Anda di halaman 1dari 14

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

UPTD Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kotamobagu (RSUD KK)

merupakan Relokasi dari Rumah Sakit Umum Datoe Binangkang,

Kabupaten Bolaang Mongondow yang di bangun mulai Tahun 2005 sampai

dengan 2010 yang di serahkan oleh Pemerintah Kab. Bolaang Mongondow

ke Pemerintah Kota Kotamobagu sesuai berita acara serah terima

No:020/SETDAKAB/09/04/1/2009 dan No:020/SETDA-KK/06/04/1/2009

Tanggal 12 Januari 2009.

Saat ini UPTD RSUD Kota Kotamobagu telah mendapatkan kelas oleh

Kementrian Kesehatan RI Nomor : HK.02.03/2015/2014 sebagai Rumah

Sakit Kelas D pada tanggal 12 Agustus 2014 dan teregistrasi di Kementrian

Kesehatan dengan Nomor : 71 01 0 35 Tanggal 28 Oktober 2010. Telah

memiliki Izin Operasional Sementara Walikota Kota Kotamobagu No: 79a

Tahun 2011 Tanggal 17 Maret 2011 dan telah di perpanjang dengan SK

Walikota Nomor : 79 tahun 2015 tanggal 16 Juni 2015 yang berlaku sejak

tanggal 18 maret 2015 sampai dengan 18 maret 2020. RSUD Kota

Kotamobagu Mulai Beroperasi Sejak Bulan November 2011 dan sudah

memberikan pelayanan kesehatan Rawat Jalan dan Rawat Inap Khusus di

bagian Kebidanan. UPTD RSUD Kota Kotamobagu saat diserahkan oleh

Pemerintah Daerah Bolaang Mongondow hanya berupa bangunan fisik,

1
sementara tenaga dan peralatan penunjang pelayanan kesehatan tidak ada.

Hal ini menyebabkan Pelayanan Kesehatan Rujukan hingga tahun 2015

belum bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk pelayanan kesehatan bagi

masyarakat, tapi untuk tahun 2016 UPTD RSUD Kota Kotamobagu setelah

melakukan proses pelengkapan sarana dan prasarana akhirnya sudah dapat

melayani pasien rawat inap dan pasien rujukan.

Dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan, UPTD RSUD Kota

Kotamobagu harus dengan seksama memperhatikan dasar-dasar

pembangunan kesehatan sebagaimana tercantum dalam Rencana

Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, yaitu :

Perikemanusiaan, Pemberdayaan dan Kemandirian, Adil dan Merata, serta

Pengutamaan dan Manfaat. Selain itu dengan dalam rangka menegakan visi

UPTD RSUD Kota Kotamobagu harus juga memperhatiakan Visi Daerah

Kota Kotamobagu yaitu “ Terwujudnya Kota Kotamobagu sebagai Kota

Model Jasa dikawasan Bolaang Mongondow Raya menuju Masyarakat

Sejahtera, Berbudaya dan berdaya sain ”. Dengan memperhatikan dasar-

dasar tersebut, sehingga UPTD RSUD Kota Kotamobagu memiliki visi

sebagai berikut : “ Menjadi Ruma Sakit Berwawasan Budaya dengan

pelayanan yang bermutu, profesional dan terjangkau sehingga

masyarakat sehat secara mandiri untuk menuju Visi Kota Kotamobagu ”.

UPTD RSUD Kota Kotamobagu diharapkan dapat menjadi pusat pelayanan

kesehatan untuk terwujudnya Kota Kotamobagu Sehat yang mempunyai

makna bahwa pada tahun-tahun berikutnya. UPTD RSUD Kota

2
Kotamobagu mampu membina, mengembangkan, serta melaksanakan

pembangunan Kesehatan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Dalam rangka mewujudkan Visi “Menjadi Rumah Sakit Berwawasan

Budaya dengan pelayanan yang bermutu, profesional dan terjangkau

sehingga masyarakat sehat secara mandiri untuk menunjang Visi Kota

Kotamobagu” tersebut, maka Misi UPTD RSUD Kota Kotamobagu adalah

sebagai berikut:

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang didasari oleh etika profesi,

berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Memberikan pelayanan kesehatan yang professional dan bermutu serta

terjangkau bagi semua lapisan masyarakat sehingga dapat menopang

terwujudnya Kota Kotamobagu yang sehat dan sebagai pusat rujukan

Bolaang Mongondow Raya.

