Anda di halaman 1dari 19

38

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Besar sampel yang diteliti dalam penelitian ini sebanyak 30

responden. Hasil penelitian ini diperoleh melalui pengisian kuesioner dan

wawancara dari responden, yang diperoleh selanjutnya dilakukan

pengolahan data mulai dari editing, koding, tabulasi dan analisis data

sampai penyajian data. Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan, mulai dari gambaran karakteristik

responden dan distribusi responden berdasarkan analisis determinan

yang berhubungan dengan kepatuhan bidan pada standar antenatal care

di wilayah kerja puskesmas kota Makassar tahun 2016.

1. Hasil Analisa Univariat

Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran deskriptif

dari tiap-tiap variabel yang diteliti. Tingkat sebaran hasil penelitian ini

dimaksudkan untuk melihat sejauh mana distribusi responden,

frekuensi dari semua variabel penelitian berdasarkan karakteristik

kelompok umur, pendidikan, pengetahuan, masa kerja, motivasi,

beban kerja dan kepatuhan. Hasil analisis univariat dapat dilihat pada

tabel berikut
39

a. Karakteristik Responden

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Karakteristik di
Wilayah kerja Puskesmas Di Kota Makassar tahun 2016
No Karakteristik n %
1 Umur
 >30 Tahun 14 46,7
 <30 Tahun 16 53,3

2 Pendidikan
 S1 10 33,3
 Diploma 20 66,7

Total 30 100
Sumber: Data primer tahun 2016

Tabel 5.1 tentang Distribusi frekuensi responden berdasarkan

karakteristik responden di Wilayah kerja Puskesmas Di Kota Makassar

tahun 2016 menunjukan bahwa :

1. Umur

Berdasarkan hasil hitung frekuensi dari 30 responden pada

karakteristik umur responden paling banyak yang berumur <30

tahun yaitu 16 responden (53,3%) sedangkan yang berumur >30

tahun yaitu 14 responden (46,7%).

2. Pendidikan

Dari 30 responden dengan karakteristik tingkat pendidikan

paling banyak adalah diploma yaitu 20 responden (66,7%)

sedangkan yang S1 sebanyak 10 responden (33,3%).


40

b. Deskripsi Variabel Penelitian


1) Pengetahuan Responden

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan
Responden di Wilayah kerja Puskesmas Di Kota Makassar
Tahun 2016
Pengetahuan responden n %
Cukup 7 23.3
Baik 23 76.7
Total 30 100
Sumber: Data primer tahun 2016

Tabel 5.2 tentang frekuensi responden berdasarkan

pengetahuan di Wilayah kerja Puskesmas Di Kota Makassar tahun

2016 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang berpengetahuan

cukup lebih sedikit yaitu 7 responden (23,3%) sedangkan yang

berpengetahuan baik lebih banyak yaitu 23 responden (76,7%).

2) Masa kerja.

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan masa kerja di
Wilayah kerja Puskesmas Di Kota Makassar Tahun 2016
Masa kerja n %
Kurang 7 23.3
Lama 23 76.7
Total 30 100
Sumber: Data primer tahun 2016

Tabel 5.3 tentang frekuensi responden berdasarkan masa

kerja di Wilayah kerja Puskesmas Di Kota Makassar Tahun 2016

menunjukkan bahwa dari 30 responden yang masa kerjanya lama

lebih banyak yaitu 23 responden (76,7%) sedangkan yang kurang

hanya 7 responden (23,3%).


41

3) Motivasi

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Motivasi di
Wilayah kerja Puskesmas Di Kota Makassar Tahun 2016
Motivasi n %
Rendah 6 20.0
Tinggi 24 80.0
Total 30 100
Sumber: Data primer tahun 2016

Tabel 5.4 tentang frekuensi responden berdasarkan motivasi

di Wilayah kerja Puskesmas Di Kota Makassar Tahun 2016

menunjukkan bahwa dari 30 responden yang motivasinya tinggi

lebih banyak yaitu 24 responden (80%) sedangkan yang

motivasinya rendah hanya 6 responden (20%).

