Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kepatuhan

1. Pengertian Kepatuhan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pranoto, 2007), patuh adalah


suka menurut perintah, taat pada perintah, sedangkan kepatuhan adalah
perilaku sesuia aturan dan berdisiplin. Kepatuhan ini dapat dibedakan
menjadi dua perintah yaitu patuh penuh (total compliance) dan tidak
patuh (non compliance) (Sarafino, 2003). Kepatuhan (compliance)
juga dikenal sebagai ketaatan (adherence), adalah derajat dimana
seseorang mengikuti anjuran peraturan yang ada (Kaplan and Shadock,
2005). Slamet (2007) mendefinisikan kepatuhan (ketaatan) sebagai
tingkat penderita melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang
disarankan oleh dokter atau orang lain. Kepatuhan juga dapat
didefinisikan sebagai perilaku positif penderita dalam mencapai tujuan
terapi (Degresi, 2005). Menurut Notoatmodjo (2014) kepatuhan adalah
salah satu perilaku pemeliharaan kesehatan yaitu usaha seseorang
untuk memelihara kesehatan atau menjaga kesehatan agar tidak sakit
dan usaha penyembuhan apabila sakit. Dari beberapa pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa kepatuhan adalah derajat dimana seseorang
mengikuti anjuran peraturan yang telah ada dan ditetapkan sebagai
aturan yang harus dilaksanakan.

Pengukuran kepatuhan dilakukan menggunakan kuesioner yaitu


mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengukur indikator
yang telah ditentukan. Indikator ini sangat diperlukan karena sifatnya
dari pengukuran secara tidak langsung mengenai standar dan
penyimpangan yang akan diukur melalui sejumlah ambang batas yang
biasa digunakan oleh organisasi sebagai petunjuk derajat kepatuhan

6
7

terhadap standar tersebut, jadi sesuai indikator merupakan variabel


(karakteristik) terukur yang akan digunakan untuk menentukan derajat
kapatuhan terhadap pencapaian tujuan dan mutu yang dijalankan.
Disamping itu, indikator juga memiliki karakteristik yang sama dengan
standar, misalnya karakteristik harus bersifat reliable, jelas, mudah
diterapkan sesuai dengan kenyataan yang ada dan harus dapat diukur
(Al-assaf, 2009).

2. Faktor-faktor yang memepengaruhi kepatuhan


Menurut Niven (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
adalah:
1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu dasar terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Pendidikan klien dapat meningkatkan
kepatuhan, sepanjang bahwa Pendidikan tersebut merupakan
Pendidikan aktif.
2) Akomodasi
Suatu usaha yang harus dilakukan untuk memahami ciri
kepribadian klien yang dapat mempengaruhi kepatuhan.
3) Modifikasi faktor lingkungan dan social
Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan
teman-teman, kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk
untuk membantu kepatuhan terhadap sesuatu.
4) Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu


seseorang terhadap suatu objek melalui indra yang dimilikinya
sehingga menghasilkan pengetahuan (Notoatmodjo, 2014).
8

Menurut fungsinya pengetahuan merupakan dorongan dasar untuk


ingin tahu, untuk mencari penalaran, dan untuk mengorganisasikan
pengalamannya. Adanya unsur pengalaman yang semula tidak
konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu akan disusun,
ditata kembali atau diubah sedemikian rupa, sehingga tercapai
suatu konsisitensi. Semakin tinggi tingkat pengetahuan, semakin
baik pula tingkat kepatuhannya (Azwar, 2007).

5) Usia
Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
akan berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang lebih matang dalam berfikir dan bekerja.
Dari segi kepercayaan, masyarakat yang lebih dewasa akan lebih
dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi tingkat
kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan
kematangan jiwanya. Semakin dewasas seseorang, maka cara
berifikir semakin matang dan sikap makin positif (Notoatmodjo,
2014).
3. Sedangkan menurut Neil (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi
ketidak patuhan dapat digolongkan menjadi empat bagian:
1) Pemahaman tentang instruksi
Tak seorang pun dapat mematuhi instruksi jika ia salah paham
tentang instruksi yang diberikan padanya. Ley dan Spelman (dalam
Neil, 2000) menemukan bahwa lebih dari 60% yang diwawancarai
setelah bertemu dengan dokter salah mengerti tentang instruksi
yang diberikan pada mereka. Kadang-kadang hal ini disebabkan
oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan
informasi yang lengkap, penggunaan istilah-istilah media dan
memberikan banyak instruksi yang harus diingat oleh pasien.
2) Kualitas interaksi
Kualitas interaksi antara professional kesehatan dan pasien
merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat
kepatuhan. Korsch & Negrete (dalam Neil 2000) telah mengamati
9