3. Memberikan pelayanan kesehatan dengan meningkatkan profesionalisme

sumber daya manusia, sarana dan prasarana.

4. Memberikan pelayanan dengan tanpa membeda-bedakan status social,

suku dan agama.

5. Memberikan pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan

lanjutan sesuai dengan kelas rumah sakit dan standar yang telah

ditetapkan.

6. Memberikan pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan

lanjutan sesuai dengan kelas rumah sakit dan standar yang telah

ditetapkan.

3
Tujuan merupakan penjabaran dalam mewudukan suatu misi yang ingin

dicapai di masa mendatang. Dalam kerangka pelaksana strateg, tujuan akan

mengarahkan perumusan sasaran kebijaksanaan, program dan kegiatan

dalam rangka merealisasikan misi. Tujuan adalah membantu Pemerintah

Daerah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui

peningkatan sumber daya manusia, efisiensi dan kualitas pelayanan.

Sasaran adalah penjabaran dari tujuan, yaitu sesuatu yang akan dicapai

atau dihasilkan oleh UPTD RSUD Kota Kotamobagu dalam jangka waktu

tertentu. Sasaran merupakan bagian integral dalam proses perencanaan

strategik yang berfokus pada tindakan dan alokasi sumber daya aparatur

dalam kegiatan atau aktivitas. Karakteristik dari sasaran haruslah memenuhi

kriteria SMART (Spesifik, Measureable, Acceptable, Result, Time Bound).

1. Terwujudnya mutu pelayanan kesehatan bidang umum 1 melalui

peningkatan profesionalisme dan kemampuan tenaga medis dan

paramedis untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.

2. Terwujudnya kinerja dan produktifitas Rumah Sakit yang memiliki mutu

dan kehandalan secara efisien dan efektif yang didukung oleh

kemampuan tenaga medik dan paramedik yang memiliki kompetensi dan

profesionalisme. Terwujudnya Rumah Sakit sebagai pusat informasi

pelayanan kesehatan yang berkualitas.

3. Terselenggaranya pelayanan yang mengutamakan efisiensi, ekonomis,

keadilan merata, ketepatan waktu, kejelasan dan keterbukaan, manusiawi

dan profesional.

4
4. Terselenggaranya pelayanan yang mengutamakan efisiensi, ekonomis,

keadilan merata, ketepatan waktu, kejelasan dan keterbukaan, manusiawi

dan profesional.

5.1.2 Karakteristik Responden

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur


Perawat Pelaksana Di Ruangan Rawat Inap
RSUD Kota Kotamobagu
Usia Frequensi Persentase %
17-25 Tahun 15 35,7
26-35 Tahun 17 40,5
36-45 Tahun 7 16,7
46-55 Tahun 3 7,1
Total 42 100

Berdasarkan tabel 5.1 bahwa sebagian besar responden berusia 26-35

tahun, sejumlah 17 orang (40,5%)

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis


Kelamin Perawat Pelaksana Di Ruangan Rawat Inap
RSUD Kota Kotamobagu
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase %
Laki-Laki 5 11,9
Perempuan 37 88,1
Total 42 100

Berdasarkan Tabel 5.2 Menunjukan bahwa sebagian besar responden

jenis kelamin perempuan, sejumlah 28 orang (88,1%).