4) Beban kerja

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Beban kerja di
Wilayah kerja Puskesmas Di Kota Makassar tahun 2016

Beban kerja n %
Kurang 7 23.3
Baik 23 76.7
Total 30 100
Sumber: Data primer tahun 2016

Tabel 5.5 tentang frekuensi responden berdasarkan beban

kerja di Wilayah kerja Puskesmas Di Kota Makassar tahun 2016

menunjukkan bahwa dari 30 responden lebih banyak yang baik

yaitu 23 responden (76,7%), sedangkan yang kurang hanya

sebanyak 7 responden (23,3%).


42

5) Kepatuhan

Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Responden Kepatuhan di Wilayah kerja
Puskesmas Di Kota Makassar Tahun 2016
Kepatuhan n %
Tidak Patuh 8 26.7
Patuh 22 73.3
Total 30 100
Sumber: Data primer tahun 2016

Pada tabel 5.6 tentang distribusi frekuensi responden

berdasarkan Kepatuhan di Wilayah kerja Puskesmas Di Kota

Makassar Tahun 2016 menunjukkan bahwa dari 30 responden,

lebih banyak yang patuh yaitu sebanyak 22 responden (73,3%)

sedangkan yang tidak patuh hanya sebanyak 8 responden (26,7%).

2. Hasil Analisis Bivariat

Hasil analisis statistik antara variabel independen dan

variabel dependen (bivariat) dapat dilihat pada tabel berikut :

a. Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan

Tabel 5.7
Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan di Wilayah kerja
Puskesmas Di Kota Makassar tahun 2016
Kepatuhan Ρ
Pengetahuan Tidak Patuh Patuh Total α=0,05
n % N % n %
Cukup 6 85,7 1 14,3 7 100
Baik 2 8,7 21 91,3 23 100 0,000
Total 8 26,7 22 73,3 30 100
Sumber: Data primer tahun 2016

Dari tabel 5.7 tentang hubungan pengetahuan dengan

Kepatuhan di Wilayah kerja Puskesmas Di Kota Makassar tahun


43

2016 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang berpengetahuan

baik sebanyak 23 responden dan yang patuh sebanyak 21

responden (91,3%) dan yang tidak patuh hanya 2 responden

(8,7%), sedangkan yang mempunyai pengetahuan kurang baik ada

7 responden dan yang tidak patuh sebanyak 6 responden (85,7%)

sedangkan yang patuh hanya sebanyak 1 responden (4,3%).

Berdasarkan hasil Uji statistik dengan uji Chi-Square

didapatkan nilai p sig = 0,000. Ini berarti nilai ρ < α, karena nilai ρ

sig = 0,000 < 0,05 yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak,

sehingga dinyatakan ada hubungan signifikan antara pengetahuan

dengan kepatuhan di Wilayah kerja Puskesmas Di Kota Makassar

tahun 2016, dengan besarnya hubungan sedang 0,593 atau 59,3%

dilihat dari nilai contingency coefficient.

b. Hubungan Masa kerja dengan Kepatuhan.

Tabel 5. 8
Hubungan Masa kerja dengan Kepatuhan
di Wilayah kerja Puskesmas Di Kota Makassar tahun 2016
Kepatuhan Ρ
Total
Masa kerja Tidak Patuh Patuh α=0,05
n % N % n %
Kurang 6 85,7 1 14,3 7 100

Baik 2 8,7 21 91,3 23 100


Total 8 26,7 22 73,3 30 100 0,000
Sumber: Data primer tahun 2016

Tabel 5.8 tentang hubungan masa kerja dengan Kepatuhan

di Wilayah kerja Puskesmas Di Kota Makassar tahun 2016

menunjukkan bahwa dari 30 responden, distribusi masa kerja bidan


44

yang baik terhadap kepatuhan ada sebanyak 23 responden dan

responden yang patuh dalam menjalankan tugasnya sebanyak 21

responden (91,3%) dan yang tidak patuh hanya 2 responden

(8,7%), sedangkan untuk masa kerja bidan yang kurang terhadap

kepatuhan sebanyak 7 responden dan tidak patuh sebanyak 6

responden (85,7%) sedangkan yang patuh dalam menjalankan

tugasnya hanya sebanyak 1 responden (14,3%).

