Anda di halaman 1dari 17

40

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini membahas tentang pengaruh beban kerja dan lingkungan

kerja terhadap kinerja perawat di ruang rawat inap RSUD Labuang Baji

Makassar, pengambilan data dimulai tanggal 28 Desember 2013 hingga 31

Januari 2014. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling

pada populasi 45 perawat sehingga di ambil sampel sebanyak 45 responden di 4

ruangan rawat inap Bedah dan Interna RSUD Labuang Baji Makassar

antara lain: Baji Kamase I (R.Bedah), Baji kamase II (R.Bedah), Dakka I

(R.Interna), Dakka II (R.interna). Jenis penelitian adalah deskriptif analitik

dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuesioner dalam bentuk check list

berupa keterangan perawat tentang beban kerja perawat dan lingkungan kerja

perawat serta kinerja perawat dengan menggunakan skala Guttman.

Hasil penelitian dan pengolahan data dapat dilihat sebagai berikut:


41

1. Karakteristik Umum Responden

a. Usia

Tabel V.1.
Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Usia Beban Kerja dan
Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Perawat di Ruang
Rawat Inap RSUD Labuang Baji Makassar

Usia F %

20 – 30 tahun 28 62,2

31 – 40 tahun 15 33,3

41 – 50 tahun 2 4,5

Jumlah 45 100,0

Sumber : Data Sekunder, Desember 2013 – Januari 2014

Berdasarkan tabel V.1. di atas dapat dijelaskan bahwa dari 45 perawat

diketahui 28 orang (62,2%) berusia antara 20 – 30 tahun kemudian 15

orang dengan usia 31 – 40 tahun (33,3%), dan 2 orang (4,5%) berusia

41 – 50 tahun.
42

b. Jenis Kelamin

Tabel V.2.
Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Jenis Kelamin Beban Kerja
dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Perawat di Ruang
Rawat Inap RSUD Labuang Baji Makassar

Jenis Kelamin F %

Laki – laki 6 13,3

Perempuan 39 86,7

Jumlah 45 100,0

Sumber : Data Sekunder, Desember 2013 – Januari 2014

Berdasarkan tabel V.2. di atas dapat dijelaskan bahwa dari 45

perawat diketahui perawat lebih dominan berjenis kelamin perempuan

yaitu 39 orang (86,7%) dan laki – laki 6 orang (13,3%).

c. Pendidikan Terakhir

Tabel V.3.
Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Pendidikan Terakhir Beban
Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Perawat
di Ruang Rawat Inap RSUD Labuang Baji Makassar

Pendidikan Terakhir F %

Diploma (DIII) 32 71,1

Strata 1 (S1) 9 20,0

S1 + Ners 4 8,9

Jumlah 45 100,0

Sumber : Data Sekunder, Desember 2013 – Januari 2014


43

Berdasarkan tabel V.3. di atas dapat dijelaskan bahwa dari 45

perawat diketahui pendidikan terakhir dengan jumlah perawat 32 orang

(71,1%) berijazah DIII, lulusan S1 sebanyak 9 orang (20,0%) dan

bergelar Ners yaitu 4 orang (8,9%).

d. Masa Kerja

Tabel V.4.
Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Masa Kerja Beban Kerja dan
Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Perawat di Ruang
Rawat Inap RSUD Labuang Baji Makassar

Masa Kerja f %

1 – 10 tahun 33 73,3

11 – 20 tahun 9 20,0

21 – 30 tahun 3 6,7

Jumlah 45 100,0

Sumber : Data Sekunder, Desember 2013 – Januari 2014

Berdasarkan tabel V.4. di atas dapat dijelaskan bahwa dari 45 perawat

diketahui dengan masa kerja 1 – 10 tahun sebanyak 33 orang (73,3%),

11 – 20 tahun sebanyak 9 orang (20,0%) dan 21 – 30 tahun sebanyak 3

orang (6,7%).
44

2. Analisis Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil

penelitian. Analisa ini menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap

variabel yang diteliti, karakteristik yang diteliti antara lain beban kerja,

lingkungan kerja dan kinerja perawat.

a. Beban Kerja Perawat

Tabel V.5.
Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Beban Kerja Perawat
Di Ruang Rawat Inap RSUD Labuang Baji Makassar
Tahun 2014

Beban Kerja Perawat F %

Berat 16 35,6

Ringan 29 64,4

Jumlah 45 100,0

Sumber : Data Primer, Desember 2013 – Januari 2014

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa perawat lebih banyak yang

mengungkapkan beban kerjanya ternyata ringan yaitu 29 responden

(64,4%) sedangkan perawat yang mengungkapkan beban kerja berat

sebanyak 16 responden (35,6%).