800 kunjungan orang tua dan anak-anaknya ke rumah sakit di Los


Angeles. Selama 14 hari mereka mewawancarai ibu-ibu tersebut
untuk memastikan apakah ibu-ibu tersebut melaksanakan nasihat-
nasihat yang diberikan dokter, mereka menemukan bahwa ada
kaitan yang erat antara kepuasan ibu terhadap konsultasi dengan
seberapa jauh mereka mematuhi nasihat dokter, tidak ada kaitan
antara lamanya konsultasi dengan kepuasan ibu. Jadi konsultasi
yang pendek tidak akan menjadi tidak produktif jika diberikan
perhatian untuk meningkatkan kualitas interaksi.
3) Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam
menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat
juga menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka
terima. Pratt (dalam Neil, 2012) telah memperhatikan bahwa peran
yang dimainkan keluarga dalam pengembangan kebiasaan
kesehatan dan pengajaran terhadap anak-anak mereka. Keluarga
juga memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai
perawatan dari anggota keluarga yang sakit.
4) Keyakinan, sikap dan keluarga
Becker (dalam Neil, 2012) telah membantu suatu usulan bahwa
model keyakinan kesehatan berguna untuk memperkirakan adanya
ketidakpatuhan. Mereka menggambarkan kegunaan model tersebut
dalam suatu penelitian bersama Hartman dan Becker (1978) yang
memperkirakan ketidakpatuhan terhadap ketentuan untuk pasien
hemodialisa kronis, 50 orang pasien dengan gagal ginjal kronis
tahap akhir yang harus mematuhi program pengobatan yang
kompleks, meliputi diet, pembatasan cairan, pengobatan, dialisa.
Pasien-pasien tersebut diwawancarai tentang keyakinan kesehatan
mereka dengan menggunkan suatu model. Hartman dan Becker
menemukan bahwa pengukuran dari tiap-tiap dimensi yang utama
dari model tersebut sangat berguna sebagai peramal dari kepatuhan
terhadap pengobatan.
10

4. Cara-cara mengurangi ketidakpatuhan

Dinicola dan Dimatteo (dalam Neil, 2000) mengusulkan rencana untuk


mengatasi katidakpatuhan pasien antara lain:

a. Mengembangkan tujuan dari kepatuhan itu sendiri, banyak dari


pasien yang tidak patuh yang memiliki tujuan untuk mematuhi
nasihat-nasihat pada awalnya. Pemicu ketidakpatuhan dikarenakan
jangka waktu yang cukup lamaserta paksaan dari tenaga kesehatan
yang menghasilkan efek negative pada penderita sehingga awal
mula pasien mempunyai sikap patuh bisa berubah menjadi tidak
patuh. Kesadaran diri sangat dibutuhkan dari diri pasien.
b. Perilaku sehat, hal ini sangat dipengaruhi oleh kabiasaan, sehingga
perlu dikembangkan suatu strategi yang bukan hanya untuk
mengubah perilaku, tetapi juga mempertahankan perubahan
tersebut. Kontrol diri, evaluasi diri dan penghargaan terhadap diri
sendiri harus dilakukan dengan kesadaran diri. Modifikasi perilaku
harus dilakukan antara pasien dengan pemberi pelayanan kesehatan
agar terciptanya perilaku sehat.
c. Dukungan sosial, dukungan sosial dari anggota keluarga dan
sahabat dalam bentuk waktu, motivasi dan uang merupakan faktor-
faktor penting dalam kepatuhan pasien. Contoh yang sederhana,
tidak memiliki pengasuh, transportasi tidak ada, anggota keluarga
sakit, dapat membantu mengurangi ansietas yang disebabkan oleh
penyakit tertentu, mereka dapat menghilangkan godaan pada
ketidaktaatan dan mereka seringkali dapat menjadi kelompok
pendukung untuk mencapai kepatuhan.
5. Cara mengukur kepatuhan
Kuesioner merupakan salah satu cara mengukur kepatuhan. Kuesioner
MMAS-8 terdiri dari 8 pertanyaan yang terkandung didalamnya untuk
mengetahui tingkat kepatuhan pasien. Kuesioner MMAS-8 (Modified
Morisky Adherence Scale-8) yang telah tervalidasi dapat digunakan
untuk mengukur kepatuhan pengobatan pada penyakit-penyakit dengan
terapi jangka panjang. Keunggulan kuesioner MMAS-8 adalah mudah,
11

murah dan efektif digunakan untuk mengetahui kepatuhan pasien


dengan penyakit kronis (Plakas et al, 2016).

Disini peneliti melakukan pengukuran kepatuhan dengan skala


Guttman. Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban
yang tegas, yaitu ya atau tidak, benar atau salah, pernah atau tidak,
positif atau negative, dan lain-lain. Bila jawaban benar diberi nilai 1
dan salah diberi nilai 0. Sehingga nantinya perhitungan skor akan
dibagi menjadi 3 kategori kepatuhan, antara lain :

1. Dikatakan kepatuhan tinggi jika skor total = 8


2. Dikatakan kepatuhan sedang jika skor total = 6-7
3. Dikatakan kepatuhan rendah jika total skor = < 6 (Morisky et al,
2008).