Berdasarkan hasil Uji statistik dengan uji Chi-Square

didapatkan nilai p sig = 0,000. Ini berarti nilai ρ < α, karena nilai ρ

sig = 0,000 < 0,05 yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak,

sehingga dinyatakan ada hubungan signifikan antara masa kerja

dengan kepatuhan di Wilayah kerja Puskesmas Di Kota Makassar

tahun 2016, dengan besarnya hubungan sedang 0,593 atau 59,3%

dilihat dari nilai contingency coefficient.

c. Hubungan Motivasi dengan Kepatuhan


Tabel 5. 9
Hubungan Motivasi dengan Kepatuhan di Wilayah kerja
Puskesmas Di Kota Makassar tahun 2016

Kepatuhan P
Motivasi Tidak Patuh Patuh Total α=0,05
n % n % n %
Rendah 1 16,7 5 83,3 6 100
Tinggi 7 29,2 17 70,8 24 100 0,536
Total 8 26,7 22 73,3 30 100
Sumber: Data primer tahun 2016

Dari tabel 5.9 tentang hubungan Motivasi dengan Kepatuhan

di Wilayah kerja Puskesmas Di Kota Makassar tahun 2016


45

menunjukkan bahwa dari 30 responden, dari distribusi motivasi

bidan yang tinggi terhadap kepatuhan ada sebanyak 24 responden

terdapat responden yang patuh sebanyak 17 responden (70,8%)

dan yang tidak patuh hanya 7 responden (29,2%), sedangkan

untuk bidan yang motivasinya rendah terhadap kepatuhan

sebanyak 6 responden dan responden patuh sebanyak 5

responden (83,3%) sedangkan yang tidak patuh sebanyak 1

responden (16,7%).

Berdasarkan hasil Uji statistik dengan uji Chi-Square

didapatkan nilai p sig = 0,536. Ini berarti nilai ρ > α, karena nilai ρ

sig = 0,536 > 0,05 yang berarti Ha ditolak dan Ho diterima,

sehingga dinyatakan tidak ada hubungan signifikan antara motivasi

dengan kepatuhan di Wilayah kerja Puskesmas Di Kota Makassar

tahun 2016, dengan besarnya hubungan sangat lemah 0,112 atau

11,2% dilihat dari nilai contingency coefficient.

d. Hubungan Beban kerja Responden dengan Kepatuhan


Tabel 5.10
Hubungan Beban kerja dengan Kepatuhan di Wilayah kerja
Puskesmas Di Kota Makassar tahun 2016
Kepatuhan P
Beban kerja Tidak Patuh Patuh Total α=0,05
n % n % N %
Kurang 5 71,4 2 28,6 7 100
Baik 3 13,0 20 87,0 23 100 0,002
Total 8 26,7 22 73,3 30 100
Sumber: Data primer tahun 2016

Dari tabel 5.10 tentang hubungan Beban kerja responden

dengan Kepatuhan di Wilayah kerja Puskesmas Di Kota Makassar


46

tahun 2016 menunjukkan bahwa dari 30 responden, distribusi

responden dengan beban kerjanya baik terhadap kepatuhan ada

sebanyak 23 responden, terdapat responden yang patuh terhadap

sebanyak 20 responden (87%) dan yang tidak patuh hanya 3

responden (13%), sedangkan untuk responden yang beban

kerjanya kurang terhadap kepatuhan sebanyak 7 responden dan

responden patuh sebanyak 2 responden (28,6%) sedangkan yang

tidak patuh sebanyak 5 responden (71,4%).

Berdasarkan hasil Uji statistik dengan uji Chi-Square

didapatkan nilai p sig = 0,002. Ini berarti nilai ρ < α, karena nilai ρ

sig = 0,002 < 0,05 yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak,

sehingga dinyatakan ada hubungan signifikan antara beban kerja

dengan kepatuhan di Wilayah kerja Puskesmas Di Kota Makassar

tahun 2016, dengan besarnya hubungan sedang 0,488 atau 48,8%

dilihat dari nilai contingency coefficient.

B. Pembahasan

1. Hubungan antara Pengetahuan dengan Kepatuhan di Wilayah


kerja Puskesmas Di Kota Makassar tahun 2016.

Berdasarkan hasil Uji statistik dengan uji Chi-Square

didapatkan nilai p sig = 0,000. Ini berarti nilai ρ < α, karena nilai ρ

sig = 0,000 < 0,05 yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak,

sehingga dinyatakan ada hubungan signifikan antara

pengetahuan dengan kepatuhan di Wilayah kerja Puskesmas Di


47

Kota Makassar tahun 2016, dengan besarnya hubungan sedang

0,593 atau 59,3% dilihat dari nilai contingency coefficient.

