menjadi data umum dan data khusus, dan di uraikan sebagai berikut :
Secara geografis letak kantor PT. Swabina Gatra Tuban pada posisi 115. 7.20 LS
Kabupaten Tuban.
1) Visi
Menjadi perusahaan yang tumbuh dan berkembang dengan sehat dan selalu
unggul di bidangnya.
2) Misi
(4) Menghasilkan laba yang wajar dan memberikan deviden yang memuaskan
Tabel 5.1 distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Pada Pegawai Kantor
PT. Swabina Gatra Tuban
No Usia Frekuensi Persentase (%)
1. 24-35 45 52,3%
2. 36-45 17 19,8%
3. 46-55 24 27,9%
Jumlah 86 100%
Berdasar Tabel 5.1 dapat diketahui dari 86 (100%) responden sebagian besar usia 24-
17(19,8%).
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui dari 86 (100%) responden sebagian besar
1. Identifikasi Posisi Duduk Saat Bekerja Pada Pegawai Kantor PT. Swabina Gatra
Tuban 2023.
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Posisi Duduk Saat Bekerja Pada Pegawai Kantor
PT. Swabina Gatra Tuban 2023.
No Keterangan Frekuensi Presentase
memiliki posisi duduk saat bekerja yang tidak baik sebanyak 63 (73,3%)
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui dari 86(100%) responden sebagian besar
Disorders (MSDs)Pada Pegawai Kantor PT. Swabina Gatra Tuban Tahun 2023
Tabel 5.6 Distribusi Analisis Hubungan Posisi Duduk Saat Bekerja Dengan
Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs)Pada Pegawai Kantor PT.
Swabina Gatra Tuban Tahun 2023
Posisi Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) total
Duduk Tidak ada Keluhan Keluhan Keluhan
keluhan ringan sedang berat
Posisi 9 33 21 0 63
duduk (10,5%) (38,4%) (24,4%) (0,0%) (73,3%)
tidak
baik
Posisi 2 2 9 10 23
duduk (2,3%) (2,3%) (10,5%) (11,6%) (26,7%)
baik
Total 11 35 30 10 86
(12,8%) (40,7%) (34,9%) (11,6%) (100%)
Hasil Uji Korelasi Spearman`s Rho Sig (2-tailed) = 0,000
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2023
Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan hasil penelitian bahwa pegawai yang memiliki
posisi duduk tidak baik dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) tidak
ada keluhan sebanyak 9(10,5%), posisi duduk tidak baik dengan keluhan
21(24,4%) dan posisi duduk tidak baik dengan keluhan musculoskeletal disorders
(MSDs) berat sebanyak 0(0,00%). Sebaliknya para pegawai yang memiliki posisi
duduk baik dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) tidak ada keluhan
Swabina Gatra Tuban memiliki posisi duduk tidak baik dengan keluhan
angket kemudian dilakukan dengan proses editing dengan cara menyeleksi data yang
coding pada setiap variabel sesuai dengan yang tercantum didalam definisi
didapatkan hasil nilai Asymp Sig. (2-tailed) = 0,000 yang berarti semakin kecil nilai ρ
= (0,000 < 0,05) dan nilai koefisien korelatif positif didapatkan hasil 0,492 yang
berarti nilai koefisien sedang, maka H1 diterima. Hal ini menunjukan bahwa ada
(MSDs) pada pegawai kantor PT. Swabina Gatra Tuban sehingga kekuatan hubungan
antara kedua variabel tersebut masuk kedalam kategori sedang dengan arah positif.
BAB 6
PEMBAHASAN
yang ditemui selama proses penelitian berlangsung. Penelitian ini bertujuan untuk
Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pegawai Kantor PT. Swabina Gatra Tuban.
6.1.1 Identifikasi Posisi Duduk Saat Bekerja Pada Pegawai Kantor PT. Swabina
Gatra Tuban.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa dari
86(100%) pegawai kantor PT. Swabina Gatra Tuban sebagian besar memiliki posisi
duduk saat bekerja yang tidak baik sebanyak 63 (73,3%) sedangkan responden yang
posisi duduknya baik sebesar 23 (26,7%). Hal ini ditunjukan oleh lembar kuesioner
yang diisi oleh para pegawai kantor PT. Swabina Gatra Tuban.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan
oleh Zidni, Atika, Fiqih, dan Sielma (2021) dengan judul “Hungan Resiko Posisi
Pemerintah Kabupaten Malang”. Hasil dari kategori pada variabel resiko posisi kerja
duduk sebanyak 57,75% (41 orang) responden memberikan resiko posisi kerja duduk
sedang. Hasil yang dilakukan peneliti sebelumnya oleh Emi dan Rifaatul (2022)
variabel posisi kerja sebanyak 70,3% (33 orang) responden memberikan posisi kerja
sedang.