5
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan


Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap
RSUD Kota Kotamobagu
Pendidikan Frekuensi Persentase %
D3 27 64,3
S1/Ners 15 35,7
Total 42 100

Berdasarkan Tabel 5.3 Menunjukan bahwa sebagian besar responden

berpendidikan D3, sejumlah 27 orang (64,3%).

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kepegawaian

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status


Kepegawaian Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap
RSUD Kota Kotamobagu
Satus Kepegawaian Frekuensi Persentase %
PNS 26 61,9
Honor 16 38,1
Total 42 100

Berdasarkan Tabel 5.4 Menunjukan bahwa sebagian besar responden

berstatus Kepegawaian PNS, sejumlah 26 orang (61,9%).

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama


Bekerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap
RSUD Kota Kotamobagu
Lama Bekerja Frekuensi Persentase %
1-3 Tahun 13 31,0
4-6 Tahun 24 57,1
7-9 Tahun 5 11,9
Total 42 100

Berdasarkan Tabel 5.5 Menunjukan bahwa sebagian besar responden

mengatakan sudah lama bekerja, sejumlah 24 orang (57,1%).

6
5.1.3 Analisa Univariat

1. Supervisi Kepala ruangan

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Supervisi


Kepala Ruangan di Ruang Rawat Inap
RSUD Kota Kotamobagu
Supervisi Kepala
Frekuensi Persentase %
Ruangan
Baik 28 66,7
Kurang Baik 14 33,3
Total 42 100

Berdasarkan Tabel 5.6 Menunjukan bahwa sebagian besar responden

mendapatkan supervisi dari kepala ruangan yaitu baik sebanyak 28 orang

(66,7%).

2. Pelaksanaan Praktik Caring Perawat Pelaksana

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelaksanaan


Praktik Caring Perawat Pelaksana Ruangan di Ruang Rawat
Inap RSUD Kota Kotamobagu
Pelaksanaan Praktik
Caring Perawat Frekuensi Persentase %
Pelaksana
Caring 28 66,7
Kurang Caring 14 33,3
Total 42 100

Berdasarkan Tabel 5.7 Menunjukan bahwa sebagian besar responden

telah mendapatkan pelaksanaan praktik caring sebanyak 28 responden

(66,7 %).

7
5.1.4 Analisa Bivariat

Tabel 5.1.4 Tabulasi Silang Hubungan Supervisi Kepala Ruangan


Dengan Pelaksanaan Praktik Caring Perawat Pelaksana
Di Ruangan Rawat Inap RSUD Kota Kotamobagu
Pelaksanaan Praktik Caring
Supervisi
Kurang Total p
Kepala Caring
Caring value
Ruangan
N % N % N %
Baik 23 82,1 5 12,9 28 100
Kurang Baik 5 35,7 9 64,3 14 100 0,003
Total 28 66,7 14 33,3 42 100

Berdasarkan tabel 5.8 Menunjukkan bahwa dari 42 responden

mendapatkan supervisi kepala ruangan yang baik dan melaksanakan praktik

Caring sebanyak 23 responden (82,1%) dibandingkan yang kurang Caring

hanya 5 responden (12,9%). Sedangkan yang mendapatkan supervisi kepala

ruangan yang kurang baik dan kurang caring lebih besar yaitu 9 responden

(64,3%), dibandingkan yang mendapat supervisi kepala ruangan yang

kurang baik dan caring hanya 5 responden (35,7%).

Dari hasil uji statistik menggunakan Chi Square di peroleh angka

signifikan atau nilai probabilitas (0,003) jauh lebih rendah standard

signifikan dari 0,05 (p < a) maka Ho di tolak Ha di terima berarti ada

hubungan supervisi kepala ruangan dengan pelaksanaan praktik caring

perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Kotamobagu.

BAB VI

8
PEMBAHASAN

6.1 Supervisi Kepala Ruang

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukan hasil penelitian didapatkan hasil

tanggapan perawat terhadap kegiatan supervisi yang dilakukan kepala ruangan di

ruangan rawat inap irina Melati dan Tuitan RSUD Kota Kotamobagu yaitu

diperoleh hasil (66,7 %) atau sejumlah 28 orang kurang mendapatkan supervisi

yang dilakukan oleh kepala ruangan.

Supervisi merupakan kegiatan yang baru diprogramkan dan selalu diberikan

pelatihan berkala kepada kepala ruangan untuk memahami supervisi lebih dalam

lagi. Kemampuan kepala ruang dalam mengelola ruang rawat inap dengan

mengunakan supervisi yang benar harus di pertahankan bahkan perlu di

tingkatkan lagi dengan cara pelatihan supervisi serta pelatihan manajemen

keperawatan yang lainya, karena kepala ruang harus memiliki ketrampilan dalam

komunikasi, kemampuan memberi motivasi kepada staf, ketrampilan

kepemimpinan, ketrampilan mengatur waktu serta mampu memecahkan masalah

dan mengambil keputusan. Disamping itu seorang kepala ruangan diharapkan

dapat bertanggung jawab dan mampu melaksanakan manajemen keperawatan

sehingga dapat menghasilkan pelayanan keperawatan yang berkualitas.

Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala

ruangan berupa kegiatan-kegiatan yang terencana oleh seorang kepala ruangan

melalui aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi pada

stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari sudah terlaksana

dengan baik (Wiyana, 2008 dalam Saragih, 2018).

9
6.2 Pelaksanaan Praktik Caring

Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan hasil penelitian perilaku caring perawat

sebagian besar (66,7%) atau sejumlah 28 orang klien menilai perilaku caring

perawat baik. Hal tersebut dipengaruhi oleh persepsi klien terhadap pandangan

perawat, sehingga klien menilai perawat dalam perilaku caring lebih besar baik.

Caring dipersepsikan oleh klien sebagai ungkapan cinta dan ikatan, otoritas

dan keberadaan, selalu bersama, empati, dapat memotivasi perawat untuk dapat

lebih care pada klien dan mampu melakukan tindakan sesuai kebutuhan klien.

Semakin baik perilaku caring perawat dalam memberikan pelayanan asuhan

keperawatan, klien atau keluarga semakin senang dalam menerima pelayanan,

berarti hubungan terapeutik perawat-klien semakin terbina.

Hal ini perawat yang memberikan caring terhadap klien yang berarti perawat

sudah dapat menunjukkan perhatian, tanggung jawab atas perawatan yang

diberikan terhadap klien, dan juga merawat klien dilakukan dengan tulus dan

ikhlas.

Perilaku caring merupakan manifestasi perhatian kepada orang lain, berpusat

pada orang, menghormati harga diri dan kemanusiaan. Caring mempunyai

komitmen untuk mencegah terjadinya sesuatu yang buruk, memberi perhatian dan

konsen, menghormati orang lain dan kehidupan manusia. Caring juga merupakan

ungkapan cinta dan ikatan, otoritas dan keberadaan, selalu bersama, empati, dapat

memotivasi perawat untuk dapat lebih care pada klien dan mampu melakukan

tindakan sesuai kebutuhan klien (Dwidiyanti, 2012 dalam Firmansyah ddk, 2019).

10
Caring menurut dikutip Watson (2012) dari merupakan sentral Potter &

Perry, (2013) dalam Firmansyah, (2019) praktek keperawatan dimana perawat

bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya terhadap klien. Aspek utama

caring dalam analisis meliputi : pengetahuan, penggantian irama (belajar dari

pengalaman), kesabaran, kejujuran, rasa percaya, kerendahan hati harapan dan

keberaniannya. memberi perhatian dan konsen, menghormati orang lain dan

kehidupan manusia.