B. Konsep Dasar Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap suatu objek melalui indra yang dimilikinya
sehingga menghasilkan pengetahuan (Notoatmodjo, 2014).
Notoatomodjo (2014) menjelaskan bahwa, pengetahuan adalah hal
yang diketahui oleh orang lain atau responden terkait dengan sehat dan
sakit atau kesehatan, misal: tentang penyakit (penyebab, cara
penularan, cara pencegahan), gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan,
kesehatan lingkungan, keluarga berencana, dan sebagainya.

Menurut Kamus Besar Indonesia (KBBI) Daring, pengetahuan berarti


segala sesuatu yang diketahui, kepandaian atau segala sesuatu yang
diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran).

Berdasasrkan dari definisi dari pengetahuan tersebut dapat disimpulkan


bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui yang
diperoleh dari persentuhan panca indera terhadap obyek tertentu.
Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat,
12

mendengar, merasakan, dan berfikir yang menjadi dasar manusia dan


bersikap dan bertindak. Partanto Pius dalam kamus besar Bahasa

Indonesia (2001), pengetahuan dikaitakan dengan segala sesuatu yang


diketahui berkaitan dengan proses belajar.

2. Tujuan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2014), tujuan dari pengetahuan terdiri dari


dua, yaitu:

1) Untuk mendapatkan kepastian serta menghilangkan prasangka


terhadap ketidakpastian.

2) Untuk lebih mengetahui dan memahami sesuatu.

3. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan Kognitif atau pengetahuan merupakan domain


yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Menurut
Notoatmodjo (2014) Tingkat pengetahuan dalam domain kognitif ada 6
yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat Tahu diartikan sebagai


mengingat kembali (recall) suatu materi yang telah dipelajari dan
diterima dari sebelumnya. Tahu merupakan tingkatan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang telah dipelajari antara lain mampu menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan suatu materi secara benar

2) Memahami (comprehension)

Memahami merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan dan


menginterpretasikan materi yang diketahui secara benar. Orang
yang telah paham terhadap suatu materi atau objek harus dapat
menyebutkan, menjelaskan, menyimpulkan, dan sebagainya.

3) Penerapan (Application)
13

Aplikasi merupakan kemampuan seseorang yang telah memahami


suatu materi atau objek dapat menggunakan atau mengaplikasikan
prinsip yang diketahui tersebut pada situasi atau kondisi yang
sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (analysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk


menjabarkan materi atau objek tertentu ke dalam komponen yang
terdapat dalam suatu masalah dan berkaitan satu sama lain.
Pengetahuan seseorang sudah sampai pada tingkat analisis, apabila
orang tersebut telah dapat membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan membuat diagram (bagan) terhadap
pengetahuan atas objek tertentu.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk


meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian suatu objek
tertentu ke dalam bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi merupakan suatu kemampuan seseorang untuk


melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek tertentu.
Penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

4. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2014), pengetahuan sepanjang sejarah dapat


dikelompokkan menjadi dua berdasarkan cara yang telah digunakan
untuk memperoleh kebenaran, yaitu:
14

1) Cara untuk memperoleh pengetahuan.

a. Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan


mungkin sebelum peradaban. Cara coba salah ini dilakukan
dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan
maslaah dan apa bila kemungkinan itu tidak berhasil maka
dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat
dipecahkan.

b. Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan dengan cara ini dapat berupa pimpinan


masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama,
pemegang pemerintahan dan berbagai prinsip orang lain yang
dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa
menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik
berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya


memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pelajaran atau pengalaman yang pernah diperoleh dalam
memecahkan suatu masalah dimasa lalu.

d. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan.

Cara ini disebut metode ilmiah atau lebih popular atau disebut
dengan metodologi penelitian. Akhirnya, lahir suatu cara
untuk melakukan penelitian yang dewasa ini dikenal dengan
penelitian ilmiah.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


15

Menurut Mubarak (2007) ada tujuh faktor-faktor yang mempengaruhi


pengetahuan seseorang, yaitu:

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada


orang lain terhadap suatu hal agar dapat memahami. Tidak dapat
dipungkiri bahwa makin tinggi Pendidikan seseorang semakin
mudah pula mereka menrima informasi, dan pada kahirnya makin
banyak pula pengetahuan yang dimiliknya. Sebaliknya, jika
seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan
nilai-nilai baru diperkenalkan.

2) Pekerjaan

Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak


merupakan cara mancari nafkah yang membosankan, berulang dan
banyak tantangan. Dengan banyaknya tantangan tersebut, akan
menambah pengetahuan seseorang mengenai suatu masalah yang
telah dihadapi. Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang
memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung
maupun tidak langsung.

3) Umur

Umur yang dimaksud disini adalah umur individu yang terhitung


mulai saaat dilahirkan sampai berulang tahun. Dengan bertambahnya
umur, maka bertambaha pula pengalaman yang dimiliki oleh
seseorang. Sehingga pengetahuan seseorang juga ikut bertambah.
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada
aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis
besar ada empat ketegori perubahan, yaitu perubahan proporsi,
hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi
akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan mental
taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.
16

4) Minat

Minat merupakan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang


tinggi terhadap sesuatu. Minat dijadikan seseorang untuk mencoba
dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan
yang lebih dalam.

5) Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang


dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan
pengalaman yang baik seseorang akan berusaha utntuk melupakan,
namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan
maka secara psikologis akan timbul kesan membekas dalam emosi
sehingga menimbulkan sikap positif.

6) Kebudayaan

Kebudayaan lingkungan sekitar, apabila dalam suatu wilayah


mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka
sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk
selalu menjaga kebersihan lingkungan.

7) Informasi

Kemudahan memperolah informasi dapat membantu mempercepat


seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

6. Pengukuran Pengetahuan
Menurut Arikunto (2010), pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi
yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden ke dalam
pengetahuan yang ingin diukur dan disesuaikan dengan tingkatannya.
17

Adapun jenis pertanyaan yang dapat digunakan untuk pengukuran


pengetahuan secara umum dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

1. Pertanyaan subjektif
Penggunaan pertanyaan subjektif dengan jenis pertanyaan essay
digunakan dengan penilaian yang melibatkan faktor subjektif dari
penilai, sehingga hasil nilai akan berbeda dari setiap penilai dari
waktu ke waktu.
2. Pertanyaan objektif
Jenis pertanyaan objektif seperti pilihan ganda (multiple choise),
betul salah dan pertanyaan menjodohkan dapat dinilai secara pasti
oleh penilai.
Menurut Arikunto (2010), pengukuran tingkat pengetahuan dapat
dikatagorikan menjadi tiga yaitu:

a. Pengetahuan baik bila responden dapat menjawab 76-100%


dengan benar dari total jawaban pertanyaan.

b. Pengetahuan cukup bila responden dapat menjawab 56-75%


dengan benar dari total jawaban pertanyaan.

c. Pengetahuan kurang bila responden dapat menjawab < 56% dari


total jawaban pertanyaan.

Disini peneliti melakukan pengukuran pengetahuan menggunakan


kuesioner dengan skala Guttman. Skala pengukuran dengan tipe ini,
akan didapat jawaban yang tegas, yaitu ya atau tidak, benar atau salah,
pernah atau tidak, positif atau negative, dan lain-lain. Bila jawaban
benar diberi nilai 1 dan salah diberi nilai 0.

C. Konsep Dasar Covid-19


1. Pengertian Covid-19
18

Covid-19 adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh coronavirus


jenis baru yang ditemukan pada tahun 2019 yang selanjutnya disebut
Sars-Cov 2 (Severe Acute Respratory Syndrome Coronavirus 2).

Virus ini berukuran sangat kecil (120-160 nm) yang utamanya


menginfeksi hewan termasuk diantaranya adalah kelelawar dan unta.
Saat ini penyebaran dari manusi ke manusia sudah menjadi sumber
penularan utama sehingga penyebaran virus ini terjadi sangat agresif.
Penularan penyakit ini terjadi dari pasien positif covid-19 melalui
droplet yang keluar saat batuk dan bersin (Han Y, 2020). Akan tetapi
diperkirakan juga bahwa virus ini menyebar dari orang yang tidak
bergejala namun hasil pemeriksaan menunjukkan positif covid-19.
Selain itu, telah diteliti bahwa virus ini dapat hidup pada media aerosol
(yang dihasilkan melalui nebulizer) selama setidaknya 3 jam (Susilo
dkk, 2020).

Proses perjalanan penyakit ini masih belum banyak diketahui, namun


diduga tidak berbeda jauh dengan perjalanan penyakit dari virus
pernafasan lainnya yang sudah diketahui (Li X dalam Susilo, 2020).
Pada manusia apabila virus ini masuk ke dalam saluran pernafasan
dapat mengakibatkan kerusakan alveoli paru dan menyebabkan gagal
nafas. Akan tetapi banyak orang yang terinfeksi Sars-Cov 2 ini
mengalami

gejala ringan sampai sedang pada saluran pernafasan yang dapat


sembuh dengan sendirinya dan tidak memerlukan penanganan khusus.
Bagi kelompok orang dengan masalah kesehatan lain seperti penyakit
kardiovaskuler, penyakit pernafasan kronis, diabetes dan kanker, jika
mengalami infeksi covid 19 ini dapat mengalami masalah yang lebih
serius (WHO, 2020).