45

b. Lingkungan Kerja Perawat

Tabel V.6
Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Lingkungan Kerja Perawat
diRuang Rawat Inap RSUD Labuang Baji Makassar
Tahun 2014

Lingkungan Kerja F %
Perawat
Kurang Baik 11 24,4

Baik 34 75,6

Jumlah 45 100,0

Sumber : Data Primer, Desember 2013 – Januari 2014

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa perawat lebih banyak yang

mengungkapkan lingkungan kerja mereka baik yaitu 34 responden

(75,6%) sedangkan perawat yang mengungkapkan lingkungan kerja

kurang baik sebanyak 11 responden (24,4%).

c. Kinerja Perawat

Tabel V.7
Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Kinerja Perawat
Di Ruang Rawat Inap RSUD Labuang Baji Makassar
Tahun 2014

Kinerja Perawat F %

Kurang Baik 12 26,7

Baik 33 73,3

Jumlah 45 100,0

Sumber : Data Primer, Desember 2013 – Januari 2014


46

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa kinerja perawat lebih

dominan baik yaitu 33 responden (73,3%) sedangkan perawat yang

memiliki kinerja kurang baik sebanyak 12 responden (26,7%).

3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel bebas

terhadap variabel terikat.

a. Pengaruh Beban Kerja Perawat dengan Kinerja Perawat

Tabel V.8
Pengaruh Antara Beban Kerja Perawat dengan Kinerja Perawat
Di Ruang Rawat Inap RSUD Labuang Baji Makassar
Tahun 2014

Beban Kerja Perawat


Jumlah Nilai Nilai
Kinerja Berat Ringan
Perawat  α
F % F % F %

Kurang 9 20,0 3 6,7 12 26,7


Baik
Baik 7 15,6 26 57,8 33 73,3 0,002 0,05

Jumlah 16 35,6 29 64,4 45 100,0

Sumber : Data Primer, Desember 2013 – Januari 2014

Berdasarkan tabel 5 dapat kita lihat hubungan antara beban kerja

perawat dengan kinerja perawat pada 45 perawat/responden yang

bekerja di ruang rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar Tahun 2013.

Dari 12 responden (26,7%) yang memiliki kinerja yang kurang baik

terdapat 9 responden (20,0%) yang merasakan beban kerja yang berat


47

dan 3 responden (6,7%) yang merasakan beban kerjanya ringan.

Kemudian dari 33 responden (73,3%) yang memiliki kinerja yang baik

terdapat 7 responden (15,6%) yang menyatakan beban kerja berat dan

26 responden (57,8%) yang menyatakan beban kerja ringan.

Dari hasil analisis hubungan kedua variabel diatas dengan

menggunakan uji statistik Fisher Exact Test menunjukkan

kemaknaan/signifikansi dari hubungan kedua variabel tersebut adalah

(p) = 0.002 (0,002 < 0,05), artinya ada hubungan antara beban kerja

perawat dengan kinerja perawat.

b. Pengaruh Lingkungan Kerja Perawat dengan Kinerja Perawat

Tabel V.9
Pengaruh Antara Lingkungan Kerja Perawat dengan Kinerja Perawat
Di Ruang Rawat Inap RSUD Labuang Baji Makassar
Tahun 2014

Lingkungan Kerja
Perawat Jumlah Nilai Nilai
Kinerja Kurang Baik
Perawat  α
F % F % F %

Kurang 7 15,6 5 11,1 12 26,7


Baik
Baik 4 8,9 29 64,4 33 73,3 0,003 0,05

Jumlah 11 24,4 34 75,6 45 100,0

Sumber : Data Primer, Desember 2013 – Januari 2014


48

Berdasarkan tabel 6 dapat kita lihat hubungan antara lingkungan

kerja perawat dengan kinerja perawat pada 45 perawat/responden yang

bekerja di ruang rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar Tahun 2013.