6.3 Hubungan Supervisi Kepala Ruang Dengan Pelaksanaan Praktik Caring

Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Kotamobagu

Berdasarkan Tabel 5.8 menunjukan bahwa dari 42 responden supervisi kepala

ruang lebih dari setengah pelaksanaan praktik caring perawat pelaksana di

ruangan rawat inap irina Melati dan Tuitan RSUD Kota Kotamobagu sejumlah 28

orang. Dari hasil uji statistic Chi-Square di peroleh angka signifikan dari 0,05 atau

(p<a) maka Ho di tolak dan Ha di terima yang berarti ada hubungan supervisi

kepala ruangan dengan pelaksanaan praktik caring perawat pelaksana di Ruang

rawat inap RSUD Kota Kotamobagu.

Perilaku caring merupakan manifestasi perhatian kepada orang lain, berpusat

pada orang, menghormati harga diri dan kemanusiaan. Caring mempunyai

komitmen untuk mencegah terjadinya sesuatu yang buruk, memberi perhatian dan

konsen, menghormati orang lain dan kehidupan manusia. Caring juga merupakan

ungkapan cinta dan ikatan, otoritas dan keberadaan, selalu bersama, empati, dapat

memotivasi perawat untuk dapat lebih care pada klien dan mampu melakukan

tindakan sesuai kebutuhan klien (Dwidiyanti, 2012 dalam Firmansyah, 2019).

11
Basri, (2018) mengemukakan bahwa kualitas supervisi dapat dipengaruhi

oleh kompetensi kepala ruangan dalam melakukan supervisi. Berdasarkan uraian

di atas maka kompetensi supervisi kepala ruangan mempunyai peran strategis

dalam menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan.

Berdasarkan hasil analisis lanjut tentang hubungan supervisi kepala ruangan

dengan pelaksanaan praktik caring perawat pelaksana menunjukkan adanya

hubungan yang signifikan. Dengan demikian hasil penelitian ini menyatakan

bahwa supervisi kepala ruangan secara signifikan meningkatkan pelaksanaan

praktik caring perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Kota Kotamobagu

sehinga supervisi harus dipertahankan guna mempertahankan caring perawat dan

sekaligus meningkatkan keterampilan dan member rasa nyaman bagi perawat dan

klien serta memberi dampak yang positif juga bagi pelayanan keperawatan di

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kotamobagu.

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

12
7.1 Kesimpulan

1. Supervisi Kepala Ruang di Ruang Rawat Inap Interna Melati dan Tuitan RSUD

Kota Kotamobagu sebagian besar responden mendapatkan supervisi dari

kepala ruangan yaitu baik sebanyak 28 responden (66,7 %).

2. Pelaksanaan Praktik Caring Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Interna

Melati dan Tuitan RSUD Kotamobagu sebagian besar responden telah

mendapatkan pelaksanaan praktik caring sebanyak 28 responden (66,7 %).

3. Hubungan Supervisi Kepala Ruang Dengan Pelaksanaan Praktik Caring

Perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Interna Melati dan Tuitan RSUD Kota

Kotamobagu

7.2 Saran

1. Teoritis

Diharapkan dapat di jadikan sebagai pedoman dalam upaya meningkatkan

pembelajaran apresiasi dan memberikan sumbangan pemikiran tentang

hubungan supervisi kepala ruang dengan pelaksaan praktik caring perawat

pelaksana sebagai perkembangan di dalam dunia keperawatan

2. Praktisi

Diharapkan dapat memberikan informasi bagi Rumah Sakit tentang

pentingnya supervisi kepala ruang dengan pelaksanaan praktik caring sebagai

salah satu upaya yang harus terus menerus dilaksanakan dalam meningkatkan

kualitas pelayanan perawat sebagai bahan untuk lebih meningkatkan motivasi

kerja perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan khusunya pada

kepuasan pasien dan masyarakat dan untuk memberikan manfaat bagi peneliti

13
selanjutnya agar dapat menjadi referensi dan daftar pustaka dengan berbagai

variabel yang menarik.

14

Anda mungkin juga menyukai