Analisis hubungan pengetahuan dengan Kepatuhan di

Wilayah kerja Puskesmas Di Kota Makassar tahun 2016

menunjukkan bahwa dari 30 responden yang berpengetahuan

baik sebanyak 23 responden dan yang patuh sebanyak 21

responden (91,3%) dan yang tidak patuh hanya 2 responden

(8,7%), sedangkan yang mempunyai pengetahuan kurang baik

ada 7 responden dan yang tidak patuh sebanyak 6 responden

(85,7%) sedangkan yang patuh hanya sebanyak 1 responden

(4,3%).

Jika dihubungkan dengan penelitian ini sama-sama meneliti

variabel pengetahuan terhadap kepatuhan dan hasilnya sama-

sama berhubungan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

gambaran yang lebih jelas mengenai hubungan dan hubungan

pengetahuan terhadap kepatuhan.

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2007: 139).


48

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dari

pengalaman penelitian tertulis bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan dalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkatan, tahu diartikan sebagai mengingat suatu

materi yang telah dipelajari sebelumnya, memahami diartikan

sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, aplikasi diartikan sebagai

kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari,

analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

objek kedalam komponen-komponen, sintesis menunjukkan

kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru, evaluasi yaitu kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek (Notoatmodjo, 2007).

Tanggung jawab para ibu terhadap imunisasi tetanus toxoid

sangat memegang peranan penting sehingga akan diperoleh

suatu manfaat terhadap keberhasilan imunisasi serta peningkatan

kesehatan ibu dan bayi yang dalam kandungannya. Pemanfaatan

pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh komponen-komponen

pendorong yang menggambarkan faktor-faktor individu secara


49

tidak langsung berhubungan dengan penggunaan pelayanan

kesehatan yang mencakup beberapa faktor, terutama faktor

pengetahuan ibu tentang kelengkapan status imunisasi tetanus

toxoid. Komponen pendukung antara lain kemampuan individu

menggunakan pelayanan kesehatan yang diperkirakan

berdasarkan pada faktor pendidikan, pengetahuan (Depkes RI,

2000: Online).

Faktor pengetahuan memegang peranan penting dalam

menjaga kebersihan dan hidup sehat. Slamet (1999) menegaskan

bahwa wawasan pengetahuan dan komunikasi untuk

pengembangan lingkungan yang bersih dan sehat harus

dikembangkan yaitu dengan pendidikan dan meningkatkan

pengetahuan. Dengan adanya pendidikan dan pengetahuan

mendorong kemauan dan kemampuan yang ditujukan terutama

kepada para ibu sebagai anggota masyarakat memberikan

dorongan dan motivasi untuk menggunakan sarana pelayanan

kesehatan khususnya imunisasi tetanus toxoid bagi ibu hamil.

Pengetahuan responden dapat diperoleh dari pendidikan

atau pengamatan serta informasi yang didapat seseorang.

Pengetahuan dapat menambah ilmu dari seseorang serta

merupakan proses dasar dari kehidupan manusia. Melalui

pengetahuan, manusia dapat melakukan perubahan-perubahan

individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas


50

yang dilakukan para ibu seperti dalam pelaksanaan imunisasi

tetanus toxoid tidak lain adalah hasil yang diperoleh dari

pendidikan (Slamet, 1999).

Berdasarkan analisis penelitian bahwa masih banyaknya

responden yang tidak mengetahui tentang kepatuhan terhadap

standar antenatal care (14T) disebabkan karena kemungkinan

informasi yang didapatkan masih kurang, sehingga masih banyak

yang tidak patuh terhadap pelaksanaan standar antenatal care di

Puskesmas.

2. Hubungan Antara Masa kerja Dengan Kepatuhan di wilayah


kerja Puskesmas Somba Opu Kabupaten Gowa Tahun 2016.

Berdasarkan hasil Uji statistik dengan uji Chi-Square

didapatkan nilai p sig = 0,000. Ini berarti nilai ρ < α, karena nilai ρ

sig = 0,000 < 0,05 yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak,

sehingga dinyatakan ada hubungan signifikan antara masa kerja

dengan kepatuhan di Wilayah kerja Puskesmas Di Kota Makassar

tahun 2016, dengan besarnya hubungan sedang 0,593 atau

59,3% dilihat dari nilai contingency coefficient.