Posisi kerja adalah sikap atau postur anatomi tubuh saat sedang bekerja. Pada
umumnya posisi kerja terbagi atas dua yakni posisi statis (diam) dan posisi dinamis
(bergerak). Posisi kerja statis atau diam didefinisikan sebagai posisi kerja tanpa
perpindahan posisi atau isometris dengan sedikit gerakan sepanjang durasi kerja.
Kondisi ini kemudian memberikan beban statis pada otot. Pembebanan statis dan
posisi kerja yang tidak ergonomis dapat memberikan beban postural dan
menimbulkan postural strain. Kondisi ini dapat menurunkan aliran darah pembawa
oksigen. Dampaknya, kelelahan otot pun timbul (Guyton & Hall, 2006) dalam (Lubis
et al., 2021).Hal ini menunjukan Perubahan posisi kerja berkaitan dengan rancangan
alat kerja. Alat kerja pegawai kantoran seperti meja dan kursi memerlukan rancangan
berdasarkan ukuran tubuh (antropometri) penggunannya. Jika posisi meja lebih tinggi
dari seharusnya, maka shoulder joint akan berelevasi atau terangkat. Sebaliknya, jika
meja terlalu rendah maka vertebra akan membungkuk. Posisi non anatomis ini dapat
meningkatkan kontraksi otot pembentuk postur tubuh, seperti kelompok otot fleksor
dan ekstensor tubuh. Kelelahan otot tersebut kemudian akan dan menimbulkan
Posisi kerja juga diartikan sebagai kecenderungan pikiran dan perasaan puas
atau tidak puas terhadap pekerjaannya. Kemudian pada saat bekerja perlu
diperhatikan posisi saat duduk harus diperhatikan keseimbangan agar dapat bekerja
dengan nyaman. Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat dikatan posisi kerja
duduk adalah proses bekerja yang sesuai ditentukan oleh anatomi tubuh dan ukuran
peralatan yang digunakan pada saat bekerja. Pada posisi duduk, tekanan tulang
belakang akan meningkat dibanding berdiri atau berbaring, jika posisi duduk tidak
benar. Tekanan posisi tidak duduk 100%, maka tekanan akan meningkat menjadi
140% bila sikap duduk tegang dab kaku, dan tekanan akan meningkat menjadi 190%
apabila saat duduk membungkuk kedepan, oleh karena itu perlu sikap duduk yang
Berdasarkan dari hasil penelitian posisi duduk saat bekerja dipengaruhi oleh
faktor usia. Dapat diketahui dari 86 resposden hampir sebagian besar berusia 24-35
tahun dan sebagian kecil berusia 36-45 tahun. Hal ini menunjukan bahwa usia juga
baik. Hal ini sejalan dengan pendaptnya (Noli et al., 2021), Usia merupakan kurun
waktu sejak adanya seseorang dan dapat diukur menggunakan satuan waktu
dipandang dari segi kronologis, Kapasitas fisik berbanding langsung dengan usia
seseorang dengan batas tertentu dan usia 25 tahun mencapai puncaknya. Fleksibilitas
otot dan tulang belakang akan berkurang yang dipengaruhi kondisi fisik pada saat
pekerjaan pada seseorang pengaruh usia juga perlu dipertimbangkan Pada umumnya
musculoskeletal disorders (MSDs) mulai dirasakan pada usia yaitu 25-65 tahun.