2. Gejala Virus Corona (COVID-19) menurut (WHO, 2020)

Gejala klinis umum diantaranya yaitu:

a. Demam
19

b. Batuk kering
c. Rasa Lelah

Gejala lain yang lebih jarang dan mungkin dialami beberapa pasien:

a. Rasa nyeri dan sakit


b. Hidung tersumbat
c. Sakit kepala
d. Konjungtivitis
e. Sakit tenggorokan
f. Diare
g. Kehilangan indera rasa atau penciuman
h. Ruam pada kulit
i. Perubahan warna jari tangan atau kaki
Gejala serius virus corona:
a. Kesulitan bernapas/sesak napas
b. Nyeri/tekanan dada
c. Kehilangan kemampuan berbicara atau bergerak
Gejala-gejala yang dialami biassanya bersifat ringan dan muncul secara
bertahap. Beberapa orang menjadi terinfeksi tetapi hanya memiliki
gejala ringan. Pada umumnya gejala mulai muncul sekita lima hingga
enam hari setelah pajanan. Tetapi, waktu kemunculan gejala ini dapat
berkisar 1 hingga 14 hari.
3. Penyebab Virus Corona (COVID-19)
Seseorang dapat tertular COVID-19 melalui beberapa cara, yaitu:
a. Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar saat
penderita COVID-19 batuk atau bersin.
b. Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih
dahulu setelah menyentuh benda yang terkena cipratan ludah
penderita COVID-19.
c. Kontak jarak dekat dengan penderita COVID-19.
4. Komplikasi Virus Corona (COVID-19)
20

Pada kasus yang parah, infeksi virus Corona bisa menyebabkan


beberapa komplikasi berikut ini:
a. Pneumonia (infeksi paru-paru)
b. Infeksi sekunder pada organ lain
c. Gagal ginjal
d. Acute cardiac injury
e. Acute respiratory distress syndrome
f. Kematian
5. Diagnosis Virus Corona (COVID-19)
a. Rapid test sebagai penunjang
b. Tes usap (swab) tenggorokan untuk meneliti sampel dahak (tes
PCR)
c. CT Scan atau Rotgen dada untuk mendeteksi infiltrate atau cairan
di paru-paru
6. Pengobatan Virus Corona (COVID-19)
Pengobatan atas virus corona dapat dilakukan dengan jalan yaitu:
a. Merujuk penderita COVID-19 yang berat untuk menjalani
perawatan dan karantina rumah sakit rujukan
b. Memberikan obat Pereda demam dan nyeri yang aman dan sesuai
kondisi penderita
c. Menganjurkan penderita COVID-19 untuk melakukan isolasi
mandiri dan istirahat yang cukup
d. Menganjurkan penderita COVID-19 untuk banyak minum air putih
untuk menjaga kadar cairan tubuh
7. Pencegahan Virus Corona (COVID-19)
Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus
Corona atau COVID-19. Oleh sebab itu, cara pencegahan yang terbaik
adalah dengan menghindari faktor-faktor yang bisa menyebabkan anda
terinfeksi virus ini, yaitu:
a. Terapkan physical distancing yaitu menjaga jarak minimal 1meter
dari orang lain, dan jangan dulu keluar rumah kecuali ada
keperluan mendesak.
21

b. Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian.


c. Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer
yang mengandung alcohol minimal 60%, terutama setelah
beraktivitas di luar rumah atau di tempat umum.
d. Jangan menyentuh mata, mulut dan hidung sebelum mencuci
tangan.
e. Tingkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat.
f. Hindari kontak dengan penderita COVID-19, orang yang dicurigai
positif terinfeksi virus Corona, atau orang yang sedang sakit
demam, batuk, pilek.
g. Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batu atau bersin,
kemudian buang tisu ke tempat sampah.
h. Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan
lingkungan, termasuk kebersihan rumah.

Untuk orang yang diduga terkena COVID-19 atau termasuk kategori


ODP (orang dalam pemantauan) maupun PDP (pasien dalam
pengawasan), ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar virus
Corona tidak menular ke orang lain, yaitu:

a. Lakukan isolasi mandiri dengan cara tinggal terpisah dari orang


lain untuk sementara waktu. Bila tidak memungkinkan, gunakan
kamar tidur dan kamar mandi yang berbeda dengan yang
digunakan orang lain.
b. Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan.
c. Bila ingin ke rumah sakit saat gejala bertambah berat, sebaiknya
hubungi dulu pihak rumah sakit untuk menjemput.
d. Larang dan cegah orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk
anda sampai anda benar-benar sembuh.
e. Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang
sedang sakit.
f. Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi,
serta perlengkapan tidur dengan orang lain.
22

