi yang dijalani bila mereka
memiliki pengetahuan mengenai terapi yang sedang mereka jalani dan juga
apabila mereka tahu tingkat keberhasilan dari terapi tersebut.
Miller pada tahun 2003 juga melakukan penelitian pada 140 pasien di
Amerika, didapatkan sebanyak 71 % responden yang patuh terhadap pengobatan
ARV dan memiliki pengetahuan tentang obat yang diminumnya. Namun,
walaupun pemahaman mengenai obat yang diminum adalah sangat penting tetapi
tidak cukup kuat untuk pasien menjadi patuh terhadap pengobatan. Beberapa
pasien mengalami defisit dalam hal pengetahuan mengenai dosis pengobatannya,
dan itu merupakan salah satu gambaran awal dari ketidakpatuhan seseorang.
Menurut penelitian Potchoo Y tahun 2010, pengetahuan dan kapasitas
kepatuhan terapi ARV dinilai memuaskan, tetapi belum mencapai batas optimum
yang diharapkan. Sehingga masih harus ditingkatkan dengan cara memberikan
edukasi dan konseling, pelatihan, dan informasi tentang pencegahan terjadinya
kekebalan ARV akibat buruknya kepatuhan minum obat.
Dari penelitian tersebut, kondisi yang sama juga terjadi di Rumah
Perlindungan Sosial “Phala Martha” Sukabumi yaitu kepatuhan yang dilakukan
responden masih harus ditingkatkan, kepatuhan responden yang belum optimal
secara menyeluruh menyebabkan menurunnya tingkat kesehatan para responden
seperti timbulnya infeksi oportunistik pada tubuh responden.

IV.3.2. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kepatuhan


pada ODHA di Rumah Perlindungan Sosial “Phala Martha”
Sukabumi, Jawa Barat.
Dukungan sosial merupakan istilah yang digunakan untuk menerangkan
bagaimana hubungan sosial dapat memberikan manfaat bagi kesehatan mental dan
kesehatan fisik individu (Smet,1994). Dukungan sosial dapat datang dari berbagai
sumber, seperti keluarga, teman, tetangga, rekan kerja, ahli profesional dan
kenalan individu lainnya. Sumber dukungan sosial itu dapat dengan memberikan
46

dukungan secara keuangan, bantuan, saran dalam menyelesaikan masalah dan


meyakinkan individu bahwa ia merasa disayangi dan dihargai (Dimatteo, 2002).
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak 17 orang responden
mendapatkan dukungan keluarga dengan kategori yang baik. Dari penelitian yang
didapatkan dari kuesioner, bahwa responden mendapatkan dukungan secara
emosional, bimbingan, penghargaan dan dukungan secara material. Sebanyak 7
orang responden yang merasa mendapatkan dukungan keluarga yang buruk. Bila
dihubungkan dengan tingkat kepatuhan, dalam penelitian ini (P = 0,669) tidak
didapatkan adanya hubungan antara dukungan keluarga dan tingkat kepatuhan
minum obat dari responden di Rumah Perlindungan Sosial “Phala Martha”
Sukabumi. Menurut penelitian Hardon Anita, et al. tahun 2006, dukungan sosial
didasarkan pada jenis hubungan dan interaksi yang menyertai dan mengikat antar
individu. Dukungan dari keluarga merupakan faktor penting dalam mendukung
kepatuhan seorang individu, namun para pengguna ARV biasanya merasa kaget
saat menyadari bahwa mereka terinfeksi HIV dan sering merasa kesulitan untuk
dekat dengan anggota keluarga dan kemudian tidak mendapatkan dukungan.
Penelitian Power R pada tahun 2003 menuliskan bahwa dari 73
responden, sebanyak 26 % tidak patuh terhadap pengobatan ARV dan juga tidak
didapatkannya hubungan antara dukungan keluarga, dengan alasan karena
responden tidak mengalami kepuasan secara signifikan dari dukungan teman dan
keluarga.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Torom R tahun 2012 dengan jumlah responden sebanyak 35 orang,
hasil penelitiannya (p > 0,451) menunjukkan bahwa tidak didapatkan adanya
faktor dukungan keluarga terhadap kepatuhan terapi ARV pada ODHA.
Dukungan sosial dapat berkurang dikarenakan individu yang potensial
untuk memberikan dukungan mungkin akan menjauh dari individu yang
menderita sakit. Hal ini disebabkan karena tidak berpengalamannya mereka
dengan individu yang berada dalam situasi genting karena HIV. Mungkin karena
adanya konsep yang salah mengenai cara berhubungan dengan individu lain yang
memiliki situasi baru ini atau juga karena adanya ketakutan akan tertular penyakit
jika berdekatan dengan orang HIV (Kaplan, 1993).
47

Dari penelitian- penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa


dukungan sosial keluarga bukanlah faktor dominan yang mempengaruhi
kepatuhan minum obat pada ODHA (Torom. R, 2012).
Menurut penelitian Widyanti pada tahun 2008, bahwa dukungan sosial
juga tergantung pada komposisi dan struktur jejaring sosial yang dimilikinya
dalam menerima dukungan, yaitu bergantung pada hubungan yang ia miliki
dengan orang- orang di keluarganya dan masyarakat. Hubungan ini bervariasi,
mulai dari jumlah orang yang dapat dihubungi, frekuensi kontak dan sejauh mana
kedekatan antar hubungan personal dengan keluarga, teman atau teman kerja dan
sebesar apa keinginan untuk mempercayai satu sama lain.

IV.4. Keterbatasan Penelitian


1. Jumlah responden yang dapat dijadikan sampel sulit ditemui dan
jumlahnya sedikit yang terdaftar.
2. Tidak semua faktor- faktor yang berpengaruh terhadap tingkat
kepatuhan ODHA diteliti dalam penelitian ini.
3. Penelitian yang dilakukan hanya secara wawancara dan kuesioner,
sehingga tidak terdapat adanya data tertulis mengenai riwayat obat
ARV ODHA, hasil laboratorium CD4+, riwayat penyakit responden dan
riwayat pengobatan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai