Anda di halaman 1dari 30

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Kepatuhan

1. Kepatuhan

a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pranoto,2007), patuh

adalah suka menurut perintah, taat pada perintah, sedangkan

kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin. Sarafino

(1990) dikutip oleh (Slamet B, 2007), mendefinisikan kepatuhan

(ketaatan) sebagai tingkat penderita melaksanakan cara

pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau orang

lain. Kepatuhan juga dapat didefinisikan sebagai perilaku positif

penderita dalam mencapai tujuan terapi (Degresi, 2005).Suatu

sensori yang tidak menyenangkan dari satu pengalaman

emosional yang disertai kerusakan jaringan secara actual/

potensial (Harry dan Kadek, 2010).

b. Kepatuhan adalah sikap mau mentaati dan mengikuti

suatu spesifikasi, standar atau aturan yang telah diatur dengan

jelas yang diterbitkan oleh organisasi yang berwenang. Menurut

Meissenheimer Standar adalah rentang variasi yang dapat

diterima dari suatu norma atau kriteria, serta ukuran

yang ditetapkan, dan disepakati bersama. (Azwar A, 1998)

Azwar menyatakan seseorang dikatakan patuh apabila

ia dapat memahami, menyadari dan menjalankan peraturan yang


9

telah ditetapkan, tanpa paksaan dari siapapun. Dari hasil

penelitian Widiyanto (2002), dikatakan bahwa kepatuhan

seseorang terhadap suatu standar atau peraturan

dipengaruhi juga oleh pengetahuan dan pendidikan individu

tersebut. Semakin tinggi tingkat pengetahuan, maka semakin

mempengaruhi ketaatan seseorang terhadap peraturan atau

standar yang berlaku.

Seseorang dapat dikatakan patuh apabila dapat mentaati

dan mengikuti peraturan yang telah dibuat tanpa paksaan

dari siapapun. Hal ini dapat ditunjukkan dengan sikap bidan

mau mematuhi peraturan, mau mencatat hasil pemeriksaan

dengan benar, dan mau melaporkan hasil pencatatan dengan

tepat waktu (widiyanto H, 2002)

2. Faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang terdiri dari 2

faktor yaitu :

a. Faktor internal

Faktor internal yang mempengaruhi individu dipengaruhi

oleh fasilitas, prosedur, supervisi dan kepemimpinan

b. Faktor Eksternal terdiri dari pengetahuan, pendidikan, masa kerja,

motivasi, kemampuan, keterampilan, dan beban kerja. Seseorang

dapat dikatakan patuh apabila dapat mentaati dan

mengikuti peraturan yang telah dibuat tanpa paksaan dari

siapapun. Hal ini dapat ditunjukkan dengan sikap bidan mau


10

mematuhi peraturan, mau mencatat hasil pemeriksaan dengan

benar, dan mau melaporkan hasil pencatatan dengan tepat waktu.

dan eksternal. (Azwar A, 1998)

B. Tinjauan Tentang Standar Antenatal Care

1. Pengertian Standar

a. Menurut Clinical Practice Guideline (1990) Standar adalah

keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna

yang dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal. Menurut

Donabedian (1980) Standar adalah rumusan tentang penampilan

atau nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan

parameter yang telah ditetapkan. Menurut Rowland and Rowland

(1983) Standar adalah spesifikasi dari fungsi atau tujuan yang

harus dipenuhi oleh suatu sarana pelayanan kesehatan agar

pemakai jasa pelayanan dapat memperoleh keuntungan yang

maksimal dari pelayanan kesehatan yang diselenggarakan secara

luas.

b. Standar layanan kesehatan adalah suatu pernyataan tentang

mutu yang diharapkan, yaitu akan menyangkut masukan, proses

dan keluaran (outcome) sistem layanan kesehatan. Standar

layanan kesehatan merupakan suatu alat organisasi

untukmenjabarkan mutu layanan kesehatan ke dalam terminologi

operasional sehingga semua orang yang terlibat dalam layanan

kesehatan akan terikat dalam suatu sistem, baik pasien, penyedia


11

layanan kesehatan, penunjang layanan kesehatan, ataupun

manajemen organisasi layanan kesehatan, dan akan bertanggung

gugat dalam menjalankan tugas dan perannya masing-masing.

c. Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) adalah rumusan tentang

penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan

dengan parameter yang telah ditetapkan yaitu standar pelayanan

kebidanan yang menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam

sistem pelayanan yang bertujuan untuk meningkatan kesehatan

ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan

masyarakat (Depkes RI, 2001: 53).

d. Profesi layanan kesehatan sendiri, terdapat berbagai definisi

tentang standar layanan kesehatan. Kadang-kadang standar

layanan kesehatan itu diartikan sebagai petunjuk pelaksanaan,

protokol, dan Standar Prosedur Operasional (SPO).

e. Petunjuk pelaksanaan adalah pernyataan dari para pakar yang

merupakan rekomendasi untuk dijadikan prosedur. Petunjuk

pelaksanaan digunakan sebagai referensi teknis yang luwes dan

menjelaskan tentang apa yang boleh dan tidak boleh

dilakukanoleh pemberi layanan kesehatan dalam suatu sotuasi

klinis tertentu. Protokol adalah ketentuan rinci dari pelaksanaan

suatuproses atau penatalaksaan suatu kondisi klinis. Protokol

lebih ketat dari petunjuk pelaksanaan. Standar Prosedur

Operasional (SPO) adalah pernyataan tentang harapan


12

bagaimana petugas kesehatan melakukan suatu kegiatan yang

bersifat administratif.

2. Standar Minimal Pelayanan Antenatal care

Pelayanan antenatal merupakan salah satu kegiatan dari

program kesehatan ibu dan anak, pelayanan ini bisa dilaksanakan

oleh bidan di Poliklinik, BPS (Bidan Praktik Swasta), dan Rumah Sakit.

Selain itu, pelayanan antenatal juga bisa diberikan pada waktu

pelaksanaan Posyandu, di tempat praktik dokter, di rumah bersalin

atau di Puskesmas (Mufdlilah, 2009).

Standar minimal pelayanan antenatal care adalah 14 T yaitu :

Standar pelayanan ANC Sesuai kebijakan program pelayanan asuhan

antenatal harus sesuai standar yaitu “14 T” meliputi :

a. Timbang berat badan (T1) Ukur berat badan dalam kilo gram tiap

kali kunjungan. Kenaikan berat badan normal pada waktu hamil 0,5

kg per minggu mulai trimester kedua.

b. Ukur tekanan darah (T2) Tekanan darah yang normal 110/80 –

140/90 mmHg, bila melebihi dari 140/90 mmHg perlu diwaspadai

adanya preeklamsi.

c. Ukur tinggi fundus uteri (T3) dilakukan secara rutin untuk

mendeteksi secara dini terhadap berat badan janin.

d. Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4).


13

e. Pemberian imunisasi TT (T5) sebanyak 2 kali untuk mencegah

terjadinya tetanus neonatorum dan tetanus pada ibu bersalin dan

nifas.

f. Pemeriksaan Hb (T6) pada kunjungan pertama dan pada usia

kehamilan 30 minggu.

g. Pemeriksaan VDRL atau venereal disease research laboratory

(T7).

h. Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara

(T8).

i. Pemeliharaan tingkat kebugaran / senam ibu hamil (T9).

j. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (T10).

k. Pemeriksaan protein urine atas indikasi (T11).

l. Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi (T12).

m.Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok

(T13).

n. Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria (T14).

Apabila suatu daerah tidak bisa melaksanakan 14T sesuai

kebijakan dapat dilakukan standar minimal pelayanan ANC yaitu 7

T (Prawiroharjo, 2002). Pelayanan/ asuhan antenatal ini hanya

dapat diberikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak

diberikan oleh dukun bayi (Prawiroharjo, 2002)


14

C. Pemeriksaan kehamilan

1. Anamnesis kehamilan adalah tanya jawab yang dilakukan oleh bidan

dengan ibu hamil untuk menggali data subjektif yang berkaitan

dengan keadaan kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya.

(Mandriwati,2013)

a. Riwayat perkawinan.

b. Riwayat penyakit ibu dan keluarga.

c. Status wayat Haid, HPHT.

d. Riwayat imunisasi Ibu saat ini

e. Kebiasaan ibu.

f. Riwayat persalinan terdahulu Dari anamnesa haid tersebut,

tentukan Usia kehamilan dan buat taksiran persalinan.

2. Pemeriksaan fisik ibu hamil

a. Pemeriksaan Umum.

