4.1
46
47
4.2
Karakteristik Responden
76.04
80
60
40
20
0
presentase
23.96
48
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
90.63
9.38
rendah
tinggi
4.3
49
8%
baik
44%
sedang
48%
kurang
50
oleh responden tentang penyakit DBD adalah panas badan dan polanya yang khas
(63,54%). Dari 96 responden hanya terdapat 2 responden (2,08%) yang
mengetahui bahwa gejala penyakit DBD dapat berupa bintik-bintik merah dan
pola demam seperti pelana kuda.Padahal pilihan jawaban dapat dipilih semua dan
merupakan gejala dari penyakit DBD. Hasil penelitian pengetahuan tentang gejala
penyakit DBD disajikan dalam Tabel 4.1
51
52
4.4
%
22,92
77,08
100
responden yang mempunyai sikap baik dalam penelitian ini sebanyak 69 orang
(71,9 %) dan hanya 2 orang (2,1 %) yang mempunyai sikap kurang.
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Kategori Sikap responden
53
Sikap
Baik
Sedang
Kurang
Total
Frekuensi (n)
69
25
2
96
Persentasi (%)
71,9
26,0
2,1
100
54
4.5
Tabel 4.8 Persentase Masyarakat yang Melakukan & Tak Melakukan Pencegahan
Pernyataan
Melakukan
(%)
Tak Melakukan
(%)
49
51
29
34
51
49
71
66
55
29
18
71
82
19
81
73
74
31
15
21
17
95
64
27
26
69
85
79
83
5
36
Pada Tabel 4.8 dapat terlihat bahwa sebagian besar responden tidak secara
baik melakukan program 3M. Begitu pula dengan penggunaan bubuk abate
sebagian besar responden tidak melakukannya secara rutin. Pada tabel juga dapat
terlihat penggunaan kelambu masih jarang dan sebagian besar responden masih
memiliki kebiasaan menggantungkan pakaian di dalam rumah. Persentase warga
yang mengikuti program fogging sebanyak 95% namun upaya-upaya lain dalam
pencegahan demam berdarah sebagian besar tidak dilakukan.
Jika perilaku belum berubah ke arah yang lebih baik maka akan menjadikan
salah satu faktor resiko terjadinya kasus DBD, oleh karena itu Kemenkes
mengembangkan metode pencegahan penyakit DBD untuk mengubah perilaku
masyarakat dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam PSN oleh
keluarga/masyarakat secara rutin, serentak dan berkesinambungan. Metode ini
dipandang sangat efektif dan relatif lebih murah. Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN)
56
4.6
pengendalian DBD oleh Kementrian Kesehatan tahun 2011 terdiri dari input,
proses surveillans kasus, proses penganggulangan kasus, surveillans vektor
penganggulangan dan penyelidikan KLB, Bulan bakti gerakan 3M DBD,
peningkatan profesionalisme.
4.6.1 Input
Input berisi 14 pertanyaan mengenai ketersediaan buku, leaflet serta alat
yang digunakan dalam pengendalian DBD. Skor yang diperoleh berjumlah 22 dari
total skor 28. Ketersediaan input di Puskesmas DTP Cililin dapat dilihat pada
Tabel 4.9.
Skor
0
0
0
2
2
2
2
2
2
57
d. Pipet Hb
e. Pipet Eritrosit
f. Pipet Leukosit
g. Kamar Hitung Trombosit
h. Hemositometer
Total Skor
2
2
2
2
2
22
Skor
0
0
0
2
0
0
2
0
0
4
58
Data yang termasuk dalam surveilans kasus antara lain dokumen proses
surveilans kasus yaitu trend atau grafik kasus, CFR, jumlah desa terjangkit;
musim penularan; grafik maksimum minimum bulanan kasus; peta lokasi
kelurahan/desa rawan DBD; daftar kecamatan, kelurahan endemis, sporadis,
potensial dan bebas yang ditanggulangi; buku catatan kasus per kecamatan;
laporan kasus cepat melalui jalur lain diluar lap KDRS; pengambilan kasus di RS
oleh petugas ; pemberitahuan kasus dari kab/kota lain serta lama waktu rata-rata
antara dirawat sampai dilaksanakan PE dan fogging kasus. Surveilans dapat
digunakan untuk menentukan luasnya infeksi dan resiko penularan penyakit
sehingga tindakan pencegahan dan penanggulangan dapat dilakukan secara efektif
dan efisien. Pada pelaksanaan surveillans kasus di Pusekesmas DTP Cililin
memperoleh nilai 4 dari total semua nilai 9.
Skor
0
2
1
2
2
2
2
59
8.
