Anda di halaman 1dari 19

BAB 5

HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil yang didapatkan dari 86 responden, peneliti membagi

menjadi data umum dan data khusus, dan di uraikan sebagai berikut :

5.1.1 Data Umum Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Peneltian

Secara geografis letak kantor PT. Swabina Gatra Tuban pada posisi 115. 7.20 LS

8. 7.10 BT Dengan ketingian 250 M di atas permukaan laut. Secara administrasi,

PT. Swabina Gatra Tuban terletak di Desa Sumberarum Kecamatan Kerek

Kabupaten Tuban.

2. Visi dan Misi

1) Visi

Visi PT. Swabina Gatra Tuban adalah

Menjadi perusahaan yang tumbuh dan berkembang dengan sehat dan selalu

unggul di bidangnya.

2) Misi

Misi PT. Swabina Gatra Tuban adalah

(1) Meningkatkan dan mengembangkan bidang usaha utama

(2) Meningkatkan dan mengembangkan usaha penunjangan sebagai usaha untuk

mendukung pendapatan dari kegiatan bidang usaha utama


(3) Meningkatkan kualitas pengelolaan sumber daya manusia yang berdaya saing

tinggi guna mendukung penyediaan tenaga kerja yang profesional

(4) Menghasilkan laba yang wajar dan memberikan deviden yang memuaskan

bagi pemegang saham

5.1.2 Data Umum Responden

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5.1 distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Pada Pegawai Kantor
PT. Swabina Gatra Tuban
No Usia Frekuensi Persentase (%)
1. 24-35 45 52,3%
2. 36-45 17 19,8%
3. 46-55 24 27,9%
Jumlah 86 100%

Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2023-07-09

Berdasar Tabel 5.1 dapat diketahui dari 86 (100%) responden sebagian besar usia 24-

35 tahun sebanyak 45 (52,3%) sedangkan sebagian kecil responden usia 36-45

17(19,8%).

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jeis Kelamin

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada


Pegawai Kantor PT. Swabina Gatra Tuban 2023.
No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)
1 Laki – laki 57 66,3%
2 Perempuan 29 33,7%
Jumlah 86 100%
Sumber : Data Primer Peneliti Tahun 2023
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui dari 86 (100%) responden sebagian besar

responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 57 (66,3%) sedangkan jenis

kelamin perempuan sebanyak 29(33,7%).

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Pada Pegawai Kantor PT.

Swabina Gatra Tuban 2023.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Pada Pegawai


Kantor PT. Swabina Gatra Tuban 2023.
No Pendidikan Frekuensi Presentase
1 S1 23 26,7%
2 SMK 63 73,3%
Jumlah 86 100%
Sumber : Data Primer Peneliti Tahun 2023

Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui dari 86 (100%) responden sebagian besar

responden pendidikan terakhirnya yaitu SMK sebanyak 63 (73,3%) sedangkan

pendidikan terakhirnya Sarjana atau S1 sebanyak 23(26,7%).

5.1.3 Data Khusus Responden

Data Khusus yang di peroleh pada penelitian meliputi :

1. Identifikasi Posisi Duduk Saat Bekerja Pada Pegawai Kantor PT. Swabina Gatra

Tuban 2023.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Posisi Duduk Saat Bekerja Pada Pegawai Kantor
PT. Swabina Gatra Tuban 2023.
No Keterangan Frekuensi Presentase

1 Posisi Duduk 63 73,3%


Tidak Baik
2 Posisi Duduk Baik 23 26,7%
Jumlah 86 100%
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2023
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui dari 86 (100%) responden sebagian besar

memiliki posisi duduk saat bekerja yang tidak baik sebanyak 63 (73,3%)

sedangkan responden yang posisi duduknya baik sebesar 23 (26,7%).

2. Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pegawai Kantor PT. Swabina

Gatra Tuban Tahun 2023.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada


Pegawai Kantor PT. Swabina Gatra Tuban Tahun 2023.
No Keterangan Frekuensi Presentase
1 Tidak Ada Keluhan 11 12,8%
2 Keluhan Ringan 35 40,7%
3 Keluhan Sedang 30 34,9%
4 Keluhan Berat 10 11,6%
Jumlah 86 100%
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2023

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui dari 86(100%) responden sebagian besar

responden dengan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) ringan sebanyak 35

(40,7%) dan sebagaian kecil responden dengan keluhan Musculoskeletal Disorders

(MSDs) berat sebanyak 10 (11,6%).


3. Analisis Hubungan Posisi Duduk Saat Bekerja Dengan Keluhan Musculoskeletal

Disorders (MSDs)Pada Pegawai Kantor PT. Swabina Gatra Tuban Tahun 2023

Tabel 5.6 Distribusi Analisis Hubungan Posisi Duduk Saat Bekerja Dengan
Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs)Pada Pegawai Kantor PT.
Swabina Gatra Tuban Tahun 2023
Posisi Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) total
Duduk Tidak ada Keluhan Keluhan Keluhan
keluhan ringan sedang berat
Posisi 9 33 21 0 63
duduk (10,5%) (38,4%) (24,4%) (0,0%) (73,3%)
tidak
baik
Posisi 2 2 9 10 23
duduk (2,3%) (2,3%) (10,5%) (11,6%) (26,7%)
baik
Total 11 35 30 10 86
(12,8%) (40,7%) (34,9%) (11,6%) (100%)
Hasil Uji Korelasi Spearman`s Rho Sig (2-tailed) = 0,000
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2023

Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan hasil penelitian bahwa pegawai yang memiliki

posisi duduk tidak baik dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) tidak

ada keluhan sebanyak 9(10,5%), posisi duduk tidak baik dengan keluhan

musculoskeletal disorders (MSDs) ringan sebanyak 33(38,4%), posisi duduk tidak

baik dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) sedang sebanyak

21(24,4%) dan posisi duduk tidak baik dengan keluhan musculoskeletal disorders

(MSDs) berat sebanyak 0(0,00%). Sebaliknya para pegawai yang memiliki posisi

duduk baik dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) tidak ada keluhan

sebanyak 2(2,3%), posisi duduk baik dengan keluhan musculoskeletal disorders

(MSDs) ringan sebanyak 2(2,3%), posisi duduk baik dengan keluhan


musculoskeletal disorders (MSDs) sedang sebanyak 9(10,5% dan posisi duduk

baik dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) berat sebanyak

10(11,6%). Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar pegawai Kantor PT.

Swabina Gatra Tuban memiliki posisi duduk tidak baik dengan keluhan

musculoskeletal disorders (MSDs) ringan sebanyak 33 (38,4%).

5.2 Analisa Data

Data yang didapatkan dengan cara menggunakan lembar kuesioner atau

angket kemudian dilakukan dengan proses editing dengan cara menyeleksi data yang

sudah masuk dan melakukan pemeriksaan jawaban. Langkah selanjutnya dilakukan

coding pada setiap variabel sesuai dengan yang tercantum didalam definisi

operasional. Kemudian data di tabulasi kedalam tabel dan di analisis menggunakan

uji korelasi spearman`s dengan tingkat signifikan α = <0,05 dan perhitungannya

dilakukan dengan menggunakan aplikasi software SPSS versi 26 for windows

didapatkan hasil nilai Asymp Sig. (2-tailed) = 0,000 yang berarti semakin kecil nilai ρ

= (0,000 < 0,05) dan nilai koefisien korelatif positif didapatkan hasil 0,492 yang

berarti nilai koefisien sedang, maka H1 diterima. Hal ini menunjukan bahwa ada

hubungan posisi duduk saat bekerja dengan keluhan Musculoskeletal Disorders

(MSDs) pada pegawai kantor PT. Swabina Gatra Tuban sehingga kekuatan hubungan

antara kedua variabel tersebut masuk kedalam kategori sedang dengan arah positif.
BAB 6

PEMBAHASAN

6.1 Pembahasan Penelitian

Bab pembahasan ini menguraikan tentang hasil penelitian dan keterbatasan

yang ditemui selama proses penelitian berlangsung. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui adanya Hubungan Posisi Duduk Saat Bekerja Dengan Keluhan

Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pegawai Kantor PT. Swabina Gatra Tuban.