Dari 12 responden (26,7%) yang memiliki kinerja yang kurang baik

terdapat 7 responden (15,6%) merasakan lingkungan kerja yang kurang

baik dan 5 responden (11,1%) merasakan lingkungan kerjanya baik.

Kemudian dari 33 responden (73,3%) yang memiliki kinerja yang baik

terdapat 4 responden (8,9%) menyatakan lingkungan kerja kurang baik

dan 29 responden (64,4%) yang menyatakan lingkungan kerjanya baik.

Dari hasil analisis hubungan kedua variabel diatas dengan

menggunakan uji statistik Fisher Exact Test menunjukkan

kemaknaan/signifikansi dari hubungan kedua variabel tersebut adalah

(p) = 0.003 (0,003 < 0,05), artinya ada hubungan antara lingkungan

kerja perawat dengan kinerja perawat.

B. Pembahasan

1. Pengaruh Beban Kerja Perawat dengan Kinerja Perawat

Dari hasil penelitian ini diperoleh data bahwa beban kerja yang

ringan lebih banyak dirasakan oleh perawat yang bekerja di RSUD

Labuang Baji Makassar yaitu 29 responden (64,4%) dibanding perawat

yang merasakan beban kerja yang berat yaitu 16 responden (35,6%),

kesimpulannya adalah proporsi responden menurut beban kerja perawat

di RSUD Labuang Baji lebih banyak merasakan beban kerja yang ringan.
49

Berdasarkan hasil uji statistik Fisher Exact Test diperoleh nilai  =

0,002 yang berarti  < α (0,002 < 0,05) ini menunjukkan bahwa ada

hubungan antara beban kerja perawat dengan kinerja perawat.

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikatakan bahwa perawat yang

merasakan beban kerja yang berat cenderung memiliki kinerja yang

kurang baik, begitupun sebaliknya perawat yang merasakan beban kerja

yang ringan cenderung memiliki kinerja yang baik.

Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Sudiharto (2001) dalam

Wirnata(2009) bahwa Beban kerja merupakan salah satu unsur yang

harus diperhatikan bagi seorang tenaga kerja untuk mendapatkan

keserasian dan produktivitas kerja yang tinggi selain unsur beban

tambahan akibat lingkungan kerja dan kapasitas kerja. Artinya,

keserasian dan produktivitas kerja yang merupakan acuan dari sebuah

peningkatan kinerja sangat dipengaruhi oleh beban kerja yang dirasakan

oleh perawat.

Hal ini sejalan pula dengan pembahasan yang diungkapkan Sheward,

(2005) dalam Achir Yani (2007) mengatakan bahwa perawat yang

bekerja lembur terus menerus atau bekerja tanpa dukungan yang

memadai cenderung untuk banyak tidak masuk kerja.

Pembuktian teori pada paragraf sebelumnya yang diaplikasikan pada

hasil penelitian ini bisa dijadikan jawaban atas munculnya kelompok


50

responden dalam hal ini perawat yang bekerja di RSUD Labuang Baji

Makassar dimana perawat merasakan beban kerja yang berat dan juga

memiliki kinerja yang kurang baik, dengan jenis pekerjaan yang terasa

sangat berat sangat mungkin menyebabkan beban psikologis dan fisik

berupa kelelahan mempengaruhi kemampuan kerja seseorang seperti

kedisiplinan, cara kerja dan lainnya.

Hal ini disebabkan karena seseorang akan cenderung menghindar

bahkan menghilangkan beban yang dialaminya, proses menghindar atau

menghilangkan beban ini dalam sebuah pekerjaan umumnya mengarah

kesebuah fenomena yang melenceng dari tujuan yang diharapkan sebuah

organisasi tempatnya bekerja. Misalnya seorang perawat akan cenderung

terlambat ketika jam kerja dan tugasnya bertambah. Penjelasan

sebelumnya juga mampu menjawab pertanyaan pada kelompok perawat

yang memiliki kinerja baik dengan merasakan beban kerja yang ringan.

Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa ada sejumlah perawat

yang memiliki kinerja yang baik namun ternyata merasakan beban kerja

yang berat, ini nampaknya lebih mengarah ke karakter kerja seseorang

karena ada jenis pekerja dalam hal ini perawat yang lebih

mengedepankan prinsipnya atau filosofinya dalam bekerja dari pada

aspek seperti kompensasi atau bentuk pekerjaan. Seseorang akan rajin

bangun atau tidak tidur pada saat bertugas malam karena memang

memiliki prinsip dan tanggung jawab yang tinggi akan tugas. Namun
51

sebenarnya kelompok ini tidak memungkiri adanya beban kerja yang

berat akan tugasnya.