Daftar inventaris dan stok bahan dan alat di Puskesmas mesin foging,
larvasida, dan bahan penyuluhan
Total Skor
1
12
Pada surveillans vektor ini berisi 7 pertanyaan dengan skor yang diperoleh
berjumlah 1 dari total skor 14 dan dapat dilihat pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Surveillans Vektor
No
Surveillans Vektor
1. Usulan rencana kegiatan surveillans vektor (pemberantasan vektor dan
Bulan Bakti gerakan 3M) dan telah dikirimkan ke Kab./Kota?
2. Apakah seluruh kelurahan dilakukan PJB?
3. Siapa yang melaksanakan PJB? Petugas Puskesmas/Jumantik/Kader
4. Apakah form PJB/AS-1 masih digunakan oleh petugas?
5. Apakah petugas PJB sudah dilatih?
6. Formulir PJB-R (hasil PJB rumah untuk masing-masing Kelurahan)
7. Formulir PJB-TU (hasil PJB Sekolah/TTU-I)
Total Skor
Skor
0
0
0
0
1
0
0
1
Skor
0
0
0
0
0
0
60
Skor
0
0
0
2
0
2
2
0
6
Skor
2
0
2
61
Skor
22
4
12
1
0
6
2
47
Cukup
62
63
yang dipakai untuk menunjang diagnosis DBD, serta telah melaksanakan fogging
1 siklus, pemberian larvasida masal dan penyuluhan tentang PSN-DBD massal
agar dilakukan oleh warga RW 03. Namun warga tidak melakukan PSN-DBD
dalam hal ini 3 M PLUS karena tidak adanya laporan pelaksanaan PSN-DBD
massal. Saat dilakukan pengambilan data di RW 03 Desa Budiharja, masih terlihat
barang-barang bekas pakai seperti gelas air mineral yang berserakan, serta masih
terdapat banyak baju-baju bekas pakai yang digantung yang merupakan sarang
dari nyamuk. Hal tersebut menjadi tempat perindukan utama Aedes aegypti.
Tempat-tempat perindukan lainnya adalah tempat yang berisi air bersih
yang berada di dalam rumah atau berdekatan dengan rumah penduduk. Tempat
perindukan tersebut berupa tempat perindukan buatan manusia, seperti tempayan,
gentong, tempat penyimpanan air minum, bak mandi, pot bunga, kaleng, botol,
drum, ban mobil yang terdapat di halaman rumah. Tempat istirahat Ae. Aegypti
dapat didalam manupun diluar rumah berupa semak-semak atau tanaman rendah
termasuk rerumputan yang terdapat di halaman/kebun/pekarangan rmah, juga
berupa benda-benda yang tergantung di dalam rumah seperti pakaian, sarung,
kopiah, dan lain sebagainya.
Pencegahan penyakit demam berdarah dengue sangat bergantung pada
pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pencegahan peyakit DBD
berupa pengendalian lingkungan dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
3 M Plus, namun upaya tersebut tidak diterapkan oleh warga RW 03 Desa
Budiharja. Padahal pihak Puskesmas Cililin sudah berupaya melakukan
penyuluhan tentang PSN. Selanjutnya pengendalian biologis. Pengendalian
64
biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan cupang/ikan
adu). Warga RW 03 sebagian kecil menerapkannya. Pengendalian kimiawi
merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit DBD. Cara pengendalian ini
antara lain dengan pengasapan / fogging pada tempat-tempat penampungan air
seperti gentong air, vas bunga, kolam dan lain lain. Pihak Puskesmas sudah
melakukan fogging di RW 03 Desa Budiharja sebanyak 1 kali. Sebelum dilakukan
fogging, pihak Puskesmas memerintahkan kepada warga RW 03 Desa Budiharja
untuk melakukan PSN dalam hal ini 3 M Plus terlebih dahulu dan warga
melakukannya. Namun setelah dilakukannya fogging, 3 M Plus tersebut tidak
dilakukan lagi, padahal pihak Puskesmas sudah memberitahu sebelumnya bahwa
setelah dilakukannya fogging diharapkan 3 M Plus dilakukan.
Pada penelitian ini program pelayanan puskesmas yang digunakan adalah
Promosi kesehatan, Kesehatan Lingkungan, dan Pemberantasan Penyakit Menular
(P2M). PHBS merupakan subprogram yang termasuk dalam promosi kesehatan
yang terdapat 10 indikator, salah satunya adalah memberantas jentik nyamuk di
rumah. Tindakan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, seperti
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dalam hal ini dikenal dengan tindakan
3M yaitu menguras dan menyikat bak mandi, menutup tempat penampungan air
rumah tangga (tempayan, drum, dll), serta mengubur atau menyingkirkan barangbarang bekas seperti kaleng, ban. Puskesmas sudah melakukan promosi kesehatan
berupa penyuluhan tentang pencegahan DBD dengan melakukan tindakan 3 M
Plus.
65