6.1.1 Identifikasi Posisi Duduk Saat Bekerja Pada Pegawai Kantor PT. Swabina

Gatra Tuban.

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa dari

86(100%) pegawai kantor PT. Swabina Gatra Tuban sebagian besar memiliki posisi

duduk saat bekerja yang tidak baik sebanyak 63 (73,3%) sedangkan responden yang

posisi duduknya baik sebesar 23 (26,7%). Hal ini ditunjukan oleh lembar kuesioner

yang diisi oleh para pegawai kantor PT. Swabina Gatra Tuban.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan

oleh Zidni, Atika, Fiqih, dan Sielma (2021) dengan judul “Hungan Resiko Posisi

Kerja Duduk Terhadap Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSD) Pada Pegawai

Pemerintah Kabupaten Malang”. Hasil dari kategori pada variabel resiko posisi kerja

duduk sebanyak 57,75% (41 orang) responden memberikan resiko posisi kerja duduk

sedang. Hasil yang dilakukan peneliti sebelumnya oleh Emi dan Rifaatul (2022)

dengan judul “Hubungan Posisi Kerja Duduk dengan Musculoskeletal Disorders


(MSDs) Pada Pekerja Sandal Harles Kota Mojokerto”. Hasil dari kategori pada

variabel posisi kerja sebanyak 70,3% (33 orang) responden memberikan posisi kerja

sedang.

Posisi kerja adalah sikap atau postur anatomi tubuh saat sedang bekerja. Pada

umumnya posisi kerja terbagi atas dua yakni posisi statis (diam) dan posisi dinamis

(bergerak). Posisi kerja statis atau diam didefinisikan sebagai posisi kerja tanpa

perpindahan posisi atau isometris dengan sedikit gerakan sepanjang durasi kerja.

Kondisi ini kemudian memberikan beban statis pada otot. Pembebanan statis dan

posisi kerja yang tidak ergonomis dapat memberikan beban postural dan

menimbulkan postural strain. Kondisi ini dapat menurunkan aliran darah pembawa

oksigen ke otot sehingga mengakibatkan tidak seimbangnya kebutuhan dengan suplai

oksigen. Dampaknya, kelelahan otot pun timbul (Guyton & Hall, 2006) dalam (Lubis

et al., 2021).Hal ini menunjukan Perubahan posisi kerja berkaitan dengan rancangan

alat kerja. Alat kerja pegawai kantoran seperti meja dan kursi memerlukan rancangan

berdasarkan ukuran tubuh (antropometri) penggunannya. Jika posisi meja lebih tinggi

dari seharusnya, maka shoulder joint akan berelevasi atau terangkat. Sebaliknya, jika

meja terlalu rendah maka vertebra akan membungkuk. Posisi non anatomis ini dapat

meningkatkan kontraksi otot pembentuk postur tubuh, seperti kelompok otot fleksor

dan ekstensor tubuh. Kelelahan otot tersebut kemudian akan dan menimbulkan

musculoskeletal disorders (Freeman dkk., 2010) dalam (Lubis et al., 2021)

Posisi kerja juga diartikan sebagai kecenderungan pikiran dan perasaan puas

atau tidak puas terhadap pekerjaannya. Kemudian pada saat bekerja perlu
diperhatikan posisi saat duduk harus diperhatikan keseimbangan agar dapat bekerja

dengan nyaman. Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat dikatan posisi kerja

duduk adalah proses bekerja yang sesuai ditentukan oleh anatomi tubuh dan ukuran

peralatan yang digunakan pada saat bekerja. Pada posisi duduk, tekanan tulang

belakang akan meningkat dibanding berdiri atau berbaring, jika posisi duduk tidak

benar. Tekanan posisi tidak duduk 100%, maka tekanan akan meningkat menjadi

140% bila sikap duduk tegang dab kaku, dan tekanan akan meningkat menjadi 190%

apabila saat duduk membungkuk kedepan, oleh karena itu perlu sikap duduk yang

benar dan dapat relaksasi.