g. Pakai masker dan sarung tangan bila sedang berada di tempat


umum atau sedang Bersama orang lain.
h. Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau
bersin, lalu segera buang tisu ke tempat smapah.
8. Konsep masker
Masker merupakan salah satu Alat Pelindung Diri (APD) yang
digunakan untuk melindungi mulut, hidung, dan wajah dari pathogen
yang ditularkan melalui udara (airbone), droplet maupun percikan
cairan tubuh yang ternfeksi (Trossman, 2016).
Menurut Maretta Outri A. S. Farm. Apt (2020) masker merupakan alat
kesehatan yang digunakan untuk menutup area mulut dan hidung.
Fungsi masker secara keseluruhan adalah meminimalkan interaksi
antara dunia luar dengan dunia dalam terutama pada hidung dan mulut
serta menghindari penyebaran virus.
Sebelum banyak yang meragukan efektivitas masker dalam mencegah
penularan virus. Namun, penelitian menunjukkan bahwa jika masker
digunakan dengan tepat, maka efektif untuk mencegah penyebaran
infeksi virus.
Jenis-jenis masker yang perlu diketahui (Maretta Outri A. S. Farm. Apt
2020). Saat ini banyak jenis masker yang digunakan untuk mengatasi
virus, terutama pada saat ini yaitu penyebaran virus Covid-19.
Berbagai macam jenis masker yang harus kita ketahui Bersama, agar
sobat sehat dapat menggunakan masker secara bijak dan benar, karena
setiap jenis masker memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Berbagai jenis masker yang dapat sobat sehat pilih sesuai dengan
kebutuhannya.
1. Masker kain
Hingga kini, belum ada penelitian yang membuktikan bahwa
masker kain efektif melindungi seseorang dari virus Corona. Meski
begitu, the Center for Disease Control and Prevention (CDC)
menganjurkan penggunaan masker kain kepada masyarakat luas
untuk menekan penyebaran virus Corona, terutama oleh orang
23

yang sudah terinfeksi virus Corona namun tidak mengalami gejala


apa pun dan tampak sehat-sehat saja.
Meski bisa dicuci dan dipakai kembali, masker kain sebaiknya
tidak dipakai lebih dari 4 jam. Ada beberapa alasan mengapa
masker kain memang tidak seefektif masker N95 atau masker
bedah dalam menyaring partikel kecil dari virus penyebab
penyakit. Kemudian, dari segi bahan yang digunakan, masker kain
biasanya terbuat dari bahan yang dapat menyerap air, berbeda
dengan masker bedah dan masker N95 yang lapisan luarnya kedap
air. Hal ini membuat percikan droplets (air liur) dari pengidap
corona bisa terserap dan bertahan lebih lama pada kain masker.
Sesuai anjuran Kementrian Kesehatan RI, semua orang disarankan
untuk memakai masker ketika hrus berpergian keluar rumah,
misalnya saat harus bekerja atau membeli kebutuhan bulanan.
Masker kain tetap dapat menghalau sebagian percikan air liur yang
keluar saat berbicara, mengehela napas, ataupun batuk dan bersin.
2. Masker bedah
Umumnya masker ini berwarna hijau atau berwarna biru yang
digunakan oleh petugas medis seperti dokter saat menangani
pasien. Masker mampu mencegah tetesan cairan tubuh seperti
keringat, liur, ingus, dan dahak dari daerah streil saat operasi
dilakukan. Karena memiliki harga yang terjangkau dan mudah
didapat, masker ini sering digunakan untuk mengurangi paparan
polusi, kotoran dan debu saat berkendara. Selain itu masker ini juga
sering digunakan sebagai penghalang agar liur dan dahak tidak
memancar saat batuk dan bersin. Namun, masker jenis ini memiliki
kekurangan yakni hanya sekali pakai dan tidak dapat melindungi
dari kuman atau virus yang ada pada udara. Jika sudah lembab dan
basah masker sebaiknya dibuang karena sudah tidak efektif lagi.
Kebanyakan masker bedah terdiri dari 3 lapisan yang memiliki
fungsi berbeda, yaitu:
a. Lapisan luar, yang anti air
24

b. Lapisan tengah, yang berfungsi sebagai filter kuman


c. Lapisan dalam, yang berguna untuk menyerap cairan keluar dari
mulut

Jika sedang sakit, anda lebih disarankan menggunakan masker


dengan ketiga fungsi tersebut karena efektif dalam mencegah
penyebaran penyakit menular, seperti virus Corona.

Meski efektif untuk menghadang virus Corona, karena stoknya


yang makin menipis, saat ini masker bedah lebih diutamakan untuk
melindungi tenaga medis yang bekerja di pelayanan kesehatan atau
orang yang sedang sakit guna mencegah penularan virus ke orang
lain.

3. Masker N95
Masker ini umumnya digunakan untuk melindungi diri dari bahan
atau zat beracun. Agar dapat memberikan perlindungan maksimal,
masker ini harus dipasang dengan tepat sehingga tidak ada celah
untuk virus di udara masuk. Kelebihan dari masker ini adalah
mampu melindungi penggunanya dari partikelkecil di udara yang
myngkin mengandung kuman dan virus penyebab panyakit. Selain
itu, masker ini juga dapat digunakan berulang, meski penyaring
N95 perlu diganti dalam jangka waktu tertentu. Namun, masker ini
memiliki harga lebih mahal dibandingkan masker bedah. Masker
ini diutamakan untuk digunakan petugas medis yang memang
kontak secara langsung dengan penderita COVID-19, misalnya dok
ter dan perawat yang bekerja di ruang isolasi khusus COVID-19
atau IGD.
4. Facepiece Respiratory
Respirator merupakan suatu alat pelindung diri yang dipakai
diwajah, setidaknya meliputi hidung dan mulut. Pelindung diri ini
berfungsi untuk mengurangi resiko bahaya partikel udara, gas dan
uap. Respirator atau yang dikenal dengan masker alat yang
digunakan untuk perlindungan pernapasan terhadap udara yang
25

terkontaminasi. Sebenarnya istilah masker kurang tepat digunakan


untuk respirator. Masker umumnya digunakan untuk melindungi
lingkungan dari kontaminan dari pengguna masker, misalnya para
pekerja di industri makanan menggunakan masker untuk
melindungi makanan dari kontaminasi air ludah pekerja, atau suster
di rumah sakit menggunakan masker untuk melindungi pasien dari
kontaminasi suster atau dokter. Karena masker tidak fit kewajah
sehingga tidak bisa digunakan untuk melindungi sipemakai.
Sementara respirator harus fit ke wajah sehingga bisa melindungi
sipengguna bis melindungi si pengguna dari kontaminan
lingkungan.
Meski tidak melindungi kamu sepenuhnya dari penyakit, namun
penggunaan masker dapat menurunkan resiko penularan panyakit.
Perlu diingat, masker dapat memberikan manfaat maksimal jika
digunakan dengan tepat.
Berikut adalah panduan menggunakan masker yang benar:
1. Cuci tangan dengan sabun dan air atau pembersih tangan
antiseptic, sebelum menyentuh kemasker.
2. Buka masker dari kemasan. Pastikan tidak ada lubang atau
robekan pasa tiap sisi masker. Permukaan masker yang
berwarna umumnya menandakan bagian depan masker,
sedangkan bagian putihnya adalah yang menempel pada wajah.
Bagian yang berwarna memiliki tekstur yang lebih kasar
sehingga dapat mengiritasi kulit jika digunakan pada bagian
dalam. Jika kedua sisi berwarna putih, maka gunakan bagian
yang kasar untuk sisi luar.
3. Perhatikan lipatan pada masker, gunakan masker dengan lipatan
ke bawah dan tekuk bagian kawat sesuai lekuk hidung agar tidak
ada celah partikel dan virus untuk masuk.
4. Pastikan tali pengait terpasang kencang dan menutup bagian
hidung, mulut dan dagu.
26

5. Kenakan masker dalam jarak sekitar 2meter sebelum mendekati


orang yang sedang sakit.
6. Coba untuk tidak lagi memegang masker hingga saat kamu akan
melepasnya.
7. Buang masker ke tempat sampah dan cuci tangan anda hingga
bersih setelah menggunakan masker.

Menggunakan masker untuk virus Corona efektif untuk mencegah


penularan. Apa pun jenis maskernya, anda harus mengerti cara
pemakaian yang tepat. Selain itu, cuci tangan, juga sama pentingnya
dengan memakai masker. Pastikan selalu mencuci tangan setiap usai
melakukan atau menyentuh sesuatu, terutama di tempat umum.

Disamping itu semua, menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh juga
tidak kalah pentingnya. Jika anda baru saja berpergian ke negara
Tiongkok atau negara lainnya yang sudah terjangkit infeksi virus
Corona, sebaiknya temui dokter untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan, terutama jika anda mengalami gejala batuk, pilek,
demam, dan sesak napas.

D. Hasil Penelitian Terkait


1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Devi Pramita Sari, Nabila
Sholihah, Atiqoh tahun 2020 yang berjudul “Hubungan Antara
Pengetahuan Masyarakat Dengan Kepatuhan Penggunaan Masker
Sebagai Upaya Pencegahan Penyakit COVID-19 Di Ngronggah’’.
Penelitian ini menggunakan survey deskriptif metode kuantitatif
dengan pendekatan cross sectional study. Populasi dan sampel
penelitian diambil secara total sampling yaitu seluruh masyarakat RT
03/RW 08 Ngronggah sebanyak 62 responden. Instrument penelitian
ini menggunakan kuesioner dan pedoman observasi. Analisis data
kuantitatif menggunakan uji hubungan chi-square. hasil penelitian ini
dari 62 responden berdasarkan hasil uji Chi-square signifikan p antara
variabel bebas yaitu pengetahuan masyarakat dengan variabel terkait
kepatuhan penggunaan masker sebesar 0,004 (p<0,05) maka Ho
27