1) Keadaan umum Bumil

2) Ukur TB, BB, Lila.

3) Tanda vital : tensi, Nadi, nadi, suhu

4) Pemeriksaan fisik menyeluruh ( dari kepala sampai

ekstremitas).

5) Mata : conjungtiva, ikterus ; Gigi, Kaki :Oedema kaki , dst.

b. Pemeriksaan khusus.

1) UMUR KEHAMILAN <20 mgg :

a) Inspeksi.
15

(1) Tinggi fundus

(2) Hyperpigmentasi (pada areola mammae, Linea nigra).

(3) Striae.

b) Palpasi.

(1) Tinggi fundus uteri

(2) Keadaan perut

c) Auskultasi.

2) UMUR KEHAMILAN > 20 mgg:

a) Inspeksi.

(1) Tinggi fundus uteri

(2) Hypergigmentasi dan striae

(3) Keadaan dinding perut

b) Palpasi.

Lakukan pemeriksaan Leopold dan intruksi kerjanya sbb

:Pemeriksa berada disisi kanan bumil, menghadap bagian

lateral kanan.

(1) Leopold 1

(a) Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak

fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus.

Perhatikan agar jari tersebut tidak mendorong

uterus kebawah (jika diperlukan, fiksasi uterus

basah dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk


16

tangan kanan dibagian lateral depan kanan dan kiri,

setinggi tepi atas simfisis)

(b) Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang

memfiksasi uterus bawah) kemudian atur posisi

pemeriksa sehingga menghadap kebagian kepala

ibu.

(c) Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada

fundus uteri dan rasakan bagian bayi yang ada

pada bagian tersebut dengan jalan menekan

secara lembut dan menggeser telapak tangan kiri

dan kanan secara bergantian

(2) Leopold 2

(a) Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut

lateral kanan dan telapak tangan kanan pada

dinding perut lateral kiri ibu sejajar dan pada

ketinggian yang sama.

(b) Mulai dari bagian atas, tekan secara bergantian

atau bersamaan telapak tangan kiri dan kanan

kemudian geser kearah bawah dan rasakan adanya

bagian yang rata dan memenjang (punggung) atau

bagian yang kecil (ekstremitas).


17

(3) Leopold 3

(a) Atur posisi pemeriksa pada sisi kanan dan

menghadap kebagian kaki ibu.

(b) Letakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding

lateral kiri bawah, telapak tangan kanan pada

dinding lateral kanan bawah perut ibu, tekan secara

lembut bersamaan atau bergantian untuk

menentukan bagian bawah bayi (bagian keras,

bulat dan hampir homogen adalah kepala,

sedangkan tonjolan yang lunak dan kurang simetris

adalah bokong).

(4) Leopold 4

(a) Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada

dinding lateral kiri dan kanan uterus bawah, ujung-

ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi

atas simfisis.

(b) Temukan kedua jari kiri dan kanan, kemudian

rapatkan semua jari-jari tangan kanan yang meraba

dinding bawah uterus.

(c) Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari kiri dan

kanan (konvergen/divergen)

(d) Pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada

bagian terbawah bayi (bila presentasi kepala,


18

upayakan memegang bagian kepala didekat leher

dan bila presentasi bokong, upayakan untuk

memegang pinggang bayi)

(e) Fiksasi bagian tersebut kearah pintu atas panggul,

kemudian letakkan jari0jari tangan kanan diantara

tangan kiri dan simfisis untuk menilai seberapa jauh

bagian terbawah telah memasuki pintu atas

panggul.

c) Auskultasi.

Pemeriksaan bunyi dan frekuensi jantung janin.

d) Pemeriksaan Tambahan.

(1) Laboratorium rutin : Hb, Albumin

(2) USG

3. Akhir pemeriksaan :

a. Buat kesimpulan hasil pemeriksaan

b. Buat prognosa dan rencana penatalaksanaan.

c. Catat hasil pemeriksaan pada buku KIA dan status pasien.

d. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada bumil yang meliputi : usia

kehamilan, letak janin, posisi janin, Tafsiran persalinan, Resiko

yang ditemukan atau adanya penyakit lain.

e. Jelaskan untuk melakukan kunjungan ulang.

f. Jelaskan rencanan asuhan ANC berkaitan dengan hasil

pemeriksaan
19

g. Jelaskan pentingnya imunisasi

h. Jelaskan menjadi akseptor KB setelah melahirkan

i. Beri alasan bila pasien dirujuk ke Rumash Sakit

4. Indikator Kinerja

Kehamilan terutam kesehatan ibu dan janin dapat dipantau

5. Catatan Mutu

a. Kartu status ibu hamil

b. Buku register kohort ibu hamil

c. Buku register ibu hamil

d. Buku KIA

6. Kontra indikasi

Tidak ada

D. Hubungan Kepatuhan Bidan Terhadap Pelayanan Antenatal Care

Kepatuhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perubahan perilaku seseorang dan mendasari aktivitasnya. Kepatuhan

bidan menerapkan standar pelayanan antenatal merupakan salah satu

bentuk awal dari perubahan perilaku bidan dalam memberikan pelayanan

antenatal yang optimal. Apabila peran bidan dipandang dari sisi kesehatan

ibu dan anak maka peran tersebut sangat penting dalam upaya mencegah

angka kesakitan serta kematian ibu dan anak.Oleh karena itu, kepatuhan

bidan perlu menjadi perhatian khusus demi meningkatkan kompetensi

bidan dan menjamin mutu pelayanan.


20

Bidan sebagai tenaga kesehatan dikatakan patuh apabila

mau mentaati dan mengikuti suatu spesifikasi, standar atau aturan yang

telah diatur dengan jelas yang dibuat oleh Dinas Kesehatan atau

organisasi yang berwenang.

Mengacu kepada pedoman pelayanan Antenatal di Wilayah kerja

Puskesmas, Depkes RI memberi definisi terhadap standar pelayanan

antenatal sebagai berikut , “Pelayanan antenatal adalah pelayanan

kesehatan selama masa kehamilan seorang ibu yang diberikan sesuai

dengan Pedoman Pelayanan antenatal yang telah ditentukan. Adapun

tujuan umum dari pelayanan antenatal adalah untuk memelihara serta

meningkatkan kesehatan ibu selama hamil sesuai dengan kebutuhan

sehingga dapat menyelesaikan kehamilannya dengan baik dan

melahirkan bayi yang sehat”. (Depkes RI, 1990)

Standar pelayanan antenatal tersebut ditentukan untuk menjamin

mutu pelayanan, khususnya dalam memberi kesempatan yang cukup

dalam menangani kasus risiko tinggi yang ditemukan (PWS KIA, 2005).

Pemeriksaan antenatal ini dilakukan oleh tenaga terlatih dan terdidik

dalam bidang kebidanan, dengan tenaga inti pelayanan antenatal adalah

bidan (Depkes RI, 1994). Walaupun pelayanan antenatal selengkapnya

mencakup banyak hal yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum

dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas indikasi serta intervensi

dasar dan khusus ( sesuai risiko yang ada termasuk penyuluhan dan

konseling), namun dalam penerapan operasionalnya dikenal standard


21

minimal 14 T untuk pelayanan antenatal , yang terdiri dari : timbang berat

badan, mengukur tekanan darah, mengukur Tinggi Fundus Uteri,

pemberian Tablet Fe, pemberian suntikan Tetanus Toxoid, pemeriksaan

Haemoglobin, tes VDRL, Perawatan payudara, senam payudara dan pijat

tekan payudara, Pemeliharaan tingkat kebugaran / senam ibu hamil,

Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan, Pemeriksaan protein urine

atas indikasi, Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi, Pemberian terapi

kapsul yodium untuk daerah endemis gondok, Pemberian terapi anti

malaria untuk daerah endemis malaria.

Bidan sebagai tenaga profesional dalam pelayanan kesehatan ibu

dan anak wajib mematuhi standar pelayanan kebidanan. Kepatuhan bidan

menerapkan standar pelayanan kebidanan berdampak dan mempunyai

daya ungkit terhadap kualitas pelayanan antenatal yang diberikan, yang

selanjutnya berkontribusi terhadap penurunan angka morbiditas dan

mortalitas pada ibudan bayi. Perubahan sikap dan perilaku individu

dimulai dengan tahap kepatuhan, identifikasi dan internalisasi. Perilaku

individu dalam organisasi dipengaruhi oleh karakteristikindividu

(kemampuan, kemampuan, kebutuhan, kepercayaan, pengalaman,

pengharapan danlainnya) dan karakteristik organisasi (hierarki, tugas -

tugas, wewenang, tanggung jawab, sistem reward, pembinaan dan sistem

kontrol). Terdapat cukup bukti yang menunjukkan masih rendahnya

kualitas pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat, seperti studi yang

dilakukan di Indonesia oleh D’Ambruoso, dkk, (2009) yang menyatakan


22

bahwa pelayanan kebidanan yang diberikan oleh bidan masih di bawah

standar pelayanan.Penelitian Prual,et.all di Nigeria (2005) menyebutkan

kualitas pemeriksaan faktor risiko selama konsultasi antenatal memiliki

efektifitas dalam mencegah dan memprediksi komplikasi obstetrik.