Berdasarkan dari hasil penelitian posisi duduk saat bekerja dipengaruhi oleh

faktor usia. Dapat diketahui dari 86 resposden hampir sebagian besar berusia 24-35

tahun dan sebagian kecil berusia 36-45 tahun. Hal ini menunjukan bahwa usia juga

mempengaruhi musculoskeletal disorders (MSDs) akibat posisi duduk yang tidak

baik. Hal ini sejalan dengan pendaptnya (Noli et al., 2021), Usia merupakan kurun

waktu sejak adanya seseorang dan dapat diukur menggunakan satuan waktu

dipandang dari segi kronologis, Kapasitas fisik berbanding langsung dengan usia

seseorang dengan batas tertentu dan usia 25 tahun mencapai puncaknya. Fleksibilitas

otot dan tulang belakang akan berkurang yang dipengaruhi kondisi fisik pada saat

usia bertambah, sehingga keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) akan meningkat

seiring dengan bertambahnya usia. Dengan demikian pada saat memberikan

pekerjaan pada seseorang pengaruh usia juga perlu dipertimbangkan Pada umumnya

musculoskeletal disorders (MSDs) mulai dirasakan pada usia yaitu 25-65 tahun.
Insiden musculoskeletal disorders (MSDs) tertinggi (sekitar 70%) pada umur 35-55

tahun dan semakin meningkat dengan bertambahnya umur.

Faktor selanjutnya dari jenis kelamin berdasarkan dari 86 reponden sebagian

besar merupakan laki-laki dan sebagian kecil perempuan. Hal ini menunjukan bahwa

responden dalam penelitian ini mayoritas laki-laki, karena kebetulan yang menjadi

sampel dalam penelitian sebagian besar berjenis kelamin laki-laki, posisi duduk saat

bekerja berdasarkan jenis kelamin berbeda antar laki-laki dan perempuan,

dikarenakan berdasal hasil wawancara perempuan lebih mengutamakan posisi duduk

baik agar tidak mengalami musculoskeletal disorders (MSDs). Hal ini sejalan dengan

pendapatnya (Fathimahhayati et al., 2022) perempuan lebih banyak menonjolkan

kehati-hatian dalam melakukan pekerjaan apapun sedangkan laki-laki cenderung

leluasa dengan gerakan yang ingin dilakukan.

Fakor selanjutnya yang mempengaruhi posisi duduk adalah pendidikan,

berdasarkan 86 responden sebagian besar pendidikan terakhir SMK dan sebagian

kecil pendidikan terakhir S1. Hal ini menunjukan pendidikan juga penting dalam

posisi kerja. Hal ini sejalan dengan pendapatnya (Nugraha et al., 2020) pada tingkat

pendidikan SMK paling tinggi Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan dapat

memengaruhi cara bekerja sehingga bekerja dengan cara yang janggal atau salah

dapat menyebabkan kesalahan dalam posisi bekerja sehingga tubuh perlu

mengeluarkan energi yang lebih banyak.

Dengan demikian untuk mencegah terjadinya keluhan Musculoskeletal

Disorders (MSDs) pada pegawai maka saat bekerja sikap duduk diupayakan
menerapkan posisi duduk yang baik dalam bekerja. Karena dalam bekerja sikap

duduk yang buruk akan meningkatkan resiko dalam terjadinya keluhan

Musculoskeletal Disorders (MSDs).

6.1.2 Identifikasi Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pegawai Kantor

PT. Swabina Gatra Tuban.

Hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti menunjukan bahwa sebagian

besar responden dengan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) ringan sebanyak

35 orang (40,7%), keluhan sedang 30 (34,9%), tidak ada keluhan 11 orang (12,8) dan

keluhan berat berjumlah 10 orang (11,6%).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh Emi dan

Rifaatul (2022) dengan judul “Hubungan Posisi Kerja Duduk dengan

Musculoskeletal Disorders (MSD) Pada Pekerja Sandal Harles Kota Mojokerto”.