Hasil analisis tentang hubungan masa kerja dengan

Kepatuhan di Wilayah kerja Puskesmas Di Kota Makassar tahun

2016 menunjukkan bahwa dari 30 responden, distribusi masa

kerja bidan yang baik terhadap kepatuhan ada sebanyak 23

responden dan responden yang patuh dalam menjalankan

tugasnya sebanyak 21 responden (91,3%) dan yang tidak patu


51

hanya 2 responden (8,7%), sedangkan untuk masa kerja bidan

yang kurang terhadap kepatuhan sebanyak 7 responden dan tidak

patuh sebanyak 6 responden (85,7%) sedangkan yang patuh

dalam menjalankan tugasnya hanya sebanyak 1 responden

(14,3%).

Masa kerja menurut Susilo (1990) didasarkan pada suatu

pemikiran bahwa karyawan senior menunjukkan adanay kesetiaan

yang tinggi dari karyawan yang bersangkutan pada organisasi

dimana mereka bekerja. Masa kerja dihitung dari pertama kali

tenaga kerja masuk kerja sampai dengan saat penelitian dilakukan

yang diukur dalam satuan tahun. Masa kerja juga dapat dilihat dari

berapa lama tenaga kerja mengabdikan dirinya untuk perusahaan,

dan bagaimana hubungan antara perusahaan dengan tenaga

kerjanya. Dalam hubungan ini untuk menjalin kerjasama yang

lebih serasi maka masing-masing pihak perlu untuk meningkatkan

rasa tanggung jawab, rasa ikut memiliki, keberanian, dan mawas

diri dalam rangka kelangsungan perusahaan maka tenaga kerja

dapat dengan tenang untuk berproduksi sehingga produktivitasnya

tinggi (Muchdarsyah S. 1987)

Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga

kerja bekerja di suatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi

kinerja baik positif maupun negatif. Memberi pengaruh positif pada

kinerja bila dengan semakin lamanya masa kerja personal


52

semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya.

Sebaliknya akan memberikan pengaruh negatif apabila dengan

semakin lamanya masa kerja akan timbul kebiasaan pada tenaga

kerja.

Berdasarkan analisis dalam penelitian, masa kerja

mempengaruhi pengalaman dan keterampilan seorang bidan

(responden), dimana seorang responden yang masa kerjanya

cukup lama lebih mengetahui maksud dan tujuan 14T terhadap ibu

hamil, sehingga responden cenderung lebih patuh terhadap

pelaksanaan 14T tersebut.

3. Hubungan Antara Motivasi Dengan Kepatuhan di Wilayah kerja


Puskesmas Di Kota Makassar tahun 2016.

Berdasarkan hasil Uji statistik dengan uji Chi-Square

didapatkan nilai p sig = 0,536. Ini berarti nilai ρ > α, karena nilai ρ

sig = 0,536 > 0,05 yang berarti Ha ditolak dan Ho diterima,

sehingga dinyatakan tidak ada hubungan signifikan antara motivasi

dengan kepatuhan di Wilayah kerja Puskesmas Di Kota Makassar

tahun 2016, dengan besarnya hubungan sangat lemah 0,112 atau

11,2% dilihat dari nilai contingency coefficient.

Analisis hubungan Motivasi dengan Kepatuhan di Wilayah

kerja Puskesmas Di Kota Makassar tahun 2016 menunjukkan

bahwa dari 30 responden, dari distribusi motivasi bidan yang tinggi

terhadap kepatuhan ada sebanyak 24 responden terdapat


53

responden yang patuh sebanyak 17 responden (70,8%) dan yang

tidak patuh hanya 7 responden (29,2%), sedangkan untuk bidan

yang motivasinya rendah terhadap kepatuhan sebanyak 6

responden dan responden patuh sebanyak 5 responden (83,3%)

sedangkan yang tidak patuh sebanyak 1 responden (16,7%).

Hal ini sejalan dengan pendapat Danim, ( 2004), motivasi

adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang

ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai

tujuan. motivasi kerja adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang

terdapat di dalam pribadi seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Proses

timbulnya motivasi seseorang merupakan gabungan dari konsep

kebutuhan, dorongan, tujuan dan imbalan (Endang

Hendrayati,2003).