Fenomena ini juga bisa disebabkan karena adanya unsur kebutuhan

yang vital, misalkan seseorang tidak akan peduli apakah pekerjaannya itu

berat, dia akan terus bekerja dengan baik karena membutuhkan pekerjaan

tersebut untuk memenuhi kebutuhan, karena bisa saja jika kinerjanya

berkurang akan berdampak pada kompensasi dan kelanjutan

pekerjaannya.

Bagaimana dengan kelompok perawat yang kinerja kurang baik

namun ternyata mengakui bahwa beban kerja yang dirasakannya cukup

ringan, hal ini umumnya lebih dirasakan oleh perawat senior atau yang

sudah berpengalaman, sudah menjadi hal lumrah ketika seorang perawat

yang dianggap senior berada dalam satu tim dengan perawat yang lebih

junior maka pekerjaan – pekerjaan rutinitas yang tidak menuntut

tanggung jawab dan pengetahuan yang tinggi akan banyak didelegasikan

kepada perawat junior, dampaknya adalah beban kerja perawat senior

akan terasa lebih ringan sedangkan beban kerja perawat junior akan

semakin bertambah.

Dampak lainnya adalah banyak hal – hal formalitas dalam bertugas

oleh perawat senior tidak dilaksanakan, karena dirasakan menurut

pengalamannya tidak menimbulkan bahaya atau pengaruh yang berarti

terhadap kualitas kerjanya, hasilnya kinerja menjadi berkurang.


52

Selain karena faktor yang telah dijelaskan tadi, munculnya kelompok

ini juga lebih dikarenakan tidak adanya rasa tanggung jawab dan sikap

profesional yang ada pada individu yang bersangkutan sehingga situasi

beban kerja sama sekali tidak berpengaruh pada kinerjanya yang buruk.

Setelah melakukan penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa beban

kerja memang memberikan angka yang cukup signifikan dalam

mempengaruhi bentuk kinerja seorang perawat. Peneliti dapat

meramalkan bahwa, bagaimanapun bentuk penelitiannya atau dengan

jumlah sampel yang lebih luas hasil penelitian selanjutnya pasti tidak

akan jauh berbeda dengan hasil penelitian ini, karena ketika kita

berbicara sumber daya manusia, maka yang kita bicarakan adalah efek

fisik berupa kelelahan dan efek psikologis berupa ketidaknyamanan,

kedua faktor ini dapat ini dapat timbul dalam sebuah lingkungan kerja

yang berat beban kerjanya.

2. Pengaruh Lingkungan Kerja dengan Kinerja Perawat

Dari hasil penelitian ini diperoleh data bahwa proporsi responden

menurut lingkungan kerjanya lebih banyak yang menyatakan bahwa

lingkungan kerja perawat di RSUD Labuang Baji Makassar adalah baik

dengan jumlah responden sebanyak 34 orang (75,6%) dibanding dengan

jumlah perawat yang menyatakan lingkungan kerja kurang baik yaitu 11

orang (24,4%).
53

Berdasarkan hasil uji statistik Fisher Exact Test diperoleh nilai  =

0,003 yang berarti  < α (0,003 < 0,05) ini menunjukkan bahwa ada

hubungan antara lingkungan kerja perawat dengan kinerja perawat.

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikatakan bahwa perawat yang

merasakan lingkungan kerja kurang baik cenderung memiliki kinerja

yang kurang baik, begitupun sebaliknya perawat yang merasakan

lingkungan kerja yang baik cenderung memiliki kinerja yang baik.