Hasil dari kategori pada variabel Musculoskeletal Disorders(MSDs) sebagian besar

responden 20(45,1%) memberikan keluhan sedang.

MSDs merupakan keluhan atau gangguan yang dirasakan oleh seseorang mulai

dari keluhan yang ringan hingga terasa sangat sakit pada bagian muskuloskeletal yang

meliputi bagian sendi, syaraf, otot maupun tulang belakang akibat pekerjaannya yang

tidak alamiah (Tarwaka, 2015). Jika otot mengalami gangguan, maka aktivitas sehari-

hari seperti melakukan pekerjaan dapat terganggu karena kekuatan otot merupakan

salah satu bagian terpenting dari organ tubuh manusia agar tubuh dapat bergerak.

Timbulnya rasa sakit pada otot ini dapat berakibat pada menurunnya produktivitas

kerja seseorang. Sedangkan kekuatan otot sendiri akan ditentukan oleh banyaknya
serat-serat yang berkerut secara aktif di dalam tubuh manusia dalam kurun waktu

tertentu (Suma’mur, 1989). Selain itu, kontraksi otot yang berlebihan ditambah

dengan pemberian beban yang terlalu berat dan dalam durasi waktu yang cukup

panjang tentunya akan menimbulkan risiko pada keluhan MSDs (Tjahayuningtyas,

2019)

Faktor yang dapat mempengaruhi keluhan musculoskeletal disorders(MSDs)

pada pegawai adalah usia. Berdasarkan hasil yang diketahui dari 86 responden

sebagian besar 24-35 tahun dan sebagian kecil berusia 36-45 tahun. Hal ini

menunjukan bahwa usia juga mempengaruhi keluhan musculoskeletal disorders

(MSDs). Hal ini sejalan dengan pendapatnya (Aprianto et al., 2021) Usia merupakan

salah satu faktor risiko dari musculoskeletal disorders. Pada dasarnya keluhan sistem

muskuloskeletal dapat dirasakan pada usia kerja, yaitu rentang usia 24 hingga 35

tahun dan mengalami keluhan berat diusia ≤50 tahun. Usia erat hubungannya dengan

keluhan otot skeletal. Beberapa ahli mengatakan usia menjadi salah satu pemicu

utama terjadinya keluhan otot (Ferusgel and Rahmawati, 2018). Terdapat studi yang

mengatakan bahwa pekerja yang berusia ≥ 38 tahun memiliki peluang yang tinggi

terhadap kejadian musculoskeletal disorders (Prahastuti, Djaali and Usman, 2021).

Dapat dikatakan bahwa semakin bertambah usia seorang pekerja maka semakin

banyak juga keluhan otot yang dirasakan

Faktor selanjutnya dari jenis kelamin, berdasarkan 86 responden sebagian besar

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 57 responden dan sebagian kecil berjenis

perempuan sebanyak 29 responden. Hal ini menunjukan adanya hubungan anatara


jenis kelamin dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs). hal ini sejalan

dengan pendapatnya (Fatejarum et al., 2020) perempuan. Hasil penelitian ini sesuai

dengan teori yang menyatakan bahwa tingkat kejadian keluhan muskuloskeletal lebih

banyak terjadi pada laki-laki. Hal ini dikarenakan beban kerja pada laki- laki lebih

besar daripada beban kerja perempuan. massa otot wanita lebih rendah dibandingkan

laki-laki yang dapat mengakibatkankejadian keluhan muskuloskeletal lebih banyak

terjadi pada perempuan dibandingkan pada laki-laki.

