Anda di halaman 1dari 12

60

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian tentang “Hubungan Perawatan Tali Pusat dengan Lama

Pelepasan Tali Pusat” yang dilakukan pada Mei 2023 di Wilayah Kerja

Puskesmas Pekuncen II dengan jumlah sampel 73 responden. Penelitian ini

dilakukan dengan mengobservasi perawatan tali pusat yang dilakukan ibu nifas

dan lama pelepasan tali pusat, hasil penelitian yang didapatkan sebagai berikut:

1. Gambaran karakteristik ibu nifas berdasarkan usia, tingkat pendidikan,

pekerjaan dan paritas di Wilayah Kerja Puskesmas Pekuncen II

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Nifas di Wilayah


Kerja Puskesmas Pekuncen II

Karakteristik Ibu Nifas Frekuensi (f) Persentase (%)


Usia
1. < 20 tahun 0 0
2. 20-35 tahun 66 90.4
3. > 35 tahun 7 9.6
Pendidikan 34 46.6
a. Pendidikan Dasar 33 45.2
b. Pendidikan Menengah 6 8.2
c. Pendidikan Tinggi
Pekerjaan Ibu
a. Bekerja 17 23.3
b. Tidak Bekerja 56 76.7
Paritas
a. Primipara 47 64.4
b. Multipara 23 31.5
c. Grandemultipara 3 4.1
Total 73 100
Sumber: Data Primer 2023

Tabel 4.1 menunjukkan karakteristik ibu nifas sebagian besar

memiliki usia 20-35 tahun sebanyak 66 responden (90.4%), sebagian besar

memiliki pendidikan dasar (SD-SMP/sederajat) sebanyak 34 responden


61

(46.6%), sebagian besar responden tidak bekerja sebanyak 56 responden

(76.7%), dan sebagian besar memiliki paritas primipara sebanyak 47

responden (64.4%)

2. Gambaran teknik perawatan tali pusat di Wilayah Kerja Puskesmas

Pekuncen II

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Teknik Perawatan Tali Pusat di


Wilayah Kerja Puskesmas Pekuncen II

Teknik Perawatan Tali Pusat Frekuensi (f) Persentase (%)


a. Baik 43 58.9
b. Kurang Baik 30 41.1
Total 73 100
Sumber: Data Primer 2023

Tabel 4.2 menunjukkan sebagian besar memiliki teknik perawatan tali

pusat dalam kategori baik sebanyak 43 responden (58.9%).

3. Gambaran lama pelepasan tali pusat di Wilayah Kerja Puskesmas Pekuncen

II

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Lama Pelepasan Tali Pusat di Wilayah


Kerja Puskesmas Pekuncen II

Lama Pelepasan Tali Pusat Frekuensi (f) Persentase (%)


a. Lambat 30 51.1
b. Cepat/Normal 43 58.9
Total 73 100
Sumber: Data Primer 2023

Tabel 4.3 menunjukkan sebagian besar lama pelepasan tali pusat

dalam kategori cepat/normal sebanyak 43 responden (58.9%).


62

4. Hubungan perawatan tali pusat dengan lama pelepasan tali pusat di Wilayah

Kerja Puskesmas Pekuncen II

Tabel 4.4 Hubungan Perawatan Tali Pusat dengan Lama Pelepasan


Tali Pusat di Wilayah Kerja Puskesmas Pekuncen II

Lama Pelepasan Tali Pusat


Total
Perawatan Tali Pusat Lambat Cepat ρ value
f % f % f %
1. Kurang Baik 22 30.1 8 11 30 41.1
0.000
2. Baik 8 11 35 47.9 43 58.9
Total 30 41.1 43 58.9 73 100 CC: 0.480
Sumber: Data Primer 2023

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa ibu nifas dengan perawatan tali pusat

kurang baik sebagian besar memiliki lama pelepasan tali pusat bayi dalam

kategori lambat sebanyak 22 responden (30.1%) dan ibu nifas dengan

perawatan tali pusat baik sebagian besar memiliki lama pelepasan tali pusat

bayi dalam kategori cepat/normal sebanyak 35 responden (47.5%). Hasil uji

chi square didapatkan hasil ada perawatan tali pusat dengan lama pelepasan

tali pusat dengan nilai p value sebesar 0.000 < 0.05.