Didukung penelitian Mathole,et.all di Zimbabwe (2011) menyatakan

kunjungan antenatal yang pertama kali dapat mendeteksi komplikasi

kehamilan.

Upaya Kementrian Kesehatan untuk tercapainya kualitas ANC

diantaranya Permenkes NOMOR 1464/MENKES/PER/X/2010 Pasal 10

ayat 2 danKepmenkes NOMOR 369/MENKES/SK/III/2007tentang standar

profesi kebidanan, pelatihan ANC terintegrasi dan fokus ANC. Dapat

diartikan Kementrian kesehatan belum memperhatikan intervensi pada

karakter individu bidan. Faktor individu bidan dan didukung oleh faktor

organisasi dapatmenunjang profesionalisme bidan dalam kepatuhan

deteksi preeclampsia Hasil temuan dalam survey awal terkait kepatuhan

bidan dalam deteksi preekalmpsia antara lain bidan tidak melakukan

anamnesa riwayat kesehatan yang lalu, pemeriksaan fisikdalam

kunjungan pertama ANC tidak lengkap (head to toe) dan terbatasnya

ketersediaan protein urine sebagai alat deteksi

preeklampsia.(http://wwwmidewifehomesmine.blogspot.com/2012/05/kons

ep-kepatuhan-bidan-dalam.html)
23

E. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui kepandaian

(Kamus Besar Bahasa Indonesia , 2003: 15).

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007: 139).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman

penelitian tertulis bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan

lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, tahu

diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, aplikasi diartikan

sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari,

analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek

kedalam komponen-komponen, sintesis menunjukkan kepada suatu

kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian

didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, evaluasi yaitu kemampuan

untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek (Notoatmodjo, 2007).


24

Tanggung jawab para ibu terhadap imunisasi tetanus toxoid sangat

memegang peranan penting sehingga akan diperoleh suatu manfaat

terhadap keberhasilan imunisasi serta peningkatan kesehatan ibu dan

bayi yang dalam kandungannya. Pemanfaatan pelayanan kesehatan

dipengaruhi oleh komponen-komponen pendorong yang menggambarkan

faktor-faktor individu secara tidak langsung berhubungan dengan

penggunaan pelayanan kesehatan yang mencakup beberapa faktor,

terutama faktor pengetahuan ibu tentang kelengkapan status imunisasi

tetanus toxoid. Komponen pendukung antara lain kemampuan individu

menggunakan pelayanan kesehatan yang diperkirakan berdasarkan pada

faktor pendidikan, pengetahuan (Depkes RI, 2000: Online).

Faktor pengetahuan memegang peranan penting dalam menjaga

kebersihan dan hidup sehat. Slamet (1999) menegaskan bahwa wawasan

pengetahuan dan komunikasi untuk pengembangan lingkungan yang

bersih dan sehat harus dikembangkan yaitu dengan pendidikan dan

meningkatkan pengetahuan. Dengan adanya pendidikan dan

pengetahuan mendorong kemauan dan kemampuan yang ditujukan

terutama kepada para ibu sebagai anggota masyarakat memberikan

dorongan dan motivasi untuk menggunakan sarana pelayanan kesehatan

khususnya imunisasi tetanus toxoid bagi ibu hamil.

Pengetahuan ibu dapat diperoleh dari pendidikan atau pengamatan

serta informasi yang didapat seseorang. Pengetahuan dapat menambah

ilmu dari seseorang serta merupakan proses dasar dari kehidupan


25

manusia. Melalui pengetahuan, manusia dapat melakukan perubahan-

perubahan individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua

aktivitas yang dilakukan para ibu seperti dalam pelaksanaan imunisasi

tetanus toxoid tidak lain adalah hasil yang diperoleh dari pendidikan

(Slamet, 1999).