Herzbeg dalam Danim mengembangkan teori motivasi

dengan “model dua faktor” (two factor theory) motivasi, teori ini

dikenal dengan teori motivator-higienes.Herzberg berpendapat

bahwa ada faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik yang mempengaruhi

seseorang dalam bekerja. Termasuk faktor instrinsik adalah

prestasi yang dicapai, pengakuan, dunia kerja, tanggung jawab dan

kemajuan, dan yang termasuk kedalam faktor ekstrinsik adalah

hubungan interpersonal antar atasan dan bawahan, hubungan

pribadi antar bawahan, hubungan antar pribadi dengan kelompok,


54

tehnik supervisi, kebijakan administrasi, kondisi kerja dan

kehidupan pribadi. Baik faktor intrinsik maupun ekstrinsik

berpengaruh besar terhadap motivasi seseorang.

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa faktor

motivasi menyebakan tugas-tugas yang harus dilaksanakan,

tanggung jawab yang diemban dan kepuasan yang muncul dan

tingkat kepatuhan terhadap kerja makin tinggi.

4. Hubungan antara Beban kerja dengan Kepatuhan di Wilayah


kerja Puskesmas Di Kota Makassar tahun 2016.

Berdasarkan hasil Uji statistik dengan uji Chi-Square

didapatkan nilai p sig = 0,002. Ini berarti nilai ρ < α, karena nilai ρ

sig = 0,002 < 0,05 yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak,

sehingga dinyatakan ada hubungan signifikan antara beban kerja

dengan kepatuhan di Wilayah kerja Puskesmas Di Kota Makassar

tahun 2016, dengan besarnya hubungan sedang 0,488 atau 48,8%

dilihat dari nilai contingency coefficient.

Analisis tentang hubungan Beban kerja responden dengan

Kepatuhan di Wilayah kerja Puskesmas Di Kota Makassar tahun

2016 menunjukkan bahwa dari 30 responden, distribusi responden

dengan beban kerjanya baik terhadap kepatuhan ada sebanyak 23

responden, terdapat responden yang patuh terhadap sebanyak 20

responden (87%) dan yang tidak patuh hanya 3 responden (13%),

sedangkan untuk responden yang beban kerjanya kurang terhadap


55

kepatuhan sebanyak 7 responden dan responden patuh sebanyak

2 responden (28,6%) sedangkan yang tidak patuh sebanyak 5

responden (71,4%)

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat bahwa Beban

kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus

diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan

dalam jangka waktu tertentu. Endang Hendrayanti (2003). Beban

kerja dapat berupa tuntutan tugas atau pekerjaan,organisasi dan

lingkungan kerja (Manuaba, 2000). Beban kerja adalah sesatu yang

terasa memberatkan, barang-barang atau sesuatu bawaan

yang dipikul, yang sukar untuk dikerjakan sebagai tanggungan (M.

B. Ali, 2002: 63).

Beban berarti tanggungan yang harus dikerjakan sebagai

tanggunganyang menjadi tanggung jawabnya. Kerja adalah

kegiatan melakukan sesatu yang dilakukan bertujuan mendapatkan

hasil pekerjaan (Sunarso, 2010)

Pengertian beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah

kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau

pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. Pengukuran

beban kerja diartikan sebagai suatu teknik untuk mendapatkan

informasi tentang efisiensi dan efektivitas kerja suatu unit

organisasi, atau pemegang jabatan yang dilakukan secara

sistematis dengan menggunakan teknik analisis jabatan, teknik


56

analisis beban kerja atau teknik manajemen lainnya (Utomo, 2008)

Beban kerja adalah segala yang menjadi tanggung jawab

seseorang yang dilaksanakan dengan baik untuk mencapai tujuan

yang diinginkan Sunarso 2010 beban kerja adalah keadaan dimana

pekerja dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada

waktu tertentu (Munandar, 2001)

Berdasarkan analisis dalam penelitian ini, menunjukan

bahwa responden dengan sejumlah kegiatan yang padat

membutuhkan proses mental atau kemampuan kegiatan yang

harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, baik dalam bentuk

fisik maupun psikis.

C. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan yang dirasakan oleh peneliti selama

melaksanakan penelitian adalah :

1. Responden yang kurang kooperatif, karena hampir semua

responden mempunyai kegiatan/kesibukan masing-masing dan

merasa sedikit terganggu dengan wawancara/interview oleh

peneliti.

Anda mungkin juga menyukai