Menurut Gibson (1997) dalam Mursyidah (2011) menyatakan bahwa

salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja seorang perawat adalah

faktor organisasi (eksternal) meliputi: Sumber daya manusia,

kepemimpinan, desain pekerjaan, struktur organisasi. Atau dengan kata

lain ke empat hal ini yang merupakan lingkungan kerja perawat yang

berada diluar individu perawat. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian,

ketika sumber daya manusia diluar individu atau dengan kata lain sumber

daya sesama profesi perawat atau profesi kesehatan lain tidak memadai,

kepemimpinan yang tidak memihak pada kesejahteraan dan kenyamanan

kerja perawat, desain pekerjaan termasuk sarana dan prasarana yang

mengganggu pekerjaan perawat serta struktur organisasi yang kacau

sangat jelas akan mempengaruhi kinerja seorang perawat baik itu secara

individu maupun dalam sistem kerja di rumah sakit. Hal inilah yang

menyebabkan banyak perawat dalam penelitian ini mengalami penurunan


54

kinerja ketika lingkungan kerjanya dirasakan kurang memadai atau

memotivasi mereka dalam bekerja.

Selain itu, seorang perawat juga akan mengalami peningkatan

kinerja ketika merasakan lingkungan kerjanya mendorong motivasinya

dalam bekerja, dalam hal kompensasi misalnya: ketika diberlakukan

aturan pemotongan jasa jika ada perawat yang bolos kerja atau akan ada

bonus bagi perawat yang disiplin kehadirannya, maka akan sangat

mungkin jumlah perawat yang bolos atau tidak disiplin akan menurun.

Kemudian muncul pertanyaan, bagaimana dengan perawat yang

merasakan adanya lingkungan kerja yang nyaman dalam bekerja tapi

ternyata kinerjanya kurang, memang cukup sulit menganalisis penyebab

fenomena seperti ini. Namun peneliti bisa menganalogikannya seperti ini

perasaan nyaman dalam persepsi setiap individu itu berbeda – beda,

tergantung bagaimana mereka mengarahkannya. Misalkan ada perawat

yang merasa nyaman bekerja karena ada reward ketika hasil kerjanya

dinilai memuaskan, itu contoh yang positif, namun contoh lain misalkan

ada perawat yang merasa nyaman bekerja karena walaupun sering

terlambat tapi tidak pernah mendapat teguran dari kepala ruangan karena

kebetulan kepala ruangannya kurang tegas.

Kedua situasi tadi sangatlah berbeda dampaknya, ketika kita

menghubungkannya dengan kinerja perawat, perasaan nyaman bekerja

pada contoh yang kedua justru akan mengurangi kinerja perawat. Hal
55

inilah yang menyebabkan ada sejumlah perawat yang nyaman bekerja

tetapi ternyata kinerjanya menjadi kurang baik.

Kemudian ada lagi kelompok dalam penelitian ini dimana perawat

merasakan lingkungan kerja yang kurang baik akan tetapi kinerjanya

menjadi meningkat, ketika ada sebuah situasi dimana kita tidak didukung

oleh lingkungan kerja yang nyaman tapi kita mampu mengolah

kekurangan itu untuk menciptakan sebuah hasil kerja yang baik. Keadaan

ini hanya bisa dilakukan oleh perawat yang memiliki inisiatif dan kreatif

dalam bekerja.Anda pernah mendengar pengabdian seorang perawat

yang bekerja ditempat terpencil seperti “Perawat Apung”, mungkin

seperti itulah refleksi dari kelompok ini.

Asumsi peneliti mengatakan bahwa lingkungan kerja sebenarnya

adalah dampak jangka panjang dari adanya beban kerja. Ketika perawat

merasakan adanya beban kerja yang berat maka tidak lama lagi

lingkungan kerja akan menuju ke level tidak kondusif, ketika keadaan ini

dibiarkan berlarut-larut maka akan menyebabkan pergeseran kinerja yang

sifatnya menghindari ketidaknyamanan tersebut sehingga muncullah

adanya perawat yang sering datang terlambat, perawat yang suka keluar

pada saat jam kerja, malas bekerja dan tindakan negatif lainnya.
56

C. Keterbatasan/Kelemahan penelitian

Beberapa keterbatasan yang dirasakan peneliti selama melaksanakan

penelitian adalah sebagai berikut :

1. Penelitian tidak melakukan evaluasi secara mendalam terhadap faktor-faktor

perancu yang mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian.

2. Keterbatasan waktu dan tempat area menyebabkan hasil penelitian belum

mendapatkan hasil yang maksimal.

3. Penelitian dilakukan dengan skala kecil.

4. Kemampuan peneliti masih sangat terbatas dalam bidang ilmu dan

metodologi penelitian (peneliti pemula) yang memungkinkan banyak

kekurangan dalam penulisan dan hasil penelitian.

Anda mungkin juga menyukai