ditolak dan dinyatakan ada hubungan anatara pengetahuan masyarakat


dengan kepatuhan penggunaan masker sebagai upaya pencegahan
penyakit COVID-19 di Ngronggah.
2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ika Purnamasari, Anisa Ell
Raharyani tahun 2020 yang berjudul “Tingkat Pengetahuan dan
Perilaku Masyarakat Kabupaten Wonosobo Tentang COVID-19’’.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain analitik
korelasi. Sampel berjumlah 144 responden yang diambil dengan cara
random melalui aplikasi google form yang disebar melalui whatsap
kepada masyarakat Kabupaten Wonosobo. Data dianalisis
menggunakan analisis korelasi spearman. Hasil penlitian menunjukkan
pengetahuan masyarakat Kabupaten Wonosobo tentang COVID-19
berada pada kategori Baik (90%) dan hanya 10% berada pada kategori
cukup. Untuk perilaku masyarakat Kabupaten Wonosobo terkait
COVID-19 seperti menggunakan masker, kebiasaan cuci tangan dan
physical/social distancing menunjukkan perilaku yang baik sebanyak
95,8% dan hanya 4,2% masyarakat berperilaku cukup baik. Terdapat
hubungan bermakna antara pengetahuan dengan perilaku masyarakat
tentang COVID-19 dengan p-value 0,047.
3. Hasil penelitian Lira Mufti Azzahari, Khairul Ikhwan tahun 2019 yang
berjudul “Hubungan Pengetahuan Tentang Penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) Dengan Kepatuhan Penggunaan APD Pada Perawat Di
Puskesmas KUOK’’. Desain penelitian ini adalah analitik dengan
rancangan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas
Kuok pada tanggal 18-25 Agustus 2019, dengan sampel dalam
penelitian ini adalah perawat yang ada di Puskesmas Kuok yang
berjumlah 49 orang. Dari hasil penelitian dari 23 responden yang
berpengetahuan kurang, terdapat 8 responden (34,8%) yang patuh
menggunakan APD. Sedangkan dari 26 responden yang pengetahuan
baik, terdapat 5 responden (19,2%) yang tidak patuh menggunakan
APD. Dari uji statistic dapat diketahui bahwa nilai P value = 0,003 (p
28

≤ 0,05), artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan


dengan kepatuhan penggunaan APD.
4. Hasil penelitian Zulhafandi, Ririn Ariyanti tahun 2020 yang berjudul
“Hubungan Pengetahuan Tentang COVID-19 Dengan Kepatuhan
Physical Distancing Di Tarakan’’. Jenis penelitian yang digunakan
adalah deskriptif korelatif dengan desain cross sectional. Tempat
penelitian ini berlokasi di Kota Tarakan. Penelitian ini dimulai sejak
April-Mei 2020. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
masyarakat yang tinggal di kota Tarakan. Dalam penelitian ini
menggunakan nonrandom sampling (nonprobability), metode
pengambilan sampel dilakukan dengan metode accidental sampling
yaitu pengambilan sampel berdasarkan kebetulan yaitu responden yang
secara kebetulan mengisi google formulir yang disebarkan oleh
peneliti, yaitu bisa membaca, memiliki handpone serta bersedia
menjadi responden serta kriteria eksludi nya yaitu tidak bersedia
menjadi responden serta tidak bisa membaca. Hasil uji statistic chi
square diperoleh nilai p-value sebesar 0,00 niali p-value lebih kecil
dari α 0,005 menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan tentang COVID-19 dengan kepatuhan melakukan
physical distancing di kota Tarakan.
5. Hasil penelitian Fransisca Yenny P, Ngesti W, Utami, Susmini tahun
2016 dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Pasien
Tentang Tuberculosis Dengan Kepatuhan Menggunakan Alat
Pelindung Diri di Ruang Rawat Inap RS Panti Waluya Malang’’.
Desain penelitian ini menggunakan korelasi. Teknik pengambilan
sampel adalah Accidental Sampling. Data dianalisis dengan
menggunakan Korelasi Pearson dengan α = 0,05. Hasil penlitian ini
menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan
yang baik sebanyak 19 orang (95%) dan responden yang patuh
menggunakan alat pelindung diri sebanyak 12 orang (60%) sehingga
ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan kepatuhan
untuk menggunakan alat pelindung diri dengan 0,024 p <0,05 dan r =
29

0,501. Dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan tentang TBC


mempengaruhi keluarga kepatuhan menggunakan alat pelindung diri.
6. Hasil penelitian Nur Wachida Novita, Christina Yuliastuti, Siti Narsih
tahun 2014 denga judul “tingkat pengetahuan tentang TB Paru
mempengaruhi penggunaan masker di ruang paru Rumkital Dr.
Ramelan Surabaya’’. Jenis penelitian ini menggunakan desain analitik
korelasi dengan pendekatan bersekat-sekat marah. Variabel bebas di
studi adalah tingkat pengetahuan tentang Tuberculosis dan variabel
yang bergantung adalah penggunaan masker. Sampel sudah diambil
dengan menggunakan Teknik penyampelan bertujuan diperoleh 28
responden pengunjung di Pulmonary Wards, Dr. Ramelan Angkatan
Laut Hospital, Surabaya, berkencan 11-20 jun 2013. Pengumpulan
data dilakukan menggunakan kuesioner tentang Pulmonary
Tuberculosis dan lembar pengamatan dengan penggunaan masker.
Data dianalisis dengan tes Rho Spearman dengan satu taraf signifikan
Corellation <0,05. Keputusan menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan tidak memakai sebuah masker. Tes Rho Spearman
menunjukkan bahwa ada suatu hubungan antara tingkat pengetahuan
Pulmonary Tuberculosis dengan penggunaan masker di Pulmonary
Ward.

Anda mungkin juga menyukai