B. Pembahasan

1. Gambaran karakteristik ibu nifas berdasarkan usia, tingkat pendidikan,

pekerjaan dan paritas di Wilayah Kerja Puskesmas Pekuncen II

Hasil penelitian menunjukkan karakteristik ibu nifas sebagian besar

memiliki usia 20-35 tahun sebanyak 66 responden (90.4%), sebagian besar

memiliki pendidikan dasar (SD-SMP/sederajat) sebanyak 34 responden

(46.6%), sebagian besar responden tidak bekerja sebanyak 56 responden


63

(76.7%), dan sebagian besar memiliki paritas primipara sebanyak 47

responden (64.4%)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur ibu nifas dalam penelitian

ini berada pada rentang kategori reproduksi sehat. Usia reproduksi sehat

pada wanita adalah 20-35 tahun, selain itu pada rentang usia ini seorang

wanita sudah mencapai tingkat kematangan mental sehingga dapat

menjalani proses reproduksi dengan baik (Manuaba, 2016). Pernyataan ini

juga didukung oleh pernyataan Hurlock (2012) yang menyatakan tentang

usia 20-35 tahun adalah usia matang atau masa produktif, karena di usia

tersebut kondisi fisik seorang wanita telah mampu memecahkan masalah

yang dihadapi dengan secara emosional terutama dalam menghadapi

kehamilan, persalinan, nifas dan merawat bayinya nanti.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar respondne

memiliki pendidikan dasar. Azwar (2013) menyatakan pendidikan

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dan

dapat mendewasakan seseorang serta berperilaku baik sehingga dapat

memilih dan membuat keputusan dengan lebih tepat. Semakin tinggi

pendidikan maka akan lebih mudah menerima informasi dan semakin

banyak pengetahuan yang dimiliki (Notoatmodjo, 2018).

Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih

rasional terhadap informasi yang datang dan alasan berpikir sejauh mana

keuntungan yang mungkin akan mereka dapatkan dari gagasan tersebut. Ibu

memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, akan lebih mudah


64

mengadopsi informasi, makin tinggi pendidikan seseorang maka makin

mudah pula untuk menerima informasi

Pendidikan seseorang akan mempengaruhi pengetahuan dan

perilakunya. Orang dengan pendidikan lebih tinggi akan mempunyai

pengetahuan yang lebih baik daripada orang dengan pendidikan rendah.

Seseorang dengan pendidikan lebih tinggi akan lebih mampu mengerti arti

dan pentingnya kesehatan (Mubarak, 2013). Pendidikan yang dimiliki oleh

orang dewasa akan mempengaruhi perubahan kemampuan, penampilan,

atau perilaku serta tindakannya karena orang dewasa sudah memiliki

pengetahuan, sikap, keterampilan tertentu yang sudah bertahun-tahun

dipelajarinya jika pengetahuan, sikap, dan sesuatu tindakan yang belum

mereka yakini maka akan sulit mereka menerima. Pendidikan tinggi lebih

efektif menghasilkan perubahan perilaku atau tindakan (Sundun, 2019).

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar ibu memiliki paritas

primipara. Ibu primipara biasanya cenderung tidak mengetahui perawatan

tali pusat dikarenakan kurangnya pengalaman ibu dalam merawat tali pusat,

sedangkan ibu multipara cenderung mengetahui perawatan tali pusat dengan

baik dna benar karena faktor pengalaman. Berbeda dengan pendapay Rosita

(2016 bahwa kehamilan pertama merupakan pengalaman baru bagi seorang

ibu, sehingga termotivasi untuk mengetahui dan mempersiapkan perawatan

bayi baru lahir nantinya, khususnya cara perawatan tali pusat yang dapat

meningkatkan kemampuan ibu dalam melakukan perawatan tali pusat

dengan baik.
65

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Asfa (2018) dimana

sebagian besar karakteristik ibu nifas memiliki usia 20-35 tahun (80%),

paritas multipara (57.1%), pendidikan dasar (54.2%) dan tidak bekerja

(68.6%). Penelitian lainnya oleh Martini (2017) menunjukkan bahwa

sebagian besar ibu nifas memiliki usia 20-35 tahun (60%), pendidikan

menengah (45.7%), tidak bekerja (74.3%) dan memiliki paritas primipara

(77.1%).

2. Gambaran teknik perawatan tali pusat di Wilayah Kerja Puskesmas

Pekuncen II

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar memiliki teknik

perawatan tali pusat dalam kategori baik sebanyak 43 responden (58.9%).

Pelaksanaan perawatan tali pusat merupakan tindakan pengobatan dan

pengikatan tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara ibu

dan bayi, kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih, kering,

puput dan terhindar dari infeksi tali pusat (Hidayat, 2018). Dampak dari

perawatan tali pusat yang tidak benar adalah bayi akan mengalami tetanus

neonatorum dan dapat mengakibatkan kematian (Suryani, 2021).

Perawatan tali pusat merupakan salah satu bentuk perawatan bayi baru

lahir untuk menjaga kondisi bayi, yang dapat meningkatkan kesempatan

menjalani masa transisi dengan berhasil (Johan & Noorbaya, 2019). Bayi

baru lahir mempunyai risiko terpapar infeksi yang tinggi terutama pada tali

pusat yang merupakan luka basah dan dapat menjadi pintu masuknya kuman
66

tetanus yang sangat sering menjadi penyebab sepsis dan kematian bayi baru

lahir (Putri & Limoy, 2019).