Insiden musculoskeletal disorders (MSDs) tertinggi (sekitar 70%) pada umur 35-55
besar merupakan laki-laki dan sebagian kecil perempuan. Hal ini menunjukan bahwa
responden dalam penelitian ini mayoritas laki-laki, karena kebetulan yang menjadi
sampel dalam penelitian sebagian besar berjenis kelamin laki-laki, posisi duduk saat
baik agar tidak mengalami musculoskeletal disorders (MSDs). Hal ini sejalan dengan
kecil pendidikan terakhir S1. Hal ini menunjukan pendidikan juga penting dalam
posisi kerja. Hal ini sejalan dengan pendapatnya (Nugraha et al., 2020) pada tingkat
pendidikan SMK paling tinggi Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan dapat
memengaruhi cara bekerja sehingga bekerja dengan cara yang janggal atau salah
Disorders (MSDs) pada pegawai maka saat bekerja sikap duduk diupayakan
menerapkan posisi duduk yang baik dalam bekerja. Karena dalam bekerja sikap
35 orang (40,7%), keluhan sedang 30 (34,9%), tidak ada keluhan 11 orang (12,8) dan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh Emi dan
MSDs merupakan keluhan atau gangguan yang dirasakan oleh seseorang mulai
dari keluhan yang ringan hingga terasa sangat sakit pada bagian muskuloskeletal yang
meliputi bagian sendi, syaraf, otot maupun tulang belakang akibat pekerjaannya yang
tidak alamiah (Tarwaka, 2015). Jika otot mengalami gangguan, maka aktivitas sehari-
hari seperti melakukan pekerjaan dapat terganggu karena kekuatan otot merupakan
salah satu bagian terpenting dari organ tubuh manusia agar tubuh dapat bergerak.
Timbulnya rasa sakit pada otot ini dapat berakibat pada menurunnya produktivitas
kerja seseorang. Sedangkan kekuatan otot sendiri akan ditentukan oleh banyaknya
serat-serat yang berkerut secara aktif di dalam tubuh manusia dalam kurun waktu
tertentu (Suma’mur, 1989). Selain itu, kontraksi otot yang berlebihan ditambah
dengan pemberian beban yang terlalu berat dan dalam durasi waktu yang cukup
2019)
pada pegawai adalah usia. Berdasarkan hasil yang diketahui dari 86 responden
sebagian besar 24-35 tahun dan sebagian kecil berusia 36-45 tahun. Hal ini
(MSDs). Hal ini sejalan dengan pendapatnya (Aprianto et al., 2021) Usia merupakan
salah satu faktor risiko dari musculoskeletal disorders. Pada dasarnya keluhan sistem
muskuloskeletal dapat dirasakan pada usia kerja, yaitu rentang usia 24 hingga 35
tahun dan mengalami keluhan berat diusia ≤50 tahun. Usia erat hubungannya dengan
keluhan otot skeletal. Beberapa ahli mengatakan usia menjadi salah satu pemicu
utama terjadinya keluhan otot (Ferusgel and Rahmawati, 2018). Terdapat studi yang
mengatakan bahwa pekerja yang berusia ≥ 38 tahun memiliki peluang yang tinggi
Dapat dikatakan bahwa semakin bertambah usia seorang pekerja maka semakin
dengan pendapatnya (Fatejarum et al., 2020) perempuan. Hasil penelitian ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa tingkat kejadian keluhan muskuloskeletal lebih
banyak terjadi pada laki-laki. Hal ini dikarenakan beban kerja pada laki- laki lebih
besar daripada beban kerja perempuan. massa otot wanita lebih rendah dibandingkan
memiliki pendidikn terakhir tingkat SMK sebanyak 63 responden dan sebagian kecil
memiliki tingkat pendidikan terakhir S1 atau Sarjana. Hal ini menunjukan adanya
disorders (MSDs) pada pegawai. Hal ini sejalan dengan pendapatnya (Fatejarum et
juga lebih banyak yang mengalami musculoskeletal disorders (MSDs), namun masih
sehingga mengerti posisi duduk yang baik dan dampak musculoskeletal disorders
(MSDs) karena minimnya pengetahuan tentang ergonomi dan beban kerja pegawai di
dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal
diantaranya postur kerja yang janggal, gerakan berulang yang terlalu sering, dan masa
kerja yang lama. Keluhan muskuloskeletal bukanlah diagnosis klinis melainkan rasa
nyeri karena kumpulan cedera akibat gerakan kerja berulang. Semakin berat tingkat