F. Tinjauan Umum Tentang Motivasi

Motivasi adalah keadaan dalam diri pribadi seseorang yang

mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan

tertentu, guna mencapai suatu tujuan.Motivasi kerja adalah sesuatu

menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Motivasi yang ada pada

diri seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada

tujuan mencapai sasaran kepuasan.

Motivasi adalah konsep yang dipakai untuk menguraikan

keadaan ekstrinsik yang menstimulasi perilaku tertentu dan respon

instrinsik yang ditampilkan Dalam perilaku.Respon instrinsik disebut

juga sebagai motif (pendorong) yang mengarahkan perilaku kearah

perumusan kebutuhan atau untuk pencapaian kebutuhan.Stimulus

ekstrinsik berupa hadiah atau insentif, mendorong individu untuk

mencapai sesuatu, jadi motivasi adalah interaksi dan ekstrinsik yang

dapat dilihat dari perilaku atau penampilan seseorang.Handoko

menyatakan motivasi adalah keadaan dari pribadi seseorang yang

mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu

guna mencapai tujuan.


26

Menurut (Danim, 2004), motivasi adalah suatu perubahan

energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya

perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. motivasi kerja

adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat di dalam pribadi

seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu

guna mencapai suatu tujuan. Proses timbulnya motivasi seseorang

merupakan gabungan dari konsep kebutuhan, dorongan, tujuan dan

imbalan (Endang Hendrayati,2003).

Herzbeg dalam Danim mengembangkan teori motivasi dengan

“model dua faktor” (two factor theory) motivasi, teori ini dikenal dengan

teori motivator-higienes.Herzberg berpendapat bahwa ada faktor

intrinsik dan faktor ekstrinsik yang mempengaruhi seseorang dalam

bekerja. Termasuk faktor instrinsik adalah prestasi yang dicapai,

pengakuan, dunia kerja, tanggung jawab dan kemajuan, dan yang

termasuk kedalam faktor ekstrinsik adalah hubungan interpersonal

antar atasan dan bawahan, hubungan pribadi antar bawahan,

hubungan antar pribadi dengan kelompok, tehnik supervisi, kebijakan

administrasi, kondisi kerja dan kehidupan pribadi. Baik faktor intrinsik

maupun ekstrinsik berpengaruh besar terhadap motivasi seseorang.

Motivasi yang ada didalam diri seseorang bukan merupakan

indikator yang berdiri sendiri. Porter dan milles dalam Danim

mengemukakan bahwa ada tiga variabel yang mempengaruhi

motivasi individu dalam bekerja. Variabel yang dimaksud adalah:


27

a. Sifat-sifat individual pekerja, antara lain meliputi kepentingan

setiap individu, sikap, kebutuhan dan atau harapan yang berbeda

setiap individu

b. Sifat-sifat pekerjaan, mencakup tugas-tugas yang harus

dilaksanakan, tanggung jawab yang diemban dan kepuasan yang

muncul

c. Lingkungan kerja dan situasi kerja karyawan. Pola interaksi antar

karyawan sangat mempengaruhi aktivitasnya dalam bekerja, dia

dapat dimotivator oleh rekan kerja.

G. Tinjauan Umum Tentang Beban Kerja

Beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang

harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan

dalam jangka waktu tertentu. Endang Hendrayanti (2003). Beban kerja

dapat berupa tuntutan tugas atau pekerjaan,organisasi dan lingkungan

kerja (Manuaba, 2000). Beban kerja adalah sesatu yang terasa

memberatkan, barang-barang atau sesuatu bawaan yang dipikul,

yang sukar untuk dikerjakan sebagai tanggungan (M. B. Ali, 2002: 63).