Perawatan tali pusat sangat penting dilakukan selama tali pusat bayi

belum mengering, cara perawatan tali pusat yang benar dapat mempercepat

proses mengeringnya tali pusat dan tidak terjadi suatu komplikasi tertentu

seperti infeksi pada tali pusat yang dapat berakibat menjalarnya infeksi ke

bagian tubuh lain. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Neinik (2016) yang menyatakan bahwa sebagian besar responden dalam

penelitian tersebut telah melaksanakan perawatan tali pusat dengan kategori

baik yaitu sebesar 19 responden (63,3%). Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian Damayanti et al., (2021) dimana sebagian besar responden

memiliki perawatan tali pusat dalam kategori baik (64%).

3. Gambaran lama pelepasan tali pusat di Wilayah Kerja Puskesmas Pekuncen

II

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar lama pelepasan tali

pusat dalam kategori cepat/normal sebanyak 43 responden (58.9%). Tali

pusat merupakan saluran kehidupan bagi janin selama di dalam kandungan.

Tali pusat berfungsi menyalurkan oksigen dan nutrien dari plasenta ke janin

selama proses kehamilan dan pasca melahirkan tali pusat harus dipotong.

Tali pusat dalam beberapa hari akan terlepas sendiri setelah mengalami

proses nekrosis (adanya jaringan yang mati) menjadi kering pada hari ke-6

hingga ke-8 dengan meninggalkan luka granulasi kecil yang setelah sembuh
67

akan membentuk umbilicus atau pusar. Kondisi tali pusat yang kurang

bersih dan kering bisa menyebabkan infeksi (Astari & Nurazizah, 2019).

Tali pusat merupakan jembatan penghubung antara plasenta dan janin.

Oleh karena itu, ia tidak hanya mencakup fungsi pernapasan saja, tapi

seluruh aktivitas yang ada di plasenta yang dibutuhkan oleh janin, baik

untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, disalurkan melalui tali

pusat ke janin. Selain menyalurkan zat-zat yang bermanfaat bagi tubuh, tali

pusat pun berperan sebagai saluran untuk mengeluarkan bahan-bahan sisa

yang tidak dibutuhkan oleh janin seperti urea dan gas karbondioksida. Lalu,

akan dikembalikan ke peredaran darah ibu yang kemudian

diekskresikan/dikeluarkan dari tubuh (Febriyeni et al., 2021)

Menurut Riksani (2012), lama waktu hingga tali pusat lepas berkisar

antara 3-6 hari. Namun, ada juga yang membutuhkan waktu yang lebih lama,

yaitu sekitar 1-2 minggu. Sedangkan menurut Abata (2015), jika tali pusat

bayi dirawat dengan baik dan benar, bayi terhindar dari penyakit tetanus dan

radang selaput otak. Tali pusat yang sehat akan puput setelah bayi berumur

6-7 hari.

Berdasarkan penelitian sebelumnya waktu pelepasan tali pusat

tercepat dengan membutuhkan waktu berkisar 70 jam 40 menit, waktu

terlama membutuhkan 242 jam, rata-rata waktu pelepasan tali pusat sebesar

131 jam 19 menit, dan terlama membutuhkan waktu sebesar 242 jam serta

waktu pelepasan tali pusat dengan nilai rata-rata sebanyak 131 jam 19 menit

(Tirtayasa et al., 2021). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa waktu


68

pelepasan tali pusat memiliki rata-rata waktu 123.8 jam sampai 170.8 jam

(Din’ni & Meliati, 2021). Risiko bila tali pusat lama lepas adalah terjadinya

infeksi tali pusat dan Tetanus Neonatus (TN). Spora kuman Clostridium

tetani masuk ke dalam tubuh bayi melalui pintu masuk satu-satunya, yaitu

tali pusat, yang dapat terjadi pada saat pemotongan tali pusat ketika bayi

lahir maupun pada saat perawatannya sebelum puput (terlepasnya tali pusat)

(Asiyah et al., 2017).

4. Hubungan perawatan tali pusat dengan lama pelepasan tali pusat di Wilayah

Kerja Puskesmas Pekuncen II

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu nifas dengan perawatan tali

pusat kurang baik sebagian besar memiliki lama pelepasan tali pusat bayi

dalam kategori lambat sebanyak 22 responden (30.1%) dan ibu nifas dengan

perawatan tali pusat baik sebagian besar memiliki lama pelepasan tali pusat

bayi dalam kategori cepat/normal sebanyak 35 responden (47.5%). Hasil uji

chi square didapatkan hasil ada perawatan tali pusat dengan lama pelepasan

tali pusat dengan nilai p value sebesar 0.000 < 0.05.