Faktor selanjutnya dari pendidikan, berdasarkan 86 responden sebagian besar

memiliki pendidikn terakhir tingkat SMK sebanyak 63 responden dan sebagian kecil

memiliki tingkat pendidikan terakhir S1 atau Sarjana. Hal ini menunjukan adanya

hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan keluhan musculoskeletal

disorders (MSDs) pada pegawai. Hal ini sejalan dengan pendapatnya (Fatejarum et

al., 2020) mengatakan pegawai dengan pendidikan S1 seluruhnya tidak mengalami

keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) dan pegawai dengan pendidikan SMK

juga lebih banyak yang mengalami musculoskeletal disorders (MSDs), namun masih

ditemukan yang mengalami musculoskeletal disoredrs (MSDs) pada pendidikan

SMK. Pegawai memiliki pendidikan tinggi cenderung memiliki pengetahuan tinggi,

sehingga mengerti posisi duduk yang baik dan dampak musculoskeletal disorders

(MSDs) karena minimnya pengetahuan tentang ergonomi dan beban kerja pegawai di

kantor merupakan hal yang menambah risiko terjadinya MSDs

Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian otot skeletal yang

dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal

diantaranya postur kerja yang janggal, gerakan berulang yang terlalu sering, dan masa

kerja yang lama. Keluhan muskuloskeletal bukanlah diagnosis klinis melainkan rasa

nyeri karena kumpulan cedera akibat gerakan kerja berulang. Semakin berat tingkat

tenaga otot yang diperlukan, semakin besar pula kelelahan fisik dan ketidak

nyamanan yang ditimbulkan. Gangguan pada sistem muskuloskeletal ii hampir tidak

pernah terjadi langsung, tetapi merupakan suatu akumulasi dari berbagai cidera kecil

maupun besar. Keadaan ini terjadi secara terus – menerus dan dalam waktu yang

relatif lama, sehingga akan terbentuk cidera yang cukup besar yang di ekspresikan

sebagai rasa sakit, kesemutan, nyeri tekan, pembekakan dan gerakan yang terhambat

(kelemahan) pada jaringan anggota tubuh yang terkena trauma.

Dengan demikian, untuk mengantisipasi terjadinya keluhan Musculoskeletal

Disorders (MSDs) baik dari faktor pekerjaan, faktor individu dan faktor lingkungan

perlu penanganan yang sesuai dengan standar K3 dan ergonomi agar keluhan

Musculoskeletal Disorders (MSDs) dapat dicegah.

6.1.3 Analisis Hubungan Posisi Duduk Saat Bekerja Dengan Keluhan

Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pegawai Kantor PT. Swabina Gatra

Tuban Tahun 2023

Berdasalkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa

dari 86 (100%) pegawai Kantor PT. Swabina Gatra Tuban sebagian besar memiliki

posisi duduk tidak baik sebanyak 63 (73,3%) pegawai dengan keluhan

Musculoskeletal Disorders (MSDs) ringan sebanyak 35 (40,7%) pegawai.


Analisis penelitian ini menggunakan uji korelasi spearman’s rho dengan tingkat

kemaknaan α = <0,05 dan perhitungannya dilakukan dengan menggunakan aplikasi

software SPSS versi 26 for windows didapatkan hasil nilai Asymp Sig. (2-tailed) =

0,000 yang berarti semakin kecil nilai ρ-value maka semakin signifikan hasil

penelitian sehingga ρ = (0,000 < 0,05) dan nilai koefisien korelasi positif didapatkan

hasil 0,492 yang berarti nilai koefisien sedang, maka H1 diterima. Hal ini

menunjukan bahwa ada hubunga posisi duduk saat bekerja dengan keluhan

musculoskeletal disorders (MSDs) pada pegawai kantor PT. Swabina Gatra Tuban

sehingga kekuatan hubungan antara kedua variabel termasuk kedalam kategori

sedang dengan arah positif.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Salsabila &

Wartono, 2020 untuk mengetahui apakah ada hubungan posisi duduk saat bekerja

dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada pegawai yaitu didapatkan

nilai signifikan (p) sebesar 0,000 (ρ<0,05) yang berarti adanya hubungan antara

posisi duduk saat bekerja dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada

pegawai dengan nilai r = 0,060 yang berarti adanya hubungan yang kuat antara posisi

duduk saat bekerja dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada pegawai.