tenaga otot yang diperlukan, semakin besar pula kelelahan fisik dan ketidak
pernah terjadi langsung, tetapi merupakan suatu akumulasi dari berbagai cidera kecil
maupun besar. Keadaan ini terjadi secara terus – menerus dan dalam waktu yang
relatif lama, sehingga akan terbentuk cidera yang cukup besar yang di ekspresikan
sebagai rasa sakit, kesemutan, nyeri tekan, pembekakan dan gerakan yang terhambat
Disorders (MSDs) baik dari faktor pekerjaan, faktor individu dan faktor lingkungan
perlu penanganan yang sesuai dengan standar K3 dan ergonomi agar keluhan
dari 86 (100%) pegawai Kantor PT. Swabina Gatra Tuban sebagian besar memiliki
software SPSS versi 26 for windows didapatkan hasil nilai Asymp Sig. (2-tailed) =
0,000 yang berarti semakin kecil nilai ρ-value maka semakin signifikan hasil
penelitian sehingga ρ = (0,000 < 0,05) dan nilai koefisien korelasi positif didapatkan
hasil 0,492 yang berarti nilai koefisien sedang, maka H1 diterima. Hal ini
menunjukan bahwa ada hubunga posisi duduk saat bekerja dengan keluhan
musculoskeletal disorders (MSDs) pada pegawai kantor PT. Swabina Gatra Tuban
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Salsabila &
Wartono, 2020 untuk mengetahui apakah ada hubungan posisi duduk saat bekerja
nilai signifikan (p) sebesar 0,000 (ρ<0,05) yang berarti adanya hubungan antara
posisi duduk saat bekerja dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada
pegawai dengan nilai r = 0,060 yang berarti adanya hubungan yang kuat antara posisi
duduk saat bekerja dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada pegawai.
Dalam bekerja apabila posisi duduk pada saat bekerja tidak sesuai dapat
berulang – ulang dengan posisi duduk yang buruk menyebabkan keluhan menetap
(Hartono & Soewardi, 2017). Apabila dalam bekerja berulang-ulang apalagi ditambah
getaran kontinu, akan timbul radang (artrosis lumbalis) lalu pengapuran tulang bawah
dan terjepitnya syaraf tulang. Jika sudah parah bisa terjadi fraktur (Multazam &
Irawan, 2022). Kelelahan ini timbul karena gerakan tubuh yang terus menerus dan
tanpa disadari mengakibatkan penurunan sistem otot. Posisi duduk saat bekerja secara
terus menerus dalam waktu yang lama menyebabkan keluhan berupa berbagai pegal
dan nyeri di daerah leher, bahu, tulang belakang, pantat dan perut. Duduk
memerlukan lebih sedikit energi dari pada berdiri, karena hal itu dapat mengurangi
Lamanya seseorang bekerja baik sehari pada umumnya 6-8 ja. Gerkan yang berbagai
pengulangan jika dilakukan terus – menerus untuk waktu yang lama seperti 8 jam
akan mendorong fatigue dan ketegangan otot tendon. Ketegangan otot tendon dapat
dipulihkan bila ada jeda waktu istirahat yang digunakan untuk peregangan otot.
Dampak dari gerakan yang berbagai pengulangan akan meningkat bila gerakan
tersebut dilakukan dengan postur janggal dan beban yang berat. Frekuensi gerakan
postur janggal ≥2x/menit merupakan faktor resiko terhadap siku, bahu, leher,
punggung dan kaki. Pekerjaan yang menggunakan otot yang sama untuk durasi yang
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah masih terdapat kuesioner yang tidak
konsisten menurut pengamatan peneliti karena responden yang kurang teliti terhadap
jawaban kuesioner, selain itu keterbatasan yang dimiliki oleh penelitian ini adalah
peneliti menyadari para pegawai kantor PT. Swabina Gatra sibuk dalam bekerja dan
memiliki waktu istirahat yang singkat membuat peneliti harus bisa mengatur waktu
7.1 Kesimpulan
Hasil penelitian yang berjudul “Hubungan Posisi Duduk Saat Bekerja Dengan
1. Sebagian besar pegawai kantor PT. Swabina Gatra Tuban memiliki posisi duduk
2. Sebagian besar pegawai kantor PT. Swabina Gatra Tuban memiliki keluhan ringan
Tuban.
7.2 Saran
1. Bagi Responden
Diharapkan hasil penelitian ini dapat disampaikan dengan baik agar dapat
digunakan sebagai acuan atau informasi awal dalam penelitian selanjutnya untuk
memberikan intervensi.