Lamanya tali pusat terlepas dapat disebabkan karena faktor perawatan

tali pusat yang kurang baik. Perawatan tali pusat adalah upaya mencegah

infeksi tali pusat sesungguhnya tindakan sederhana, sebelum melakukan

perawatan tali pusat dan daerah sekitar tali pusat selalu bersih dan kering,

serta selalu mencuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun

sebelum merawat tali pusat (Parwatiningsih et al., 2021). Penelitian

sebelumnya menunjukkan hampir seluruh responden 20 (87%) ibu


69

melakukan perawatan tali pusat menggunakan kassa kering steril sesuai

standar dengan lama pelepasan tali pusat dalam kategori normal, sedangkan

sebagian besar dari responden 5 (62,5%) ibu melakukan perawatan tali pusat

menggunakan kassa kering steril tidak sesuai standar dengan lama pelepasan

tali pusat dalam kategori lambat (Timah, 2020).

Perawatan tali pusat yang baik dan benar merupakan upaya untuk

mencegah terjadi infeksi akibat lamanya tali pusat lepas, dimana hal ini

dapat mengakibatkan meningkatnya AKB. Hal ini sesuai dengan peraturan

Menteri Kesehatan RI dimana tiga pesan kunci dalam pelayanan maternal

dan neonates yaitu setiap kehamilan diberikan toksoid tetanus yang sangat

bermanfaat untuk mencegah tetanus neonatus; hendaknya sterilitas harus

diperhatikan benar pada waktu pemotongan tali pusat demikian pula

perawatan tali pusat selanjutnya; dan penyuluhan mengenai perawatan tali

pusat yang benar pada masyarakat (Legawati, 2019).

Perawatan tali pusat dengan membersihkan tali pusat bayi

menggunakan sabun dan air saja kemudian selanjutnya membiarkan tali

pusat mengering atau tidak membungkusnya (Sari & Gusnidarsih, 2019).

Hal ini untuk mempercepat pelepasan tali pusat serta pelepasan tali pusat

secara keseluruhan rata-rata pada bayi berkisar waktu antara 47 hari dan

lebih dari 7 hari (Yuliana et al., 2017).

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan ada perbedaan lama

pelepasan tali pusat dengan perawatan kasa steril dan kasa beralkohol

(Vilardo et al., 2017). Nilai lama pelepasan tali pusat dan perawatan dengan
70

kasa steril lebih baik dibandingkan perawatan tali pusat dengan kasa

beralkohol (Utami & Sulastri, 2017). Penelitian lain menunjukkan bahwa

ada perbedaan lama pelepasan tali pusat bayi baru lahir yang mendapatkan

perawatan kasa kering steril dan kompres kasa alkohol (Guzmán-de la

Garza et al., 2020).

Perawatan tali pusat terbuka ialah perawatan tali pusat yang tidak

diberikan perlakuan apapun. Tali pusat dibiarkan dengan keadaan terbuka

dan tidak diberikan kasa kering maupun antiseptik lainnya. Pelepasan tali

pusat dengan bantuan udara atau perawatan terbuka akan membantu

pengeringan tali pusat lebih cepat karena pada tali pusat terdapat Jelly

Wharton yang banyak mengandung air yang jika terkena udara akan

berubah strukturnya dan secara fisiologis berubah fungsi menjadi padat dan

mengeklem tali pusat secara otomatis sehingga menyebabkan aliran darah

pada pembuluh darah didalam sisa tali pusat terhambat atau bahkan tidak

mengalir lagi sehingga membuat tali pusat kering dan layu yang kemudian

sisa tali pusat akan terlepas. Paparan udara juga bisa menyebabkan

penguapan pada kandungan air dalam Jelly Wharton dan pembuluh darah,

sehingga kandungan air berkurang bahkan menghilang. Adanya penguapan

yang terjadi pada kandungan air dalam Jelly Wharton akan menyebabkan

tali pusat cepat mengering dan terlepas (Sodikin, 2019)

Penelitian sebelumnya oleh Nila et al., (2021) menunjukkan bahwa

tali pusat yang dilakukan dengan perawatan metode terbuka memiliki rata-

rata lama pelepasa tali pusat 122.88 jam. Penelitian lainnya oleh Silaban et
71

al., (2023) menunjukkan bahwa lama pelepasan tali pusat dengan metode

terbuka sebagian besar < 7 hari (100%) sedangkan lama pelepasan tali pusat

dengan metode kassa streril sebagian besar adalah > 7 hari (54.7%).

Noorhidayah et al., (2018), menambahkan dimana rata-rata waktu pelepasan

tali pusat dengan metode terbuka adalah 6,67 hari pada bayi baru lahir,

dimana hari tercepat adalah 4 hari dan terlama adalah 8 hari.

Anda mungkin juga menyukai