Dalam bekerja apabila posisi duduk pada saat bekerja tidak sesuai dapat

menyebabkan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs). Pekerjaan yang dilakukan

berulang – ulang dengan posisi duduk yang buruk menyebabkan keluhan menetap

(Hartono & Soewardi, 2017). Apabila dalam bekerja berulang-ulang apalagi ditambah

getaran kontinu, akan timbul radang (artrosis lumbalis) lalu pengapuran tulang bawah
dan terjepitnya syaraf tulang. Jika sudah parah bisa terjadi fraktur (Multazam &

Irawan, 2022). Kelelahan ini timbul karena gerakan tubuh yang terus menerus dan

tanpa disadari mengakibatkan penurunan sistem otot. Posisi duduk saat bekerja secara

terus menerus dalam waktu yang lama menyebabkan keluhan berupa berbagai pegal

dan nyeri di daerah leher, bahu, tulang belakang, pantat dan perut. Duduk

memerlukan lebih sedikit energi dari pada berdiri, karena hal itu dapat mengurangi

banyaknya beban otot statis pada kaki.

Waktu kerja bagi seseorang menentukan efisiensi dan produktifitasnya.

Lamanya seseorang bekerja baik sehari pada umumnya 6-8 ja. Gerkan yang berbagai

pengulangan jika dilakukan terus – menerus untuk waktu yang lama seperti 8 jam

akan mendorong fatigue dan ketegangan otot tendon. Ketegangan otot tendon dapat

dipulihkan bila ada jeda waktu istirahat yang digunakan untuk peregangan otot.

Dampak dari gerakan yang berbagai pengulangan akan meningkat bila gerakan

tersebut dilakukan dengan postur janggal dan beban yang berat. Frekuensi gerakan

postur janggal ≥2x/menit merupakan faktor resiko terhadap siku, bahu, leher,

punggung dan kaki. Pekerjaan yang menggunakan otot yang sama untuk durasi yang

lama dapat meningkatkan potensi timbulnya fatigue dan menyebabkan

musculoskeletal disorders (MSDs), bila waktu istirahat (pemulihan tidak mencukupi).

6.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah masih terdapat kuesioner yang tidak

konsisten menurut pengamatan peneliti karena responden yang kurang teliti terhadap

jawaban kuesioner, selain itu keterbatasan yang dimiliki oleh penelitian ini adalah
peneliti menyadari para pegawai kantor PT. Swabina Gatra sibuk dalam bekerja dan

memiliki waktu istirahat yang singkat membuat peneliti harus bisa mengatur waktu

penelitian tanpa mengganggu jam kerja dari pegawai.


BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Hasil penelitian yang berjudul “Hubungan Posisi Duduk Saat Bekerja Dengan

Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pegawai Kantor PT. Swabina

Gatra Tuban” dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Sebagian besar pegawai kantor PT. Swabina Gatra Tuban memiliki posisi duduk

yang tidak baik saat bekerja

2. Sebagian besar pegawai kantor PT. Swabina Gatra Tuban memiliki keluhan ringan

Musculoskeletal Disorders (MSDs)

3. Terdapat Hubungan antara posisi duduk saat bekerja dengan keluhan

Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pegawai kantor PT. Swabina Gatra

Tuban.

7.2 Saran

1. Bagi Responden

Dari penelitian yang telah dilakukan diharapkan para responden dapat

meningkatkan ilmu pengetahuannya tentang hubungan posisi duduk saat bekerja

dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) untuk menerapkan standar K3

dan ergonomi sebagai alternatif untuk mengurangi keluhan musculoskeletal

disorders (MSDs) dan yang lebih fatal lagi.


2. Bagi Institusi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat disampaikan dengan baik agar dapat

digunakan sebagai acuan atau informasi awal dalam penelitian selanjutnya untuk

memberikan intervensi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan

faktor – faktor lain penyebab dari Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada

pegawai Kantor PT. Swabina Gatra Tuban

Anda mungkin juga menyukai