Beban berarti tanggungan yang harus dikerjakan sebagai

tanggunganyang menjadi tanggung jawabnya. Kerja adalah kegiatan

melakukan sesatu yang dilakukan bertujuan mendapatkanhasil pekerjaan

(Sunarso, 2010)
28

Pengertian beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan

yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang

jabatan dalam jangka waktu tertentu. Pengukuran beban kerja

diartikan sebagai suatu teknik untuk mendapatkan informasi tentang

efisiensi dan efektivitas kerja suatu unit organisasi, atau pemegang

jabatan yang dilakukan secara sistematis dengan menggunakan teknik

analisis jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen

lainnya (Utomo, 2008)

Beban kerja adalah segala yang menjadi tanggung jawab

seseorang yang dilaksanakan dengan baik untuk mencapai tujuan yang

diinginkan Sunarso 2010 beban kerja adalah keadaan dimana pekerja

dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu

(Munandar, 2001)

Dari beberapa pengertian mengenai Beban kerja dapat ditarik

kesimpulan beban kerja adalah sejumlah kegiatan yang

membutuhkan proses mental atau kemampuan kegiatan

yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, baik dalam

bentuk fisik maupun psikis.

H. Tinjauan Umum Tentang Masa Kerja

Masa kerja menurut Susilo (1990) didasarkan pada suatu pemikiran

bahwa karyawan senior menunjukkan adanay kesetiaan yang tinggi dari

karyawan yang bersangkutan pada organisasi dimana mereka bekerja.

Masa kerja dihitung dari pertama kali tenaga kerja masuk kerja sampai
29

dengan saat penelitian dilakukan yang diukur dalam satuan tahun. Masa

kerja juga dapat dilihat dari berapa lama tenaga kerja mengabdikan

dirinya untuk perusahaan, dan bagaimana hubungan antara perusahaan

dengan tenaga kerjanya. Dalam hubungan ini untuk menjalin kerjasama

yang lebih serasi maka masing-masing pihak perlu untuk meningkatkan

rasa tanggung jawab, rasa ikut memiliki, keberanian, dan mawas diri

dalam rangka kelangsungan perusahaan maka tenaga kerja dapat dengan

tenang untuk berproduksi sehingga produktivitasnya tinggi (Muchdarsyah

S. 1987)

Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja

bekerja di suatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik

positif maupun negatif. Memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan

semakin lamanya masa kerja personal semakin berpengalaman dalam

melaksanakan tugasnya. Sebaliknya akan memberikan pengaruh negatif

apabila dengan semakin lamanya masa kerja akan timbul kebiasaan pada

tenaga kerja.

Menurut M. A. Tulus (1992) Masa kerja dikategorikan menjadi 3 (Tiga):

1. Masa kerja baru : <6 tahun

2. Masa kerja sedang : 6-10 tahun

3. Masa kerja lama : >10 tahun


30

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Pikir

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga

kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai

standar pelayanan kesehatan antenatal yang ditetapkan dalam Standar

Pelayanan Kesehatan. Pelayanan antenatal di berikan kepada ibu hamil

selama masa kehamilan.

Bidan sebagai tenaga kesehatan dikatakan patuh apabila

mau mentaati dan mengikuti suatu spesifikasi, standar atau aturan yang

telah diatur dengan jelas yang dibuat oleh Dinas Kesehatan atau

organisasi yang berwenang.

kepatuhan seseorang terhadap suatu standar atau peraturan

dipengaruhi juga oleh pengetahuan dan pendidikan individu tersebut.

Semakin tinggi tingkat pengetahuan, maka semakin mempengaruhi

ketaatan seseorang terhadap peraturan atau standar yang berlaku.

Faktor Eksternal terdiri dari pengetahuan, pendidikan, masa kerja,

motivasi, kemampuan, keterampilan, dan beban kerja. Seseorang dapat

dikatakan patuh apabila dapat mentaati dan mengikuti peraturan yang

telah dibuat tanpa paksaan dari siapapun. Hal ini dapat ditunjukkan

dengan sikap bidan mau mematuhi peraturan, mau mencatat

hasil pemeriksaan dengan benar, dan mau melaporkan hasil pencatatan

dengan tepat waktu. (Azwar A, 1998)


31

B. Kerangka Teori

pengetahuan motivasi Beban kerja

Kepatuhan terhadap kemampuan


pendidikan

standart ANC

Masa kerja keterampilan

Gambar 3.1 Kerangka Teori Penelitian

Sumber : (Widiyanto, 2002. & Azwar A, 1998)


32

C. Kerangka Konsep

Kepatuhan standart Antenatal Care

1. Timbang berat badan


2. Ukur tekanan darah
3. Ukur tinggi fundus
1. Pengetahuan
4. Pemberian tablet Fe
2. Motivasi 5. Imunisasi TT
6. Pemeriksaan HB
3. Beban kerja 7. Pemeriksaan VDRL
8. Perawatan payudara
4. Masa Kerja 9. Senam ibu hamil
10. Temu wicara
11. Pemeriksaan protein urine
12. Pemeriksaan reduksi urine
13. Pemberian terapi kapsul iodium
14. Pemberian anti malaria

pelatihan

Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Variabel Confounding
33

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran, maka dalam penelitian

ini digunakan definisi operasional sebagai berikut :

1. Kepatuhan pelaksanaan standar antenatal care 14T

Ketaatan untuk melakukan sesuatu yang dianjurkan dan berdisiplin

terhadap standar antenatal care dengan 14T yang dinilai dengan

menggunakan daftar tilik.

Kriteria Objektif :

Patuh : Jika bidan melaksanakan standar antenatal care 14T

Tidak Patuh : Jika bidan tidak melaksanakan standar antenatal care

14T

2. Pengetahuan

Apa yang diketahui oleh bidan tentang standar antenatal care.

Baik : Jika total jawaban responden ≥ 50 %

Cukup : Jika total jawaban responden < 50 %

3. Motivasi

Keadaan dalam diri seorang bidan yang mendorong keinginan untuk

melakukan kegiatan-kegiatan dalam memberikan pelayanan antenatal

care menggunakan 14T

Tinggi : Jika total jawaban responden ≥ 50 %

Rendah : Jika total jawaban responden < 50 %


34

4. Beban kerja

Suatu kegiatan untuk melakukan pekerjaan sebagai tanggung jawab

bidan dalam pelaksanaan pelayanan standar antenatal care 14T.

Baik : Jika total jawaban responden ≥ 50 %

Kurang baik : Jika total jawaban responden < 50 %

5. Masa kerja

Lama bekerja bidan dalam melaksanakan pelayanan kebidanan yang

di hitung pada saat dia diangkat jadi pegawai negeri sipil.

Lama : Jika masa kerja ≥ 6 tahun

Kurang : Jika masa kerja < 6 tahun

K. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan pengetahuan, motivasi, beban kerja dan masa kerja

dengan kepatuhan bidan terhadap standar antenatal care di Puskesmas

kota makassar Tahun 2016.


35

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yang

mengukur variabel dependen dan independen dalam waktu yang

bersamaan sehingga tidak dapat digunakan untuk menilai sebab akibat.

(Arikunto, 2005)

B. Lokasi dan Waktu Rencana Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas kota makassar

pada tahun 2016

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 05 september s/d 02 oktober

2016.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh subyek penelitian yang dimiliki

kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan ditarik kesimpulan. (Arikunto, 2005)

Populasi pada penelitian ini adalah semua bidan pegawai

negeri sipil yang aktif bekerja di ruang antenatal care dalam wilayah

kerja Puskesmas kota makassar.


36

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah bidan yang bertugas di ruang

antenatal care yaitu sebanyak 30 orang yang diambil berdasarkan

standart distribusi normal pengambilan sampel.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Dengan menggunakan metode teknik purposive sampling/ non random

dengan memilih 10 puskesmas di mana masing-masing puskesmas

mewakili 3 orang bidan yang bertugas di ruang antenatal care.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

pengamatan dengan lembar checklist yaitu untuk mengamati setiap

tahapan yang dikerjakan bidan dalam pelaksanaan pelayanan antenatal

care pada ibu hamil dan kuesioner untuk menilai pengetahuan bidan,

motivasi, beban kerja dan masa kerja terhadap kepatuhan bidan terhadap

standar antenatal care.

F. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Penelitian melakukan analisis univariat dengan tujuan yaitu

menjelaskan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti.

2. Analisa Bivariat

Analisa ini digunakan untuk mengetahui kepatuhan bidan di

Desa terhadap standar antenatal care dengan menggunakan

Hipotesis yang akan diuji adalah Ho dengan kemaknaan (  ) = 0,05.


37

mengingat penelitian ini menggunakan variabel dikotomi, sehingga

digunakan uji Chi-Square, Ho ditolak bila P Value < 0,05 maka ha

menyatakan adanya pengaruh jika nilai P > 0,05

3. Analisa Multivariat

Analisa ini di gunakan untuk mengetahui regenerasi logistik

yaitu variabel yang mana yang lebih mempengaruhi kepatuhan bidan

terhadap standar antenatal care dimana a = 5%

Anda mungkin juga menyukai